INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DAERAH SENYIUR, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (LEMBAR PETA I816-24

dokumen-dokumen yang mirip
INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DI DAERAH LONG LEES DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR

Kolokium Hasil Lapangan DIM,

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Bab II Kondisi Umum Daerah Penelitian

BATUBARA DI DAERAH LONGIRAM DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

By : Kohyar de Sonearth 2009

BAB II TINJAUAN UMUM

Oleh. Untung Triono. Kelompok Energi Fosil. Pusat Sumberdaya Geologi. Badan Geologi

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DIDAERAH MARAH HALOQ, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ( LEMBAR PETA ) Oleh : Deddy Amarullah

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

S A R I. Oleh : Asep Suryana dkk Sub Direktorat Batubara, DIM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara

BAB II TINJAUAN UMUM

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH BAYUNG LINCIR, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

SURVEI TINJAU ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH TALANG KARANGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI ENDAPAN BITUMEN PADAT DI DAERAH SAMPOLAWA DAN SEKITARNYA KABUPATEN BUTON, PROVINSI SULAWESI TENGGARA (LEMBAR PETA : )

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH LUBUK JAMBI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROPINSI RIAU

BAB II TINJAUAN UMUM

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH UMUK DAN SEKITARNYA KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

EKPLORASI CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH HARUWAI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TABALONG, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB II TINJAUAN UMUM

EKSPLORASI BITUMEN PADAT DENGAN OUT CROPS DRILLING DAERAH MALUTU DAN SEKITARNYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH SUNGAI BELINTANG DAN SUNGAI SAI, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN UMUM

Struktur Geologi dan Sebaran Batubara daerah Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur

INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINAL DI DAERAH LONG DALIQ, KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENYELIDIKAN LANJUTAN BITUMEN PADAT DI DAERAH NANGASILAT DAN SEKITARNYA KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Soleh Basuki Rahmat 1

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH

Bab II Geologi Regional

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DI DAERAH NANGA DANGKAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENELITIAN BAHAN GALIAN LAIN/MINERAL IKUTAN DI WILAYAH PERTAMBANGAN DAERAH KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

DI DAERAH BONTANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KUTAI TIMUR DAN KOTA BONTANG,

INVENTARISASI BATUBARA MARGINAL DAERAH OBI UTARA KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH MARGINAL DAERAH TABANG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan

EKSPLORASI BATUBARA DI DAERAH BABAT KAB. MUSI BANYUASIN DALAM RANGKA PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA SUMATERA SELATAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH MUARA LAKITAN, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

BAB II TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

MAKALAH PEMETAAN ENDAPAN BITUMEN PADAT DI DAERAH TIGABINANGA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KARO, PROPINSI SUMATRA UTARA

BAB II TINJAUAN UMUM

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM DAERAH TANJUNG LANJUT KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI. Oleh : Wawang Sri Purnomo, Didi Kusnadi dan Asep Suryana

PENYELIDIKAN BATUBARA DI DAERAH NUNUKAN TIMUR, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. sangat ekonomis yang ada di Indonesia. Luas cekungan tersebut mencapai

BAB II GEOLOGI REGIONAL

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB II TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DAERAH SENYIUR, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (LEMBAR PETA I816-24 skala 1: 50.000) oleh: TARSIS A.D. Subdit Batubara, DIM S A R I Cekungan Kutai di Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu cekungan di Indonesia yang mempunyai kandungan batubara sangat potensial. Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral berinisiatif membuat program inventarisasi batubara bersistem di cekungan ini yang telah dimulai dari tahun 2002 dengan menyelesaikan penyelidikan batubara pada lembar peta 1916-11 dan 1916-12. Kemudian tahun anggaran 2003 telah diselesaikan lanjutan penyelidikan ini dengan menyelesaikan lembar peta 1915-44 (Marangkayu), lembar peta 1915-43 (Buanajaya), lembar peta 1817-31 dan 1917-32 (Muarawahau). Tahun Anggara 2004 program dilanjutkan lagi yaitu dengan melakukan inventarisasi pada lembar peta 1816-64 (Long Lees), lembar peta 1816-63 (Marah Haloq), dan lembar peta 1816-61 (Long Nah). Dan pada tahun 2005 ini dilanjutkan dengan inventarisasi di dua daerah yaitu lembar peta 1816-24 (Sungai Senyiur) dan lembar peta 1816-23 (Ritan Baru). Daerah inventarisasi termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur dan Kecamatan Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.Secara geografis wilayah inventarisasi dibatasi oleh koordinat 00 o 15 00 00 o 30 00 LU dan 116 o 15 00 116 o 30 00 BT yang termasuk dalam lembar peta No. 1816-24 dengan skala peta 1 : 50.000. Dari hasil inventarisasi diketahui bahwa formasi pembawa batubara di daerah inventarisasi adalah Formasi Balikpapan yang berumur Miosen. Terdapat 14 lapisan batubara di daerah inventarisasi dengan sumberdaya tereka sebanyak 682.785.787,6 ton. 1.PENDAHULUAN Semenjak tiga Dasawarsa terakhir pemerintah sedang meningkatkan pembangunan di segala bidang, khususnya Industri. Energi sebagai penggerak pembangunan tersebut terutama minyak dan gas bumi cadangannya terbatas dan diprioritaskan untuk komoditi ekspor. Hal ini mendorong untuk melakukan kebijaksanaan efisiensi dan diversifikasi energi dengan mencari energi lain sebagai penganti minyak dan gas bumi. Cekungan Kutai di Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu cekungan di Indonesia yang mempunyai kandungan batubara sangat potensial. Banyak perusahaan swasta asing maupun perusahaan dalam negeri yang melakukan penyelidikan batubara di provinsi ini, akan tetapi penyelidikan tersebut hanya dilakukan pada masing-masing daerah yang dimilikinya. Oleh karena itu Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral berinisiatif membuat program inventarisasi batubara bersistem di cekungan ini yang telah dimulai dari tahun 2002 dengan menyelesaikan penyelidikan batubara pada lembar peta 1916-11 dan 1916-12. Kemudian tahun anggaran 2003 telah diselesaikan lanjutan penyelidikan ini dengan menyelesaikan lembar peta 1915-44 (Marangkayu), lembar peta 1915-43 (Buanajaya), lembar peta 1817-31 dan 1917-32 (Muarawahau). Tahun Anggara 2004 program dilanjutkan lagi yaitu dengan melakukan inventarisasi pada lembar peta 1816-64 (Long Lees), lembar peta 1816-63 (Marah Haloq), dan lembar peta 1816-61 (Long Nah). Dan pada tahun 2005 ini dilanjutkan dengan inventarisasi di dua daerah yaitu lembar peta 1816-24 (Sungai Senyiur) dan lembar peta 1816-23 (Ritan Baru). Inventarisasi batubara bersistem dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai perbatubaraan yang diperlukan guna menyusun pola penyebaran endapan dan kualitas batubara yang bertujuan untuk melokalisir endapan batubara tersebut serta mengetahui besarnya sumberdaya, sehingga potensi bahan galian batubara di setiap daerah dalam wilayah Cekungan Kutai dapat diketahui. Daerah inventarisasi termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur dan Kecamatan Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis wilayah inventarisasi dibatasi oleh koordinat 00 o 15 00 00 o 30 00 LU dan 116 o 15 00 116 o 30 00 BT yang termasuk dalam lembar peta No. 1816-24 dengan skala peta 1 : 50.000 dari sistem topografi nasional yang diterbitkan oleh Bakosurtanal (Gambar 1). Daerah ini dapat dicapai dengan dua jenis alat transportasi yaitu melalui transportasi darat dan transportasi air. Transportasi darat melalui jalan utama mulai dari Kota Samarinda hingga Tanah Merah, yang kemudian dilanjutkan ke kota Kecamatan Muara Ancalong dan seterusnya ke daerah Senyiur. Transportasi air menggunakan kapalmotor reguler dari kota Samarinda menyusuri Sungai Mahakam ke arah

hulu kemudian masuk Sungai Belayan hingga di ibu kota Kecamatan Kembang Janggut kemudian dialnjutkan dengan jalan darat ke daerah Senyiur. 2. GEOLOGI REGIONAL Batuan Sedimen yang mengisi Cekungan Kutai terdiri dari beberapa formasi antara lain Formasi Marah, Formasi Batuayau, Formasi Wahau dan Formasi Balikpapan (lihat Gambar 2). Keempat formasi tersebut merupakan formasi pembawa batubara dalam Cekungan Kutai. Formasi Marah merupakan batuan sedimen tertua yang mengisi Cekungan Kutai. Terdiri dari perselingan napal dan batulempung berwarna abu-abu tua kecoklat-coklatan bersisipan batugamping, dibagian bawahnya terdapat konglomerat alas. Formasi ini berumur Eosen Akhir. Formasi Batu Ayau terdiri dari batupasir, batulumpur dan batulanau, secara setempat terdapat batugamping dan batubara. Formasi Batu Ayau berumur Eosen Akhir yang terletak selaras diatas Formasi Marah. Formasi Wahau terletak tidak selaras diatas Formasi Batu Ayau. Bagian atas terdiri dari perselingan batulempung, batupasir kuarsa, batupasir lempungan dan batulempung pasiran dengan sisipan batubara. Bagian bawah terdiri dari perselingan batulempung, batupasir kuarsa, batupasir lempungan dan batulempung pasiran dengan sisipan batugamping. Formasi Wahau berumur Miosen Awal. Formasi Balikpapan terletak tidak selaras diatas Formasi Wahau terdiri daribatupasir kuarsa dan batulempung bersisipan batulanau, serpih, batugamping dan batubara. Formasi Balikpapan berumur Miosen Akhir. Berdasarkan pada data terdahulu ( Peta Geologi Skala 1 : 250.000, terbitan Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi lembar Muara Ancalong Karya S. Atmawinata dan N. Ratman tahun 1990) dapat dilihat bahwa Secara regional perlapisan batuan Cekungan Kutai membentuk perlipatan yang sumbunya relatif berarah Baratlaut -Tenggara sampai Baratdaya - Timurlaut. Adapun patahan-patahan pada daerah Inventarisasi umumnya berupa sesar geser yang berarah Baratlaut - Tenggara dan Timurlaut Barat Daya. Berdasarkan uraian geologi reginoal telah disebutkan bahwa di dalam Cekungan Kutai, formasi yang bersifat sebagai pembawa batubara adalah Formasi Marah, Formasi Batuayau, Formasi Wahau dan Formasi Balikpapan. Di daerah inventarisasi terdapat dua formasi tersebut diatas yaitu Formasi Batuayau dan Formasi Balikpapan yang tersingkap di permukaan. 3. HASIL PENYELIDIKAN GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN MORFOLOGI Daerah Inventarisasi umumnya menunjukan morfologi Dataran Bergelombang Rendah Sampai Bergelombang Sedang, serta sebagian kecil Morfologi Dataran Aluvial. Satuan Morfologi Dataran Bergelombang Rendah umumnya ditemukan di daerah sebelah barat dan sebelah timur daerah inventarisasi. Satuan ini dicirikan oleh kemiringan lereng yang kecil, tersusun oleh batuan yang sangat mudah lapuk, tahapan aliran sungai yang menunjukan sungai pada tahapan dewasa dan pola liran sungai trellis, dimana pembelokan arah sungai lebih di pengaruhi oleh struktur lapisan. Satuan morfologi ini ditemukan terutama sekitar sebelah timur aliran Sungai Senyiur, dan sebelah barat aliran Sungai Lurah satuan ini meliputi kurang lebih 40 % daerah inventarisasi. Satuan Morfologi Dataran Bergelombang Sedang ditemukan di tengah daerah inventarisasi, satuan ini dicirikan oleh kemiringan lereng yang agak tinggi, umumnya tersusun oleh batuan yang resisten terhadap pelapukan. Aliran sungainya menujukan tahapan sungai muda dengan pola aliran dendritic dimana pembelokan aliran sungainya lebih dikontrol oleh jenis litologi penyusun. Satuan ini ditemukan pada hulu hulu sungai seperti hulu Sungai Lurah, hulu Sungai Hapai dan hulu Sungai Buung. Satuan ini meliputi kurang lebih 30 % daerah. Satuan morfologi dataran Aluvial ditemukan di sebelah timur dan selatan daerah inventarisasi, satuan ini dicirikan oleh kemiringan lereng yang sangat kecil, tahapan sungainya sudah pada tahapan tua, dicirikan oleh adanya dataran banjir yang cukup luas. Morfologi ini umumnya berupa rawa-rawa yang merupakan aliran dari Sungai Kedang Kepala dan Sungai Belayan. Pada daerah inventarisasi terdapat 2 aliran sungai utama bagian timur daerah inventarisasi semua aliran sungai mengaralir kearah Sungai Senyiur sedangkan bagian barat daerah inventarisasi sungai-sungainya mengalir kearah Sungai Belayan sebagai sungai utama. STRATIGRAFI Dari pengamatan lapangan pada lembar Senyiur ini ditemukan dua fomasi batuan yang berumur tersier dan endapan aluvial yang berumur kuarter. Yang berumur tersier yaitu Formasi Batuayau dan Formasi Balikpapan, sedangkan yang berumur kuarter endapan aluvial. Formasi Batuayau Formasi ini disusun oleh batupasir kasar konglomeratan yang menempati bagian bawah stratigrafi daerah inventarisasi. Bagian bawah formasi ini dibangun oleh batulempung dan batulumpur karbonan. Bagian atas Formasi Batuayau disusun oleh batupasir kuarsa berbutir halus dan berstruktur silangsiur. Pada daerah inventarisasi Formasi Batuayau ditemukan di sebelah Timurlaut sebelah timur aliran sungai Senyiur di sekitar aliran sungai Loa Langsui dan Sungai Katulangan Kanan. Formasi Batuayau menempati sekitar 15% luas daerah inventarisasi dan didominasi oleh endapan batupasir halus pada beberapa tempat terdapat endapan batulempung. Formasi Batuayau berumur eosen ( S. Atmawinata dan N. Ratman, Tahun 1990). Formasi ini merupakan formasi tertua yang terdapat di daerah

inventarisasi. Diatas formasi Batuayau diendapkan secara tidak selaras Formasi Balikpapan. Formasi Balikpapan Formasi ini menutupi 60% daerah penelitian menempati daerah sebelah barat Sungai Senyiur, melampar keselatan sampai ke selatan sampai di daerah hulu Sungai Hiran, kemudian kebarat sampai di batas barat daerah inventarisasi. Formasi Balikpapan terdiri dari konglomerat, batupasir, batulanau dan batulempung di bagian bawah. Kearah atas lebih dominan dibangun oleh batulempung dan sisipan beberapa lapisan batubara. Formasi Balikpapan diperkirakan mempunyai kisaran umur miosen atas hingga pliosen ( S. Atmawinata dan N. Ratman, Tahun 1990). Pada daerah invertarisasi pada daerah daerah sekitar Sungai Hiran dan Sungai Buung formasi ini didominasi oleh endapan batupasir halus sampai batulanau. Sebelah barat dari sungai Buung di sekitar aliran Sungai Hapai dan Sungai Lurah, litologi Formasi Balikpapan berangsur berubah menjadi batulempung dengan di beberapa tempat terdapat lapisan batubara. Formasi Balikpapan pada daerah invventarisasi bertindak sebagai Formasi pembawa batubara ( Coal Bearing Formation ) Endapan Aluvial Endapan Aluvial ditemukan melampar di sebelah Timur dan Selatan daerah inventarisasi umumnya endapan aluvial ditemukan merupakan aluvial dari sungai-sungai utama. Pada daerah sebelah timur aluvial merupakan hasil endapan dari Sungai Kedang Kepala yang terletak disebelah Timur diluar daerah inventarisasi. Sedangkan di selatan aluvial merupakan hasil endapan dari Sungai Belayan yang terletak di Selatan diluar daerah inventarisasi. Endapan aluvial dicirikan oleh material rombakan yang berukuran kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan sisa tumbuhan. STRUKTUR GEOLOGI Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan adanya satu struktur patahan geser yang berlokasi di sebelah pojok Utara baratlaut daerah penyelidikan. Penarikan struktur ini didasarkan adanya gejala kelurusan lembah yang ditemukan di sekitar aliran Sungai Kalipos. Selain adanya pergeseran diperkirakan adanya satu perlipatan yang berbentuk sinklin mencuat yang berarah Baratlaut-Tenggara. Adanya sinklin ini didasarkan atas interpertasi adanya perubahaan arah kedudukan lapisan batuan dari arah sekitar N 250 o E/8 disekitar aliran Sungai Sebaya, kearah kedudukan N 170 o E/10 di daerah hulu Sungai Hapai sekitar aliran Sungai Tempe, Sungai Horei dan Sungai Pondok banyak. 3.2. POTENSI ENDAPAN BATUBARA Dari hasil pengamatan singkapan dan pengamatan data pemboran maka batubara di daerah inventarisasi dapat dikelompokan menjadi 14 lapisan dimana dasar pengkorelasian antar singkapan adalah litologi batubara dan batuan pengapit dengan ciri yang sama. LAPISAN 1 Ditemukan di sebelah baratlaut daerah inventarisasi dengan panjang sebaran 1.500m kemiringan lapisan 10 0 tebal lapisan rata rata 3,60m, lapisan ini merupakan penerusan sebaran dari lembar peta Ritan Baru, di daerah inventarisasi lapisan ini hanya ditemukan sedikit. LAPISAN 2 Lapisan 2 ditemukan pada bagian baratlaut daerah inventarisasi dengan panjang sebaran 5.500m kemiringan rata-rata 10 0 ketebalan lapisan ini terukur pada singkapan di daerah inventarisasi > 3,00m. Dari data pemboran di Lembar Peta Ritan Baru diketahui ketebalan lapisan ini mencapai 11,00m. Pada daerah inventarisasi lapisan ini mempunyai pengapit atas batupasir. LAPISAN 3 Lapisan ini juga ditemukan di sebelah baratlaut daerah inventarisasi sekitar aliran sungai Kalipos dengan panjang sebaran 9.250m, rata-rata kemiringan 10 0, ketebalan terukur pada singkapan > 3,00m. Dari data pemboran yang dilakukan di Lembar Peta Ritan Baru dikatahui ketebalan lapisan ini mencapai 14,00m. seperti pada lapisan 2 lapisan ini juga dapat dikorelasikan ke daerah ritan baru. Penciri yang specific dari lapisan ini adanya sisipan batulempung karbonan setebal 0,10m pada bagian atas. LAPISAN 4 Lapisan ini ditemukan di daerah inventarisasi pada singkapan DHR 21, ketebalan terukur pada singkapan > 4,50m. Lapisan ini mempunyai sebaran lateral sepanjang 5.250m. kemiringan rata-rata 10 0. lapisan ini menerus ke Lembar Peta Ritan Baru baik di bagian utara maupun selatan. LAPISAN 5 Lapisan 5 merupakan lapisan hasil interpolasi dari penyebaran batubara di Lembar Peta Ritan baru. Di daerah inventarisasi sendiri lapisan ini tidak ditemukan dengan jelas indikasinya, penarikan sebaran lapisan ini didasarkan atas kedudukan lapisan terhadap lapisan dibawah dan diatasnya. Ketebalan lapisan ini tidak diketahui. LAPISAN 6 Lapisan 6 ditemukan pada lokasi pemboran SMR 06 dengan ketebalan lapisan 4,52m dan pada lokasi pemboran SMR 07 dengan ketebalan 4,22m. Lapisan ini mempunyai panjang sebaran 11.500m kemiringan terukur pada lubang bor 10 0. lapisan ini mempunyai sebaran umum berarah N 250E, setelah melewati SMR 06 lapisan ini membelok kearah utara dengan arah umum N170E (arah baratlaut). Lapisan 6 ini mempunyai kontinuitas lateral yang cukup baik.

LAPISAN 7 Lapisan ini diperkirakan sebagai lapisan gantung (Lensa), ketebalan lapisan ini terukur pada singkapan 1,20m. Dengan kemiringan rata-rata 10 0. Lapisan ini ditemukan sekitar aliran Sungai Lurah, sebaran kearah barat dan timur lapisan ini tidak ditemukan. LAPISAN 8 Lapisan 8 ditemukan pada lokasi pemboran SMR 08, dengan panjang sebaran 7.500m, ketebalan 1,00m kemiringan rata-rata 10 0. Lapisan ini menerus kearah ritan baru. Penyebaran kearah timur lapisan ini tidak ditemukan. LAPISAN 9 Lapisan 9 merupakan lapisan yang kontinuitas penyebaran lateralnya paling baik di daerah inventarisasi. Lapisan ini ditemukan pada lokasi pemboran SMR 02 dan SMR 03. lapisan ini dicirikan adanya 3 sisipan batulempung dengan ketebalan 0,05 sampai dengan 1,00m, pengapit atas dari lapisan ini adalah batulempung karbonan. Ketebalan total dari lapisan ini 18.500m, dengan kemiringan rata-rata 10 0. Penyebaran kesebelah barat lapisan ini menerus ke Lembar Peta Ritan baru, sedangkan penyebaran kearah timur lapisan ini di daerah hulu Hapai sekitar lokasi pemboran SMR 05. LAPISAN 10 Lapisan ini ditemukan pada lokasi pemboran SMR 01 dengan ketebalan 2,90m dan pada lokasi pemboran SMR 05 dengan ketebalan 1,25m. panjang sebaran dari lapisan ini 6.250m kemiringan rata-rata 10 0. Penyebaran kearah barat lapisan ini tidak dimukan kelanjutannya begitupun dengan penyebaran kearah timur. LAPISAN 11 Ditemukan pada lokasi pemboran SMR 09 dan SMR 12 ketebalan lapisan 12,90m. kemiringan rata-rata 10 0, panjang sebaran 6.000m. lapisan ini dapat dikorelasikan dengan lapisan pada Lembar Peta Ritan Baru, penyebaran lapisan ini kearah timur tidak ditemukan. LAPISAN 12 Ditemukan pada lokasi pemboran SMR 10, dengan ketebalan lapisan 12,4m dan panjang sebaran 6.000m. kemiringan rata-rata dari lapisan ini 10 0. Sama dengan lapisan 11 lapisan ini menerus ke lembar peta Ritan Baru, sedangkan penyebaran kearah timurnya tidak diketahui. LAPISAN 13 Ditemukan pada lokasi pemboran SMR 11 dengan ketebalan 11,50m panjang sebaran 4.500m. Kemiringan 10 0 penyebaran kerah barat dan timur tidak diketahui. LAPISAN 14 Merupakan lapisan batubara paling tua (bawah) yang ditemukan di daerah inventarisasi dengan panjang sebaran 10.000m, ketebalan lapisan ini 1,00m kontinuitas lapisan cukup baik, kemiringan rata-rata 10 0. Dari hasil pengamatan data singkapan, pemboran dan korelasi data di daerah penyelidikan dimana data dikelompokan menurut kedudukannya (Arah jurus dan kemiringannya) dapat dihitung sumberdaya batubara dengan klasifikasi tereka sebanyak: 682.785.787,6 ton. (Dihitung per lapisan batubara yang dibatasi oleh parameter-parameter geologi meliputi ; Struktur geologi dan kemiringan lapisan batubara lihat tabel 1) : KUALITAS BATUBARA Untuk mengetahui kualitas batubara ditentukan berdasarkan hasil analisa kimia dan petrografi. Conto batubara yang dianalisa umumnya adalah batubara hasil pemboran dan beberapa dari singkapan batubara. Analisa kimia yang dilakukan terdiri dari analisa proksimat dengan dasar kering udara dan analisa ultimat yang dilakukan dengan dasar bebas abu dan komposisi abu. Analisa dilakukan pada conto yang didapatkan pada hasil pemboran inti hal ini atas pertimbangan bahwa conto batubara yang didapatkan dari hasil pemboran inti lebih mencerminkan keadaan batubara aslinya ( «fresh» ). Dari analisa didapatkan hasil kisaran harga analisa masing-masing lapisan sebagaimana terlihat dalam tabel 2. (Untuk lapisan 6,9,11,12 dan 13, Lihat tabel 2.): Apabila mengacu kepada penggolongan batubara indonesia berdasarkan nilai kalori dimana Batubara dengan nilai kaloro< 5100 kal/gram adalah batubara dengan kalori rendah, 5100kal/gram 6100 kal/gram batubara dengan kalori menengah, 6100 kal/gram 7100 kal/gram batubara kalori tinggi dan >7100kal/gram batubara kalori sangat tinggi ( Edi R.S, Neraca Batubara Indonesia) maka batubara di daerah inventarisasi umumnya termasuk dalam jenis batubara kalori menengah. 4.KESIMPULAN Dari hasil penyelidikan di lapangan terhadap daerah inventarisasi maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah Formasi Balikpapan 2. Dari data Pemetaan geologi dan pemboran didapatkan 14 lapisan batubara yang membentuk suatu sinklin. 3. Sumberdaya tereka batubara di daerah inventarisasi adalah 682.785.787,6 ton. 4. Berdasarkan hasil analisa batubara di daerah inventarisasi umumnya termasuk kedalam jenis batubara berkalori menengah.

TABEL 1. Perhitungan Sumberdaya Batubara di Daerah Inventarisasi No. Panjang Tebal ratarata (m) S/D 100 ( m) batubara (Ton) Lebar Sebaran Berat jenis Sumberdaya Batubara No Lap Sebaran (m) 1 1 1.500 3,60 575,88 1,3 4.042.677,6 2 2 5.500 11,00 575,88 1,3 45.292.962,0 3 3 9.250 14,00 575,88 1,3 96.949.398,0 4 4 5.250 4,50 575,88 1,3 17.686.714,5 5 6 11.500 4,37 575,88 1,3 37.623.104,2 6 7 4.500 1,20 575,88 1,3 4.042.677,6 7 8 7.500 1,00 575,88 1,3 5.614.830,0 8 9 19.500 21,80 575,88 1,3 301.928.125,5 9 10 6.250 2,08 575,88 1,3 9.732.372,0 10 11 6.000 12,90 575,88 1,3 57.945.045,6 11 12 6.000 12,40 575,88 1,3 55.699.113,6 12 13 4.500 11,50 575,88 1,3 3.8742.327,0 13 14 10.000 1,00 575,88 1,3 7.486.440,0 Total Sumberdaya Tereka di Daerah inventarisasi (Lembar Peta 1816-24 Sungai Senyiur). 682.785.787,6 TABEL 2. Hasil analisa dari beberapa lapisan batubara. Analysis Unit Basis Kisaran Lap 6 Lap9 Lap 11 Lap 12 Lap 13 Free Moisture % Ar 32,05-41,16 43,13-51,83 41,80-49,83 Total Moisture % Ar 47,21-54,39 52,54-56,62 52,96-56,38 Moisture % Adb 13,66-22,93 9,94-16,54 13,05-19,18 12,48* 12,48* Volatile Matter % Adb 39,88-46,79 44,13-49,64 40,12-47,56 45,63* 47,14* Fixed Carbon % Adb 32,31-36,05 34,55-38,28 32,79-35,18 35,22* 34,59* Ash % Adb 3,66-4,90 2,14-5,28 3,37-6,86 4,56* 5,79* Total Sulfur % Adb 0,12-0,18 0,11-0,22 0,11-0,25 0,16 0,16 Sfecific Gravity % Adb 1,32 1,32 1,32 1,40 1,40 Caloritic Cal/ Value gr Adb 4696-5361 5116-5783 4615-5409 5170 5258 HGI % Adb 70,49 70,49 Carbon % Daf 71,32 69,63 5,35 5,35 Hydrogen % Daf 5,20 5.08 0,00 0,00 Nitrogen % Daf 0,60 0,90 0,19 0,19 Sulhfur % Daf 0,17 0,29 23,97 23,97 Oxygen % Daf 22,71 24,10

DAFTAR PUSTAKA 1) Atmawinata S, Ratman,N, 1990, Peta Geologi Permulaan Lembar Muara Ancalong, Kalimantan, Skala 1 : 250.000. Puslitbang Geologi, Bandung 2) Luki Samuel, Muchsin, S, 1975, Stratigraphy and Sedimentation in the Kutai Basin, 4 th Annual Convention, Jakarta, hal. 27-39. 3) Robertson Research, 1978, Coal Resources of Indonesia. 4) Sam Supriatna, 1990, Peta Geologi Permulaan Lembar Muarawahau, Kalimantan, Skala 1 : 250.000, Puslitbang Geologi, Bandung. 5) S. Ilyas, 1996, Eksplorasi Endapan Batubara Di Daerah Muarawahau dan Sekitarnya, Kecamatan Muarawahau, Muaraancalong, Kabupaten Kutai, Provinsi Kalimantan Timur. Laporan DIM. Daerah Inventarisasi GAMBAR 1. Lokasi Daerah Inventarisasi

GAMBAR 2. Stratigrafi Cekungan Kutai di Daerah Inventarisasi

12 9? 50 116 15' 16' 17' 18' 19' 20' 21' 22' 23' 24' 25' 26' 27' 28' 29' 116 30' 00 30' 55.000 TS-6 CB-8 DHR-15 CB-9 1 DHR-16 DHR-17 DHR-18 DHR-20 2 DHR-13 DHR-14 DHR-22 DHR-21 FORMASI 29' BATUAYAU TS-7 Tea 28' DHR-12 50.000 DHR-19 3 27' 4 TS-9 5 Tea 26' SMR-6 4,52 CAMP DHR-3 DHR-8 DHR-7 50 25' 45.000 TS-11 TS-3 6 7 SMR-7 4,22 DHR-4 DHR-3 SMR-1 2,00 SMR-3 4,5 3,4 14,42 SMR-2 1,7 12,20 SMR- 4 0,8 SMR-5 1,25 Lapisan batubara MUARA ANCALONG 24' 23' 40.000 TS-10 TS-2 TS-1 SMR-8 1,57 8 2,64 TS-5 9 10 11 DHR-5 DHR-1 12 13 22' KEMBANG JANGGUT 21' TS-8 DHR-6 SMR-9 15,21 TS-4 SMR-12 10,71 SMR-10 12,42 SMR-11 11,49 PK-10 CAMP 20' 35.000 CB-5 GAMBAR 3. 19' 30.000 CB-4 FORMASI CB-3 50 Pakar SMR-09 SMR- 10` BALIKPAPAN 25 CB-2 CB-1 DHR-17 14 CB-4 DHR-10 PETA GEOLOGI DAN SEBARAN BATUBARA DAERAH SENYIUR 18' 17' 16' 420.000 425.000 430.000 435.000 440.000 00 15'