BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suku bangsa yang hidup dan tinggal di daerah-daerah tertentu di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. 1 Etnobotani juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Ngayau merupakan tradisi Suku Dayak yang mendiami pulau Kalimantan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MASYARAKAT DAYAK: FILOSOFI DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL. Oleh: A.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. oleh suku Dayak. Secara geografis dan domisili penduduk suku Dayak umumnya

BATANG GARING TESIS. Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Bidang Sosiologi agama.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.kepercayaan ini menimbulkan perilaku tertentu seperti berdo a,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

BAB I PENDAHULUAN. animisme dan dinamisme. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya rohroh

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Avis, Paul., God and The Creative Imagination: Metaphor, Symbol, and. Myth in Religion and Theology., New York: Routledge Ltd is A

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

BAB IV MAKNA PERJANJIAN PERKAWINAN ADAT DAYAK NGAJU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20.

Yohanes 4. Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari. Yesus dan Perempuan YESUS DAN PEREMPUAN SAMARIA. Bacalah Yohanes 4:1-42

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di sektor industri pariwisata menjadi perhatian serius

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

SWT. Kehidupan beragama identik dengan kerukunan, akan tetapi tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

Orang Kristen Dan Dirinya Sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dua jenis, laki-laki dan perempuan. Untuk mengikat kedua jenis. dan seluruh keluarga kedua belah pihak.

Pertemuan ke-1 dan ke-2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

Hotel Wisata Etnik di Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri dimanapun kita berada dan hidup di suatu tempat tertentu kita selalu dipengaruhi oleh lingkungan tempat kita tinggal tersebut. Lingkungan memegang peranan penting dalam membentuk kehidupan seseorang atau sekolompok orang. Gereja adalah bagian yang tidak terlepas juga dari hal tersebut. Gereja bertumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan tertentu yang mana lingkungannya juga sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan identitas gereja tersebut. Dalam suatu lingkungan masyarakat ada kebudayaan yang berkembang dan mewarnai kehidupan manusia yang hidup di dalamnya termasuk Gereja. Apabila berbicara mengenai hakikat hidup manusia maka sama saja halnya dengan berbicara mengenai hakikat kebudayaan. Hal tersebut berangkat dari pemahaman bahwa kebudayaan merupakan endapan (intisari) dari kegiatan dan karya manusia 1. Kebudayaan itu sendiri merupakan hasil karya dan penciptaan batin (akal budi) manusia yang terproses dan menyatu serta terefleksi dalam seluruh aspek kehidupan (sosial, ekonomi, pendidikan, kepercayaan, agama, kesenian, adat-istiadat) dari suatu suku bangsa. 2 Istilah adat berasal dari bahasa Arab ada yang artinya kebiasaan atau suatu yang berulang 3. Adat dalam kehidupan orang Dayak 4 di Kalimantan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakatnya. Dalam bahasa Dayak Ngaju 5 adat itu disebut dengan hadat. Seseorang dalam kehidupannya memiliki kewajiban untuk hidup bahadat maksudnya seseorang harus memiliki sopan santun dan tata krama yang diikat oleh sanksi-sanksi hukum hadat leluhur suku Dayak yang turun temurun dipelihara oleh 1 Prof. Dr. C. A. Van Peursen, Strategi Kebudayaan, Kanisius, Yogyakarta, 1976,p. 9 2 Ec. Amu Lanu A. Lingu, Majelis Adat Dayak Kaleng: Menjawab Tantangan Terjadinya Kerusuhan di Kalimantan Tengah, Pusat Penelitian Kebudayaan Dayak Lembaga Penelitian UNPAR dengan Majelis Adat Dayak Propinsi Kal-Teng, 2002, p. 11 3 Ensiklopedia Indonesia, jilid I, hal 19 diambil dari Hermogenes Ugang, Menelusuri Jalur-jalur Keleluhuran, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1983, p. 48 4 Dayak adalah: sebutan yang dipergunakan untuk memberikan identitas bagi seluruh kelompok atau golongan suku yang terdapat di Kalimantan, yakni untuk mereka yang tergolong pada keturunan bangsa Melayu pertama/ proto-melayu (August Hendeland diambil dari Fridolin Ukur, Tantang-Djawab Suku Dayak, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1971, p. 52) 5 Dayak Ngaju adalah: salah satu sub suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah. 1

tua-tua adat atau oloh bakas lewu 6. Dalam kehidupan orang Dayak tidak dibedakan kehidupan yang rohani dan kehidupan yang jasmani, bagi orang Dayak segala sesuatu yang tampak dalam kehidupan jasmani adalah juga yang merupakan kehidupan rohani. Jadi adat atau hadat bagi orang Dayak bukan hanya menyangkut segala sesuatu yang terjadi dan perbuatan yang berulang-ulang saja, akan tetapi lebih daripada itu juga menyangkut segala sesuatu yang dilakukan berdasarkan keyakinan dan kepercayaan. Dimana segala gejalagejala lahiriah selalu dilatarbelakangi oleh yang batiniah; upacara-upacara keagamaan adalah ungkapan dari kepercayaan; sikap dan tingkah laku yang dimotivasi oleh keyakinan. 7 Dalam masyarakat Dayak dikenal suatu adat yang berkaitan dengan upacara kematian yang disebut dengan upacara Pesta Tiwah, melaui upacara ini orang Dayak percaya bahwa roh orang yang telah meninggal dapat sampai ke surga. Pada jaman dahulu upacara Pesta Tiwah disertai pula dengan adat mengayau 8, yaitu apabila ada anggota suku Dayak yang meninggal dunia maka anggota keluarga dan anggota suku lainnya yang masih hidup akan pergi untuk mengayau yaitu untuk mendapatkan kepala manusia. Hal ini dilakukan tidak lain adalah untuk keperluan atau syarat yang dibutuhkan dalam Pesta Tiwah. Orang Dayak percaya bahwa melalui Pesta Tiwah, roh dari orang yang dipenggal (hasil mengayau) akan menjadi hamba atau budak dari anggota keluarganya yang telah meninggal di surga. 9 Adat mengayau tersebut tampak dalam konflik yang terjadi antara suku Dayak dan suku Madura baik yang terjadi di Kalimantan Barat (Desember 1996 Februari 1997) maupun konflik suku Dayak dan suku Madura di Kalimantan Tengah yang terjadi di Sampit (18 20 Februari 2001). Sebenarnya seiring dengan perkembangan jaman terjadilah perubahan di berbagai sektor kehidupan masyarakat Dayak dan adat mengayau sudah disepakati untuk tidak dilaksanakan lagi. Melalui Perjanjian Tumbang Anoi yang dilaksanakan pada tahun 1894, adat mengayau disepakati bersama oleh suku-suku Dayak yang ada di Kalimantan untuk dihentikan dan tidak dilaksananakan lagi. Kemudian disepakati pula agar darah manusia 6 Op. cit 2, p. 24 7 Hermogenes Ugang, Menelusuri Jalur-jalur Keleluhuran, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1983, p. 49-50 8 Mengayau adalah: mencari dan kemudian membunuh orang lain dengan cara memenggal kepala orang tersebut. Hal ini dilatarbelakangi oleh kepercayaan orang Dayak bahwa roh orang yang dipenggal kepalanya di akhirat akan menjadi hamba baginya. 9 Sarwoto Kertodipoero, KAHARINGAN: Religi dan Penghidupan di Pehuluan Kalimantan, Sumur Bandung, Bandung,1963, p. 62 2

ditiadakan dalam upacara-upacara keagamaan termasuk upacara Pesta Tiwah dan sebagai gantinya maka dipergunakanlah darah binatang. 10 Di lain pihak, para misionaris yang dulu datang ke Kalimantan melihat adanya upacara kurban yang mengurbankan manusia seperti halnya dalam upacara Pesta Tiwah sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima dan dianggap kafir. Mereka memandang bahwa kebudayaan Dayak adalah kafir karena ia berpusat dan digerakkan oleh kepercayaan kafir. 11 Tekanan dan pandangan yang demikian ini menyebabkan mereka yang menjadi Kristen meninggalkan dan menjauhkan diri dari kebudayaannya sendiri. Dalam kehidupan mula-mula Gereja Kalimantan Evangelis hal itu tampak dengan adanya larangan untuk orang Kristen hadir dalam upacara-upacara Kaharingan. 12 Pengaruh dari misionaris Barat yang mula-mula masuk ke Kalimantan masih terasa dalam kehidupan orang Dayak Kristen sampai sekarang. Namun dalam perkembangan selanjutnya gereja tampak sudah mulai ada keterbukaan terhadap kebudayaan dan adat, meskipun kecenderungan untuk menolak dan melihat adat atau kebudayaan sebagai sesuatu yang kafir masih terasa. Sikap tidak mau tahu terhadap adat yang ada di lingkungannya ikut dipengaruhi oleh pandangan dari para misionaris yang dahulu menganggap adat adalah bagian dari kekafiran. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa adat memiliki akar yang kuat dalam masyarakat Dayak, sehingga Pesta Tiwah masih dilakukan sampai pada saat ini. Upacara Pesta Tiwah memiliki nilai-nilai yang sangat penting bagi masyarakat Dayak di Kalimantan, sehingga nilai-nilai tersebut patut untuk digali agar kehidupan bergereja dapat benar-benar mengakar pada jemaat dan masyarakat di mana gereja itu berada. Asumsi penulis, gereja belum secara optimal menggali nilainilai luhur yang ada dalam adat Pesta Tiwah, padahal hal itu mencerminkan pola pikir dan nilai-nilai luhur hidup orang Dayak yang tentu saja penting untuk dipahami. 10 Op. cit 7, p. 54 11 Fridolin Ukur, Tantang-Djawab Suku Dayak, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1971, p. 242 12 Kaharingan sejak tahun 1945 dipergunakan sebagai sebutan untuk agama-agama suku (suku Dayak) yang ada di Kalimantan Tengah. Sejak Tahun 1980, agama Kaharingan menggabungkan diri dengan agama Hindu dengan istilah Hindu-Kaharingan (Surat keputusan Bimas Hindu-Budha No. H/37/SK/1980, Jkt. 19 April 1980). 3

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang ada di atas maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini: 1. Apa yang menjadi pandangan orang Dayak mengenai upacara Pesta Tiwah. 2. Bagaimana orang Dayak melihat upacara Pesta Tiwah sebagai suatu bagian dari adat yang mimiliki nilai-nilai penting bagi keseluruhan hidup mereka. 3. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam unpacara Pesta Tiwah. C. Judul Berdasarkan upaya pemahaman masalah tersebut, judul yang penulis pilih untuk skripsi ini adalah: Nilai-nilai Upacara Pesta Tiwah dan Relevansinya bagi Kehidupan Jemaat di Kalimantan D. Batasan Masalah Dalam tulisan ini penulis akan membuat batasan masalah yang adalah sebagai berikut : 1. Suku Dayak yang ada di Kalimantan masih terbagi lagi dalam banyak suku-suku yang lebih kecil, oleh karena itu penulis akan membatasi tulisannya ini berdasarkan salah satu sub-suku Dayak yaitu suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Namun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan contoh dari suku lain jika itu dianggap dapat memperjelas maksud dari tulisan yang ada. Suku Dayak Ngaju adalah salah satu suku yang ada di Kalimantan. Ngaju berarti udik, suku Dayak Ngaju adalah suku yang mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan dan banyak pula yang tinggal di daerah Banjarmasin. Kuala Kapuas, Mandomai, Kuala 4

Kurun, Tewah, Pakoh (Kalimantan Tengah) dan Banjarmasin (Kalimantan Selatan) adalah pusat kemajuan atau peradaban suku Dayak Ngaju tersebut. 13 2. Hampir semua suku-suku Dayak mengenal budaya yang lekat dengan upacara kematian, namun tidaklah memungkinkan untuk membahasnya secara keseluruhan pada kesempatan ini. Oleh karena itu penulis membatasi tulisan ini hanya pada upacara Pesta Tiwah yang dilakukan oleh suku Dayak Ngaju. E. Tujuan Penulisan 1. Memahami adat Pesta Tiwah yang dilakukan oleh orang Dayak Ngaju yang ada di Kalimantan Tengah. 2. Mencari relevansi nilai-nilai upacara Pesta Tiwah bagi kehidupan jemaat Kristen di Kalimantan. F. Metode Penelitian Metode penulisan yang akan digunakan adalah metode deskriptif-analitis yaitu dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan mengenai Pesta Tiwah kemudian melihat apa saja nilai-nilai yang ada di dalamnya dan merelevansikannya dalam kehidupan bergereja. Selain itu penyusun juga menggunakan metode wawancara yaitu dengan orang-orang dari suku Dayak yang masih melakukan Pesta Tiwah, hal tersebut dilakukan untuk mencocokkan data-data yang diperoleh dari sumber tertulis. G. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan Di dalam bab I ini penulis akan memaparkan latar belakang masalah, Rumusan masalah, alasan pemilihan judul, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan. 13 Nila Riwut, ManeserPanatau Tatu Hiang: Menyelami Kekayaan Leluhur, Pusakalima, Palangka-Raya, 2000, p. 89 5

Bab II. Upacara Pesta Tiwah Dalam bab II ini penulis akan menuliskan tentang latar belakang upacara Pesta Tiwah yaitu mengenai ajaran apa yang menjadi panutan dalam pelaksanaan upacara tersebut. Menjelaskan bagaimana pelaksanaan upacara Pesta Tiwah dan diakhiri dengan memaparkan apa yang menjadi pandangan orang Dayak Ngaju mengenai upacara Pesta Tiwah itu sendiri. Bab III. Nilai-nilai Dalam Upacara Pesta Tiwah dan Relevansinya Dalam bab III penulis terlebih dahulu akan membahas mengenai lima sikap terhadap budaya Niebuhr, kemudian melihat nilai-nilai yang terkandung dalam upacara Pesta Tiwah baik itu nilai positif maupun negatif. Berangkat dari nilai-nilai tersebut penulis akan melihat apa saja yang dapat diambil relevansinya bagi kehidupan bergereja berdasarkan kelima sikap Niebuhr tersebut. Bab IV. Penutup Pada bagian Penutup berisi kesimpulan dan saran-saran 6