BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat dipimpin oleh Amerika Serikat dengan ideologi kapitalisme dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet dengan ideologi komunisme. Selama Perang Vietnam berlangsung, Cina sebagai sekutu ideologi Vietnam memberi bantuan militer maupun ekonomi dalam menghalau serangan Amerika Serikat. Cina memberikan dukungan penuh bagi Vietnam Utara untuk mempertahankan diri sekaligus merebut Vietnam selatan dari Amerika Serikat. Hubungan Vietnam dengan Cina selama perang berlangsung sangat harmonis. Perang Vietnam akhirnya dapat dimenangkan oleh Vietnam Utara dengan memukul mundur pasukan Amerika Serikat dari Vietnam Selatan. Hubungan Vietnam dengan Cina setelah berakhirnya Perang Vietnam mengalami perubahan. Hubungan yang sebelumnya harmonis berubah menjadi konflik. Dengan mundurnya Amerika Serikat dari Vietnam Selatan, memberi ruang bagi Vietnam dan Cina untuk menjadi negara yang memiliki pengaruh di kawasan Indocina. Puncak konflik yaitu pada saat Vietnam menginvasi Kamboja pada tahun 1976. Vietnam menganggap Cina berusaha memberi pengaruh pada pemerintahan Kamboja untuk melemahkan Vietnam. Sejak berakhirnya Perang Dingin yang berdampak dengan runtuhnya Uni Soviet, Vietnam menghadapi perubahan konstelasi dunia. Vietnam menilai, jika tidak menentukan sikap di tengah perubahan tersebut, maka kehancuran seperti yang terjadi pada Uni Soviet dapat terjadi. Banyak pilihan yang dihadapi, yaitu ikut serta dalam arus globalisasi atau menutup diri dari dunia
internasional. Pada akhirnya, kebijakan yang diambil yaitu ikut serta dalam globalisasi internasional, dengan didahului perubahan kebijakan politik dalam negeri. Perubahan besar dilakukan oleh Vietnam yaitu melalui perubahan politik dalam negeri dan luar negeri, di dalam negeri didahului dengan Doi Moi tahun 1986. Vietnam mulai membuka diri terhadap dunia internasional, salah satunya dengan melunaknya sikap Vietnam terhadap negara negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN. Dengan bergabung dalam ASEAN, maka hal ini semakin mengukuhkan negaranya dalam lingkup regional. Vietnam membutuhkan ASEAN untuk perimbangan kekuatan negara, dimana Cina merupakan ancaman yang sangat besar di kawasan Asia Tenggara terutama bagi Vietnam. ASEAN sebagai wadah untuk menghindarkan konflik baru, mengadakan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan, dan mengajak untuk mengembangkan stabilitas kawasan. Vietnam mulai mengubah kebijakan luar negerinya untuk menjalin hubungan kembali dengan Cina pada tahun 1991. Hubungan diplomatik dan kerjasama ekonomi mulai berkembang. Kedua negara saling melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan hubungan seperti yang telah terjalin harmonis seperti saat Perang Vietnam berlangsung. Pada tahun 1995 Vietnam juga melakukan normalisasi hubungan dengan Amerika Serikat, walaupun baru pada tahun 2001 berjalan efektif. Vietnam menjalin hubungan diplomatik serta kerjasama perdagangan dengan Amerika Serikat. Sebagai negara komunis, Vietnam memiliki kedekatan khusus dengan negara Cina sebagai negara sesama penganut paham Komunis. Selain kedekatan dalam kesamaan basis ideologi, saat ini kedua negara memiliki hubungan kerjasama ekonomi yang sangat baik dikarenakan letak kedua negara yang sangat dekat. Namun, dari sisi lain hubungannya dengan Cina mengalami ketegangan masalah perbatasan Laut Cina Selatan. Ketegangan ini dapat
sewaktu waktu muncul dan menjadi bom waktu bagi kedua negara. Pada saat yang bersamaan, Amerika Serikat semakin gencar menjalin kemitraan dengan Vietnam. Amerika Serikat menjalin bidang pertahanan dan keamanan. Hal ini dinilai sebagai usaha Amerika Serikat untuk merangkul Vietnam dalam usaha untuk memberikan pengaruh ideologi. Dalam tesis ini akan dibicarakan mengenai alasan perubahan Kebijakan Luar Negeri Vietnam terhadap dua negara Amerika Serikat dan Cina. Di satu sisi Vietnam merupakan sekutu Cina dalam ideologi dan banyak membantu Vietnam selama Perang Vietnam, namun di sisi lain mereka memiliki konflik masalah urusan perbatasan yang setiap saat dapat memuncak. Pada saat yang sama, Vietnam sedang menjalin hubungan kerjasama dengan Amerika Serikat baik kerjasama bidang ekonomi maupun bidang pertahanan dan keamanan. Cina terusik dengan hubungan antara kedua negara tersebut yang sebelumnya pernah menjadi musuh bebuyutan, namun sekarang menjalin hubungan yang harmonis. Cina berusaha menekan Vietnam untuk membatasi hubungannya dengan Amerika Serikat. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari tesis ini yaitu: Mengapa kebijakan luar negeri Vietnam pada Cina dan AS mengalami perubahan? C. Literature Review Isu mengenai pergeseran kebijakan Vietnam terhadap dunia internasional, terutama dengan Cina dan Amerika Serikat, sangatlah menarik untuk dikaji. Sebelumnya telah ada beberapa orang yang telah menulis mengenai hubungan Vietnam dengan Cina AS. Tulisan pertama adalah tulisan dari Denny Roy yang menyebutkan bahwa negara negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN termasuk Vietnam memiliki dua sikap terhadap Cina, yang pertama yaitu
melakukan perimbangan kekuasaan (balancing) melalui ASEAN dalam hal mengantisipasi ancaman keamanan serta ketegangan dengan Cina. 1 Selanjutnya, ASEAN mengambil langkah untuk bersekutu atau berada dalam pihak yang sama (bandwagoning) dengan Cina dalam lingkup ekonomi untuk mencari keuntungan yang sebesar besarnya. Dalam hubungan bilateral, Vietnam berusaha untuk menghindari pertentangan dengan Cina terutama mengenai masalah wilayah perbatasan yang disengketakan, sehingga mengambil langkah balancing. 2 Sejak melakukan hubungan normalisasi tahun 1991, Vietnam Cina meningkatkan kerjasama ekonomi serta kerjasama mengenai wilayah perbatasan. Berbeda dengan tulisan James Bellacqua, menurutnya Vietnam lebih memprioritaskan kerjasama ekonomi dengan Cina semenjak normaliasi hubungan. Cina menjadi partner dagang terbesar Vietnam, karena secara geografis sangat dekat. Di sisi lain, mereka saling kerjasama dimana Vietnam belajar dari Cina mengenai kesuksesan Cina menerapkan ekonomi pasar, sebaliknya Cina belajar dari Vetnam dalam hal reformasi politik. 3 Sehingga menurutnya ada saling timbal balik diantara kedua Negara. Sedangkan dalam hubungan Vietnam AS, menurut Storey dan Thayer dalam tulisannya Denny Roy, Khusus dalam rangka penyeimbangan kekuatan mengenai wilayah perbatasan, Vietnam melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat dalam bidang militer, seperti melalui kerjasama latihan militer bersama. 4 Berbeda dengan pandangan Evelyn Goh,yang melihatnya dari dua aspek ekonomi dan militer, menurutnya Amerika Serikat memiliki kemampuan proyeksi dan tingkat ekonomi global sangat besar, sehingga Vietnam melakukan prioritas kerjasama ekonomi karena menyadari bahwa banyak keberhasilan ekonomi negara Asia Timur bergantung pada akses pasar ke Amerika Serikat. 1 Roy, Denny. Southeast Asia and China: Balancing or Bandwagoning?. Singapore, Jurnal Contemporary Southeast Asia, 2005. hal 307. 2 Ibid,hal.315 3 James Bellacqua, The China Factor in U.S. Vietnam Relations.CNA-China Studies.2012. hal.11 4 Storey,Ian.and Carlyle A.Thayer. Cam Ranh Bay: Past Imperfect, Future Conditional dalam Roy, ibid.hal 315
Vietnam menilai bahwa Amerika Serikat memiliki kekuatan besar terutama dalam militernya yang akan berdampak sangat besar pada masalah keamanan di Asia, sehingga sangat penting untuk melakukan kerjasama keamanan. 5 Hampir sama dengan Goh, James Belacqua, melihat bahwa Vietnam menjalin hubungan dengan Amerika Serikat dikarenakan faktor ekonomi, dimana Vietnam dapat memasarkan produknya, sekaligus Vietnam menjadi tujuan investasi. Di sisi lain, faktor keamanan juga menjadi motivasi Vietnam dalam membina kerjasama. 6 D. Kerangka Teori Teori yang dipergunakan dalam tesis untuk menganalisa kebijalan luar negeri Vietnam terhadap Cina dan Amerika Serikat adalah rational choice theory dalam proses pembuatan keputusan dan shadow of the future theory. 1. Rational Choice Theory Teori rational choice mendasarkan pada kalkulasi untung - rugi, sehingga didapatkan keputusan yang menguntungkan sesuai dengan alteratif alternatif yang telah ditelaah sebelumnya. Pertimbangan mengenai keuntungan yang dihasilkan dalam suatu kerjasama, menjadi dasar utama bagi suatu negara untuk menjalin kerjasama dengan pihak lain. Dalam hubungan internasional, khususnya dalam pembahasan terhadap proses pembuatan keputusan yang menggunakan pendekatan rational choice didefinisikan sebagai: Prosedur pembuatan keputusan yang yang melalui suatu proses pendefinisian situasi dengan menimbang tujuan, serta melakukan pertimbangan atas keseluruhan alternative, sehingga dimungkinkan untuk memilih opsi yang paling mungkin dalam rangka mencapai hasil paling tinggi 7 Sedangkan konsep rational choice theory menurut Andrew T. Guzman, bahwa suatu negara akan bertindak secara rasional, dengan mementingkan 5 Goh, Evelyn. Meeting the China Challenge: The U.S. in Southeast Asian Regional Security Strategies. Washington, East-West Center, 2001.Hal.27 6 Bellacqua, James. The China Factor in U.S. Vietnam Relations.CNA-China Studies, 2012. hal.8 7 W.Kegley,JR, Charles, dan Shanon L. Blanston. Word Politics Trend and Transformation.Boston, Cengage Brain,2010.hal.196
kepentingan sendiri serta berusaha sekuat tenaga untuk mengidentifikasi kondisi yang ada untuk mengejar kepentingannya dengan tidak memikirkan kepentingan serta kesejahteraan negara lain demi keuntungan sebesar besarnya bagi negaranya sendiri. 8 Dalam teori rational choice ini, dikedepankan perilaku yang didasarkan pada optimalisasi pilihan pilihan dari informasi yang telah dikumpulkan mengenai tindakan tertentu. Menurut Charles,W.Kegley dan Eugene R.Wittkopf: Problem Recognition and Definition, Goal Selection, Identification oh Alternatives, dan Choice, 9 merupakan urutan proses pengambilan keputusan, meliputi: 1) Pengakuan dan definisi masalah Pada tahap ini ada beberapa langkah yang dilakukan, pertama dilakukan yaitu melihat kondisi karakteristik masalah yang ada, kemudian melakukan pengumpulan informasi serta motivasi yang sesuai dengan kemampuan serta tindakan yang akan dibuat sebagai kebijakan politik luar negeri. Dalam tahap ini, Vietnam pasca Perang Dingin yang ditandai oleh runtuhnya Uni Soviet, melihat bahwa posisinya sangat rentan, karena secara geografis berada di wilayah Asia Tenggara dan bersebelahan dengan Cina yang secara ekonomi dan militer sangat kuat dominasinya. Vietnam harus segera menyelamatkan dirinya, bahwa konstelasi dunia berubah dengan sangat cepat, dan jika tidak hati hati maka keruntuhan Uni Soviet dapat mengancam Vietnam di kemudian hari. 8 T. Guzman, Andrew. How International Law Works: A Rational Choice Theory. New York, Oxford University Press, 2008. hal.17 9 Charles W.Kegley. ibid, hal. 196
2) Tujuan seleksi Melaksanakan proses seleksi dari rencana rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan. Vietnam berusaha untuk tetap bertahan dan menyelamatkan diri walaupun tetap menggunakan ideologi komunis di tengah berubahnya konstelasi dunia internasional.. Belajar dari kasus Uni Soviet, Vietnam tidak hanya ingin bertahan, namun juga dapat berkembang secara pesat dalam ekonomi sedang di sisi keamanan tetap aman dari ancaman gangguan negara lain. 3) Identifikasi alternatif Mengidentifikaasi alternatif alternatif pilihan kebijakan yang diperlukan dalam menunjang pengimplementasian politik luar negeri. Dengan derasnya arus globalisasi ekonomi dunia, Vietnam melihat hal ini sebagai peluang besar untuk ikut serta dalam mengembangkan ekonominya. Merupakan suatu kerugian yang besar jika Vietnam tidak mengambil peluang tersebut, tetapi hanya terus menjaga jarak dengan dunia internasional dan hanya bekerjasama dengan sesama negara komunis. 4) Pilihan Pemilihan kebijakan yang paling akurat untuk dapat dilaksanakan guna mencapai keberhasilan tertinggi dalam kebijakan politik luar negeri. Kebijakan yang diambil Vietnam adalah untuk ikut serta dalam globalisasi dan berusaha untuk mendapatkan perkembangan yang pesat. Untuk menunjang pencapaian tujuan, dibuat beberapa strategi, antara lain dengan melakukan reformasi politik, bergabung dengan ASEAN, membuka hubungan kerjasama ekonomi, serta keamanan.
2. Shadow of the Future Theory Konsep lain sebagai pendukung Rational Choice adalah konsep shadow of the future yang merupakan salah satu konsep dalam game theory. Dalam konsep ini untung dan rugi diperhitungkan oleh aktor dalam hal ini negara sebagai konsekuensi dari kebijakan yang diimplementasikan. Pertimbangan keuntungan yang lebih besar di masa depan menjadi tujuan utama daripada keuntungan yang didapat saat ini merupakan salah satu tujuan konsep ini. 10 Bahwa suatu Negara harus dapat bekerjasama dengan negara lain dalam lingkup dunia internasional merupakan suatu keharusan. Agar suatu kerjasama dapat berhasil maka diperlukan suatu interaksi yang berkesinambungan serta sistem pemantauan agar hasil dapat maksimal. Dalam konsep ini ada dua hal yang harus diperhatikan agar suatu kerjasama dapat berhasil, yaitu tawar menawar dan masalah pelaksanaan. 11 Tawar menawar dilakukan sebelum kerjasama dijalankan agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Aktor harus memiliki bayangan hasil di masa mendatang serta konsekuensi yang akan dilakukan. Sebelum membuat kerjasama maka semua harus direncanakan dengan tepat agar selanjutnya dapat dilakukan dengan baik sehingga terhindar dari kerugian. Sedangkan dalam masalah pelaksanaan harus dipertimbangkan pihak pihak yang melakukan kerjasama karena aktor disini tidak hanya ada dua actor namun kerjasama internasional bisa terdiri tiga aktor atau lebih untuk mencegah terjadiya kerugian di salah satu pihak karena prinsip dasar kerjasama adalah semua mendapatkan keuntungan. 10 McBride, Michael, and Stergios Skaperdas. Conflict, Settlement, and the Shadow of the Future. http://www.economics.uci.edu/files/economics/docs/thdworkshop/w09/mcbride.pdf. 11 James D. Fearon. Bargaining, Enforcement, and International Cooperation. Vol. 52. 2. the MIT Press. http://graduateinstitute.ch/files/live/sites/iheid/files/sites/political_science/shared/political_science/_pre vious/2011_spring_semester/dynamics_of_conflict_and_cooperation/fearon%20bargaining%20enforc ement.pdf.
Dalam teori ini, keuntungan yang lebih besar di masa mendatang menjadi tolak ukur dalam melakukan kerjasama. Potensi keberhasilan suatu kerjasama maupun kegagalan dalam kerjasama memiliki kemungkinan yang sama sehingga kerjasama antar negara harus dipahami melalui logika. Sehingga setiap keputusan aktor dalam pelaksanaan kerjasama diasumsikan merupakan keputusan yang rasional karena telah melalui strategi dalam rangka memaksimalkan hasil. Teori ini sesuai dengan kondisi Vietnam saat itu di saat keterpurukan ekonomi, mereka berusaha memikirkan masa depan bagi Negara. Bahkan dengan Doi Moi Vietnam berusaha merubah diri untuk terbuka, walau tidak sesuai dengan konsep sosialisme yang dianutnya namun yang diharapkan adalah hasil ke depannya bagi keberlangsungan ekonomi Vietnam. Dalam hal ini konsep tawar dalam shadow of the future theory bisa diartikan bahwa walaupun Vietnam mulai membuka diri bagi dunia internasional, namun mereka tetap tidak ingin merubah jati diri sebagai negara sosialis. Sedangkan dalam konsep pelaksanaan, Vietnam bekerjasama dengan Negara Negara lain dalam kerjasama ekonomi secara bilateral maupun secara multilateral seperti melalui ASEAN. E. Hipotesis Dengan melihat kebijakan Vietnam sebelum dan setelah perang dingin, serta mengidentifikasi berbagai macam alternatif pilihan menggunakan rational choice theory dan didukung shadow of the future theory hipotesis yang diajukan ialah Vietnam menerapkan kebijakan luar negeri dengan karakter balancing serta bandwagoning terhadap Cina serta AS. Sedangkan perubahan pergeseran kebijakan kepada kedua negara tersebut dikarenakan berubahnya tatanan dunia internasional, khususnya meluasnya globalisasi. Vietnam melakukan kebijakan ini agar tidak tergerus arus globalisasi, di sisi lain masih
tetap bertahan dengan ideologi sosialis. Vietnam melakukan perubahan kebijakan ekonomi untuk mengikuti ekonomi pasar dengan melakukan kerjasama yang intensif pada kedua negara tersebut. F. Metode Penelitian Penelitian mengenai kebijakan luar negeri Vietnam terhadap Cina dan AS pasca Perang Dingin ini, bertujuan untuk mengupas kebijakan luar negeri Vietnam sebelum dan sesudah perang dingin terhadap kedua negara tersebut. Lebih khusus, penelitian ini ingin mengetahui alasan berubahnya politik luar negeri Vietnam terhadap Cina dan AS. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori, yang berusaha menjelaskan fenomena fenomena yang diamati. Sedangkan metode penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Analisis data dilakukan melalui kajian pustaka yang berasal dari berbagai macam sumber, seperti buku,jurnal, berita media cetak maupun elektronik online. G. Sistematika Penulisan Penulisan tesis mengenai Kebijakan Luar Negeri Vietnam Pasca Perang Dingin diantara Rivalitas Cina AS, akan dibagi ke dalam lima bab untuk mempermudah pembahasannya. Bab I Pendahuluan Merupakan pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, Literatur Review, Kerangka Teori, hipotesa, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Bab ini tujuannya untuk memberikan gambaran umum penelitian. Bab II Vietnam dalam Politik Internasional pada Masa Perang Dingin
Dalam bab ini akan dibahas masing masing mengenai Kondisi dunia dalam Perang dingin beserta posisi Vietnam pada masa perang dingin Bab III Kebijakan Luar Negeri Vietnam Pasca Perang Dingin Terhadap Cina dan AS Bab ini membahas mengenai perubahan kebijakan Politik Luar Negeri Vietnam pasca Perang Dingin. Membahas mengenai hubungan Vietnam Cina serta Vietnam - AS Bab IV Faktor Faktor yang Mmempengaruhi Perubahan Kebijakan Luar Negeri Vietnam Dalam bab ini dibahas mengenai factor factor yang mempengaruhi perubahan kebijakan politik luar negeri Vietnam secara umum. Pembahasan lebih mendalam pada waktu setelah berakhirnya perang dingin, banyak isu berkembang, terutama isu politik serta ekonomi sangat berpengaruh dalam pola hubungan internasional Bab V Kesimpulan Di dalam bab ini berisi kesimpulan mengenai hubungan antara Vietnam dengan Cina dan Amerika Serikat terjadi pergeseran kebijakan antara semasa Perang Dingin dengan sesudah Perang Dingin, yang dipengaruhi oleh perubahan konstelasi dunia internasional, terutama dalam bidang ekonomi dan politik.