HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

ISSN Vol 2, Oktober 2012

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID KELAS III SDN 32 BEURAWE BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR MURID SD NEGERI DI KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

Copyright 2005 by Medical Faculty of Diponegoro University ARTIKEL ASLI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI (Fe) DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI KUDU 02 KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD ADVENT DI KOTA MEDAN TAHUN Oleh : SUNTHARA VIGNES MOOGAN

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Siswa Sdn Sawahan I/340 Surabaya

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa. latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

Yolanda Syahfitri Yanti Ernalia Tuti Restuastuti ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

PENGARUH STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PRESTASI AKADEMIK ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN. Oleh: TN BADIUZZAMAN BIN TUAN ISMAIL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SISWI KELAS 5 SD YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN. Oleh: MUKHAMAD FARIED

HUBUNGAN ASUPAN MAKRONUTRIEN (KARBOHIDRAT, LEMAK, PROTEIN) DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1 POLOKARTO KAB

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN

Transkripsi:

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO Retno Dewi Noviyanti, S.Gz,. M.Si Dosen S1 Ilmu Gizi Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya kemampuan intelektual yang akan berdampak pada prestasi belajar di sekolah. Kurang gizi berhubungan erat dengan pencapaian akademik anak sekolah yang semakin rendah. Jenis penelitian ini adalah Cross-sectional. Penelitian dilakukan di SDN Margomulyo III Pada siswa kelas 6 sebanyak 32 anak yang akan menempuh Ujian Nasional tahun 2015. Analisis data menggunakan uji Pearson Product Moment. Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap nilai Ujian Nasional siswa SDN Margomulyo III Rata-rata status gizi siswa berdasarkan IMT/U adalah -0,36 ± 1,36 dengan kategori kurus sebesar 12,5%, kategori normal sebesar 71,9%, kategori gemuk sebesar 12,5% dan kategori obesitas sebesar 3,1%. Nilai rata-rata Ujian Nasional siswa adalah 85,81 ± 9,71 dengan kategori kurang sebanyak 9,4% dan kategori baik sebanyak 90,6%. Hasil uji Pearson Product Moment diperoleh nilai p=0,643. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan status gizi terhadap nilai ujian nasional siswa SDN Margomulyo III Kata Kunci : status gizi, nilai Ujian Nasional, anak sekolah dasar. ABSTRACT Nutritional status is a state of body as a result of the consumption of food and use nutrients. Nutritional status affects the growth and development of children, one of them is intellectual abilities that will impact learning achievement at school. Malnutrition is related to academic achievement of school children are getting lower. This research used crosssectional research method. This research was conducted in SDN Margomulyo III Research subjects were used student in grade 6 consist of 32 student who will have taken the National Exam in 2015. The data of the research were analyzed by using Pearson Product Moment formula. This formula used to analysis the relationship between nutritional status with the National Exam scores of students of SDN Margomulyo III The average of nutritional status based on BMI for Age was -0.36 ± 1.36, underweight category 12.5%, normal 71.9%, obese 12.5% and obesity 3.1 %. The average of the National Exam scores students was 85.81 ± 9.71, less score 9.4% and good score 90.6%. The results of Pearson Product Moment test was p = 0.643. Based on the results of the research can be concluded that there was no relationship between the nutritional status with the National Exam scores of students of SDN Margomulyo III Keywords: nutritional status, National Exam scores, elementary school children.

LATAR BELAKANG Anak adalah aset sumber daya manusia (SDM) dan generasi penerus bangsa. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengembangan kualitas SDM.. Kecukupan gizi sangat mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas kerja manusia. Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003). Anak sekolah berada pada perkembangan yang cepat dalam proses intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif. Untuk menunjang perkembangan dan fisik tersebut dibutuhkan berbagai macam zat gizi yang diperlukan dalam jumlah yang mencukupi untuk memenuhi perkembangan dan pertumbuhan yang baik, karena peran gizi sangat menentuan keadaan kesehatan anak. Berkaitan dengan hal tersebut, banyak faktor yang mempengaruhi status gizi baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor langsung meliputi konsumsi makanan dan penyakit infeksi. Faktor tidak langsung meliputi pengetahuan dan pendidikan orang tua, tingkat pendapatan/status ekonomi, lingkungan dan sosial budaya (Supariasa dkk, 2001). Kelompok anak sekolah (7-12 tahun) merupakan kelompok rentan gizi, kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan proses pertumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar (Sediaoetama, 2006). Menurut Riskesdas 2007, status gizi anak umur 6-14 tahun berdasarkan IMT yang dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Berdasarkan standar WHO, secara nasional prevalensi kurus adalah 13,3% pada laki-laki dan 10,9% pada perempuan. Sedangkan prevalensi BB lebih pada laki-laki 9,5% dan perempuan 6,4%. Berdasarkan provinsi, Nusa Tenggara Timur mempunyai prevalensi kurus tertinggi baik pada anak laki-laki (23,1%) maupun pada anak perempuan (19,1%). Sedangkan prevalensi kurus terendah di Bali, yaitu 8,3% pada anak laki-laki dan 6,9% pada anak perempuan. Prevalensi BB lebih pada anak umur 6 14 tahun tertinggi di Sumatera Selatan untuk anak lakilaki (16,0%) dan untuk anak perempuan di NAD (12,0%). Prevalensi BB lebih terendah ditemukan di NTT baik pada anak laki-laki (4,6%) maupun pada anak perempuan (3,2%). Sedangkan di provinsi Jawa Timur laki-laki kurus sebanyak 12,6% dan BB lebih sebanyak 11,1% dan perempuan kurus sebanyak 10,8% dan BB lebih sebanyak 6,5%. Menurut data Riskesdas 2010 secara nasional status gizi berdasarkan IMT/U pada anak umur 6-12 tahun adalah sebagai berikut laki-laki sangat kurus 5,1%, kurus 8,1%, gemuk 10,7 % dan perempuan sangat kurus 4%, kurus 7,2% dan gemuk 7,7%. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Muliadi, 2007). Status gizi berkaitan erat dengan kecerdasan kognitif seseorang. Status gizi mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya kemampuan intelektual yang akan berdampak pada prestasi belajar di

sekolah. Rendahnya status gizi pada anak-anak sekolah akan membawa dampak negatif pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kurang gizi kronis berhubungan erat dengan pencapaian akademik anak sekolah yang semakin rendah (Hardinsyah, 2007). Prestasi belajar bagi siswa sangat penting, karena prestasi belajar akan menentukan kemampuan siswa dan menentukan naik tidaknya siswa ketingkat kelas yang lebih tinggi. Sardiman (2002) menyatakan bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Salah satu cara menilai kualitas seorang anak dengan melihat prestasi belajarnya di sekolah. Hasil prestasi belajar bersifat dokumentatif. SDN Margomulyo III Bojonegoro merupakan sekolah dasar yang mempunyai prestasi akademik yang menonjol, sejak tahun 1996 nilai ujian nasional siswa kelas VI sekolah ini selalu menduduki peringkat I dan beberapa siswa masuk 10 besar tingkat kecamatan dan sekolah ini menjadi juara umum. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan status gizi terhadap nilai ujian nasional siswa SDN Margomulyo III TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan status gizi terhadap nilai ujian nasional siswa SDN Margomulyo III 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan status gizi siswa SDN Margomulyo III b. Mendeskripsikan nilai ujian nasional siswa SDN Margomulyo III c. Menganalisis hubungan status gizi terhadap nilai ujian nasional siswa SDN Margomulyo III METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah crosssectional. Penelitian dilakukan di SDN Margomulyo III Bojonegoro, pada tanggal 15 Mei 2015 terhadap siswa kelas VI sebanyak 32 anak yang akan menempuh Ujian Nasional tahun 2015. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu status gizi dan variabel terikat yaitu nilai ujian nasional. Teknik pengumpulan data dilakukan secara primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung yaitu data status gizi siswa yang diperoleh dari hasil pengukuran berat badan (BB) yang diukur dengan menggunakan timbangan injak dan tinggi badan (TB) yang diukur dengan menggunakan microtoice. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu nilai ujian nasional yang diperoleh dari arsip nilai ujian nasional tahun ajaran 2014/2015. Nilai ujian nasional terdiri dari 3 (tiga) mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA, nilai dari ketiga mata pelajaran tersebut kemudian dirata-rata. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 17.0. Data dianalisis secara statistik dengan proses sebagai berikut: analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan variabel penelitian. Datadata variabel penelitian dalam bentuk kategori dideskripsikan dalam prosentase dan data-data variabel penelitian dalam bentuk numerik dideskripsikan dalam n, mean dan standar deviasi.

Analisis statistik untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap nilai ujian nasional siswa SDN Margomulyo III Bojonegoro dengan uji hubungan/korelasi yang didahului dengan uji kenormalan data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan tujuan untuk mengetahui jenis analisis statistik yang akan digunakan, data dikatakan normal jika nilai p 0,05. Hasil uji normalitas data diperoleh distribusi data normal, sehingga uji hubungan menggunakan Pearson Product Moment. Bila p value < 0,05 maka ada hubungan status gizi terhadap nilai ujian nasional siswa SDN Margomulyo III Bojonegoro dan apabila p value 0,05 maka tidak ada hubungan status gizi terhadap nilai ujian nasional siswa SDN Margomulyo III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karekteristik Responden Penelitian a. Jenis kelamin Tabel 1.Jenis kelamin responden Jenis Frekuensi % kelamin Laki-laki 18 56,2 Perempuan 14 43,8 Total 32 100 Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah laki-laki yaitu sebesar 56,2%. b. Umur Tabel 2. Umur responden penelitian Umur (bln) Frekuensi % 130-139 1 3,1 140-149 16 50 150-159 7 21,9 160-169 4 12,5 >170 4 12,5 Total 32 100 Berdasarkan tabel 2, dapat disimpulkan bahwa umur responden penelitian ini sebagian besar adalah pada rentang umur 140-149 bulan yaitu 50%, yang paling sedikit pada rentang umur 130-139 bulan yaitu 3,1%. 2. Variabel penelitian a. Data numerik Tabel 3. Data penelitian bentuk numerik Status gizi (zscore IMT/U) Nilai ratarata ujian nasional N 32 32 Mean -0,36 85,81 Median -0,49 90,25 Stdr.Deviasi 1,36 9,71 Minimum -2,73 61 Maksimum 3,50 97,33 Berdasarkan tabel 3, dapat disimpulkan bahwa rata-rata status gizi berdasarkan IMT/U responden dalam penelitian ini adalah normal dengan nilai z- score -0,36 ± 1,36. Sedangkan nilai Ujian Nasional rata-rata memiliki nilai baik dengan nilai 85,81 ± 9,71. b. Data kategori 1) Status gizi Status gizi ditentukan menggunakan indeks IMT/U. Kategori status gizi dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Kategori status gizi Kategori Frekuensi % Status gizi Kurus 4 12,5 Normal 23 71,9 Gemuk 4 12,5 Obesitas 1 3,1 Total 32 100 Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa dari 32

siswa, sebanyak 71,9 % siswa memiliki status gizi normal dan sebanyak 28,1 % status gizi tidak normal yang terdiri dari, 12,5% kurus, 12,5% gemuk dan 3,1% obesitas. 2) Nilai rata-rata ujian nasional Kategori nilai rata-rata ujian nasional siswa dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Kategori nilai rata-rata ujian nasional Kategori Frekuensi % Nilai Kurang 3 9,4 Baik 29 90,6 Total 32 100 Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa dari 32 siswa yang memiliki nilai ratarata ujian nasional dari 3 (tiga) mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA dengan kategori baik adalah sebanyak 90,6% dan sisanya adalah kategori kurang. 3. Analisis hubungan antar variabel penelitian Tabel 6. Hasil uji hubungan antara status gizi dengan nilai ujian nasinal Variabel P (uji kenormalan) P value Status gizi 0,678 a 0,643 b Nilai ratarata ujian nasional 0,137 a a Kolmogorov-Smirnov b Pearson Product Moment Berdasarkan hasil analisis statistik hubungan status gizi dengan nilai ujian nasional yang didahulu dengan uji kenormalan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa data status gizi (p=0,678) dan nilai ratarata Ujian Nasional (p=0,137) berdistribusi normal sehingga untuk uji hubungan menggunakan uji statistik Pearson Product Moment diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan nilai rata-rata Ujian Nasional siswa, dengan nilai p=0,643. Tabel 7. Tabel Crostab kategori status gizi dan kategori nilai ujian nasional Kategori status gizi Kategori nilai rata-rata ujian nasional Total Kurang Baik N % n % n % Kurus 0 0 4 100 4 100 Normal 3 13 20 87 23 100 Gemuk 0 0 4 100 4 100 Obesitas 0 0 1 100 1 100 Pembahasan Prestasi belajar penting bagi siswa, karena prestasi belajar akan menentukan kemampuan siswa dan menentukan naik tidaknya siswa ketingkat yang lebih tinggi. Sardiman (2002) menyatakan bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Salah satu cara menilai kualitas seorang anak dengan melihat prestasi belajarnya di sekolah. Hasil prestasi belajar bersifat dokumentatif. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Muliadi, 2007). Status gizi dapat pula diartikan sebagai tanda fisik yang diakibatkan oleh karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran gizi melalui variabel-variabel tertentu (Linder, 2006). Sedangkan status gizi optimal adalah suatu keadaan dimana terdapat keseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktifitas sehari-hari (Soekirman, 2000). Status gizi berkaitan erat dengan kecerdasan kognitif seseorang. Status gizi mempengaruhi proses pertumbuhan

dan perkembangan anak, salah satunya kemampuan intelektual yang akan berdampak pada prestasi belajar di sekolah. Rendahnya status gizi pada anak-anak sekolah akan membawa dampak negatif pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kurang gizi kronis berhubungan erat dengan pencapaian akademik anak sekolah yang semakin rendah (Hardinsyah, 2007). Almatsier (2010) menyatakan bahwa gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi, karena makin bertambah usia anak maka bertambah pula kebutuhannya. Pendapat Soekirman (2000) menyebutkan bahwa timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang. Berdasarkan kategori status gizi dan nilai Ujian Nasional pada tabel 7, bahwa status gizi responden yang kurus dengan prestasi baik sebesar 4 (100%) siswa, status gizi responden normal dengan prestasi baik sebesar 20 (87%), sedangkan yang mempunyai prestasi kurang sebesar 3 (13%) siswa, status gizi responden yang gemuk dengan prestasi baik sebesar 4 (100%) siswa, status gizi responden obesitas dengan prestasi baik sebesar 1 (100%) siswa. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun siswa memiliki status gizi tidak normal (kurus, gemuk dan obesitas) namun prestasi belajarnya baik, sedangkan pada siswa dengan status gizi normal masih ditemukan prestasi belajar yang kurang. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara status gizi dengan nilai Ujian Nasional. Uji statistik yang digunakan adalah Pearson Product Moment diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan nilai rata-rata Ujian Nasional siswa, dengan nilai p=0,643. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Umardani (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Penelitian lain yang yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Satya (2012) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak di SD Negeri 32 Beurawe Banda Aceh, disebutkan bahwa prestasi belajar salah satunya dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar diantaranya cara mendidik anak, hubungan dan bimbingan orang tua dengan anak, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suryabrata (2011) bahwa faktor yang berasal dari luar diri responden yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain waktu belajar (pagi, siang, malam), tempat belajar dan alat-alat yang dipakai untuk belajar dan juga faktor yang berasal dari dalam diri responden yang meliputi rasa ingin tahu terhadap pelajaran. Status gizi bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, khususnya nilai ujian nasional seperti pada penelitian ini. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai ujian nasional. Ujian nasional merupakan hal terpenting dalam

menentukan kelulusan siswa, terkait hal tersebut maka siswa baik secara langsung maupun tidak langsung mempunyai beban atau tekanan tersendiri dalam menghadapinya. Hal tersebutkan disebabkan karena keinginan untuk lulus dengan nilai yang baik. Persiapan mental, psikologis dan materi pelajaran sangat menentukan keberhasilan anak dalam mengerjakan soal-soal ujian nasional, disamping tercukupinya kebutuhan nutrisi yang akan mempengaruhi konsentrasi belajar dan kecerdasan. Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa secara garis besar ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi: (1) faktor psikologis (bersifat rohaniah) meliputi motivasi dan kecerdasan, motivasi adalah fase pertama dalam proses belajar, (2) faktor fisiologis (bersifat jasmaniah) diantaranya yaitu status gizi yang juga dipengaruhi oleh kebiasaan sarapan pagi, persediaaan pangan keluarga, pola konsumsi makanan keluarga, zat gizi dalam makanan serta pendapatan keluarga, nutrisi memegang peranan penting untuk meningkatkan kemampuan belajar). Sedangkan faktor eksternal diantaranya: (1) faktor sosial, antara lain guru, keluarga (orang tua), teman, ekonomi, pendidikan orang tua, sekolah dan masyarakat sekitar, (2) faktor non sosial meliputi lingkungan fisik sekolah dan tempat tinggal, suara, pencahayaan, desain belajar dan les tambahan (Hakim 2002; Djamarah, 2002; Syah, 2010). Selain itu menurut Khomsan (2003) yang menyatakan bahwa aktivitas makan pagi secara langsung dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, hal ini dikarenakan ada dua manfaat dari sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula dalam darah, dengan kadar gula darah yang normal gairah dan konsentrasi kerja akan lebih baik sehingga berdampak pada prestasi belajar. Kedua sarapan pagi memberikan kontribusi penting akan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Muchtar (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jajan dengan kemampuan konsentrasi belajar. Makanan jajanan pada anak sekolah bermanfaat sebagai penganekaragaman makanan sejak kecil dalam rangka untuk meningkatkan mutu makanan yang dikonsumsi. Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah menyediakan makanan yang bergizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh selama mengikuti pelajaran di sekolah. Berdasarkan pada faktor-faktor tersebut, membuktikan bahwa tidak selalu faktor status gizi yang mempengaruhi prestasi belajar anak sekolah. Pada penelitian ini faktorfaktor yang kemungkinan lebih berpengaruh pada nilai ujian nasional diantaranya adalah motivasi belajar, kualitas guru yang baik, teman, lingkungan yang kondusif, fasilitas sekolah yang memadai, kondisi mental dan psikologis anak serta adanya les tambahan dalam mempersiapkan ujian nasional. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Tidak ada hubungan status gizi terhadap nilai ujian nasional siswa SDN Margomulyo III 2. Saran Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan variabel bebas

yang lebih lengkap terkait hal-hal yang mempengaruhi prestasi anak sekolah khususnya nilai ujian nasional. DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2010. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hakim, T. 2002. Mengatasi Gangguan Konsentrasi dan Teknik- Teknik Latihan Konsentrasi. Jakarta: Puspa Swara. Hardinsyah. 2007. Review faktor determinan keragaman konsumsi pangan. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol. 2: 55 74. Khomsan A. 2005. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan 2. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Linder. 2006. Nutritional biochemistry and Metabolism: Nutrition and Metabolism of The Trace Element. New York : Elseint (page 160). Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta : Papas Sinar Sinanti. Muchtar, M., Julia M., Gamayanti, L.I. 2011. Sarapan dan Jajan Berhubungan Dengan Kosentrasi belajar pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Muliadi. 2007. Peranan Gizi yang Berkualitas dalam Mencegah Malnutrisi pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Samudra Ilmu. 356 (8). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Sardiman. 2002. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. FIP-UPI: Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. Satya, Ova. 2012. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar pada Murid Kelas III SDN 32 Beurawe Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Masyarakat Sediaoetama, A.D. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi Dan Aplikasinya: untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Suryabrata, S. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Grafindo Persada. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Umardani, MR. 2011. Kebiasaan Jajan, Aktifitas Fisik, Status Gizi dan Kesehatan serta Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.