BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X MANAJEMEN RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI DITINJAU DARI SISI MANAJEMEN WAKTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan pencapaian tujuan/sasaran proyek pada umumnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

RESIKO DALAM ASURANSI

PENGAMBILAN RESIKO. Kode Mata Kuliah : OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng.

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS)

Pengambilan Risiko. Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Modul ke: Fakultas Desain & Teknik Kreatif. Program Studi Desain Produk.

III KERANGKA PEMIKIRAN

COST CONTROL Rencana Anggaran Pelaksana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

STRATEGI PENANGANAN RISIKO PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA JAYAPURA (STUDI KASUS PROYEK JALAN)

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.

Bab II Tinjauan Pustaka

PERENCANAAN BISNIS (PEMAHAMAN TENTANG RISIKO )

TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN RISIKO

ANALISIS NILAI RESIKO PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN QUALITATIVE RISK ANALYSIS. Yunita A. Messah *) ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. proses tersebut terdapat tahapan pelaksanaan pekerjaan yang melibatkan sejumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengelolaan risiko..., Budi Suanda, FT UI, 2008

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh: NAMA : PANDU WINANDITO NIM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. tugas akhir ini. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut digunakan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

ANALISA risiko PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK APARTEMEN TRILLIUM OFFICE AND RESIDENCE-SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu strategi yang dilakukan

TEHNIK-TEHNIK MANAJEMEN RISIKO

Pengertian Manajemen Risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit

PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO

Project Manager pada Proyek Wisma Atlet Banyuwangi

LAMPIRAN 3 : PERENCANAAN AUDIT PROYEK

Pertemuan 11 Manajemen Risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RESIKO PADA PROYEK KONSTRUKSI PERUMAHAN DI KOTA MANADO

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

Bab 5 Pengambilan Risiko

Fungsi Organisasi dalam Manajemen Proyek

FASILKOM UNSIKA MATERI KULIAH MANAJEMEN PROYEK. Manajemen Proyek Dalam Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang

ASPEK RESIKO. aderismanto01.wordpress.com

III. KERANGKA PEMIKIRAN

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

04PASCA. Entrepreneurship and Innovation Management

PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pengambilan Risiko. Kuliah 5

ANALISIS RISIKO FONDASI BORED PILE DAN TIANG PANCANG PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6 SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.

BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi. sasarannya telah digariskan dengan jelas.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

MANAJEMEN RESIKO PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MYBIZ 2 DI SOFTWARE HOUSE ABC

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di

3/14/16 Manajemen Proyek IT - Universitas Mercu Buana Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kunci : identifikasi risiko, matriks probabilitasdampak, respon risiko, severity indeks. I. PENDAHULUAN

BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.

BAB II STUDI PUSTAKA

ASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Bab ini akan membahas mengenai dasar teori yang berkenaan dengan judul penelitian ini. Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai pengertian proyek konstruksi, selanjutnya akan dijelaskan juga mengenai risiko pengelolaan proyek konstruksi. Pengaruh dan risiko juga akan dijelaskan di bab ini. Lalu strategi penanganan risikonya juga akan dijelaskan dan pada akhirnya bab ini akan menjelaskan menganai kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. 2.2 Proyek Konstruksi Proyek adalah usaha yang sifatnya sementara untuk menghasilkan suatu produk dan atau jasa yang unik. Proyek adalah gabungan dari berbagai sumber daya dan serangkaian kegiatan yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Proyek merupakan kegiatan sekali lewat, dengan waktu dan sumber daya terbatas untuk mencapai hasil akhir yang telah ditentukan, misalnya produk dan fasilitas produksi. Konstruksi adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan membangun suatu bangunan. Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan atau konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Menurut Ervianto (2011), proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi, yaitu : 1. Bersifat unik : tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persos (tidak ada proyek yang identik, yanga ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat sementara dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-beda. II-1

2. Dibutuhkan sumber daya : setiap proyek konstruksi membuuhkan sumber daya yaitu tenaga kerja, uang, peralatan, metode dan material. 3. Organisasi : setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di dalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan yang didtetapkan organisasi.. Dalam proses mencapai tujuan proyek telah ditentukan batasan/kenda;a (triple constraint) yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, mutu dan jadwal yang harus dipenuhi. Dalam penelitian ini, pekerjaan yang di tinjau adalah pekerjaan perbaikan atap. Dimana banyak ditemukan bocor atau bahkan rusak pada permukaan ata. Metode yang di gunakan pada proses perbaikan atap ini adalah dengan menggunakan pengecatan 3 Layer serta pemasangan Flashing. Ini merupakan hal yang baru dalam metode perbaikan atap disamping metode-metode lain yang sudah ada sebelumnya, berikut langkah kerja pada tahapan perbaikan atap dengan metode pengecatan 3 layer dan pemasangan flashing : 1. Brushing Treatment Pada tahapan ini, permukaan atap di bersihkan dengan menggunakan gerinda tangan, tujuan tahapan ini adalah untuk melepaskan permukaan cat lama agar sehingga cat yang baru dapat menempel sempurna Gambar 2.1 Brushing Treatment II-2

2. Repair Roof (Perbaikan Atap) Pada tahap ini perbaikan atap digunakan metode pengecatan 3 layer, material setiap layernya juga berbeda-beda, berikut material serta langkah yang dikerjakan dalam pengecatan ini : a. Hi Solid + Polyester Pada layer ini, digunakan material Hi Solid yaitu berupa cat lapis pertama yang mengandung rubber/karet sehingga dapat menambal atap yang berlubang, serta di lapisi dengan polyester berupa kain kasa. Gambar 2.2 Metode Pelapisan dengan HI Solid + Polyester b. Primer Coat Pada layer ini, digunakan material Primer coat yaitu berupa cat lapis kedua yang berfungsi sebagai penutup pori-pori yang ada pada tahap pertama. Pada tahap ini pengecatan di lakukan dengan menggunakan Airless Spray, ketebalan pada lapisan ini adalah 200-300 microns Gambar 2.3 Primer Coat II-3

c. Top Coat (Finish Coat) Pada layer ini, digunakan material Polyurethane yaitu berupa cat lapis ketiga yang berfungsi sebagai finishing dari proses pengacatan atap. Pada tahap ini pengecatan di lakukan dengan menggunakan Airless Spray, ketebalan pada lapisan ini adalah 200-300 microns. Gambar 2.4 Top Coat (Finishing) 3. Pemasangan Flashing Pada tahapan ini, atap yang sudah tidak mungkin di perbaiki dengan menggunakan metode pengecatan sebelumnya. Pada tahapan ini, flashing dibentuk sesuai dengan profil atap yang ada, material dari flashing ini berupa Zinc/seng. Gambar 2.5 Pemasangan Flashing II-4

2.3 Manajemen Risiko Proyek Konstruksi 2.3.1 Pendahuluan Salah satu tujuan utama dalam mendirikan perusahaan adalah mencari keuntungan. Setiap kegiatan akan selalu muncul berdampingan, adanya peluang memperoleh keuntungan dan risiko menderita kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung. Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung risiko. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas, dan batasan dari biaya proyek. Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang mungkin erjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana. Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak dapat dihilangkan tetapi dapan dikurangi atau ditransfer dari satu pihak ke pihak lainnya [Kangari,2012]. Bila risiko terjadi, maka akan berdampak pada terganggunya kinerja proyek secara keseluruhan sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap biaya, waktu dan kualitas pekerjaan. Para pelaku dalam insdustri konstruksi sekarang ini makin menyadari akan pentingnya memperhatikan permasalahan risiko pada proyek-proyek yang ditangani, karena kealahan akan memperkirakan dan menangani risiko akan menimbuklan dampak negative, baik langsung maupun tidak langsung pada proyek konstruksi. Risiko dapat menyebabkan pertambahan biaya dan menyebabkan keterlambatan jadwal penyelesaian proyek. Oleh karena besarnya dampakyang ditimbulkan, maka tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui manajemen risiko pada proyek konstruksi dengan melakukan studi litelatur yang mengacu kepada teori-teori yang relevan. II-5

2.3.2 Pengertian Risiko Risiko didefinisikan sebagai kombinasi kemungkinan dari suatu peristiwa dan konsekuensi (ISO/IEC Guide 73). Setiap kegiatan pasti memiliki ketidakpastian (uncertainly) yang berpotensi untuk kejadian dan konsekuensi yang merupakan peluang untuk manfaat atau ancaman terhadap kegagalan. Pertimbangan risiko dapat dilihat dari dua perspektif dengan semakin banyak mengetahui atau memahami dua aspek dalam risiko, yaitu positif dan negative dari risiko (AIRMIC 2002). Menurut Regan (2003) risiko diartikan sebagai suatu kemungkinan yang menimbulkan atau mengesankan kerugian atau bahaya. Definisi lain risiko adalah suatu aktivitas yang rentan akan menimbulkan dampak negative, dengan mempertimbangkan probabilitas dan dampak dari kemunculan risiko tersebut. Dalam kegiatan usaha kontraktor, sesuai dengan definisi risiko di atas, maka risiko-risiko tersebut dapat difokuskan pada kegiatan spesifik kontraktor, yaitu menjadi 2 sasaran utama yang terdiri dari : 1. Target Pemasaran, yang diukur dari perolehan jumlai nilai angka kontrak pekerjaan setiap tahun berjalan, sebagai tolok ukur kinerja pemasaran. 2. Target Produksi, yang diukur dari perolehan jumlah pendapatan, dan jumlah laba yang diperoleh tiap tahun berjalan, sebagai tolok ukur kinerja produksi. Kedua target tersebut dapat dijamin, bila ketiga bidang manajemen yang menjalankan perusahaan yaitu : manajemen pemasaran, produksi, dan sumber daya, dapat mengatasi risiko di bidang masingmasing. Secara umum, risiko akan bertambah jika kemungkinan atau akibatnya bertambah. Kedua-duanya harus dipertimbangkan dalam manajemen risiko. II-6

Risiko dalam setiap kejadian adalah fungsi dari kemungkinan (likehood) dan akibat (impact) yaitu ; Risiko = f (kemungkinan, akibat). Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang yang tergantung dari kebutuhan dalam penanganannya (Rahayu, 2001) : Risiko murni dan risiko spekulatif (pure risk and speculative risk) dimana risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan dengan adanya suatu luaran yaitu kerugian. Contoh risiko murni adalah kecelakaan kerja di proyek. Kerana itu, risiko murni di kenal sebagai risiko statis. Risiko spekulatif mengandung dua pengertian yaiitu kerugian (loss) dan keuntungan (gain). Risiko spekulatif dikenal sebagai risiko dinamis. Contoh dari risiko spekulatif ada pada perusahaan asuransi. Risiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah risiko yang menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko terhadap manusia adalah risiko yang menimpa manusia seperti hari tua, kematian dsb. Risiko fundamental dan risiko khusus. Risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinan timbul pada hamper sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat disalahkan pada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya, contoh : bencana alam, peperangan. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber dari peristiwa-peristiwa yang mandiri dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bias dikendalikan atau umumnya dapat diasuransikan. Contoh dari risiko khusus adalah : jatuhnya pesawat terbang. II-7

2.3.3 Identifikasi Risiko Tahapan proses manajemen risiko ada empat yaitu: identifikasi, analisis, respons, dan dokumentasi (monitoring dan control). Jadi langkah awal dari proses manajemen risiko adalah melakukan identifikasi terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi. Identifikasi risiko, dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu berdasarkan sumbernya dan berdasarkan dampak yang akan ditimbulkannya. Lihat gambar 2.6 dan 2.2. identifikasi risiko berdasarkan dampak, harus jelas risiko tertentu, sedang identifikasi berdasarkan sumber dapat bersifat umum. Identifikasi Risiko Eksternal tak terprediksi Eksternal terprediksi Internal Non Teknis Teknis Legal - Peraturan-peraturan - Pasar - Manajemen - Teknologi - Lisensi - Bencana alam - Operasi - Schedule - Citra - Hak patent - Efek samping - Dampak lingkungan - Cost - Desain - Kontrak - Inflasi - Cast flow - Metode - Force Mayoure - Nilai tukar - Kompleksitas Gambar 2.6 Identifikasi Risiko Berdasarkan Sumber II-8

Identifikasi Risiko Proyek Kecelakaan kerja Biaya Mutu Waktu Gambar 2.7 Identifikasi Risiko Proyek Bedasarkan Dampak Banyak buku yang membahas tentang manajemen risiko, menggunakan pendekatan identifikasi risiko berdasarkan atas sumbernya. Sebagai ilmu pengetahuan hal tersebut tepat, karena akan dapat mengumpulkan berbagai penyebab yang dapat menimbulkan suatu risiko yang sifatnya umum. Tetapi untuk suatu risiko yang ditetapkan secara spesifik, seperti risiko proyek atau risiko usaha kontraktor, maka pendekatan yang dilakukan lebih baik menggunakan pendekatan dampaknya. Baru kemudian nanti disusul dengan mencari kemungkinan penyebab dari dampak yang ditimbulkan. Alasan ini menjadi lebih tepat bila dimaksud analisis yang dilakukan akan digunakan dalam praktek penerapan. Yaitu untuk mencegah penyebab sebenarnya dari tiap risiko yang telah teridentifikasi Bila kita membahas risiko bisnis kontraktor, maka menurut definisi yang sudah diuraikan, dampak yang ditimbulkan atas risiko yang terjadi adalah tidak tercapainya sasaran perusahaan. Dengan demikian identifikasi risiko untuk usaha kontraktor dapat ditunjukan pada gambar 2.8 II-9

Identifikasi Risiko Kontraktor Kegiatan Pemasaran Kegiatan Produksi Pengelolaan Sumber Daya Perusahaan Gambar 2.8 Identifikasi Risiko Usaha Kontraktor 2.3.3.1 Identifikasi Risiko Pemasaran Di dalam kegiatan pemasaran bisnis apapun, selalu dihadapi risiko. Begitu juga pada kegiatan pemasaran pada bisnis kontraktor. Yang dimaksud dengan risiko pemasaran adalah semua kejadian yang memungkinkan tidak tercapainya target pemasaran yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan, yang antara lain dapat dirinci sebagai berikut : Tidak dapat ikut P.Q atau Tender Gagal dalam Pra Qualifikasi Gagal dalam tender Menang tender tapi salah hitung Proyek, tidak/belum tersedia dananya Dua yang terakhir adalah risiko yang dapat terjadi pada proses pemasaran, tetapi dampaknya akan dihadapi pada proses produksi. Yang bila terjadi dan tidak dapat direspons dengan baik dapat mengakibatkan kerugian dan atau kesulitan keuangan (likuiditas) perusahaan. Ini suatu bukti bahwa ada keterkaitan antara pemasaran dan produksi. II-10

Tabel 2.1 Contoh Identifikasi Risiko Bidang Pemasaran No Jenis Risiko Penyebab Risiko 1 Tidak dindang P.Q Tidak mengetahui atau tender informasi pasar Tidak mengenal calon pengguna jasa Disingkirkan pesaing Tidak dikehendaki calon pengguna jasa 2 Gagal dalam P.Q Persyaratan administrasi tidak memenuhi Persyaratan pengalaman kurang Persyaratan peralatan kurang Persyaratan tenaga ahli kurang Terlambat menyerahkan dokumen P.Q 3 Gagal dalam tender Harga penawaran tinggi Technical proposal- nya tinggi Kualifikasi tenaga professional kurang Dokumen tender tidak lengkap Terlambat memasukan dokumen Nilai pagu proyek terlalu rendah II-11

4 Underbid Kesalahan membuat work Breakdown structure Kesalahan menghitung volume pekerjaan Kesalahan menghitung harga satuan Kesalahan mengantisipasi risiko 5 Proyek belum Tidak mengetahui tersedia dananya informasi sumber dana Tidak tersedia jaminan pembayaran 2.3.3.2 Identifikasi Risiko Produksi Risiko berikutnya adalah risiko produksi. Bias saja perusahaan terlepas dari risiko pemasaran, tetapi kemudian menghadapi risiko produksi. Contohnya target pemasaran tercapai, tetapi target produksi tidak tercapai. Yang dimaksud dengan risiko produksi adalah semua kejadian yang memungkinkan tidak tercapainya targettarget produksi yang telah ditetapkan, yang antara lain sebagai berikut : Pembengkakan biaya pelaksanaan terhadap anggarannya (cost over-run) Keterlambatan penyelesaian pekerjaan, baik partial maupun secara keseluruhan (project delay) Penyimpangan mutu pekerjaan terhadap persyaratan yang ada Kecelakaan kerja Khusus untuk owner, lingkup pekerjaan menjadi salah satu identifikasi risiko. Bisa saja karena suatu hal, lingkup II-12

pekerjaan yang diinginkan owner tidak tercapai. Sedangkan bagi kontraktor, bila terjadi perubahan lingkup pekerjaan adalah bukan risiko kontraktor, oleh karena itu tidak masuk dalam identifikasi risiko kontraktor. Tabel 2.2 Contoh Identifikasi Risiko Bidang Produksi No Jenis Risiko Penyebab Risiko 1 Pembengkakan biaya (cost over-run) Kenaikan harga yang tidak di cover dalam kontrak Terjadi waste yang melebihi perkiraan Sistem pengendalian yang lemah Turunnya produktivitas kerja Cost budget yang kurang realistic 2 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan Penyerahan lahan oleh pihak lain yang terlambat Pekerjaan persiapan yang lemah Pekerjaan lain yang mendahului, terlambat Sumber daya yang belum tersedia di awal pekerjaan Pengadaan tenaga kerja yang tidak sesuai schedule Pengadaan material yang tidak sesuai schedule Produktivitas kerja yang tidak sesuai schedule II-13

Dana kerja proyek yang tidak sesuai dengan kebutuhan Metode konstruksi tidak sesuai dengan pekerjaan 3 Hasil mutu pekerjaan tidak sesuai dengan pekerjaan Kualitas pekerja yang rendah Sistem pengendalian mutu lemah Metode konstruksi tidak sesuai dengan pekerjaan Standar spesifikasi yang tidak jelas 4 Kecelakaan kerja Safety plan lemah Safety control lemah 2.3.3.3 Identifikasi Risiko Sumber Daya Perusahaan Sebenarnya identifikasi pada bisnis jasa kontraktor risiko utama yang dihadapi adalah pemasaran dan produksi. Sedang sumber daya perusahaan bias masuk dalam salah satu sumber penyebab terjadinya risiko pemasaran dan produksi. Namun demikian sumber daya perusahaan juga dapat di munculkan sebagai bagian risiko yang berdiri sendiri, seperti diuraikan disini. Yang dimaksud dengan risiko sumber daya adalah semua kondisi sumber daya perusahaan yang tidak sesuai dengan keinginan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Yang antara lain dapat dibagi sebagai berikut : Kualitas sumber daya manusia yang rendah II-14

Produktivitas dan utulitas sumber daya alat yang rendah Keuangan yang lemah Sumber daya manusia yang ada di perusahaan, walaupun pada saat rekruitmentnya telah dilakukan seleksi yang baik, apalagi jika perusahaan tidak memiliki sistem seleksi, maka bisa saja dalam kegiatan operasi perusahaan personelnya tidak mendukung secara maksimal sehingga perusahaan memiliki daya saing yang rendah terhadap pesaingnya. Hal ini tentu ada penyebabnya yang dapat diidentifikasi. Sumber daya alat yang ada di perusahaan, yaitu pada saat perusahaan membeli atau melakukan investasi peralatan konstruksi, tentunya juga sudah melalui suatu pertimbangan yang masak, apalagi kalau tidak melakukan analisis apaapa. Sumber daya keuangan yang ada di perusahaan, biasanya dipenuhi dari modal pinjaman yang bisa dikelola dengan sebaik-baiknya agar cash flow perusahaan dapat terjaga dengan baik. Yang sering menjadi masalah adalah banwa kondisi keuangan perusahaan bisa saja menjadi jelek karena kelemahan dalam kegiatan operasional yang berdampak pada melemahnya kondisi keuangan perusahaan. Tabel 2.3 Identifikasi Risiko Sumber Daya Perusahaan No Jenis Risiko 1 Sumber daya manusia yang lemah Penyebab Risiko Sistem perekrutan yang lemah Kurang pelatihan teknis Kurang pelatihan non teknis II-15

Kebijakan perusahaan yang kontradiktif Komunikasi yang lemah antara manajemen dengan karyawan 2 Sumber daya alat dan rendahnya produktivitas 3 Keuangan yang lemah Pemilihan jenis alat yang kurang tepat Sistem pengelolahan alat yang lemah Kondisi alat yang sudah out of date Modal sendiri terhadap sales yang rendah Terbatasnya sumber pinjaman Kebijakan produksi yang tidak mendukung kondisi keuangan Kebijakan pemasaran yang tidak mendukung kondisi keuangan Jenis risiko yang terpenting bagi setiap pihak yang terlibat dalam sebuah proyek tergantung pada berbagai tahapan proyek dan peran serta tanggung jawab dari berbagai pihak. 2.3.4 Evaluasi Risiko Evaluasi risiko pada suatu proyek tergantung pada ( Duffield dan Trigunarsyah,2009): II-16

a. Probabilitas terjadinya risiko tersebut, frekuensi kejadian b. Dampak dari risiko tersebut bila terjadi. Dalam membandingkan pilihan proyek dari berbagai risiko yang terkait sering digunakan " Indeks Risiko": Indeks Risiko = Frekuensi x Dampak Project Imnart Gambar 2.9 Probabiliats vs dampak terhadap proyek Sumber : Duffield dan Trigunarsyah,2009 Dari gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa : 1. Tingkatan risiko yang dapat diterima adalah dimanan Indeks Risiko berada dalam zona 1 yaitu dampak yang rendah terhadap proyek dengan probabilitas kejadian sedang, atau probabilitas rendah dengan dampak yang berarti pada proyek 2. Tingkatan risiko yang tidak dapat diterima berada pada zona 2 dimana dampak yang tinggi pada proyek dengan kemungkinan kejadian yang besar atau dampak yang terlalu besar bagi proyek 3. Tingkat risiko yang dianggap dapat diterima akan tergantung sekali kepada pengambil keputusan berada pada zona 3. Biasanya tidaklah praktis menganalisis setiap jenis risiko secara rinci. Perlu ditentukan suatu tingkatan dimana kontribusi dari risiko terkecil berikutnya dapat diabaikan bila dibandingkan dengan total risiko yang lebih besar secara kumulatif. Akurasi dari setiap evaluasi atau analisis risiko hanya akan seakurat data yang menjadi dasar bagi perkiraan probabilitas dan II-17

frekuensinya. Probabilitas terjadinya suatu risiko biasanya didasarkan kepada data historis, sedangkan dampak terhadap proyek akan melibatkan analisis teknis dan finansial. Untuk melakukan analisis risiko secara efektif, menurut Burby (1991) dalam Duffield dan Trigunarsyah (2009) harus mempertimbangkan hal-hal berikut : 1. Analisis yang dilakukan harus difocuskan pada kerugian finansial langsung daripada gangguan pelayanan atau kematian dan kerugian 2. Tingkat ketidakpastian dalam setiap perkliraan output harus dapat dinilai 3. Akurasi dari analisis harus sesuai dengan akurasi data dan tahapan proyek 4. Biaya dan usaha dalam melakukan analisis harus serendah. 2.3.5 Alokasi risiko mungkin yang dapat diserap oleh anggaran proyek Alokasi risiko seringkali merupakan permasalahan yang sulit. Pertanggung jawaban atas suatu risiko membawa kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan atau kerugian. Secara tradisional para pemilik proyek telah mencoba memindahkan sebanyak mungkin risiko kepada pihak lain, dan yang umumnya penerima risiko dalam tahapan konstruksi suatu proyek adalah kontraktor, dan kontraktor seringkali memindahkan risiko yang diterimanya kepada sub-kontraktor atau perusahaan asuransi. Biaya proyek secara keseluruhan akan meningkat apabila risiko proyek tidak dialokasikan kepada pihak yang memiliki kendali terhadap risiko tersebut. Jika kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh risiko konstruksi dari suati proyek, ada dua pilihan yang tersedia untuk mendapatkan kompensasi terhadap tanggung jawab ini yaitu : II-18

1. Menaikkan nilai penawaran awal untuk menciptakan imbalan yang sesuai. 2. Menghindari risiko tersebut pada penawaran awal dengan memberikan batasan atau kualitas tertentu, atau mengajukan perubahan lingkup kerja jika dan bila terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan. Penanganan risiko sebaiknya dimulai pada tahapan awal proyek, dengan tujuan alokasi risiko kepada pihak-pihak yang memiliki kendali terhadap risiko terkait pada setiap tahapan proyek. Potensi keuntungan bagi pemilik dana harus sepadan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Pemerintah berkewajiban untuk melindungi masyarakat umum terhadap risiko finansial dan sosial dari suatu proyek. 2.3.6 Respon Risiko Respon risiko adalah tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin terjadi. Risiko-risiko penting yang sudah diketahui perlu ditindak lanjuti dengan respon yang dilakukan oleh kontraktor dalam menangani risiko tersebut. Semua identifikasi risiko yang telah dicari penyebabnya, baik meliputi risiko pemasaran, produksi, dan sumber daya perusahaan, maka perlu dicari rangkingnya untuk prioritas penanganannya. Kelompok rangking risiko dibagi menjadi 4 yaitu : a. High (H) b. Significant (S) c. Medium (M) d. Low (L) Penetapan rangking risiko ditentukan berdasarkan dua kriteria, yaitu: Frekuensi kejadian (probability), dibagi menjadi lima kondisi yaitu: Hampir pasti terjadi II-19

Sangat mungkin terjadi Cukup mungkin terjadi Kemungkinan kecil terjadi Jarang terjadi Dampak dari kejadian (impact) : Fatal Besar Sedang Kecil Tidak penting Secara umum dan kualitatif, matriks rangking risiko dapat digambarkan sebagai berikut : Table 2.4 Matriks Risiko Kualitatif Impact Tidak Kecil Sedang Besar Fatal Probability Penting Jarang L L L M S Kemungkinan L L M S S kecil Cukup mungkin M M S S H Sangat mungkin S S H H H Hamper pasti S H H H H Untuk rangking risiko yang sifatnya spesifik, seperti perusahaan jasa kondtruksi, maka sebaiknya untuk menetapkan tingkat probabilitas dan dampak dari suatu kejadiaan untuk mencari rangking dapat ditetapkan berdasarkan atas perhitungan yang bersifat kualitatif. Angka-angka yang ditetapkan juga sangat tergantung pada jenis risikonya. Perangkingan yang dilakukan di atas adalah hanya untuk keperluan menetapkan prioritas penanganan serta pembagian wewenang perilaku saja. Misalkan sebagai berikut : II-20

Risiko yang low, akan ditangani secara rutin oleh pelaksana yang bersangkutan Risiko yang medium, manajer yang bersangkutan sudah harus turun tangan Risiko yang significant, general manager yang bersangkutan sudah harus turun tangan Risiko yang high, top management sudah harus ikut turun tangan Perkembangan risiko yang terjadi, dapat dibagi kondisi trend-nya. Bila rangkingnya menurun itu berarti penanganannya risikonya berhasil, dan begitu pula sebaliknya. Pada pelaksanaannya metode yang dipakai dalam menangani risiko (Flanagan & Norman, 1993): 1. Menahan risiko (Risk retention) (T1 dan T2) Merupakan bentuk penanganan risiko yang mana akan ditahan atau diambil sendiri oleh suatu pihak. Biasanya cara ini dilakukan apabila risiko yang dihadapi tidak mendatangkan kerugian yang terlalu besar atau kemungkinan terjadinya kerugian itu kecil, atau biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi risiko tersebut tidak terlalu besar dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh. 2. Mengalihkan risiko (Risk transfer) (A1) Pengalihan ini dilakukan untuk memindahkan risiko kepada pihak lain. Bentuk pengalihan risiko yang dimaksud adalah asuransi dengan membayar premi. Pihak lain tersebut antara lain adalah : Subkontraktor Penggunaan subkontraktor biasanya untuk mengatasi risiko yang kurang dapat dikendalikan oleh perusahaan, sehingga diserahkan kepada subkontraktor spesialis yang sudah ahli dalam bidang yang bersangkutan. Perusahaan Asuransi Dalam hal ini, risiko yang dapat ditransfer kepada pihak asuransi adalah kejadian-kejadian yang sama sekali tidak II-21

dapat diduga, seperti bencana alam dan lain sebagainya. Walaupun dalam transaksi asuransi ada istilah All risk tetapi itu tidak berarti bahwa semua risiko akan ditanggung oleh asuransi. 3. Meminimalkan risiko sendiri (A2) kebijakan ini diambil bila perusahaan merasa yakin dapat mengendalikan sendiri terhadap risiko yang diperkirakan. Cara ini sebenarnya paling baik bagi perusahaan sepanjang masih dalam batasan kemampuan perusahaan untuk mengendalikan risiko yang bersangkutan. Karena dengan kebijakan ini perusahaan dapat lebih terlatih menghadapi sendiri risiko yang diperkirakan, dengan demikian kemampuan perusahaan manjadi meningkat dalam mengendalikan suatu risiko. Namun demikian disarankan bila respons ini yang akan diambil, maka seluruh prosedur manajemen risiko harus dijalankan sepenuhnya, termasuk monitoring dan kontrol. 4. Menerima Risiko (Risk Accept) (A3), kebijakan ini biasanya diambil bila dampak dari risiko tersebut kecil, walaupun probabilitasnya besar, yaitu dengan cara memasukan biaya akibat akibat risiko tersebut kedalam budget. Atrinya bila risiki tersebut terjadi, tidak akan menimbulkan masalah karena dampak biayanya sudah dicadangkan. Namun demikian respons seperti ini menjadi tidak tepat bila ternyata ada dampak lain selain biaya yang cukup berpengaruh terhadap citra perusahaan. Cara ini banyak ditempuh oleh perusahaan yang belum memiliki sistem manajemen risiko, yaitu menangani risiko dengan menyediakan biaya risiko. Bagi perusahaan yang memiliki system manajemen risiko, respons ini jarang dilakukan kecuali bila sangat terpaksa. II-22

2.3.8 Penanganan Risiko Dari seluruh tindakan respons risiko yang ada pada pemasaran, produksi, dan pengelolaan sumber daya perusahaan, maka dapat disusun sistem manajemen risiko dari perusahaan yang bersangkutan. Penerapan manajemen risiko karena meliputi seluruh fungsi dari perusahaan yang ada, maka penerapan risiko tersebut harus sudah built in dalam sistem fungsi masing-masing. Seperti contohnyadalam sistem manajemen pemasaran, sudah harus menampung tindakan-tindakan dalam mengantisipasi risiko yang mungkin ada dalam kegiatan pemasaran. Begitu juga pada sistem fungsi-fungsi lainnya. Bahkan dalam struktur organisasi, beserta job descriptionnya sudah juga harus tampak bahwa organisasi perusahaan sudah ada bagian-bagian yang berkaitan dengan risiko perusahaan. Telah disebutkan pada bab pendahulunya bahwa pada kenyataan sebenarnya mungkin saja beberapa pertimbangan tentang risiko telah diterapkan pada kebijakan-kebijakan yang ada. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian tentang penanganan risiko tersebut. Dalam proses penyusunan manajemen risiko ini, dilihat dari kumpulan tindakan yang diperlukan, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut : Penegasan kembali prosedur/kebijakan/sistem yang ada menjadi bagian dari sistem manajemen risiko Perbaikan prosedur/kebijakan/sistem yang ada sesuai dengan analisis yang dilakukan pada periode tertentu Menyusun atau membuat prosedur/kebijakan/sistem yang diperlukan tetapi pada saa yang bersangkutan belum tersedia di perusahaan II-23

Perlu dipahami bahwa sistem manajemen risiko yang disusun pada suatu saat adalah bersifat dinamis. Artinya pada tahun ini diidentifikasi sebagai risiko dan telah dibuat sistem penanganannya, bisa saja pada tahun berikutnya keluar dari daftar identifikasi, karena sistem yang telah berjalan telah dapat menanganinya dengan baik, sehingga tidak menimbulkan risiko lagi. Namun sebaliknya bisa saja risiko yang telah diidentifikasi sebagai risiko dengan tingkat level rendah berubah menjadi tingkat yang lebih tinggi karena penanganannya yang kurang layak. Atau bahkan bisa saja timbul identifikasi risiko baru yang semula belum teridentifikasi. Semua ini nanti dihasilkan dari sistem dokumentasi risiko yang terdiri dari sistem dokumentasi risiko yang terdiri dari monitoring dan kontrol selama proses. Proses penyusunan sistem manajemen risiko harus dilakukan oleh satu team yang anggotanya lengkap dari berbagai bidang yang terkait dengan seluruh risiko yang ada diperusahaan, yaitu bagian pemasaran, bagian produksi, dan bagian sumber daya perusahaan, II-24