HUBUNGAN ASUPAN SUSU SAPI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

HUBUNGAN POLA NUTRISI PADA IBU NIFAS DENGAN KECUKUPAN ASI PADA BAYI DI DESA MEJASEM TIMUR KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

Penyajian Susu Formula Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi 0 24 Bulan di RS. Surabaya Medical Service

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Croos Sectional yaitu suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWALI KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2009

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian noneksperimental

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

BAB III METODE PENELITIAN

Lies Indarwati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB V PEMBAHASAN. kesehatan ibu, yang akhirnya akan memengaruhi perilaku hidup sehat (Rossen et

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN ANTARA STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) NOOR DWI LESTARI

III. METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PADA IBU NIFAS UNTUK MENYUSUI BAYINYA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI (Studi Di BPS Yuliana, Amd. Keb. Kabupaten Lamongan 2016)

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya

Hubungan antara perilaku ibu tentang kebersihan dan frekuensi kejadian Gastroentritis pada balita usia 1 3 tahun di RS Adi Husada Kapasari Surabaya

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada saat yang bersamaan dalam satu waktu (Notoatmojo, 2003)

Dukungan Suami dengan Kemauan Ibu Hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif 62

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN DI DESA TEGALARUM KECAMATAN BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

HUBUNGAN PERSEPSI DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN DI KABUPATEN KAMPAR RIAU

Nisa khoiriah INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 7-24 Bulan di Desa Jembungan

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

Yulisetyaningrum ABSTRAK

BAB III. penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional, yaitu

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU BUNGA KRISAN TULAKAN SINE NGAWI

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

HUBUNGAN KEBIASAAN MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PEMBERIAN MP ASI DINI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI POSYANDU WARNA SARI DESA GLONGGONG NOGOSARI BOYOLALI.

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu saat (Notoatmodjo,2010 p: 37-41). 2. Waktu akan dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2011

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN PROSES PERSALINAN DI RUANG BERSALIN BLUD RUMAH SAKIT KABUPATEN KONAWE

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

Widi Apriani Putri 1) Ai Sri Kosnayani, dan Lilik Hidayanti 2)

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KEBEN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN. M. Masykur*, Dian Nurafifah**...ABSTRAK...

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

Transkripsi:

HUBUNGAN ASUPAN SUSU SAPI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN Retno U & Tinah Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Setelah usia 2 tahun, diperlukan pemberian makanan sapihan pada anak. Banyak ibu memberikan susu formula sebagai pengganti ASI. Namun pada kondisi tertentu seperti harga susu formula terlalu mahal hingga tidak terjangkau, beberapa ibu memberi asupan susu sapi pada anak. Komposisi susu sapi berbeda dengan komposisi ASI. Bakteri patogen dapat dengan mudah berkembang biak dalam susu sapi, sehingga pemberian susu sapi tanpa proses pasteurisasi dan sterilisasi yang tinggi dapat menimbulkan efek samping bagi anak, diantaranya gangguan pencernaan seperti diare. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan susu sapi dengan kejadian diare pada anak usia 2-5 tahun. Penalitian dilakukan di wilayah Desa Ngadirojo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah Quota Sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 2-5 tahun di Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali yaitu sejumlah 216 anak dengan sampel penelitian sejumlah 68 anak. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square.Hasil penelitian bahwa asupan susu sapi pada anak usia 2-5 tahun sebanyak 47 responden (69,1%) dan kejadian diare pada anak usia 2-5 tahun sebanyak 54 responden (79,4%) dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05). Maka artinya ada hubungan antara asupan susu sapi dengan kejadian diare pada anak usia 2-5 tahun di Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali Kata kunci : Asupan susu sapi, diare PENDAHULUAN Salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dipersiapkan secara dini sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas (Muchtadi, 2010). Pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan dilanjutkan dengan pemeliharaan derajat kesehatan dalam tumbuh kembangnya setelah lahir (Wiknjosatro, 2008). Pemberian ASI pada bayi dari awal kelahiran sampai 6 bulan akan menjadikan sendi-sendi kehidupan yang terbaik bagi bayi (Soetjiningsih, 1995). Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, namun dalam keadaan tertentu seperti kurangnya produksi ASI, ibu dengan penyakit tertentu, ibu tidak bersedia menyusui karena takut kehilangan daya tarik atau ibu yang bekerja diluar rumah tidak memungkinkan ibu untuk memberi ASI pada bayinya. (FKUI, 2007). Setelah usia 2 tahun, diperlukan pemberian makanan sapihan pada anak. Banyak ibu memberikan susu formula sebagai pengganti ASI. Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 01, Juni 2013 1

Namun pada kondisi tertentu seperti harga formula bayi terlalu mahal hingga tidak terjangkau, anak dapat diberi tambahan susu bayi buatan sendiri dari susu segar yang dimasak terlebih dahulu. Komposisi susu segar (susu sapi) berbeda dengan komposisi ASI. Maka dari itu sebelum dipakai sebagai pengganti ASI, komposisi susu sapi harus diubah dahulu hingga mendekati susunan yang terdapat pada ASI (Pudjiadi, 2000). Komposisi susu sapi yang berbeda dengan ASI, juga menimbulkan beberapa efek samping bagi anak. Efek samping yang bisa terjadi akibat konsumsi susu sapi yaitu alergi, dermatitis dan juga gangguan pencernaan seperti diare dan konstipasi (Waspada Online, 2010). Di Indonesia tingkat konsumsi susu sapi di masyarakat mencapai 11 liter per kapita per tahun. Di Jawa Tengah tingkat konsumsi susu sapi pada masyarakat mencapai 6 liter per kapita per tahun. Sedangkan konsumsi susu sapi masyarakat Boyolali yakni 3,4 liter per kapita per tahun (Jatengprov, 2011). Kasus diare yang dilaporkan selama tahun 2011 di Kabupaten Boyolali sebanyak 17.968 kasus per 930.531 penduduk yang tersebar di 29 puskesmas. Kasus tertinggi di Puskesmas Ampel 1 dengan 1.405 kasus. Sedangkan di puskesmas Ampel 2, angka kejadian diare sebanyak 502 kasus per 1938 balita. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di Desa Ngadirojo selama bulan Maret sampai April 2012, jumlah anak usia 2-5 tahun 216 anak, yang mengkonsumsi susu sapi sejumlah 47 anak. Selama 5 tahun terakhir, tidak ditemukan angka kematian akibat diare pada anak di desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali. Selama bulan Maret sampai April 2012, sejumlah 20 anak diperiksakan ke PKD dengan keluhan diare, 7 anak diantaranya mengkonsumsi susu sapi. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan asupan susu sapi dengan kejadian diare pada balita di Desa Ngadirojo. Sehingga diharapkan dari hasil penelitian ini membawa manfaat yang besar bagi semua pihak. METODE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan metode survey analitik. Survey analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoadmotdjo, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk mencari adanya hubungan antara asupan susu sapi dengan kejadian diare pada anak usia 2-5 tahun. Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010). Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (X) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain, atau disebut juga dengan variabel independent. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan susu sapi pada anak usia 2-5 tahun. 2. Variabel terikat (Y) Variabel terikat merupakan variabel akibat, atau disebut juga dengan variabel dependent. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare. Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 01, Juni 2013 2

Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Asupan Susu Sapi 2. Kejadian Diare Konsumsi susu sapi murni sebanyak 100 cc atau setara dengan setengah gelas yang dilakukan secara rutin pada anak usia 2-5 tahun Penyakit yang ditandai dengan buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari. Kuesioner - Ya, jika anak mendapat asupan susu sapi murni > 2x dalam satu minggu dan memiliki nilai jawaban kuesioner 100% - Tidak, jika anak mendapat asupan susu sapi murni 2x dalam satu minggu dan memiki nilai jawaban kuesioner < 100%. Kuesioner - Diare, jika anak ada riwayat pernah mengalami kejadian BAB encer > 3x sehari selama mengkonsumsi susu sapi murni dan memiliki nilai jawaban kuesioner 100% - Tidak diare, jika anak tidak ada riwayat pernah mengalami kejadian BAB encer > 3x sehari selama mengkonsumsi susu sapi murni dan memiliki nilai jawaban kuesioner < 100% Nominal Nominal Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 2-5 tahun di Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali yaitu sejumlah 216 anak. 2. Sampel dan teknik sampling Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah semua anak usia 2-5 tahun di desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali sejumlah 216 anak. Untuk menetapkan jumlah sampel dapat menggunakan rumus solvin (Nazir, 2005) n = N N.d 2 + 1 Keterangan : n : Besarnya sampel N : Populasi d : Presisi yang dikehendaki Dengan menggunakan rumus diatas, maka perhitungan sampel pada penelitian ini adalah : n = N N.d 2 + 1 216 n = = 68 3,16 Proses pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak (Non Random sampling). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah (Notoatmodjo, 2005). Langkah pertama dalam pengambilan sampel penelitian ini yaitu menentukan jumlah sampel dengan rumus solvin, kemudian mengambil sampel sesuai dengan wilayah posyandu. Pengambilan jumlah sampel di wilayah posyandu adalah sebagai berikut : Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 01, Juni 2013 3

a. Posyandu Pamuji : 5 responden b. Posyandu Mutiara : 13 responden c. Posyandu Rahayu : 18 responden d. Posyandu Asri : 12 responden e. Posyandu Widodo : 10 responden f. Posyandu Lestari : 10 responden Alat dan Metode Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan Data Pengambilan data untuk variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner tertutup, yaitu pertanyaan sudah disediakan jawaban sehingga responden tinggal memilih sesuai dengan pemahamannya (Arikunto, 2006). 2. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah data primer yaitu dengan membagi kuesioner kepada ibuibu yang mempunyai anak usia 2-5 tahun sejumlah 68 responden. Setelah kuesioner selesai disusun, belum berarti kuesioner tersebut bisa langsung digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian bila sudah melewati uji validitas dan reabilitas (Notoadmodjo, 2010). Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Metode Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer melalui program Statistical Product and Servic Solution (SPSS) for Windows versi 16.0. 2. Analisis Data a. Analisa Univariat Analisa univariat yaitu untuk memberikan gambaran masing-masing variabel penelitian yang mencakup nilai terendah, tertinggi, ratarata, standar deviasi dan distribusi frekuensi. P x n x100% Keterangan : P : Proporsi (%) x : Jumlah sampel dalam kategori n : Jumlah sampel b. Analisa Bivariat Analisa data yang digunakan adalah analisa bivariat yaitu analisa berkolerasi. Dua variabel yang dimaksud adalah variabel Asupan susu sapi dengan variabel kejadian diare. Dalam analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square (X 2 ) (Sugiyono, 2010). x 2 = f 0 f h Keterangan : x 2 : chi quadrat f h f 0 : frekuensi yang diobservasi f h : frekuensi yang diharapkan Dalam penelitian ini, tingkat kemaknaan penelitian sebesar 0,05 (α = 0,05). Apabila nilai P hitung 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara kedua variabel yang diteliti. Jika nilai P hitung > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara kedua variabel. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis karakteristik responden, yaitu umur dan pekerjaan responden a. Karakteristik Responden dilihat dari umur Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 01, Juni 2013 4

Hasil karakteristik responden berdasarkan umur disajikan dalam bentuk tabel berikut : Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak di Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali bulan Juni tahun 2012 Umur Frekuensi (%) Responden 2-4 tahun > 4 tahun 47 21 69,12 30,88 Jumlah 68 100 Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah responden yang berumur 2-4 tahun sebanyak 47 responden (69,12%), jumlah responden yang berumur > 4 tahun sebanyak 21 responden (30,88%). Hasil karakteristik responden berdasarkan pekerjaan disajikan dalam bentuk tabel berikut : b. Karakteristik Responden dilihat dari Pekerjaan Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Mempunyai Anak Usia 2-5 tahun di Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali bulan Juni tahun 2012 Pekerjaan Ibu Frekuensi (%) PNS Swasta Karyawan Pabrik Petani dan Peternak 0 9 22 37 0 13,24 32,35 54,41 Jumlah 68 100 Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah ibu responden yang bekerja sebagai petani dan peternak sebanyak 37 responden (54,41%), jumlah ibu responden yang bekerja sebagai karyawan pabrik sebanyak 22 responden (32,35%), jumlah ibu responden yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 9 responden (13,24%), dan tidak ada ibu responden yang bekerja sebagai PNS. 2. Analisa Univariat a. Asupan Susu Sapi Distribusi frekuensi asupan susu sapi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mengenai asupan susu sapi disajikan dalam bentuk tabel berikut : Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Asupan Susu Sapi pada Anak Usia 2-5 Tahun di Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali bulan Juni tahun 2012 Pemberian Susu Sapi Frekuensi (%) Mengkonsumsi Tidak 47 21 69,1 30,9 Jumlah 68 100 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui dari 68 responden yang mendapatkan asupan susu sapi sebanyak 47 responden (69,1%) dan yang tidak mendapatkan asupan susu sapi sebanyak 21 responden (30,9%). b. Kejadian Diare Hasil penelitian mengenai kejadian diare disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare pada Anak Usia 2-5 Tahun di Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali bulan Juni tahun 2012 Kejadian Diare Frekuensi (%) Diare 54 79,4 Tidak Diare 14 20,6 Jumlah 68 100 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 68 responden mengalami diare sebanyak 54 responden (79,4%) dan yang tidak mengalami kejadian diare sebanyak 14 responden (20,6%). Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 01, Juni 2013 5

3. Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan asupan susu sapi dengan kejadian diare pada anak usia 2-5 tahun di Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali. Data tentang hubungan asupan susu sapi dengan kejadian diare disajikan dalam tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 5, Hubungan asupan susu sapi dengan kejadian diare pada Anak Usia 2-5 Tahun di Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali bulan Juni tahun 2012 Kejadian Diare Asupan Susu Sapi Diare Tidak Diare Jumlah f % f % F % Mengkonsumsi Tidak 42 12 89,4 57,2 5 9 10,6 42,8 47 21 100 100 Jumlah 54 79,4 14 20,6 68 100 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 68 responden, yang mendapatkan asupan susu sapi sebanyak 47 responden dan yang tidak mendapatkan asupan susu sapi sebanyak 21 responden. Sebanyak 54 responden (79,4%) mengalami diare dan 14 responden (20,6%) tidak mengalami diare. Data tentang hasil analisa bivariat hubungan asupan susu sapi dengan kejadian diare disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 6. Hasil Analisa Bivariat Hubungan Asupan Susu Sapi dengan Kejadian Diare P CI 95% Variabel X² Bawah Atas Pemberian susu sapi 0,002 6.300 1.774 22.379 dengan Kejadian Diare Berdasarkan hasil analisa bivariat pada tabel diatas dengan menggunakan chi square didapatkan p = 0,002 (p < 0,05), X² = 6,300 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian ada hubungan antara asupan susu sapi dengan kejadian diare pada anak usia 2-5 tahun. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa ada hubungan antara asupan susu sapi dengan kejadian diare pada anak usia 2-5 tahun. 1. Asupan Susu Sapi Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 68 responden, yang mengkonsumsi susu sapi sebanyak 47 responden (69,1%) dan yang tidak mengkonsumsi susu sapi sebanyak 21 responden (30,9%). Hal ini dikarenakan banyak warga di tempat penelitian yang memelihara sapi perah, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengganti ASI dan juga susu formula. Selain itu, masyarakat mengkonsumsi susu sapi karena alasan praktis dan ekonomis. Bahkan harga susu sapi lebih murah dibandingkan harga susu formula, sehingga konsumsi susu sapi pada anak dapat memperkecil pengeluaran keluarga untuk pembelian susu formula. Selain dapat dikonsumsi oleh anak, susu sapi juga dapat dikonsumsi oleh orang dewasa. Sehingga susu sapi dapat digunakan oleh seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Di tempat penelitian, susu sapi juga terbukti dapat meningkatkan berat badan pada sejumlah anak bergizi kurang. Karena pada susu sapi murni, terdapat kandungan lemak yang cukup tinggi sehingga menyebabkan peningkatan berat badan. Namun asupan susu sapi yang diberikan secara berlebihan Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 01, Juni 2013 6

juga dapat mengakibatkan obesitas pada anak. Masyarakat di tempat penelitian sudah banyak mengetahui bahwa komposisi susu sapi berbeda dengan ASI ataupun susu formula. Hal ini sesuai dengan pendapat Pudjiadi (2000), bahwa komposisi susu sapi berbeda dengan komposisi ASI. Komposisi ASI lebih banyak mengandung kalori, lemak dan karbohidrat dibandingkan dengan komposisi susu sapi. Perbedaan komposisi inilah yang dapat mempengaruhi kinerja lambung sehingga menimbulkan gangguan alat pencernaan anak. ASI mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh sehingga mudah dicerna sedangkan tidak demikian dengan lemak susu sapi. Gangguan pencernaan pada anak bisa juga ditimbulkan akibat kurangnya kebersihan dalam pengolahan susu sapi sebelum diberikan kepada anak. Dalam penelitian ini, asupan susu sapi yang diberikan kepada anak adalah susu sapi murni yang langsung diperah dari hewan ternak kemudian dimasak terlebih dahulu sebelum diberikan kepada anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahab (2000), bahwa pengolahan susu sapi diperlukan proses pasteurisasi dan sterilisasi agar tidak menyebabkan diare pada anak. Namun, para ibu di tempat penelitian tidak menambahkan air sebelum dimasak dan dikonsumsi oleh anak. Sehingga konsistensi susu sapi terlalu kental dan sulit dicerna oleh lambung anak. 2. Kejadian Diare Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih sering dari biasanya. Bayi dan anak dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (FKUI, 2007). Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 68 responden yang mengalami diare sebanyak 54 responden (79,4%) dan tidak mengalami diare sebanyak 14 responden (20,6%). Sesuai dengan hasil penelitian, salah satu faktor yang menyebabkan kejadian diare adalah faktor makanan yaitu pemberian makanan yang dapat mengakibatkan alergi dan juga gangguan pencernaan terhadap anak. Hal ini diperkuat dengan pendapat Wahab (2000), bahwa sebagian anak memiliki riwayat alergi terhadap makanan tertentu, salah satunya termasuk alergi pada susu sapi. Obstruksi usus karena dadih pada susu sapi dapat menyebabkan gangguan pencernaan sehingga menyebabkan terjadinya diare. Sedangkan menurut pendapat Sudarti (2010), diare juga dapat terjadi akibat gangguan motilitas usus. Hal ini dapat menyebabkan hiperperistaltik pada usus sehingga kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk akan berkurang dan menyebabkan diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus, dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare. Di tempat penelitian, ada sebagian ibu yang kurang memperhatikan kebersihan dalam pengolahan susu sapi. Hal ini juga mempengaruhi munculnya kejadian diare pada anak. Proses pasreurisasi dan sterilisasi susu sapi harus dilakukan dengan tepat karena dapat membunuh bakteri patogen yang ada didalam susu sapi. Selain itu, kejadian diare juga bisa disebabkan oleh infeksi karena kurangnya kebersihan lingkungan, alat makan dan penyajian makanan yang dikonsumsi oleh anak. Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 01, Juni 2013 7

Dalam penelitian ini, banyak ibu yang memberikan asupan susu sapi kepada anaknya tanpa merebus dahulu alat minum yang digunakan. Alat minum yang dipakai oleh anak sebaiknya dicuci dan direbus terlebih dahulu, karena alat minum yang kurang bersih memiliki resiko lebih tinggi bagi anak untuk mengalami diare. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Kustati Sih Rahayu (2010), bahwa kebersihan alat minum yang dipakai oleh anak juga berpengaruh terhadap kejadian diare. Oleh karena itu, peran orang tua sangatlah penting untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan bermain anak. Kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas perlu diajarkan secara dini kepada anak, untuk meminimalisir adanya kuman patogen yang masuk ke tubuh. 3. Hubungan Asupan Susu Sapi dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 2-5 tahun Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 68 responden, yang mendapatkan asupan susu sapi sebanyak 47 responden (69,1%) dan yang mengalami diare sebanyak 54 responden (79,4%). Hal ini disebabkan karena komposisi susu sapi yang sulit dicerna oleh organ pencernaan anak, karena kandungan lemak dan dadih susu sapi lebih kasar dari ASI. Hal ini mengakibatkan kandungan lemak dalam susu sapi lebih sulit dipecah oleh lambung. Di tempat penelitian, banyak ibu yang tidak menambahkan air kedalam susu sapi sebelum dimasak dan dikonsumsi anak, sehingga konsistensi susu sapi terlalu kental untuk dicerna dalam lambung anak. Setelah mengalami kejadian diare, pada umumnya para ibu menghentikan atau mengurangi jumlah asupan susu sapi pada anak. Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden yang tidak mendapatkan asupan susu sapi sebanyak 21 responden (30,9%) dan tidak mengalami diare sebanyak 14 responden (20,6%). Hal ini menunjukkan adanya kecocokan pada anak dalam mengkonsumsi susu sapi, dengan kata lain ada responden yang mengkonsumsi susu sapi namun tidak mengalami kejadian diare. Selain itu, kondisi organ pencernaan yang normal, proses pengolahan susu sapi yang tepat, kebersihan diri dan lingkungan, serta kebersihan alat makan, juga mempengaruhi kejadian diare pada anak. Hasil analisis menunjukkan bahwa asupan susu sapi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diare. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikasi sebesar 0,002. Hasil tabulasi silang pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat asupan susu sapi terhadap anak usia 2-5 tahun maka semakin tinggi pula resiko kejadian diare pada anak. Namun hal ini tidak terlepas dari faktor pendukung lain yang dapat mengakibatkan terjadinya diare pada anak usia 2-5 tahun. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisa dari hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan bahwa : 1. Asupan susu sapi pada anak usia 2-5 tahun dari 68 responden, sebanyak 51 responden (75%). 2. Kejadian diare pada anak usia 2-5 tahun dari 68 responden sebanyak 48 responden (70,6%). 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan susu sapi dengan kejadian diare di Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali dengan χ 2 hitung = 6,300 df = 1, p Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 01, Juni 2013 8

= 0,002 (p < 0,05) jadi Ha diterima dan Ho ditolak. Dari hasil penelitian diatas maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah 1. Bagi Bidan Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali Bidan atau petugas kesehatan lebih tegas dalam memberikan penyuluhan atau informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan proses pengolahan susu sapi dan kebersihan alat makan sebelum susu sapi tersebut dikonsumsi oleh anak. 2. Bagi orang tua a. Diharapkan orang tua dapat meningkatkan pengetahuan tentang proses pengolahan susu sapi sebelum diberikan kepada anak. b. Diharapkan orang tua memperhatikan penyebab diare dari beberapa faktor seperti faktor makanan, kebersihan diri, kebersihan lingkungan, dan alat makan pada anak. 3. Bagi kader posyandu setempat Diharapkan para kader posyandu mampu memberikan informasi kepada orang tua dan masyarakat mengenai efek samping yang bisa ditimbulkan dari susu sapi yang dikonsumsi tanpa proses pengolahan secara baik. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan penelitian ini bisa menjadi reverensi bagi peneliti selanjutnya dan mendorong peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang faktorfaktor lain yang mempengaruhi kejadian diare. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Asdi Mahasatya. Depkes RI Komposisi Susu Sapi. 2008 FKUI. 2007. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika. Jatengprov. 2011. Konsumsi Susu Masyarakat Indonesia. Tersedia dalam : http://www.jatengprov.go.id/?d ocument_srl=19410 (Diakses 21 April 2012) Muchtadi, T. R. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta : Bandung. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Galia Indonesia. Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Pudjiadi, S. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Rahayu, K. 2010. Hubungan Cara Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare. KTI. AKBID Estu Utomo Boyolali. Roesli, U. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Ekslusif. Jakarta : Elek Media Komputindo. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Sudarti. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta : Nuha Medika. Sugiyono, 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Wahab, S (Penterjemah). 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC. Waspada online. 2010. Dampak Buruk Susu Sapi. Tersedia dalam : http://www.waspada.co.id/inde x.php?option=com_content&vie w=article&id=102817:hati-hatiminum-susu-pun-miliki-dampakburuk&catid=28&itemid=48. (Diakses 3 Mei 2012). Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBS-SP. Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 01, Juni 2013 9