PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) Siti Mawaddah, Fenty Ayu Prichasari

dokumen-dokumen yang mirip
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MEMERIKSA BERPASANGAN (PAIR CHECKS)

METODE PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MODEL PENEMUAN TERBIMBING DENGAN TEKNIK MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER MANDIRI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP. Sumartono, Ida Zubaidah

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS VIII SMP

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DI SMP

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Siti Mawaddah, Yulianti

PENERAPAN STRATEGI RELATING EXPERIENCING APPLYING COOPERATING TRANSFERRING (REACT) DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI DI KELAS X SMA

KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DAN MEKANISTIK

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 23

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING (DISCOVERY LEARNING)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 49-57

ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 MEDAN

PENGARUH GABUNGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER DAN TANYA JAWAB TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKULTAS EKONOMI

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Natar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN KOMBINASI TGT-STAD DAN GI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN METODE PQ4R DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP. Ira Yuliana, Noor Fajriah

JSEE - Vol. II, No. 2 November 2014 ISSN : Jurnal Sains Ekonomi dan Edukasi

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER DENGAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERPENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP PRESTASI BELAJAR

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

Maryetta Evi Hariati: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 0

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DAN NHT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan model

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53 BATAM

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran penelitian atau objek oleh. peneliti adalah siswa SMP Negeri 35 Pekanbaru.

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw pada Mata Pelajaran Matematika Di SMPN 6 Banjarmasin Tahun Pelajaran

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KOMBINASI STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI MTS USB SAGULUNG BATAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DENGAN TSTS TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI TEORI KINETIK GAS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PEER LESSON TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK

Penerapan Model Penemuan Terbimbing Berbasis LKPD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XII 1 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung

Oleh. Laelasari dan Ira Ratnasari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), motivasi dan prestasi belajar

PENERAPAN MODEL TEAM GAME TOURNAMENT

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads. Together (NHT) dengan Penilaian Portofolio terhadap Hasil Belajar

DITA PUTRI MAHARANI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR

STUDI TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Jl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT, SNOWBALL THROWING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI SEGITIGA SISWA KELAS VII

Abstrak. Kata kunci: model pembelajaran NHT, model pembelajaran TPS, fungsi, prestasi belajar matematika

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN Heri Sutarno Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh, tetapi peneliti

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN CAHAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

Siti Mawaddah, Raihanatul Jannah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENGARUH MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP IT Al Ulum Pekanbaru pada. sampai 14 April 2014 di SMP Al Ulum Pekanabaru.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Badrul Wajdi. STKIP Hamzanwadi Selong, ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MELATIH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RECIPROCAL TEACHING DI SMA NEGERI 1 RANTAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Desain ini sama

PENGGUNAAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

Transkripsi:

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 30-37 PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) Siti Mawaddah, Fenty Ayu Prichasari Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin e-mail : mwdfkip87@yahoo.com, fenty.ayu.8@gmail.com Abstrak. Salah satu masalah pembelajaran yang sering dihadapi siswa adalah masalah pembelajaran matematika, karena hingga saat ini siswa masih menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dipahami dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik untuk mempelajarinya serta dapat berdampak pada hasil belajar siswa. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang dapat melibatkan semua siswa aktif dalam pembelajaran, dan tidak membosankan yaitu melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional dan mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran geometri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment, dengan populasi seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 15 Banjarmasin tahun 2013/2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive random sampling yaitu memilih kelas VII F dan VII G sebagai sampel penelitian karena direkomendasikan oleh pihak sekolah. Dari dua kelas yang terpilih, kemudian secara acak menentukan kelas eksperimen yaitu di kelas VII F dan kelas kontrol yaitu di kelas VII G. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, dokumentasi, dan angket. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa juga memberikan respon positif terhadap pembelajaran geometri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kata kunci: model kooperatif tipe NHT, hasil belajar siswa, respon siswa. Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar (Dimyati & Mudjiono, 2009). Pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir (Sanjaya, 2013). Terutama pada pembelajaran matematika, dimana sering ditemukan fakta di lapangan bahwa terdapat cukup banyak siswa yang tidak menyukai matematika dan bahkan ada sebagian siswa yang mengungkapkan bahwa matematika itu merupakan mata pelajaran yang sangat sukar dan sulit dimengerti. Matematika merupakan cabang ilmu eksak yang berperan penting baik dalam cabang ilmu lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Tim MKPBM (2001) bahwa fungsi matematika adalah sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam 30

Siti Mawaddah, Fenty Ayu Prichasari, Pembelajaran Geometri Dengan Menggunakan Model 31 kehidupan kerja dan dalam kehidupan seharihari. Menurut Trianto (2007) salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) adalah masih rendahnya daya serap siswa. Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar siswa yang masih sangat memprihatinkan. Dalam kata lain bahwa proses belajar mengajar hingga saat ini masih memberikan dominasi kepada guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Biasanya guru matematika cenderung dominan menggunakan metode ceramah, yakni secara langsung memberikan rumus matematika yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Menurut Hartono (2013), jika guru terlalu banyak berceramah, siswa akan mempunyai rasa ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain sebagai sumber belajar. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama mengikuti PPL II di SMP Negeri 15 Banjarmasin, pada saat pembelajaran matematika berlangsung hanya sedikit siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran. Ketika guru menyampaikan pelajaran ada siswa yang kurang memperhatikan dan tidak bersemangat untuk belajar. Hanya siswa tertentu saja yang aktif bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi matematika di SMP Negeri 15 Banjarmasin, diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas VII pada tahun lalu sering mengalami kesulitan pada materi geometri khususnya segiempat. Hal ini disebabkan karena siswa kurang tertarik untuk mempelajari matematika sehingga masih banyak siswa yang belum menguasai konsep bangun segiempat dengan benar dan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Selain itu hasil UTS matematika kelas VII tahun pelajaran 2013/2014 diperoleh bahwa hasil belajar matematika siswa belum mencapai kriteria memuaskan dimana hampir semua siswa belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu kurang dari 50% siswa yang tuntas secara individual. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 15 Banjarmasin masih tergolong rendah. Tingkat ketuntasan belajar siswa ini diukur dengan menggunakan standar yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas VII, diperoleh bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang tidak menyenangkan, sulit dipahami dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik untuk mempelajari matematika. Hal ini dapat berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa dan respon atau tanggapan siswa menyatakan kurang menyukai. Mencermati hal tersebut, salah satu cara untuk menciptakan pengajaran matematika yang dapat melibatkan semua siswa aktif dalam pembelajaran, tidak membosankan dan dapat mengembangkan pola berpikir siswa adalah melalui penggunaan model-model pembelajaran. Hal ini dikarenakan model-model pembelajaran menekankan pada bagaimana seseorang berpikir, mendapatkan informasi, dan mengekspresikan ide. Artinya, suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa, bukan pada guru. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Model pembelajaran kooperatif adalah model yang meliputi semua jenis kerja kelompok dan diarahkan oleh guru. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan pada kegiatan belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). NHT pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2013). Model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT, setiap siswa dalam kelompok mempunyai kesempatan yang

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 30-37 32 sama untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dikarenakan dalam setiap kelompok diberi nomor anggota sehingga semua siswa harus siap untuk mewakili kelompok masing-masing untuk menjawab masalah yang diberikan. Dengan demikian, siswa memiliki berbagai pengalaman dalam menyelesaikan berbagai permasalahan matematika. Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Komalasari (2013) antara lain: (1) siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, (2) guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya, (3) kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya, (4) guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka, (5) tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lain, dan (6) kesimpulan. Menurut Widyatun (2012) kelebihan dan kekurangan model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut. Kelebihan: (1) dengan model pembelajaran NHT akan menambahkan keaktifan siswa dalam belajar, karena setiap siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pendapat dan mencari informasi, (2) dalam pembelajaran NHT ada pemanggilan nomor kepala, dan siswa yang dipanggil nomornya akan menjawab pertanyaan hasil diskusi, sehingga siswa akan sungguh-sungguh dalam diskusi kelompok, dan (3) dalam pembelajaran NHT siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai dalam diskusi kelompok. Kekurangan: (1) tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena memerlukan waktu yang lama, (2) dapat membuat siswa grogi atau panik. Hal ini terlihat ketika siswa yang dipanggil nomornya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, dan (3) tidak NHT pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2013). semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Menurut Huda (2013) tujuan dari NHT adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat secara berkelompok. Terlepas dari keunggulan dan kelemahannya, model NHT ini bisa menjadi alternatif bagi guru di sekolah yang umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional. Menurut Kellough, dalam pembelajaran konvensional, pembelajar bersifat otoriter, berpusat pada kurikulum, terarah, formal, informatif, dan diktator yang mengakibatkan situasi kelas berpusat pada guru, dan tempat duduk siswa menghadap ke depan, siswa belajar abstrak, diskusi berpusat pada guru, ceramah, siswa bersaing, sedikit pemecahan masalah, demonstrasi-demonstrasi dari siswa, pembelajaran dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan pemindahan informasi dari pembelajar ke siswa (Yamin, 2013). Menurut Kunandar (2011) pembelajaran konvensional sifatnya berpusat pada guru sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar dan pada umumnya tidak memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan siswa secara individu. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu), yaitu penelitian yang mendekati percobaan sesungguhnya di mana tidak mungkin mengadakan kontrol atau

Siti Mawaddah, Fenty Ayu Prichasari, Pembelajaran Geometri Dengan Menggunakan Model 33 memanipulasi semua variabel yang relevan (Nazir, 2013). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah static group design atau non-equivalent posttest-only design karena tidak dilakukan randomisasi untuk membentuk kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol melainkan berdasarkan kelompok yang sudah ada. Pada desain ini, peneliti hanya dapat memberikan variasi tertentu pada kelas eksperimen dan memberikan variasi lain atau tidak memberikan variasi apapun pada kelas kontrol. Desain static group design atau nonequivalent posttest-only design dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut. (KE) X O E (KK) O K (Seniati dkk, 2011) Keterangan : X = Manipulasi/Perlakuan KE = Kelas Eksperimen KK = Kelas Kontrol O E = Pengukuran Kelas Eksperimen O K = Pengukuran Kelas Kontrol Gambar 1 Static group design Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 15 Banjarmasin tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 226 orang, yang terdiri dari 7 kelas. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Penggunaan teknik ini sesuai dengan rekomendasi dari pihak sekolah dengan alasan agar tidak mengganggu jadwal belajar mengajar yang ada di sekolah, sehingga diperoleh dua kelas yaitu kelas VII F dan VII G yang memiliki kemampuan akademik yang sama. Dari dua kelas yang terpilih, kemudian secara acak dilanjutkan dengan menentukan kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe NHT yaitu di kelas VII F dan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional yaitu di kelas VII G. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes, dokumentasi dan angket (kuisioner). Bentuk tes yang diberikan berupa tes uraian yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika data yang diambil berupa nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) siswa SMP Negeri 15 Banjarmasin sebagai data awal dan digunakan sebagai dasar untuk membentuk kelompok belajar siswa di kelas eksperimen secara heterogen. Sedangkan untuk menggali data respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu menggunakan angket tertutup yang tujuannya untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang serta dibagikan kepada siswa setelah kegiatan pengajaran selesai dilaksanakan Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menentukan hasil belajar siswa secara individu, rata-rata hasil belajar siswa, dan perhitungan persentasi hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar siswa secara individu menggunakan rumus: skor perolehan N 100 skor maksimal Keterangan: N = nilai akhir Kualifikasi hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat diketahui melalui nilai rata-rata yang dirumuskan dengan:

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 30-37 (Sudjana, 2005) Keterangan: = nilai rata-rata (mean) = jumlah hasil perkalian antara masing-masing data dengan frekuensinya = jumlah data atau sampel Rata-rata hasil belajar siswa yang didapat menggunakan rumus di atas diinterpretasikan menggunakan kriteria sebagai berikut: Tabel 1 Interpretasi nilai hasil belajar No. Nilai Kriteria 1. 95,00 Istimewa 2. 80,00-94,99 Amat baik 3. 65,00-79,99 Baik 4. 55,00-64,99 Cukup 5. 40,00-54,99 Kurang 6. < 40,00 Amat kurang (Adaptasi dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel, 2004) Untuk persentase siswa pada taraf hasil belajar menggunakan teknik analisa persentase, yang dihitung dengan rumus: f P 100 % N Keterangan : = angka persentase = frekuensi yang sedang dicari persentasenya = number of class (jumlah frekuensi/banyaknya individu) Sedangkan statistik inferensial terdiri atas dua macam yaitu: statistik parametris dan nonparametris (Sugiyono, 2012). Terlebih dahulu data hasil penelitian dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Apabila data hasil penelitian berdistribusi Kemudian dengan teknik pengumpulan data angket, data dianalisis dengan menentukan skor total respon siswa tiap pernyataan. Skor total respon = (banyaknya siswa menjawab SS x 5) + (banyaknya siswa menjawab S x 4) + (banyaknya siswa menjawab RR x 34 normal dan homogen, maka menggunakan statistik parametris yaitu uji t. Tetapi apabila data hasil penelitian tidak berdistribusi normal, maka menggunakan uji U (Mann- Whitney). Sedangkan dalam menganalisis respon siswa digunakan skala Likert. Jawaban setiap ítem instrumen merupakan skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Menurut (Sugiyono, 2013) pemberian skor pada setiap jawaban memiliki kriteria yaitu: SS = Sangat setuju diberi skor 5 S = Setuju diberi skor 4 RR = Ragu-ragu diberi skor 3 TS = Tidak setuju diberi skor 2 STS = Sangat tidak setuju diberi skor 1 (banyaknya siswa menjawab TS x 2) + (banyaknya siswa menjawab STS x 1) Kualifikasi respon siswa dapat diketahui dengan menentukan letak skor total yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya. Skor total dimasukkan ke dalam rentang skala Likert yang dibuat dari skor total

Siti Mawaddah, Fenty Ayu Prichasari, Pembelajaran Geometri Dengan Menggunakan Model 35 minimal sampai skor total maksimal atau ideal. Skor total minimal didapat jika jawaban pernyataan dari semua siswa adalah STS dan skor ideal didapat jika jawaban pernyataan dari semua siswa adalah SS. Diperoleh rentang skala Likert sebagai berikut: STS TS RR S SS 32 64 96 128 160 Jika total skor berada pada daerah diantara 2 kualifikasi maka harus ditentukan terlebih dahulu total skor tersebut akan masuk ke dalam salah satu kualifikasi, dengan syarat total skor yang berada pada daerah setengah interval (jarak dari dua buah kualifikasi) termasuk dalam kualifikasi yang berada di sebelah kiri. Dan total skor yang berada pada daerah > setengah interval (jarak dari dua buah kualifikasi) termasuk dalam kualifikasi yang berada di sebelah kanan. Jawaban respon siswa terhadap angket yang dibagikan dikategorikan menjadi tiga, yaitu respon positif, netral dan respon negatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan sebanyak empat pertemuan yang terdiri dari tiga pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran dengan alokasi waktu 2x40 menit dan satu pertemuan untuk pelaksanaan tes evaluasi akhir, dengan materi pembelajaran yaitu persegi panjang, persegi, dan jajargenjang. Melalui tes evaluasi akhir, didapat hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rangkuman hasil belajar siswa disajikan pada tabel berikut. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Nilai Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) 95,00 Istimewa 1 3,12 0 0,00 80,00-94,90 Amat baik 2 6,25 1 3,12 65,00-79,90 Baik 14 43,75 10 31,25 55,00-64,90 Cukup 7 21,88 6 18,75 40,10-54,90 Kurang 8 25,00 9 28,13 40,00 Amat kurang 0 0,00 6 18,75 Jumlah 32 100,00 32 100,00 Rata-rata 65,17 56,39 Hal ini sejalan dengan kelebihan model Berdasarkan tabel 2 diketahui ratarata pembelajaran kooperatif tipe NHT yang hasil belajar siswa kelas eksperimen memberikan kesempatan kepada siswa untuk adalah 65,17 dan kelas kontrol adalah saling berbagi gagasan dan 556,39. Setelah dilakukan analisis uji t di mempertimbangkan jawaban yang paling kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 ternyata tepat secara berkelompok. Dalam proses belajar mengajar siswa secara aktif terlibat, terdapat perbedaan yang signifikan antara mencari informasi, dan saling bertukar rata-rata hasil belajar siswa yang pendapat sedangkan guru sebagai fasilitator menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. untuk menciptakan proses belajar mengajar yang aktif dan menyenangkan. Sedangkan di kelas kontrol dalam proses pembelajaran

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 30-37 36 siswa secara pasif menerima informasi, lebih banyak belajar secara individual dan lebih berpusat pada guru sehingga hasil belajar siswa kurang baik. Tabel 3 Frekuensi Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT No Pernyataan Jawaban Skor Ket. SS S RR TS STS total 1 Pembelajaran matematika menggunakan model 8 18 6 0 0 130 Setuju NHT membuat saya memiliki kemauan yang tinggi untuk mengikuti pelajaran. 2 Pembelajaran matematika menggunakan model 10 15 7 0 0 131 Setuju NHT sangat menarik dan tidak membosankan. 3 Pembelajaran matematika menggunakan model 10 14 6 2 0 128 Setuju NHT memudahkan saya dalam memahami materi pelajaran. 4 Pembelajaran matematika menggunakan model 13 9 10 0 0 131 Setuju NHT dapat meningkatkan kerjasama saya dengan teman yang lain dalam diskusi kelompok. 5 Pembelajaran matematika menggunakan model 6 18 7 1 0 125 Setuju NHT membuat saya berani bertanya dan mengemukakan pendapat. 6 Pembelajaran matematika menggunakan model 7 18 7 0 0 128 Setuju NHT melatih saya untuk memahami dan menyelesaikan soal yang diberikan. 7 Dalam pembelajaran matematika menggunakan 12 11 7 2 0 129 Setuju model NHT, guru cenderung membimbing daripada menjelaskan. 8 Pembelajaran matematika menggunakan model NHT membuat interaksi saya dengan guru terjalin baik. 10 14 7 0 0 127 Setuju Berdasarkan Tabel 3, respon siswa berada pada kualifikasi respon setuju, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa memberikan respon positif tehadap pembelajaran materi persegi panjang, persegi, dan jajargenjang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal ini karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang digunakan menyebabkan siswa aktif selama pembelajaran. Keaktifan siswa ini terlihat dari antusiasnya siswa selama mengikuti pembelajaran, siswa yang awalnya tidak berani bertanya dan mengemukakan pendapat menjadi berani bertanya dan mengemukakan pendapat. Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT ini dapat membangun kerjasama yang baik antarsiswa, dan antarguru dengan siswa. Model kooperatif tipe NHT juga membuat siswa tertarik dan merasa pembelajaran tidak membosankan karena model ini baru pertama kali diterapkan. Secara keseluruhan respon siswa terhadap pembelajaran yang digunakan memberikan respon positif. Berdasarkan hasil respon dari siswa dapat diketahui bahwa siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Respon ini berupa, siswa merasa tertarik dan tidak bosan saat proses pembelajaran, siswa merasa mudah memahami materi pelajaran, siswa mudah bekerjasama dalam diskusi kelompok dan berani mengemukakan pendapat.

Siti Mawaddah, Fenty Ayu Prichasari, Pembelajaran Geometri Dengan Menggunakan Model 37 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar siswa kelas VII yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional. (2) Siswa kelas VII memberikan respon positif terhadap pembelajaran geometri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : (1) Kepada siswa diharapkan dapat lebih rajin belajar dan banyak berlatih menyelesaikan berbagai macam soalsoal matematika terutama soal yang berbentuk cerita agar hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik. (2) Bagi guru matematika bisa mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai alternatif pilihan dan variasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan agar hasil belajar siswa dapat mencapai kualifikasi istimewa. (3) Bagi peneliti, yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, hendaknya telah mempertimbangkan perencanaan dan pengelolaan waktu yang baik dengan pokok bahasan berbeda, mengingat berbagai keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta. Hartono, R. 2013. Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Diva Press, Yogyakarta. Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Jihad, A., dan Abdul, H. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: CV. Multi Pressindo. Komalasari, K. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama, Bandung. Kunandar. 2010. Guru Profesional. Rajawali Pers, Jakarta.. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers, Jakarta. Nazir, M. 2013. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Sanjaya, W. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana, Jakarta. Seniati, L. dkk. 2011. Psikologi Eksperimen. Indeks, Jakarta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito, Bandung. Sugiyono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta, Bandung. Syah, M. 2012. Psikologi Belajar. Rajawali Pers, Jakarta. Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI, Bandung. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka, Jakarta.. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasi pada KTSP. Kencana, Jakarta. Widyatun, D. 2012. Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). http://jurnalbidandiah.blogspot.com /2012/04/model-pembelajarannumbered-head_21.html. Diakses tanggal 15 Mei 2014. Yamin, M. 2013. Paradigma Baru Pembelajaran. Referensi, Jakarta.