BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morbiditas atau kesakitan pada bayi merupakan hal yang harus dihindari,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada bayi dapat dicegah, namun praktek pemberian susu formula pada bayi muda. masih tinggi terutama pada kelompok ibu yang bekerja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Air susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan, hal

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

Mamah: susuku tercemar!

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

2 pertama kehidupan Bayi. Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare, pnemonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan infe

Pokok Bahasan. Ruang Lingkup. Gizi Bagi Pekerja. Kebutuhan Gizi Pekerja. ASI di Tempat Kerja 31/03/2014 2

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG SUSU FORMULA BAYI DAN PRODUK BAYI LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

Philips NL9206AD-4 Drachten

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Keuntungan Nonkontrasepsi (cont)

Pola buang air besar pada anak

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

Philips NL9206AD-4 Drachten

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

Philips NL9206AD-4 Drachten

Enterobacter sakazakii dan Meningitis

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Manfaat Minum Air Putih

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diterbitkan melalui:

MANFAAT ASI BAGI BAYI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

Melindungi kesehatan ibu :

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014

Permohonan Surat Pengantar Penelitian

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

Cara Mencuci Tangan yang Benar

: SUSANTI ROSMALA DEWI

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CURRICULUM VITAE. : Jalan Abdul Hakim Komplek Classic III Setiabudi Residence No. 56B Tanjungsari Medan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

Sesi 30 WANITA DAN PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di indonesia terutama pada anak-anak. Diare harus

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morbiditas pada bayi Morbiditas atau kesakitan pada bayi merupakan hal yang harus dihindari, karena hal ini dapat berpengaruh pada status gizi bayi yang akhirnya dapat berdampak pada pertumbuhan bayi 17. Penyebab morbiditas yang paling banyak ditemui pada bayi muda adalah infeksi. Penyakit infeksi sendiri akan dapat menyebabkan bayi tidak napsu makan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhannya 27. 2.1.1 Diare Diare didefinisikan sebagai sindrom non spesifik yang ditandai dengan terjadinya perubahan konsistensi tinja (lembek/cair) disertai/ tanpa disertai darah/ lendir dan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali per hari 18,19. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi lebih dari 14 hari. Etiologi penyakit ini adalah infeksi virus, bakteri, protozoa, cacing, jamur, dan juga pemicu non infeksi, namun yang paling sering menyebabkan diare pada tahun pertama kehidupan adalah Rotavirus 20,21,22. Penelitian tahun 2009 menyebutkan terdapat hubungan penggunaan air untuk mengencerkan susu formula, cara membersihkan botol susu, kebiasaan cuci tangan sebelum mengencerkan susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan 16. 8

9 Menurut penelitian tahun 2013, dikatakan bahwa 67,8% anak telah mengkonsumsi susu formula pada usia kurang dari 2 bulan. Hal ini menyebabkan diare pada bayi karena sistem pencernaan anak belum sempurna. Apalagi bila penyiapan susu formula tidak dilakukan dengan baik misalnya pengenceran yang salah, tidak mensterilkan botol susu dengan benar, penyimpanan sisa susu dalam botol dan tidak mencuci tangan sebelum mengencerkan susu 21. Berdasar penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa faktor penyebab diare tidak berdiri sendiri akan tetapi saling terkait dan sangat kompleks. Pemberian susu formula yang benar sebagai salah satu makanan pengganti ASI pada bayi merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan kejadian diare pada anak akibat minum susu formula 23. 2.1.2 Common cold Bayi yang terkena common cold atau batuk dan flu kurang dari 6 bulan memiliki resiko yang sangat besar mengalami kesakitan dan kematian. Menurut jurnal tahun 2012, bayi yang mengalami kejadian commoncold sehingga harus dirawat di rumah sakit sejumlah 104 bayi per 10.000 anak pertahun 24. Common cold sendiri merupakan salah satu alasan kuat untuk kunjungan medis yang dilakukan pasien. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus 25. Gejala yang paling sering timbul pada penyakit ini adalah kongesti nasal, keluar secret dari hidung serta batuk. Common cold termasuk dalam penyakit yang tidak memerlukan obat atau self-limited disease bila periodenya masih kurang dari 10 hari. Oleh karena itu mengobati gejala flu (kongesti nasal) lebih efektif dari pada

10 mengobati infeksinya. Pemakaian antibiotik untuk mengobati common cold tidak efektif karena etiologinya adalah virus 24,26. 2.1.3. Demam Demam pada bayi dan anak merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua di pelayanan kesehatan. Demam pada umumnya merupakan respon tubuh terhadap suatu infeksi 26. Demam didefinisikan sebagai peningkatan termoregulasi dari pusat hipotalamus yang diperantarai oleh sitokin dan ditandai oleh peningkatan suhu pusat tubuh dan aktivitas kompleks imun atau bisa juga didefinisikan sebagai peningkatan temperatur rektal diatas 38,5 o C 28,29. Temperatur rectal merupakan standar pengukuran temperatur tubuh, namun karena sulit diterima masyarakat maka pengukuran temperatur aksila biasanya lebih direkomendasikan untuk pemeriksaan klinik. Temperatur aksila lebih rendah 1 o C dari temperatur rectal 29. Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi maupun non infeksi. Pada anak demam paling sering terjadi karena infeksi virus sehingga tidak dapat diterapi dengan antibiotik 30,31. Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel darah putih oleh pirogen eksogen berupa toksin, mediator inflamasi, dan neutrofil. Sel darah putih kemudian mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL1,IL6, dan IFN). Kedua pirogen tersebut merangsang endothelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin yang dapat meningkatkan patokan termostat di hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga memicu mekanisme untuk meningkatkan panas

11 tubuh (misalnya menggigil dan vasokonstriksi kulit), sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas yang menyebabkan suhu tubuh naik ke suhu patokan yang baru tersebut 32. 2.2. Jenis Asupan Nutrisi pada Bayi 2.2.1 ASI ASI atau air susu ibu adalah nutrisi yang ideal untuk menunjang pertumbuhan, perkembangan, serta kesehatan bayi yang optimal 1,2,14. WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun 2. Dalam Global Strategy for Infant and Young child feeding, WHO merekomendasikan 4 hal yang penting untuk ibu menyusui dan bayi yaitu Inisiasi menyusui dini (IMD) pada 1 jam pertama setelah lahir, ASI eksklusif untuk bayi berumur kurang dari 6 bulan, pengenalan nutrisi tambahan dan kebersihan dalam mempersiapkan makanan pada umur 6 bulan, dan melanjutkan ASI paling sedikit sampai 2 tahun 2,33. Jurnal yang ada mengemukakan bahwa ASI memberikan efek protektif sebesar 39,8% terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 0-4 bulan 38. Manfaat pemberian ASI juga dapat dirasakan oleh ibu. Berat badan ibu yang memberikan ASI akan cepat kembali dan ibu dapat terhindar dari kanker payudara, kanker ovarium, dan sindroma metabolik. Selain itu, hubungan psikologis ibu dan anak akan menjadi lebih baik 7. Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif memiliki risiko tinggi mengalami kejadian morbiditas terutama penyakit gastroenteritis (diare), respiratory illness (pneumonia), obesitas, diabetes mellitus 1 dan 2, dan Sudden

12 infant death syndrom (SIDS). Selain itu, bayi prematur yang tidak mendapat ASI akan memperbesar risiko terkena necrotizing enterocolitis (NEC) 7,14. Di Indonesia, tercatat hanya 27-42% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada 2 bulan pertama dari kelahiran bayi 33. 2.2.2 Susu Formula Makanan pengganti air susu ibu adalah produk makanan yang dipasarkan atau dengan cara lain dinyatakan sebagai makanan untuk bayi yang digunakan sebagai pengganti air susu ibu baik seluruhnya ataupun sebagian 5. Pemakaian makanan pengganti untuk bayi muda (kurang dari 6 bulan) berupa susu formula mulai banyak digemari masyarakat 2. Pada penelitian tahun 2011 diketahui bahwa 83% ibu di negara berkembang memilih untuk menggunakan susu formula dibanding ASI 7. Di Indonesia, proporsi pemberian susu formula pada bayi berumur 1 minggu mencapai 20-53% 33. Dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI, bayi yang mengkonsumsi susu formula mengalami risiko terkena infeksi bakteri patogen lebih banyak pada 1 tahun pertama karena ASI mengandung faktor imun innate maupun spesifik 34. Meta analisis dari 14 studi kohort mengemukakan bahwa bayi muda yang menerima susu formula dan susu formula yang dicampur ASI 2,8 kali lebih sering mengalami infeksi gastrointestinal dibandingkan dengan bayi yang hanya menerima ASI saja 4. Walaupun sudah dibuat dengan teknologi yang memiliki standar higien, dikatakan bahwa susu formula merupakan produk yang tidak steril. Hal ini menjelaskan bahwa susu formula berisi bakteri patogen yang dapat menyebabkan

13 penyakit yang serius. Bakteri patogen yang banyak terdapat pada susu formula adalah E.sakazakii dan Salmonella enterica 14. E.Sakazakii merupakan bakteri oportunistik patogen, gram negatif, dan berbentuk batang 35. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi yang serius terutama pada bayi dan neonatus. Pada neonatus dan bayi, E. sakazakii dapat menyebabkan meningitis yang akan mengakibatkan ventrikulitis, abses otak, dan hydrocephalus 36. Dalam susu formula sendiri sudah terdapat bakteri E.sakazakii, apabila ditambah dengan penyiapan susu formula yang tidak benar, maka bakteri ini dapat berkembang dan menyebabkan penyakit. Selain itu resiko relatif yang dapat meningkatkan kasus ini adalah konsentrasi pendahulu pada suplai susu formula, volume konsumsi total, dan juga temperatur susu formula 37. Salmonella enterica merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan diare, bakteriemi, dan juga meningitis. Dilaporkan bahwa pada tahun 1995 di Canada, Perancis, Spanyol, Amerika, dan United Kingdom mengalami outbreak salmonelosis, yang terparah adalah kejadian di S. agona Perancis, kejadian ini mengenai 141 bayi yang berusia dibawah 12 bulan. Tahun 2002 juga dilaporkan kejadian salmonellosis sebanyak 139,4 kasus tiap 100.000 bayi 38. Penyiapan susu formula sangat penting. Penambahan rasio air yang terlalu banyak tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan bayi tidak terpenuhi karena berkurangnya jumlah kalori yang ada di susu formula. Pengurangan rasio air dalam pengenceran susu formula juga tidak dianjurkan karena dapat gangguan tumbuh kembang gangguan pada organ ginjal, sistem digestif, dan mengakibatkan dehidrasi bayi 16,39. Frekuensi

14 pemberian susu formula untuk usia 6 bulan kebawah sama seperti pemberian ASI eksklusif yaitu berkisar 8-12 kali perhari, waktu pemberiannya disesuaikan dengan kondisi bayi 40. 2.3 Ibu Bekerja 2.3.1 Definisi Ibu Bekerja Ibu bekerja didefinisikan sebagai seorang ibu yang memiliki anak usia 0-18 tahun dan bekerja diluar rumah untuk mendapat penghasilan disamping membesarkan dan mengurus anak di rumah. Pada tahun 2001, jumlah ibu bekerja diseluruh dunia mencapai 54,3% 41. 2.3.2 Dampak Ibu Bekerja saat Masih dalam masa Menyusui Kebanyakan ibu dapat memproduksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya. Namun pada keadaan tidak nyaman seperti nyeri, stres, tegang, takut, dan kurangnya percaya diri dapat menghambat proses sintesis ASI sehingga menghambat proses laktasi. Kelainan bayi, kelainan anatomi payudara, infeksi, sindrom sheehan s, tumor pituitary, merokok, kelainan emosional, obat-obatan yang dapat menginhibisi produksi ASI juga dapat menghambat proses laktasi 43. Pengosongan payudara yang tidak teratur dapat menyebabkan berkurangnya produksi ASI karena adanya mekanisme feedback negatif. Hal ini biasa terjadi pada ibu bekerja yang tidak dapat mengeluarkan ASI pada saat bekerja 42. 2.3.3 Lama waktu kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat 1, setiap pekerja wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja meliputi, 7 jam dalam sehari dan 40 jam

15 seminggu untuk 6 hari kerja, atau 8 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja 44. Jam kerja yang panjang seperti ini menyebabkan ibu tidak dapat menyusui bayinya sehingga pengosongan payudara yang tidak teratur dapat menyebabkan berkurangnya produksi ASI karena adanya mekanisme feedback negatif. Hal ini biasa terjadi pada ibu bekerja yang tidak dapat mengeluarkan ASI pada saat bekerja 42. 2.3.4 Pengetahuan kecukupan nutrisi bayi Pada bayi kurang dari 6 bulan pemberian susu formula dilakukan sekitar 8-12 kali per hari. Jadwal tetap pemberian makanan tidak diperlukan karena bayi akan membuat pola minum susu sendiri. Bayi akan memberi tahu kapan dia lapar dan kapan dia sudah cukup kenyang. Setelah bayi berumur 1 minggu bayi memerlukan kira- kira 150-200 ml per kg berat badan per hari sampai berumur 6 bulan. Namun untuk asupan susu sehari-hari tidak boleh ditentukan dengan standar yang sama untuk semua bayi 39. Dalam mengencerkan susu formula sebaiknya ibu mengikuti informasi takaran yang sudah tertera di kemasan susu. Pengenceran terlalu banyak tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan bayi tidak terpenuhi karena berkurangnya jumlah kalori yang ada di susu formula. Pengenceran yang terlalu sedikit juga tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan diare yang disebabkan karena tingginya kadar protein 16. Berat badan dan jumlah urin/tinja yang dikeluarkan dapat menjadi tanda kecukupan nutrisi bayi 39.

16 2.4 Pengaruh lingkungan 2.4.1 Dukungan fasilitas di tempat kerja Di Indonesia pemberian ASI oleh kelompok ibu bekerja sudah terabaikan meskipun Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 serta peraturan bersama menteri negara pemberdayaan perempuan, menteri tenaga kerja dan transmigrasi, dan menteri kesehatan tahun 2008 sudah menjelaskan bahwa setiap bayi berhak untuk mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan sejak dilahirkan kecuali bila ada indikasi medis 5,6. Selama periode pemberian ASI eksklusif, pihak keluarga, maupun masyarakat harus mendukung penuh dengan cara menyediaan waktu dan tempat khusus untuk ibu menyusui, namun pada kenyataannya kesempatan berupa waktu dan tempat untuk memberikan ASI pada bayi 0-6 bulan sering terabaikan karena banyak perusahaan maupun instansi yang tidak memberikan waktu yang cukup berupa libur cuti atau jam istirahat khusus untuk sekedar memerah dan menyimpan ASI perah untuk diberikan pada bayi sesuai dengan kebutuhan serta tempat yang layak untuk menyusui atau memerah ASI 5,6. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 24 tahun 1976 tentang cuti pegawai negri sipil pasal 19 dianjurkan bahwa pegawai wanita berhak atas cuti bersalin selama satu bulan sebelum dan dua bulan setelah persalinan 45. Pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003 pasal 82 dimana pegawai wanita berhak atas cuti bersalin selama satu setengah bulan sebelum dan sesudah melahirkan 44. Dengan adanya cuti bersalin ini diharapkan ibu bekerja memiliki waktu untuk mendampingi, merawat, dan memberikan nutrisi yang cukup untuk tumbuh kembang bayinya.

17 2.4.2 Tingkat ekonomi keluarga Makin tinggi tingkat ekonomi, maka akan semakin mampu untuk membeli susu formula sehingga diharapkan dapat memenuhi syarat AFASS dan melakukan pengenceran dengan benar 13. AFASS merupakan singkatan dari acceptable (susu formula dapat diterima bayi), Feasible (ibu dan keluarga memiliki cukup waktu, pengetahuan, dan kemampuan untuk menyiapkan susu formula), affordable (ibu dan keluarga memiliki biaya produksi, penyiapan, dan penggunaan susu formula), Sustainable (pemberian susu formula selama 6 bulan dapat dipenuhi), dan Safe (pemberian susu formula yang benar dan higienis) 13. 2.4.3 Lingkungan Rumah Lingkungan rumah sangat erat kaitannya dengan penyakit, terutama apabila kriteria rumah sehat tidak terpenuhi. Bila kondisi lingkungan buruk, derajat kesehatan akan rendah demikian sebaliknya. Oleh karena itu kondisi lingkungan rumah harus mampu mendukung tingkat kesehatan penghuninya 46. 2.4.3.1. Sumber air minum Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, salah satunya adalah untuk kebutuhan minum. Sumber air layak minum menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 492/ Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan kualitas air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

18 diminum 47. Air harus mempunyai syarat khusus agar tidak menimbulkan masalah kesehatan. Syarat-syarat tersebut meliputi syarat fisik yaitu jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, kemudian syarat bekteriologis yaitu bebas atu tidak terkontaminasi bakteri patogen 48. Hasil penelitian 2009 menyebutkan terdapat hubungan penggunaan air yang digunakan untuk mengencerkan susu formula terhadap kejadian morbiditas bayi 16. 2.4.3.2 Kepemilikan jamban Kepemilikan jamban merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang terpenting untuk memenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat adalah bagian yang terpenting dari upaya penyehatan lingkungan pemukiman. Dengan adanya jamban yang baik dan memenuhi syarat diharapkan dapat melindungi dari ancaman terjadinya penyakit dan melindungi dari gangguan terhadap sarana penyediaan air bersih 55. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa anak balita yang mengalami diare lebih banyak pada rumah yang tidak memiliki jamban dari pada yang memiliki jamban 46. 2.4.3.3 Jenis Lantai Rumah Lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya berbagai penyakit 50,51. lantai yang tidak memenuhi standar merupakan media yang baik untuk perkembangan bakteri atau virus 50. Lantai yang baik adalah lantai yang tidak lembab dan dalam keadaan kering. Bahan lantai harus mudah dibersihkan, keadaan lantai perlu diplester, dan akan lebih baik bila dilapisi ubin atau keramik yang mudah

19 dibersihkan sehingga perkembangan bakteri atau virus penyebab penyakit dapat dicegah 50. 2.5 Edukasi penyiapan susu formula bayi Pemberian susu formula pada bayi memang tidak dianjurkan oleh WHO dan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia, namun pada kenyataannya ibu yang harus kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup menjadi faktor utama pemberian susu formula pada bayi kurang dari 6 bulan. Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi maupun penyakit adalah dengan memberi edukasi tentang cara penyiapan susu formula yang aman untuk mencegah perkembangan bakteri yang ada di susu formula maupun bakteri yang ada pada saat proses penyiapan susu formula 1,4,7,22. 2.5.1 Edukasi cara sterilisasi dan pembersihan peralatan pembuatan susu formula Langkah-langkah melakukan sterilisasi dan pembersihan peralatan pembuatan susu formula yang aman menurut WHO 14 : 1) Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum mencuci dan mensterilkan peralatan untuk pembuatan susu formula (botol susu, dot, penutup botol). 2) Bersihkan peralatan yang digunakan dengan sikat dan sabun. 3) Setelah selesai mencuci peralatan, bilas dengan air bersih. 4) Sterilkan peralatan dengan alat sterilizer atau dengan panci dan air mendidih, langkah-langkahnya:

20 1. Isi panci dengan air bersih. 2. Masukkan peralatan yang sudah dicuci ke dalam panci besar yang berisi air. Pastikan terendam dalam air 3. Tutup panci hingga rapat. Panaskan kompor, pastikan botol dan dot tidak meleleh karena terlalu panas. 4. Angkat, kemudian biarkan panci tetap dalam keadaan tertutup sampai peralatan akan digunakan. 5) Tangan harus dicuci dengan sabun dan air sebelum mengeluarkan peralatan dari panci atau alat sterilizer. 6) Untuk mencegah rekontaminasi, cara yang terbaik adalah dengan mengeluarkan peralatan sesaat sebelum dipakai. 2.5.2 Edukasi cara Mempersiapkan susu formula WHO 14 : Langkah langkah mempersiapkan susu formula yang aman menurut 1) Membersihkan dan disinfeksi tempat untuk menyiapkan susu formula lalu mencuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan handuk sekali pakai.. 2) Air dipanaskan hingga mendidih. 3) Tuangkan air mendidih secara hati- hati ke dalam botol susu yang sudah disterilkan. Suhu air boleh <70 o C jadi jangan didiamkan lebih dari 30 menit setelah mendidih

21 4) Baca instruksi pada kaleng / kotak susu, pastikan berapa jumlah air dan susu bubuk yang diperlukan. Terlalu banyak / sedikit air dan susu bubuk akan menyebabkan bayi sakit. 5) Tuangkan air secara hati- hati ke dalam botol susu yang sudah disterilkan. Suhu air tidak boleh <70 o C (jika memiliki termometer untuk mengukur suhu air) atau tidak boleh didiamkan lebih dari 30 menit sejak air dididihkan. 6) Tuang susu bubuk dalam takaran yang tepat ke dalam botol. 7) Kocok atau putar pelan-pelan botol tersebut sehingga susu tercampur merata dalam bentuk larutan. 8) Segera dinginkan susu cair dibawah air mengalir atau wadah berisi air dingin. Pastikan tinggi air tidak melebihi bibir botol. 9) Keringkan botol dengan kain bersih. 10) Teteskan susu ke pergelangan tangan untuk memastikan susu tidak terlalu panas bila diminum oleh bayi. Apabila terlalu panas, dinginkan kembali. 11) Minumkan susu pada bayi. 12) Buang sisa susu yang tidak diminum dalam waktu 2 jam.