Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

dokumen-dokumen yang mirip
Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877

BAB I PENDAHULUAN. pengontrolan sumber tegangan AC 1 fasa dengan memafaatkan sumber

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

Perancangan Rangkaian Pengasutan Soft Starting Pada Motor Induksi 3 Fasa Berbasis Arduino Nano

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

PEMBANGUNAN KONTROL UNIT BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB III PERANCANGAN ALAT

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

Rangkaian Dimmer Pengatur Iluminasi Lampu Pijar Berbasis Internally Triggered TRIAC

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

Politeknik Gunakarya Indonesia

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Analog to Digital Converter dan Interrupt

Desain dan Analisis Inverter Satu Fasa dengan Menggunakan Metode SPWM Berbasis Arduino

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN ALAT

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

KENDALI FASA THYRISTOR SEBAGAI SISTEM PENYEARAH TIGA FASA DENGAN PENYINKRON DISKRIT UNTUK PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

REGULATOR AC 1 FASA. Gambar 1. Skema Regulator AC 1 fasa gelombang penuh dengan SCR

BAB II DASAR TEORI. arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut antara fasanya.

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PERANCANGAN COS PHI METER DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Pengendali Kecepatan Motor Induksi 3-Phase pada Aplikasi Industri Plastik

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino

ELEKTRONIKA INDUSTRI SOLID-STATE RELAY. Akhmad Muflih Y. D

Perancangan Sistem Pengendalian Kecepatan Motor Pompa Air Tekanan Konstan

BAB III PERAGAAN Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang penuh).

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

KENDALI FASA THYRISTOR DAN TRIAC TANPA TEGANGAN EKSTERNAL UNTUK PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA. Oleh: Drs. S u n o m o, M.T.

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB II LANDASAN TEORI

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

ANALISIS SISTEM CYCLOCONVERTER PADA BEBAN NON LINEAR

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya!

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

RANCANG BANGUN SISTEM PENGATURAN PENERANGAN RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER (HARDWARE) Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 2 3

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

TUJUAN ALAT DAN BAHAN

Alat Penstabil Tegangan Bolak-Balik satu fasa 220 V, 50 Hz Menggunakan Thrystor Dengan Daya 1,5 kva

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN DEBIT ALIRAN MASUKAN PADA TANDON AIR DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo,Surabaya Abstrak

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

PRAKTIKAN : NIM.. PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

SOUND SWITCH DENGAN DIMMER MENGGUNAKAN DECADE COUNTER CD4017

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN RELE ARUS LEBIH DENGAN KARAKTERISTIK INVERS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

Input ADC Output ADC IN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

A. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Segitiga Daya

RANCANG BANGUN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH PADA MOTOR BENSIN GENERATOR-SET 1 FASA 2,8 KW 220 VOLT 50 HERTZ

RANCANG BANGUN INVERTER PENGENDALI KECEPATAN MOTOR AC PADA KONVEYOR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

KATA PENGANTAR. Bandung, 9 Oktober Penulis

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

Bab III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Indah Pratiwi Surya #1, Hafidh Hasan *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 # Teknik Elektro dan Komputer, Universitas Syiah Kuala Jalan Tengku Syech Abdur Rauf No. 7, Darussalam, Banda Aceh, Indonesia 1 pratiwiisurya@gmail.com 3 hafidh.hasan@unsyiah.ac.id 2 rakhmadslubis@unsyiah.ac.id Abstrak Thyristor merupakan bahan semikonduktor yang digunakan sebagai saklar dengan prinsip kerja hampir sama seperti dioda, namun dilengkapi dengan gate yang berfungsi untuk mengatur sudut penyalaannya sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga tegangan keluaran dapat divariasikan. Tegangan keluaran tersebut dapat diaplikasikan pada rangkaian dimmer, dimana rangkaian tersebut merupakan rangkaian yang berfungsi sebagai pengontrol keredupan lampu. Tipe thyristor yang digunakan adalah back to back thyristor yang fungsi utamanya sebagai regulator. Pada rangkaian thyristor ini digunakan rangkaian zero crossing detector yang berfungsi sebagai pendeteksi titik persilangan pada nilai nol yang nantinya titik ini menjadi acuan untuk membangkitkan sinyal trigger. Sinyal trigger merupakan sinyal keluaran dari rangkaian kontrol yang digunakan sebagai pemicu sudut penyalaan dari thyristor. Berdasarkan hasil penelitian, nilai tegangan keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian back to back thyristor dapat dikontrol dengan mengatur sudut penyalaan pada thyristor dari 0 0-180 0. Nilai tersebut berbanding terbalik dengan nilai tegangan yaitu 220 volt sampai 0 volt. Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai sudut penyalaan, maka nilai tegangan yang dihasikan semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Kata Kunci Thyristor, Trigger, Kontrol Sudut Penyalaan, Regulasi Tegangan, Dimmer Lampu. I. PENDAHULUAN Thyristor merupakan bahan semikonduktor yang digunakan sebagai saklar dengan prinsip kerja hampir sama seperti dioda, namun dilengkapi dengan gate yang berfungsi untuk mengatur sudut penyalaannya seseuai dengan yang dibutuhkan, sehingga tegangan keluaran dapat divariasikan. Sudut penyalaan (firing angle) adalah waktu setelah tegangan masukan mulai menjadi positif sampai thyristor dipicu. Thyristor dapat diaplikasikan sebagai pemanas industri, dimmer lampu, pengontrolan keceptan motor dan pengontrol magnet AC. Pada penelitian ini dilakukan perancangan pengontrolan tegangan AC dengan menggunakan thyristor SCR. Thyristor SCR dirangkai secara back to back sehingga dapat berkerja pada tegangan positif dan tegangan negatif. Zero crossing detector sebagai pendeteksi perpotongan gelombang sinus pada tegangan AC dengan membaca titik persilangan nol, sehingga dapat memberikan sinyal acuan kepada sinyal trigger sebagai pemicu back to back thyristor. Pengontrolan tegangan AC satu fasa ini akan diaplikasikan pada rangkaian dimmer lampu dengan cara mengendalikan iluminasi pencahayaan pada sebuah ruangan, sehingga ruangan mendapatkan pencahayaan yang cukup, tidak berlebihan ataupun kekurangan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Pengendalian pencahayaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penghematan energi listrik dan waktu operasi sebuah lampu. II. DASAR TEORI A. Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Dengan Back to Back Thyristor Regulasi tegangan merupakan pengaturan tegangan AC yang berfungsi mengubah nilai tegangan tanpa merubah frekuensi. Konverter ini mengontrol tegangan, arus dan daya rata-rata yang dikirim ke beban AC dari sumber AC. Terdapat beberapa bentuk regulasi tegangan diantaranya regulasi elektromekanikal, Rheostat, dan regulator aktif [1]. Prinsip dari kontrol sudut fasa untuk gelombang penuh satu fasa, daya yang mengalir ke beban dikontrol dengan menunda sudut pemicuan (firing angle) dari thyristor T 1 dan sudut pemicuan thyristor T 2. Selama setengah siklus positif dari tegangan masuk, anoda pada thyristor T 1 relatif positif terhadap katoda sehingga thyristor T 1 dalam kondisi bias maju. Ketika thyristor T 1 dipicu pada ωt = α, thyristor T 1 akan tersambung dan tegangan masuk akan muncul ke beban. Ketika tegangan masuk mulai negatif pada ωt = π, anoda thyristor T 1 akan negatif terhadap katodanya dan thyristor T 1 dalam keadaan bias mundur sehingga T 1 akan padam. Selanjutnya pada saat tegangan masuk mulai negatif pada ωt = π, maka anoda thyristor T 2 relatif positif terhadap katoda, dan thyristor berada dalam kondisi bias maju. Sehingga ketika thyristor T 2 dipicu pada ωt = π α, thyristor T 2 akan tersambung dan tegangan masuk juga akan muncul ke beban, kemudian ketika tegangan masuk mulai positif lagi, maka Vol.2 No.2 2017 24 @2017 kitektro

thyristor T 2 akan padam, begitu seterusnya, kembali seperti siklus awal. Bentuk gelombang tegangan masuk dan keluar ditunjukkan pada Gambar 1. i s T 1 i g1 i o + Arus rms pada tiap SCR ada 1 2 wktu dari arus beban rms jika kedua SCR berada pada batas waktu tertentu. Kemudian dari bentuk gelombang pada Gambar 2 menujukan bentuk dari gelombang pengontrolan tegangan satu fasa dengan beban resistif. Terdapat bentuk gelombang pada rangkaian dimmer lampu incadescent. Maka tegangan sumber: V s (ωt) = V m Sin ωt (2.1) AC + _ v S i g2 T 2 2V sin t S Vo R Jika V s = 2V s sin ωt adalah tegangan masuk dan sudut pemicuan dari thyristor T 1 dan T 2 adalah 2 1, maka tegangan keluar rms dapat dihitung dengan persamaan : Gambar 1 Rangkaian Back to Back Thyristor _ V o(rms) = V s [ 1 π B. Zero Crossing Detector 1 sin 2 α 2 (π α + )] 2 (2.2) Metode zero crossing detector adalah metode paling umum untuk mengetahui frekuensi/perioda suatu gelombang. Metode ini berfungsi untuk menentukan frekuensi suatu gelombang dengan cara mendeteksi banyaknya zero point pada suatu rentang waktu. Zero crossing detector adalah rangkaian yang berfungsi untuk mendeteksi perpotongan gelombang sinus pada tegangan AC dengan zero point tersebut, sehingga dapat memberikan sinyal acuan saat dimulainya pemicuan triac. Dengan menggunakan rangkaian zero crossing detector ini, maka dapat mendeteksi zero point sekaligus mengubah suatu sinyal sinusoidal (sine wave) menjadi sinyal kotak (square wave). Perpotongan titik nol yang dideteksi adalah pada saat peralihan dari siklus positif menuju siklus negatif dan peralihan dari siklus negatif menuju siklus positif [2]. Gambar 2 Output dan input dari pengontrol tegangan AC satu fasa Beberapa dasar obersavasi tentang sirkuit diatas: SCR tidak mengantar secara simultan Tegangan beban sama dengan tegangan sumber baik ketika SCR dalam kondisi on. Tegangan beban akan bernilai nol apabila kedua SCR off. Tegangan switch Vsw adalah nol ketika SCR on dan sama dengan tegangan sumber maupun tidak dalam kondisi off. Arus rata-rata pada sumber dan beban bernilai nol jika kedua SCR dalam kondisi on untuk beberapa jarak waktu. Arus rata- rata pada tiap SCR tidak nol sebab tidak searah dengan arus SCR Gambar 3 Output zero crossing detector Vol.2 No.2 2017 25 @2017 kitektro

C. Controller Mikrokontroler ATmega328P merupakan sebuah chip IC yang memiliki flash memory sebesar 32 Kb (0,5 Kb digunakan sebagai bootloader) dan RAM 2 Kb. Mikrokontroler ATmega328P sudah tersedia dalam board Arduino Uno. Pada Arduino Uno, mikrokontroler telah dilengkapi sistem minimum dengan clock sebesar 16MHz. Bentuk fisik dari board Arduino uno dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Arduino uno, pin berjumlah 20 pin, dimana 6 pin digunakan sebagai analog input dan 14 pin sebagai I/O digital, 6 diantaranya merupakan output PWM (Pulse Width Modulation) [3]. III. METODE PENELITIAN A. Perancangan Rangkain Back to Back Thyristor Sistem rangkaian ini berkerja dengan input zero crossing detector dan ADC potensiometer yang diterima mikrokontroler ATmega328P. Adapun blok diagram rangkaian back to back thyristor sebagai berikut. Blok diagram pada Gambar 4, menjelaskan sumber tegangan AC 220 v digunakan sebagai tegangan sumber dari rangkaian tersebut. Zero crossing detector membaca sinyal keluaran dari gelombang dengan bentuk pulsa sebagai persilangan titik nol, kemudian masuk ke rangkaian pengontrol sudut penyalaan menggunakan mikrocontroller Atamega328 dan menggunakaan program bahaca C. Keluaran dari mikrocontroller terhubung dengan gate dari SCR dan sudut penyalaan bias diatur dengan menggunakan potensiometer. Gambar 5, menjelaskan rangkaian zero crossing detector yang dirancang untuk mendeteksi gelombang sinus saat melewati titik tegangan nol yang digunakan sebagai acuan saat memberikan sinyal trigger pada gerbang thyristor. Rangkaian zero crossing detector dirancang dengan menggunakan Diode Bridge dan rangkaian inverter yang terdapat pada IC 4093. IC 4093 memiliki 14 pin yang terdiri dari 6 pasang inverter dan tegangan suplai 5 Volt pada kaki V cc(+) dan V cc(-). Untuk aplikasi pembangkitan sinyal trigger ini hanya 2 buah Pin yang digunakan sebagai penghasil sinyal square, yaitu Pin 9 dan 10, yang mana keluaran sinyal pada pin tersebut dihubungkan pada osiloskop. Pin 2 digunakan sebagai masukan dari rangkaian zero crossing detector. Selanjutnya, rangkaian pengontrol tegangan AC yang ditunjukkan pada Gambar 6 terdiri dari 2 buah thyristor C106, dirancang agar menghasilkan tegangan keluaran yang berbeda dengan mengatur sudut penyalaan thyristor dari 0 o sampai 180 o. Sinyal trigger dari Pin 9 Arduino dih bungkan pada T1 melalui transistor 2N 3904 dan optokopler MOC 3020 yang bekerja pada siklus positif. Sinyal trigger dari Pin 10 dihubungkan pada T2 melalui transistor 2N 3904 dan optokopler MOC 3020 yang bekerja pada siklus negatif. Rangkaian ini dihubungkan pada sumber 220 V dengan beban R L. Gambar 4 Blok diagram rangkaian back to back thyristor Gambar 5 Rangkaian zero crossing detector Vol.2 No.2 2017 26 @2017 kitektro

Gambar 6 Rangkaian daya regulator tegangan AC 1 fasa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil pengujian dari percobaaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. A. Data Pengujian Adapun data pengujian yang diperoleh dari zero crossing detector, sinyal trigger dan regulator tegangan AC adalah sebagai berikut. Gambar 7 Hasil urji alat zero crossing detector Pada hasil pengujian rangkaian zero crossing detector menggunakan sensor tegangan yang terhubung dengan osiloskop untuk melihat keluaran gelombang dari optocoupler 4N25. Gelombang sinusoidal dari tegangan jala-jala dengan frekuensi 50 Hz akan dipicu oleh optocoupler 4N25 yang menyebabkan sumber picuan dari tegangan DC 5V menjadi bergelombang sesuai dengan persilangan sudut phasa pada sumber tegangan 220V. Ditunjukkan oleh Gambar 7. Sedangkan pada Gambar 8, terdapat gelombang input AC 220V dengan sinyal trigger. Sinyal trigger tersebut digunakan pada T 1 dan T 2 yang dapat digeser dengan sudut penyalaan sebesar 90 o. Sinyal trigger yang dihasilkan pada simulasi dan eksperimen tersebut bernilai sama. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak ada nilai error yang terjadi. Bentuk gelombang tegangan keluaran yang diperoleh dari rangkaian pengontrol tegangan AC satu fasa, untuk sudut alpha yang berbeda, dapat dilihat pada Gambar 9. Nilai perbandingan antara nilai tegangan keluaran hasil simulasi, nilai hasil eksperimen dan nilai hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar 8 Hasil uji alat sinyal trigger pada sudut 90 0 (a) Vol.2 No.2 2017 27 @2017 kitektro

Tegangan KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-issn: 2252-7036 Nilai Perbandingan (b) Gambar 9 Bentuk gelombang keluaran tegangan (a) Pada sudut 0 0 (b) Pada sudut 90 0 B. Tampilan Program Arduino No Gambar 10 Pembacaan pengaturan sudut alpha 90 0 pada Arduino menggunakan potensiometer TABEL I DATA PENGUJIAN Simulasi Alat Hitungan Sud Vin Vout Vin Vout Vin Vout ut (V) (V) (V) (V) (V) (V) 1. 0 0 220 220 220 219.8 220 220 2. 30 0 220 212.3 220 215.8 220 213.9 3. 60 0 220 200 220 195.4 220 197.4 4. 90 0 220 155.5 220 153.7 220 155.5 5. 150 0 220 40.3 220 39.4 220 37.53 6. 180 0 220 0 220 0 220 0 250 200 150 100 50 0 Gambar 10 Grafik nilai perbandingan Berdasarkan Tabel 1, nilai yang didapat dari data pengujian memiliki selisih yang kecil. Data yang diperoleh antara simulasi, alat, dan hitungan hanya memiliki sedikit perbedaan. Hal itu menunjukkan bahwa nilai error yang terjadi masih kecil dan dapat ditoleransi. Sedangkan untuk grafik respon dapat dilihat pada Gambar 10. Nilai perubahan tegangan terhadap sudut phasa terlihat bahwa respon grafik tidak linier. Hal tersebut disebabkan karena komponen Resistor Variabel (VR) yang digunakan untuk pengaturan perubahan sudut fasa tidak memiliki perubahan yang linier pula. Selain faktor komponen VR, Vrms juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik gelombang sinus sempurna, dimana pergeseran setiap sudut phasa respon Vrms juga tidak linier dan tidak konstan, sehingga grafik nilai keluaran tegangan yang dihasilkan tidak linier sempurna C. Hasil dan Analisa 0 50 100 150 200 Sudut Berdasarkan hasil pengujian, maka didapat data hasil percobaan. Dari data tersebut, kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan. Data percobaan hasil simulasi yang didapat adalah sebagai berikut. TABEL III DATA PERCOBAAN SIMULASI No. Sudut Vin Vout 1. 0 0 220V 220V 2. 30 0 220V 212.3V 3. 60 0 220V 200V 4. 90 0 220V 155.5V 5. 150 0 220V 40.3V Simulasi Alat Hitungan 6. 180 0 220V 0V Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa saat nilai sudut meningkat, maka nilai tegangan output menurun. Hal itu disebabkan karena sudut alpha mempengaruhi waktu tunda perpotongan sudut, sehingga ketika sudut bernilai 0 0 maka tidak terjadi perpotongan dalam gelombang output tegangan. Vol.2 No.2 2017 28 @2017 kitektro

Dengan demikian, nilai tegangan output yang dihasilkan tidak mengalami perubahan dengan tegangan input. Sedangkan pada sudut 90 0 terjadi perpotongan sebesar 50%, sehingga tegangan output yang dihasilkan mengalami penurunan sebesar waktu tunda yang diberikan, TABEL IIIII DATA PENGUJIAN ALAT No. Sudut Vin Vout 1. 0 0 220V 219.8V 2. 30 0 220V 215.8V 3. 60 0 220V 195.4V 4. 90 0 220V 153.7V 5. 150 0 220V 39.4V 6. 180 0 220V 0V Berdasarkan Tabel 3, tegangan output pada sudut 0 0 mengalami sedikit penurunan, karena adanya losses. Hal itu disebabkan gangguan yang terjadi pada rangkaian. Nilai perbandingan antara simulasi dan pengujian alat memiliki selisih dalam tahap wajar yang dapat dibuktikan dalam galat sebagai berikut. Hitung ukur % Galat = 100% hitung sama dengan simulasi. Hal ini disebabkan tidak adanya losses pada simulasi tersebut. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, nilai tegangan keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian back to back thyristor dapat dikontrol dengan mengatur sudut penyalaan pada thyristor dari 0 0-180 0. Nilai tersebut berbanding terbalik dengan nilai tegangan yaitu 220 volt sampai 0 volt. Pada rangkaian trigger, acuan awal untuk perpotongan sudut telah didapatkan dan dapat diatur sesuai sudut yang diingikan. Perbandingan yang diperoleh dari ketiga data percobaan, simulasi, pengujian, dan perhitungan, dapat disimpulkan bahwa nilai yang diperoleh tidak terlalu berbeda dengan persentase kesalahan sebesar 0,09%. Ketika sudut sebesar 15 0, maka nilai tegangan yang diperoleh sebesar 218,8 volt. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai sudut penyalaan, maka nilai tegangan yang dihasikan semakin rendah, begitu juga sebaliknya. REFERENSI [1] M. H.Rashid, Power Electronics Circuits, Devices, And Applications, Third Edition, Pearson Education International, 2004. [2] A. Reza, Rancang Bangun Pengendali Motor Induksi Satu Phase, Depok, 2010. [3]. Y. Nugraha, Motor Stepper Berbasis Mikrokontroller ATMega 8535 Pada Perancangan Sistem Kendali Otomatis Tetesan Cairan Infus Pada Pasien.", Medan, 2011. 220 219.8 % Galat = 100% = 0.09% 220 Dari persentase galat diatas, dapat disimpulkan bahwa persentase kesalahan dari pengujian alat sangat rendah. Dengan demikian, alat yang dirancang masih dapat berjalan sesuai yang diharapkan. TABEL IVV DATA PERHITUNGAN No. Sudut Vin Vout 1. 0 0 220V 220V 2. 30 0 220V 213.90V 3. 60 0 220V 197.4V 4. 90 0 220V 155.56V 5. 150 0 220V 37.53V 6. 180 0 220V 0V Berdasarkan Tabel 4, maka data perhitungan yang diperoleh pada tabel diatas menunjukkan nilai yang hampir Vol.2 No.2 2017 29 @2017 kitektro