MORFOMETRIK ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS SEMEN KAMBING PE JANTAN MUDA YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI DAN JERAMI KEDELAI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

KAJIAN EKONOMI PEMANFAATAN JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN DASAR PADA RANSUM KAMBING PERANAKAN ETAWAH JANTAN MUDA

KARAKTERISTIK SEMEN DAN TINGKAT LIBIDO DOMBA PERSILANGAN

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PERFORMANS ORGAN REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG PROTEIN SEL TUNGGAL SKRIPSI RESI PRAMONO

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

MATERI DAN METODE. Materi

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H


MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

UKURAN ORGAN REPRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN PADA UMUR YANG BERBEDA

PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

MATERI DAN METODE. Materi

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2)

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

PENGARUH JENIS PENGENCER DAN WAKTU EKUILIBRASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN ETAWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

KORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

Transkripsi:

MORFOMETRIK ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS SEMEN KAMBING PE JANTAN MUDA YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI DAN JERAMI KEDELAI (Morphometric of Reproductive Organ and Semen Quality of Young Male Etawah Grade Goat on Rice Straw and Soybean Straw Ration) T. KOSTAMAN dan I-K. SUTAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT Basic information on reproductive potency of young male Etawah Grade goat is necessary in order to identify the capacity of bucks in producing semen. Sixteen young male Etawah grade goats (± 6 months of age) were fed complete diet based on rice straw (K-JP) and soybean straw (K-JK) for 6 months. The male morphometric reproductive organs (testis diameter and scrotal circumference) were examined and semen was collected once a month using artificial vagina. Semen quality was evaluated. Results of this study indicated that morphometric reproduction of young male Etawah grade goat in two treatment groups was not significantly different (P > 0.05), but it was found that goat on K-JP treatment resulted in higher testis diameter and scrotal circumference than goat on K-JK. But fresh semen characteristic of young male Etawah grade goat on K-JK treatment was slightly higher than that on K-JP in terms of semen volume (0.61 ml), spermatozoa concentration (1.84 x 10 9 million/ml), percentage of spermatozoa motility (64%), and percentage live spermatozoa (77.07%). It is concluded that development of reproduction and fresh semen quality of young male Etawah grade goat was not influenced by feed treatment. Key Words: Morphometric, Reproduction, Semen, Rice Straw, Soybean Straw ABSTRAK Informasi dasar potensi reproduksi pejantan kambing PE sangat dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan pejantan memproduksi semen dalam program IB. Penelitian dilakukan selama 6 bulan terhadap enam belas ekor kambing PE jantan muda (umur ± 6 bulan) yang diberi pakan komplit berbasis jerami padi (K-JP) dan jerami kedelai (K-JK). Morfometrik organ reproduksi jantan (diameter testis dan lingkar skrotum) diteliti, dan semen ditampung dengan vagina buatan satu kali dalam satu bulan serta di evaluasi kualitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfometrik organ reproduksi kambing PE jantan muda pada kedua perlakuan tidak berbeda nyata (P > 0,05), namun kambing PE jantan muda pada perlakuan K-JP cenderung mempunyai diameter testis kanan dan kiri, serta lingkar skrotum lebih besar dari kambing PE jantan muda pada perlakuan K-JK. Tetapi untuk karakteristik semen segar kambing PE jantan muda yang mendapat perlakuan K-JK lebih tinggi dari K-JP, yaitu volume semen (0,61 ml), konsentrasi spermatozoa (1,84 x 10 9 /ml), persentase motilitas spermatozoa (64%) dan persertase spermatozoa hidup (77,07%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan organ reproduksi dan karakteristik semen segar kambing PE jantan muda tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan. Kata Kunci: Morfometrik, Reproduksi, Semen, Jerami Padi, Jerami Kedelai PENDAHULUAN Ternak kambing yang tergolong jenis hewan herbivora, merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer di Indonesia dan memiliki banyak kelebihan. Kelebihan tersebut antara lain mudah dipelihara, dapat memanfaatkan berbagai jenis pakan baik hijauan maupun limbah hasil ikutan pertanian atau industri, mudah dikembang biakan, dan pasarnya selalu tersedia setiap saat serta memerlukan modal investasi lebih kecil daripada ternak ruminansia besar. 474

Salah satu bangsa kambing lokal yang ada di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil kawin silang antara kambing Etawah dengan kambing Kacang dengan kinerja yang sangat beragam. Secara genetik, ternak ini berpotensi sebagai ternak penghasil daging dan susu, namun potensinya belum dikembangkan secara maksimal. Untuk memacu kinerja dan produktivitas maksimal diperlukan seleksi calon pejantan yang berada dalam kondisi lingkungan kondusif. Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan sangat menentukan kinerja ternak yang sesuai dengan potensi genetiknya. Oleh karena itu, perbaikan mutu pejantan dapat didekati dengan perbaikan nutrisi sejak ternak berumur muda. Informasi mengenai data dasar potensi reproduksi pejantan kambing PE belum banyak dilaporkan. Disisi lain data tersebut sangat dibutuhkan dalam menentukan kemampuan pejantan untuk memproduksi semen. Demikian pula halnya dengan informasi mengenai karakteristik semen segar sangat diperlukan dalam menentukan kebijakan proses pengolahan semen dalam upaya penyediaan semen cair dan beku. Dalam waktu yang relatif singkat, diharapkan penelitian ini dapat melengkapi data dasar reproduksi kambing lokal yang ada di Indonesia. MATERI DAN METODE Enam belas ekor kambing PE jantan muda dengan umur ± 6 bulan dan bobot hidup awal ± 16 kg digunakan dalam penelitian. Kambing dikelompokkan berdasarkan bobot hidup awal dan dibagi dalam dua kelompok perlakuan dengan delapan ulangan. Kambing dipelihara dalam kandang individu yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Pakan perlakuan tersusun dari bahan dengan komposisi seperti dalam Tabel 1. Pakan K-JP adalah pakan komplit berbasis jerami padi dan K-JK adalah pakan komplit berbasis jerami kedelai. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3,5% dari bobot hidup berdasarkan bahan kering, serta disesuaikan setiap dua minggu sekali agar sejalan dengan kebutuhan. Penelitian dilakukan selama 180 hari dengan penimbangan bobot tubuh dua minggu sekali sebelum diberi makan pada pagi hari. Pengamatan terhadap morfometri testis dan lingkar skrotum, meliputi (1) diameter testis, bagian terlebar testis kanan dan kiri (testis masih terbungkus skrotum). Diukur dengan menggunakan jangka sorong, dan (2) lingkar skrotum, ukuran lingkar skrotum bagian tengah yang menyelaputi testis kanan dan kiri. Diukur dengan menggunakan pita ukur. Tabel 1. Komponen ransum dan komposisi nutrien Uraian K-JP K-JK Bahan pakan (%) : Jerami padi fermentasi 35,02 0 Jerami kedelai 0 35,02 Dedak padi 6,08 5,79 Pollard 5,35 5,21 Bungkil kelapa 5,64 6,51 Bungkil kedelai 12,30 11,58 Onggok 29,38 29,67 Molases 5,21 5,21 Mineral mix 1,01 1,01 Komposisi nutrien (% bahan kering)* Bahan kering 93,25 93,24 Protein kasar 14,23 13,72 Energi (Kcal/kg) 3293 3642 Serat kasar 16,57 19,55 Abu 16,50 9,56 * hasil analisa laboratorium Balitnak Pengamatan karakteristik semen meliputi sifat fisik semen segar. Semen ditampung menggunakan vagina buatan dan penampungan semen setiap satu bulan sekali. Segera setelah ditampung, semen dievaluasi secara makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan dilakukan terhadap volume semen, warna semen, konsistensi (kekentalan) semen, persentase motilitas spermatozoa, persentase hidup spermatozoa (L/D), dan konsentrasi spermatozoa (TOELIHERE, 1993). Data yang diperoleh dianalisis dengan T-test (SUDJANA, 1992). 475

HASIL DAN PEMBAHASAN Morfometrik organ reproduksi Hasil penelitian menunjukkan semua parameter morfometrik organ reproduksi tidak berbeda nyata (P > 0,05) antar perlakuan (Tabel 2). Rataan diamater testis kanan dan kiri kambing PE jantan muda berturut-turut 4,29 dan 4,25 cm. Tabel 2. Diamater testis dan lingkar skrotum kambing PE jantan muda (rataan ± standar deviasi) Parameter K-JP K-JK Diameter testis (cm) Kanan 4,33 ± 0,30 a 4,26 ± 0,46 a Kiri 4,25 ± 0,20 a 4,24 ± 0,42 a Lingkar skrotum (cm) 21,12 ± 1,08 a 20,89 ± 2,06 a Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata Hasil yang diperoleh pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan yang dilaporkan BILASPURI dan SINGH (1992), bahwa kambing Malabari umur 11 bulan mempunyai ukuran testis 4,4 dan 4,34 cm masing-masing untuk testis kanan dan kiri. Sementara itu, PARTAMA (2000) melaporkan bahwa diameter testis kambing PE calon pejantan mempunyai ukuran sebesar 4,67 cm. Perubahan diameter testis lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2, dimana perubahan diamater testis kanan dan kiri kambing PE jantan muda sejalan dengan meningkatnya umur. Ternak pada umur 7 hingga 12 bulan yang menerima pakan perlakuan K-JP memiliki diameter testis lebih besar. Rataan lingkar skrotum tertinggi pada ternak yang mendapat pakan perlakuan K-JP (21,12 ± 1,08 cm), namun berbeda tidak nyata dengan pakan perlakuan K-JK (20,89 ± 2,06 cm). PARTAMA (2000) melaporkan bahwa kambing PE calon pejantan yang diberi ransum berprotein tinggi (14,4%) memiliki lingkar skrotum lebih besar daripada kambing yang diberi ransum berprotein rendah (9,7%). Diameter testis kiri (cm) Gambar 1. Pengaruh pakan perlakuan terhadap perkembangan diameter testis kanan Diameter testis kiri (cm) 5,0 4.8 4,8 4.6 4,6 4.4 4,4 4,24.2 4,0 4 3,8 3.8 4,8 4.8 4,6 4.6 4,4 4.4 4,2 4.2 4,0 4 3,8 3.8 6 7 8 9 10 11 12 Waktu (bulan) K-JP 6 7 8 9 10 11 12 Waktu (bulan) K-JP K-JK K-JK Gambar 2. Pengaruh pakan perlakuan terhadap perkembangan diameter testis kiri Ukuran lingkar skrotum kamping PE (21,12 ± 1,08 cm) yang diperoleh pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan lingkar skrotum kambing West African dwarf sebesar 476

20,4 cm (OYEYEMI et al., 2000), tetapi lebih kecil dibandingkan dengan yang dilaporkan PARTAMA (2000), bahwa kambing PE calon pejantan mempunyai ukuran lingkar skrotum sebesar 23,56 cm, kambing Creole sekitar 24,4 cm (DE LA VEGA dan WILDE, 2001), sedangkan kambing bangsa Santa Ines pada umur 240 hari mempunyai lingkar skrotum sebesar 29,85 cm (SANTANA et al., 2001). Perbedaan yang diperoleh dengan yang dilaporkan oleh peneliti sebelumnya diduga karena adanya perbedaan bangsa ternak penelitian (BELIBASAKI dan KOUIMTZIS, 2000; KRIDLI et al., 2002). Gambar 3, menunjukkan perubahan lingkar skrotum kambing PE jantan muda sejalan dengan meningkatnya umur. Ternak pada umur 7 hingga 12 bulan yang menerima pakan perlakuan K-JP memiliki lingkar skrotum tertinggi. Karakteristik semen segar Kuantitas dan kualitas semen yang diperoleh menunjukkan karakteristik atau sifat fisik semen segar kambing PE (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan volume semen pada kambing PE yang mendapat pakan perlakuan K-JK ada kecenderungan lebih banyak dibandingkan dengan kambing PE yang diberi pakan perlakuan K-JP (0,61 vs 0,51 ml). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kandungan nutrien yang terdapat pada pakan perlakuan, dimana pakan perlakuan K-JK mempunyai kandungan energi yang lebih tinggi dari pakan perlakuan K-JP. Hasil penelitian CHASE et al. (1993) pada sapi jantan, memperlihatkan bahwa tingkat energi ransum berpengaruh pada pertumbuhan dan karakteristik reproduksi sapi. Tabel 3. Karakteristik semen segar kambing PE jantan muda (rataan ± standar deviasi) Parameter K-JP K-JK Volume (ml) 0,51 ± 0,17 a 0,61 ± 0,31 a Warna Krem Krem Konsistensi Kental Kental Motilitas 60,30 ± 16,68 a 64,00 ± 11,41 a spermatozoa (%) Spermatozoa 74,37 ± 15,12 a 77,07 ± 12,05 a hidup (%) Konsentrasi spermatozoa (x 10 9 /ml) 1,70 ± 0,54 a 1,84 ± 0,39 a Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata Volume semen yang diperoleh pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan kambing West African dwarf 0,40 ml (OYEYEMI et al., 2000), tetapi lebih rendah dari hasil penelitian PARTAMA (2000) yaitu 0,76 ml pada kambing PE calon pejantan; dan 1,7 ml pada kambing lokal umur kurang dari satu tahun (WURLINA, 2000). Perbedaan hasil yang diperoleh dengan yang dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya diduga karena adanya perbedaan kondisi manajemen hewan penelitian terutama jenis pakan yang digunakan. 26 24 22 20 18 16 14 6 7 8 9 10 11 12 Waktu (bulan) K-JP K-JK Gambar 3. Pengaruh pakan perlakuan terhadap perkembangan lingkar skrotum 477

Warna, konsistensi, dan konsentrasi spermatozoa merupakan parameter yang saling berkaitan, karena warna semen ditentukan oleh kepadatan (konsentrasi) spermatozoa dan juga akan termanifestasikan pada konsistensi semen. Hasil yang diperoleh untuk perlakuan pakan K-JP dan K-JK, warna rata-rata krem, konsistensi rata-rata kental, dan konsentrasi spermatozoa rata-rata 1,7 x 10 9 /ml (K-JP) dan 1,84 x 10 9 /ml (K-JK). Menurut PARTAMA (2000) konsentrasi spermatozoaa kambing PE calon pejantan 1471,11 juta/ml. Hasil penelitian WURLINA (2000) pada kambing lokal umur kurang dari satu tahun konsentrasi spermatozoa 1952 juta/ml. Hasil evaluasi menunjukkan konsentrasi spermatozoa kambing PE muda lebih rendah daripada konsentrasi spermatozoa kambing PE dewasa yang mencapai 2931 juta/ml (WERDHANY, 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan persentase motilitas spermatozoa untuk perlakuan pakan K-JP dan K-JK adalah 60,3% vs 64%, dan persentase spermatozoa hidup 74,37% vs 77,07%. PARTAMA (2000) melaporkan persentase motilitas spermatozoa kambing PE calon pejantan rata-rata 60,38% dan persentase spermatozoa hidup rata-rata 76,54%. Sementara itu, semen kambing lokal umur kurang dari satu tahun memiliki persentase motilitas spermatozoa dan persentase spermatozoa hidup rata-rata 74,8% dan 75,2% (WURLINA, 2000). Menurut PARTAMA (2000), konsumsi energi metabolis berkorelasi positip dengan jumlah spermatozoa hidup pada kambing PE calon pejantan. Makin tinggi konsumsi energi metabolis makin tinggi persentase spermatozoa hidup yang mengikuti persamaan Y = 28,45 + 0,28X dengan r = 0,55. Dari perhitungan statistik diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan, sehingga untuk melihat hubungan antara morfometrik organ reproduksi dengan karakteristik semen segar kambing PE jantan muda, data kedua perlakuan digabungkan (Tabel 4). Morfometrik organ reproduksi mempunyai hubungan yang sangat nyata dengan karakteristik semen segar. Hasil yang sama dilaporkan DE LA VEGA dan WILDE (2001) pada kambing Creole dan KOSTAMAN et al. (2004) pada kambing jantan muda umur 11 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa morfometrik organ reproduksi merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan ketika akan memilih kambing sebagai calon pejantan. Tabel 4. Koefisien korelasi antar parameter Uraian Volume semen Motilitas spermatozoa Spermatozoa hidup Konsentrasi spermatozoa Diameter testis Kanan 0,86 0,91 0,94 0,89 Kiri 0,83 0,97 0,96 0,91 Lingkar skrotum 0,92 0,86 0,87 0,98 KESIMPULAN Perkembangan morfometrik organ reproduksi dan karakteristik semen segar kambing PE jantan muda tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan, tetapi ada kecenderungan kambing yang diberi pakan K-JP perkembangan organ reproduksi lebih cepat besar dibandingkan dengan pakan K-JK. Sementara itu, untuk karakteristik semen segar terjadi kebalikannya kambing yang mendapat pakan K-JK untuk semua parameter cenderung lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA BELIBASAKI, S. and S. KOUIMTZIS. 2000. Sexsual activity and body and testis growth in prepubertal ram lambs of Friesland, Chios, Karagouniki and Serres dairy sheep in Greece. Small Rumin. Res. 37:109 113. BILASPURI, G.S. and K. SINGH. 1992. Developmental changes in body weight and testicular characteristics in Malabari goat kids. Theriogenol. 2: 507 520. 478

CHASE, C.C., JR., R.E. LARSEN, A.C. HAMMOD, and R.D. RANDEL. 1993. Effect of dietary energy on growth and reproductive characteristics of Angus and Senepol bulls during summer in Florida. Theriogenology 40: 43 61. DE LA VEGA, A.C. and R.RY.O.R. WILDE. 2001. Correlation of scrotal circumference with some seminal quality parameters in Creole goat. Zootecnia Trop. 19: 455 463. KOSTAMAN, T., I. HERDIAWAN, M. MARTAWIDJAJA, dan I-K. SUTAMA. 2004. Hubungan antara lingkar scrotum dengan bobot badan, volume semen, motilitas progresif dan konsentrasi spermatozoa pada kambing jantan muda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Buku 1. Bogor, 4 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan. Bogor. hlm. 385 388. KRIDLI, R.T., M. MOMANI SHAKER, A.Y. ABDULLAH, and I. SADA. 2002. Libido and biological parameters of mature Awasi, Awassi x Charollais and Awassi x Romanov rams. J. Anim. Sci. 80 (Suppl.): 75 76. OYEYEMI, M.O., M.O. AKUSU and O.E. OLA-DEVIES. 2000. Effect of successive ejaculation on the spermiogram of West African dwarf goats (Capra hircus L.). Vet. Arhiv. 70: 215 221. PARTAMA, I.B.G. 2000. Kebutuhan Energi dan Protein Kambing Peranakan Etawah Calon Pejantan. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. SANTANA, A.F. DE., G.B. COSTA, and L.S. FONSECA. 2001. Available scrotal circumference as criterion of selection of young male of breed Santa Ines. Rev. Bras. Saude Prod. An. 1: 27 30. SUDJANA. 1992. Metoda Statistika. Edisi ke-5. Penerbit Tarsito, Bandung. TOELIHERE, M.R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung. WERDHANY, W.I. 1999. Efektivitas Penambahan Tokoferol di Dalam Pengencer Tris dan Susu Skim Terhadap Kualitas Semen Kambing Peranakan Etawah. Tesis. Program Pascasarjanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. WURLINA. 2000. Kualitas dan kuantitas air mani kambing lokal pada berbagai umur. Media Kedokteran Hewan. Edisi Khusus 1: 12 15. DISKUSI Pertanyaan: Dengan melihat kesimpulan dan pakan yang diberikan pada ternak sudah pasti yang diberi jerami kedelai lebih baik? Jawaban: Memang betul, karena kandungan gizi dan jerami kedelai lebih baik daripada jerami padi, sehingga jerami padi lebih disarankan untuk diberikan pada ternak. 479