BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. menaiki tangga, berlari dan berolahraga secara umum dan lain-lain. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB 1 PENDAHULUAN. munculnya masalah tersebut, seseorang akan mengkompensasinya dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui olahraga. Budaya olahraga harus terus di kembangkan guna

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang sangat banyak. cidera atau gangguan sendi yang cukup besar. (Kuntono 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

PATOFISIOLOGI CEDERA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan.

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal ini mengakibatkan dampak yang positif tetapi juga bisa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit maupun ditemukannya penyakit-penyakit baru yang semakin. mengancam penurunan kualitas hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan. Harapan Hidup (UHH). Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. beratnya latihan dan kontak badan antar pemain bertumpu pada fisik. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing cabang olahraga termasuk Cabang Bulu Tangkis atau

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami pertumbuhan dan perkembangannya sehingga remaja berasal

PENATALAKSANAAN ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN SPRAIN ANKLE DEXTRA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era jaman globalisasi seperti ini, meningkatnya era industri di

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

BAB I PENDAHULUAN. fungsional. Banyak faktor yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

Statistics. sebelum1 sesudah1 selisih1 sebelum2 sesudah2 selisih2. N Valid Missing

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh umur, psikis dan keadaan lingkungan sosial individu. Banyak. terhadap gerak dan fungsi tubuh. (Depkes RI, 1999).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai tuntutan lingkungan hidup terhadap dirinya, untuk dapat. dimiliki antara lain kemampuan untuk melakukan gerak, aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kebugaran serta dilakukan dengan aturan tertentu, dimana dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengancam penurunan kualitas manusia jika tidak segera

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga tuntutan lingkungan agar dapat melakukan aktifitas dengan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh secara biologis maupun psikologis sehat, dalam arti bahwa tubuh dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup, dan melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam memenuhi kebutuhan sehariharinya hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak bebas dari penyakit atau kelemahan. Manusia dikatakan sehat apabila dapat menjalankan pola hidup yang sehat dan berolahraga secara teratur. Olahraga merupakan aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, baik secara jasmani maupun rohani (2009). Dengan berolahraga yang teratur manusia bisa mendapatkan tubuh yang sehat. Olahraga memiliki tujuan tertentu dan aturan-aturan tertentu seperti adanya aturan waktu, target denyut nadi, jumlah pengulangan gerakan dan lain-lain yang dilakukan dengan mengandung unsur rekreasi dan tujuan khusus tertentu. Pada saat berolahraga terjadi serangakaian gerakan tertentu seperti pada olahraga basket ataupun bola, terdapat aktifitas fisik pada tangan dan banyak melibatkan ankle sebagai stabilisasi pada saat berdiri, berjalan, berlari maupun melompat. Sehingga secara biomekanis, pada saat berolahraga bagian tubuh yang menerima beban dari seluruh tubuh baik pada saat berjalan, berlari 1

2 maupun melompat adalah ankle. Secara bergantian pada kedua sisi ankle menjadi beban tubuh pada saat berjalan dan berlari. Oleh karena ankle menjadi pusat tumpuan badan pada saat berdiri, berjalan, berlari dan melompat maka bagian tubuh tersebut cenderung mengalami gangguan akibat trauma mekanik atau cedera. Banyak orang melakukan kegiatan olahraga yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang ditentukan atau tanpa di sadari melakukan gerakan yang salah sehingga menyebabkan cedera saat berolahraga. Cedera olahraga biasanya terjadi di akibatkan oleh kurangnya pemanasan, beban olahraga yang berlebih, metode latihan yang salah, serta kelemahan otot, tendon dan ligament. Salah satu bagian tubuh dari atlit yang sering menjadi sasaran cedera adalah ankle. Sendi ankle yang kuat sangat penting untuk menjaga stabilisasi pada saat berolahraga. Jika terjadi gerakan yang salah akibat ankle yang tidak stabil maka dapat menyebabkan cedera ankle yang di sebut sprained ( cedera pada ligament). Cedera sprain ankle yang dapat menyebabkan overstretch pada ligamentum lateral complex ankle, cedera tersebut dikarenakan gerakan inversi dan plantar fleksi ankle yang berlebihan dan tiba-tiba pada sendi ankle (Irfan, 2008). Sekitar 15 % cedera olahraga berupa sprain ankle dan pergelangan kaki, dan 85 % sprain pada sisi ligament lateral yaitu ligamentum talofibular anterior (Jowir,2009). Ligamentum talofibulare anterior adalah ligament yang sering terjadi cidera. Penguluran yang berulang - ulang akan

3 menimbulkan nyeri yang meningkat pada sisi lateral ankle, biasanya bersifat intermittent atau kadang-kadang konstan, dan cenderung meningkat jika melakukan aktivitas olahraga. Apabila ankle mengalami cedera atau gangguan maka akan menyebabkan beberapa masalah seperti kekuatan otot pada ankle menurun, stabilitas ankle terganggu, agility menurun, kelenturan dan lain-lain. Gangguan yang timbul mengakibatkan cedera terjadi pada ankle. Oleh karena itu perlu penanganan yang tepat apabila ankle mengalami cedera. Stabilitas dan kelenturan dari ankle terganggu, diakibatkan karena pada saat sprained ankle awal, penanganan tidak ditangani dengan baik maka perbaikan jaringan tidak sempurna, hal ini yang menyebabkan kelenturan jaringan dan kestabilan dari ankle terganggu atau menurun. Sprained ankle kronis merupakan cidera berulang akibat overstretch pada ligamentum lateral complex ankle, hal ini disebabkan oleh adanya gaya inversi dan plantar fleksi yang tiba-tiba saat kaki tidak menumpu sempurna pada lantai atau tanah, dimana umumnya terjadi pada permukaan lantai atau tanah yang tidak rata sehingga hal ini akan menyebabkan telapak kaki dalam posisi inversi. Sprain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament atau kapsul sendi, yang berfungsi sebagai stabilisasi sendi (Muhammad Arif, 2008). Sprain akibat penguluran ligament yang berlebihan

4 pada ankle yang disertai kerobekan kecil atau kerobekan besar yang menyebabkan inflamasi. Saat inflamasi juga terjadi penumpukan kolagen yang apabila tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan jaringan fibrous. Fibrous yang timbul akan menyebabkan ankle menjadi hypomobile pada ankle sehingga propioceptif terganggu yang menyebabkan penurunan stabilitas. Jaringan yang mengalami cedera tidak hanya pada ligamen, tetapi pada jaringan lain pun sering mengalami cedera misalnya pada tendon. Tendon yang sering mengalami cedera pada kasus sprained ankle adalah tendon peroneus longus yang berfungsi terhadap gerakan eversi pada kaki dan tendon peroneus brevis yang berfungsi terhadap gerakan plantar fleksi dan eversi pada kaki. Apabila tendon pada ankle cidera akan terjadi gangguan pada ankle dikarenakan tendon merupakan komponen stabilisasi aktif pada sendi maka apabila terjadi gangguan pada tendon akan mengurangi kestabilan pada ankle. Pada sprained ankle awalnya akan terjadi kerusakan jaringan, seperti pada ligamentum akan terjadi kerobekan, pada pembuluh darah akan terjadi haemorhage dan dilatasi yang dapat meningkatkan perlepasan zat-zat iritan yang akan meningkatkan sensitivitas nocisensorik sehingga akan menimbulkan nyeri. Pada keadaan ini apabila tidak ditangani dengan baik, maka zat-zat iritan tersebut akan melekat pada jaringan tendon dan ligament yang apabila dibiarkan akan menjadi fibrous. Fibrous yg menetap pada jaringan dapat mengakibatkan nyeri saat bergerak, sehingga orang tersebut bergerak minimal,

5 yang apabila lama tidak digerakan dapat menyebabkan fleksibilitas jaringan menurun. Pada otot jika lama tidak digerakan tonus dan kekuatan otot menurun sehingga akan terjadi efektifitas dan efisiensi gerakan menurun dan mengakibatkan kemampuan stabilitas dan keseimbangan dari ankle menurun. Selain itu terjadi adhesiva pada kapsul sendi, yang dapat menyebabkan kekakuan pada sendi sehingga menjadi hypomobile pada sendi. Semua akibat diatas dapat menyebabkan reflek menurun, konduktifitas saraf juga menurun, sehingga menyebabkan koordinasi intermuscular menurun, efektifitas dan efisiensi gerakan menurun sehingga keseimbangan terganggu. Karena hal diatas penderita biasanya menghentikan aktivitas olahraganya karena nyeri yang meningkat sehingga terjadi imobilisasi pada intertarsal dan hal ini menyebabkan hypomobile sehingga terjadi gangguan stabilitas. Dengan demikian, problematik utama pada kronik sprained ankle adalah peningkatan intensitas nyeri, menurunnya fleksibilitas jaringan, tonus dan kekuatan otot menurun, keseimbangan menurun serta penurunan stabilitas yang bisa menyebabkan gangguan gerak dan fungsi ankle. Ketidakstabilan ini biasanya terlihat saat berjalan di permukaan yang tidak rata, terlihat sedikit inversi dan saat melompat terjadi penurunan aksi. Pada kasus sprained ankle kronis ini, dapat mempengaruhi kestabilan ankle pada olahragawan. Dimana peran ankle sangat penting dalam melakukan

6 gerakan berdiri,berjalan,berlari dan melompat. karena tumpuan pada saat berdiri, berjalan, berlari terutama pada saat melompat terdapat pada ankle. Untuk melompat perlu menciptakan tumpuan diawal aksi yang baik dibutuhkan kestabilan, kelenturan dan fleksibilitas jaringan serta kekuatan otot yang baik. Pada sprained ankle kronis komponen tersebut mengalami gangguan. Karena adanya gangguan tersebut menyebabkan penurunkan kemampuan berjalan, berlari dan melompat, dimana pada saat gerakan berjalan, belari dan melompat sangat berpengaruh terhadap keseimbangan, kestabilan dan koordinasi seorang olahragawan. Stabilisasi pada ankle ini selain diperlukan pada untuk keseimbangan dan koordinasi juga untuk melihat pertahanan terhadap lawan. Upaya penanganan yang diaplikasikan untuk kondisi sprain ankle kronis dalam meningkatkan stabilisasi ankle yaitu dengan penanganan fisioterapi. Yang sesuai pengertiannya berdasarkan Kepmenkes No. 1363/MENKES/SK/XII/2009, adalah sebagai salah satu profesi pelayanan kesehatan mempunyai peranan penting dalam penanganan kasus sprained ankle kronis ini, dimana definisi fisioterapi tersebut: Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan

7 menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik elektroterapeutik dan mekanik), pelatihan fungsi dan komunikasi Sedangkan menurut WCPT 2011 : Fisioterapi memberikan layanan kepada individu dan populasi untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak maksimum dan kemampuan fungsional selama daur kehidupan. Ini meliputi pemberian jasa dalam keadaan dimana gerakan dan fungsi terancam oleh penuaan, cedera, penyait, gangguan, kondisi atau faktor lingkungan. Oleh karena itu, fisioterapis sebagai tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memaksimalkan potensi gerak yang berhubungan dengan mengembangkan, mencegah, mengobati, dan mengembalikan gerak dan fungsi tubuh seseorang. Penanganan yang umum diberikan dalam masalah sprained ankle kronis, hal itu disebabkan oleh problem penurunan kemampuan gerak dan fungsi ankle, khususnya dalam peningkatan stabilisasi ankle. Bentuk penanganan fisioterapi untuk meningkatkan stabilisasi ankle pada kasus sprained ankle kronis adalah menggunakan Ultrasound, latihan calf raise dan latihan skipping. Ultrasound secara umum diberikan untuk meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan, dengan pemberian US menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan pasokan bahan makanan pada jaringan lunak dan juga trjadi peningkatan zat antibodi yang mempermudah terjadinya perbaikan jaringan yang rusak. Vibrasi

8 ultrasound dapat mempengaruhi serabut saraf afferent secara langsung sehingga mengakibatkan relaksasi otot, peningkatan permeabilitas membrane melalui getaran yang dihasilkan oleh gelombang US. Cairan tubuh di dorong ke dalam membrane sel, yang dapat mengakibatkan adanya perubahan konsentrasi ion yang akan berpengaruh juga terhadap nilai ambang rangsang dari sel-sel. Pengaruh mekanik tersebut juga akan menstimulus saraf polomodal dan akan dihantarkan ke ganglion dorsalis sehingga memicu produksi P substance untuk selanjutnya terjadi inflamasi sekunder atau lebih dikenal neurogenic inflammation dengan terangsangnya P subtance tersebut dengan prinsipnya akan memacu proliferasi fibroblast sehingga mempercepat proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan. Adanya pengaruh gosokan dari US akan menghasilkan pumping action pada venous dan lymphatic, peningkatan kelenturan jaringan lunak sehingga menurunnya nyeri regang, dan meningkatkan elastisitas jaringan ikat, yang di antaranya pada ankle. Latihan Calf raise diberikan pada kasus spained ankle kronis. Latihan calf raise di gunakan untuk meningkatkan stabilitas ankle pada sprain ankle kronis, Latihan ini menggunakan beban dari dalam tubuh sendiri, dengan memaksimalkan kekuatan dari otot sehingga pada otot terjadi peningkatan tonus otot, yang berpengaruh pada peningkatan kekuatan otot. Latihan calf raise pada saraf juga dapat mengaktivasi saraf sehingga proprioceptif juga

9 meningkat, maka dengan latihan ini akan menghasilkan suatu perfomance yang lebih baik.. Latihan calf raise pada ankle ditujukan untuk memulihkan berbagai sendi gerak dan fleksibilitas otot, meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan serta meningkatkan stabilisasi pada ankle, sehingga ankle lebih stabil dan mencegah terjadinya cidera berulang. Pada kasus sprained ankle kronis diberikan juga latihan skipping. Skipping merupakan salah satu latihan yang menggunakan tali untuk melakukan lompatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas ankle. Skipping sangat digemari oleh atlet-atlet dari berbagai macam cabang olahraga misalnya pada bola voli, badminton, sepak bola, basket dan lainnya (Afristian ismadraga, 2010). Latihan skipping dapat meningkatkan kekuatan otot. Saat melakukan latihan skipping, otot-otot ankle dalam berkontraksi dan menghasilkan tegangan memerlukan suatu tenaga atau kekuatan. Kekuatan tersebut mengarah kepada output tenaga dari kontraksi otot dan secara langsung akan berhubungan dengan jumlah tension yang dihasilkan oleh kontraksi otot, sehingga terjadi peningkatan kekuatan otot berupa level tension, hipertropi dan rekruitment serabut otot (sherwood, 2001). Skipping dapat meningkatkan kelincahan. Pada latihan skipping menghubungkan antara gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-gerakan eksplosif yang dapat merangsang sel serabut saraf, pada gerakan skipping terdapat gerakan lompat yang berulang-ulang atau latihan reflek regang untuk

10 menghasilkan reaksi yang eksplosif. Skipping meningkatkan koordinasi keseimbangan karena pada latihan skipping gerakan yang dilakukan melibatkan gerakan tangan dan kaki (Rocky Penjaitan, 2012). Latihan skipping juga dapat meningkatkan cardio respirasi (joe, 2011). Latihan skipping pada saraf, akan mengaktivasi saraf sehingga propioceptif juga meningkat, maka dengan latihan ini akan menghasilkan gerakan yang lebih baik, menyebabkan peningkatan stabilitas ankle. proprioceptif diartikan sebagai sadar akan posisi dan gerak yang dilakukan yang terkait dengan sistem neuromuskuloskletal, dimana hal ini akan berpengaruh terhadap gerakan yang akan dilakukan dan gerakan yang akan timbul tersebut dikarenakan impuls yang diberikan oleh stimulus akan diterima oleh reseptor yang selanjutnya informasi tersebut akan diolah di otak yang kemudian informasi tersebut akan diteruskan oleh reseptor kembali ke bagian tubuh yang bersangkutan. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat topik di atas dalam bentuk penelitian, penulis membagi dua kelompok, kelompok pertama diberikan Ultrasound dan latihan calf raise, sedangkan kelompok kedua diberikan Ultrasound, latihan calf raise dan latihan skipping, untuk mengetahui mana yang lebih efektif untuk meningkatkan stabilisasi ankle dan memaparkannya dalam skripsi dengan judul Beda Pengaruh Penambahan Latihan Skipping Pada Intervensi Ultrasound dan Calf raise Terhadap Stability Pada Sprain Ankle Kronis.

11 B. Identifikasi Masalah Sprained ankle kronis adalah kondisi terjadinya penguluran yang berlebih pada ligamentum lateral complex ankle yang banyak disebabkan akibat kecelakaan atau tidak stabilnya kaki yang terjadi berulang-ulang dengan penangan sprain ankle yang sebelumnya tidak optimal. Ligamen yang terkena adalah Ligamentum lateral complex yang terdiri atas ligamentum talofibular anterior, ligamentum talofibuar posterior, ligamentum calcaneocuboideum, ligamentum talocalcaneus dan ligamentum calcaneofibular. Sprained pada ligamentum lateral kompleks disebabkan oleh gerak inversi dan plantar flexi ankle yang tiba-tiba. Pada sprained ankle dijumpai dengan adanya kerobekan pada ligament atau tendon yang akan menyebabkan terjadinya radang atau inflamasi sehingga menimbulkan gangguan gerak pada ankle. Ligament merupakan struktur yang elastics, merupakan sebagai stabilisasi pasif. Saat ligament yang mengalami cidera maka akan timbul penurunan gerakan dan stabilitas karena saat terjadi sprained ankle kronis akan terjadi inflamasi ulang sehingga sehingga terjadi penumpukan serabut kolagen, timbul jaringan fibrous, menyebabkan elastisitas jaringan menurun, gerakan yang terjadi juga menurun, dan stabilitas pada ankle menurun. Cidera pada ligament akan menyebabkan gangguan pada saraf sehingga keseimbangan pada ankle terganggu, dikarenakan adanya inflamasi jaringan

12 sehingga menyebabkan peningkatan nocisensorik mengakibatkan penurunan propioseptif sehingga reflek pada ankle menurun, menyebabkan konduktifitas saraf menurun, koordinasi intermuscular menurun sehingga efektifitas dan efisiensi gerakan menurun yang mengakibatkan keseimbangan terganggu. Tidak hanya pada ligamentum, jaringan lain seperti tendon dapat mengalami cedera, tendon yang sering mengalami cedera pada ankle sprain adalah tendon peroneus longus dan brevis yang berfungsi terhadap gerakan eversi pada kaki. Pada tendon peroneus longus dan brevis akan menyebabkan perlengketan antara tendon sehingga mengakibatkan nyeri pada saat berkontraksi. Perlengketan dapat terjadi akibat luasnya oedema pada ankle join. Akibatnya terjadi imobilisasi ankle yang menyebabkan penurunan kekuatan otot. Adanya penurunan kekuatan otot mengakibatkan stabilisasi sendi ankle juga menurun yang berimbas pada keseimbangan. Selain pada ligament dan saraf, otot juga dapat terjadi masalah. Masalah yang timbul saat sprained ankle kronis pada otot adalah overstretch yang berlebih sehingga bisa terjadi kerobekan pada otot baik besar ataupun kecil, akibatnya menimbulkan fibrous sehingga tonus otot menurun dan menyebabkan kekuatan otot menurun. Selain itu terjadi gangguan pada sirkulasi daerah ankle. Gangguan sirkulasi yang terjadi pada sprained ankle kronis adalah mikrosirkulasi sehingga nutrisi dan O2 pada jaringan berkurang,

13 terjadi penumpukan zat sisa-sisa metabolisme, sehingga sirkulasi statis yang menyebabkan fleksibilitas terganggu. Keadaan ini menyebabkan nyeri, fleksibilitas menurun, stabilitas menurun, tonus dan kekuatan otot menurun, sehingga efektifitas dan efisiensi gerak menurun, sehingga terjadi gangguan keseimbangan, Dengan memperhatikan beberapa problem yang bisa timbul, maka diperlukan pemilihan intervensi yang tepat terhadap penanganan sprained ankle untuk mencapai hasil terapi yang efektif dan efisien. Ultrasound secara umum diberikan untuk meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan, dengan pemberian US menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan pasokan bahan makanan pada jaringan lunak dan juga trjadi peningkatan zat antibodi yang mempermudah terjadinya perbaikan jaringan yang rusak. Vibrasi ultrasound dapat mempengaruhi serabut saraf afferent secara langsung sehingga mengakibatkan relaksasi otot, peningkatan permeabilitas membrane melalui getaran yang dihasilkan oleh gelombang US. Cairan tubuh di dorong ke dalam membrane sel, yang dapat mengakibatkan adanya perubahan konsentrasi ion yang akan berpengaruh juga terhadap nilai ambang rangsang dari sel-sel. Pengaruh mekanik tersebut juga akan menstimulus saraf polomodal dan akan dihantarkan ke ganglion dorsalis sehingga memicu produksi P substance untuk selanjutnya terjadi inflamasi sekunder atau lebih

14 dikenal neurogenic inflammation dengan terangsangnya P subtance tersebut dengan prinsipnya akan memacu proliferasi fibroblast sehingga mempercepat proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan. Adanya pengaruh gosokan dari US akan menghasilkan pumping action pada venous dan lymphatic, peningkatan kelenturan jaringan lunak sehingga menurunnya nyeri regang, dan meningkatkan elastisitas jaringan ikat, yang di antaranya pada ankle. Latihan Calf raise diberikan pada kasus spained ankle kronis. Latihan calf raise di gunakan untuk meningkatkan stabilitas ankle pada sprain ankle kronis, Latihan ini menggunakan beban dari dalam tubuh sendiri, dengan memaksimalkan kekuatan dari otot sehingga pada otot terjadi peningkatan tonus otot, yang berpengaruh pada peningkatan kekuatan otot. Latihan calf raise pada saraf juga dapat mengaktivasi saraf sehingga proprioceptif juga meningkat, maka dengan latihan ini akan menghasilkan suatu perfomance yang lebih baik.. Latihan calf raise pada ankle ditujukan untuk memulihkan berbagai sendi gerak dan fleksibilitas otot, meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan serta meningkatkan stabilisasi pada ankle, sehingga ankle lebih stabil dan mencegah terjadinya cidera berulang. Skipping merupakan salah satu latihan yang menggunakan tali untuk melakukan lompatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas ankle. Skipping sangat digemari oleh atlet-atlet dari berbagai macam cabang

15 olahraga misalnya pada bola voli, badminton,sepak bola, basket dan lainnya (Afristian ismadraga, 2010). Latihan skipping dapat meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kelincahan, koordinasi keseimbangan dan stabilisasi pada ankle. Latihan skipping juga dapat meningkatkan cardio respirasi (joe, 2011). Pemberian latihan skipping pada otot akan terjadi peningkatkan tonus otot, yang berpengaruh pada peningkatan kekuatan otot. Latihan skipping pada saraf, akan mengaktivasi saraf sehingga propioceptif juga meningkat, maka dengan latihan ini akan menghasilkan perfomance yang lebih baik, menyebabkan peningkatan stabilitas ankle. Jika semua intervensi digabungkan maka akan memberikan efek yang lebih baik terhadap peningkatan fleksibilitas jaringan, tonus dan kekuatan otot, stabilisasi serta keseimbangan pada sprained ankle kronis. Walaupun, efektifitas belum diketahui secara pasti. Maka dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui efek penambahan latihan skipping terhadap stabilisasi pada kondisi sprained ankle kronis dengan intervensi ultrasound dan latihan calf raise.

16 C. Pembatasan Masalah Karena banyaknya masalah yang timbul oleh akibat Sprained Ankle, maka pembahasan pada penelitian ini hanya dibatasi pada Beda pengaruh Penambahan latihan Skipping Pada Intervensi ultrasound & calf raise terhadap stability pada Kasus Sprained Ankle Kronis. D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di rumuskan masalah yang akan di teliti sebagai berikut : 1. Apakah ada efek intervensi ultrasound dan latihan calf raise terhadap stability ankle pada kasus sprained ankle kronis? 2. Apakah ada efek intervensi ultrasound, latihan calf raise, dan latihan Skipping terhadap stability ankle pada kasus sprained ankle kronis? 3. Apakah ada perbedaan efek penambahan latihan skipping pada intervensi ultrasound dan latihan calf raise terhadap Stability ankle Pada Kasus Sprained Ankle Kronis?

17 E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan Penambahan Skipping Pada Intervensi Ultrasound & Latihan calf raise terhadap peningkatan stability ankle pada Kasus Sprained Ankle Kronis. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui efek intervensi ultrasound dan latihan calf Raise terhadap peningkatan stability ankle pada kasus sprained ankle kronis. b. Untuk mengetahui efek intervensi Ultrasound, latihan calf raise, dan skipping terhadap peningkatan stability ankle pada kasus sprained ankle kronis. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi institusi pendidikan a. Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan membahas hal yang sama, yang lebih mendalam. b. Dapat menambah khasanah ilmu kesehatan dalam dunia pendidikan pada umumnya dan Fisioterapi pada khususnya.

18 2. Manfaat bagi pelayanan fisioterapis a. Memberikan bukti empiris dan teori tentang sprained ankle kronis dan penanganan apa saja yang lebih berpengaruh pada kondisi ini sehingga dapat diterapkan dalam peraktek klinis seharihari. b. Menjadi dasar penelitian dan pengembangan ilmu Fisioterapi di masa yang akan datang.. 3. Manfaat bagi peneliti a. Mengetahui dan memahami tentang proses terjadinya kondisi sprained ankle. b. Membuktikan apakah ada efek penambahan skipping terhadap stability ankle pada kondisi sprained ankle dengan intervensi ultrasound dan calf raise