GAYA BAHASA DALAM CERPEN WARGA KOTA KACANG GORENG KARYA ADEK ALWI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. Lirik itu mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Lirik lagu termasuk salah satu genre sastra berupa puisi. Lirik lagu merupakan

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA

ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK. Oleh: Itaristanti, M.A.

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra juga berfungsi sebagai hiburan yang

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

Hartono, M. Hum., PBSI FBS UNY. Bahan Mata Kuliah

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, gagasan, dan pikirannya terhadap orang lain. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

KOMPETENSI 10 EKSPRESI HATI. Standar Kompetensi Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi.

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menulis dengan pendekatan proses, dan menulis kreatif puisi dengan pendekatan

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis terhadap sebuah lirik lagu yang bertujuan untuk memahami kajian

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kelebihan manusia adalah memiliki alat komunikasi berupa bahasa.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

BAB II KAJIAN TEORI. Indonesia, yakni tidak memiliki aturan yang baku. Menurut Dresden (dalam

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

KAJIAN STILISTIKA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN PEMAKNAANNYA 1) Oleh Ali Imron A.M. 2)

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

SKRIPSI. oleh Diah Nurwidasari NIM

ANALISIS MAKNA KIAS DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

BAB II. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

Laporan Hasil Penelitian STILISTIKA GENETIK STUDI KASUS PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM CERPEN GODLOB KARYA DANARTO. Oleh: Hartono, M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat kerap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

PEMAKAIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA PADA IKLAN DALAM TABLOID NYATA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

ANALISIS PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR DENGAN PENDEKATAN STRATA NORMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A Navis Kajian : Stilistika. Oleh: Ana Ade Suryani A1B

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

Transkripsi:

GAYA BAHASA DALAM CERPEN WARGA KOTA KACANG GORENG KARYA ADEK ALWI Rini Susanti Wulandari Universitas Negeri Semarang Abstrak Dalam beragam tulisan dapat dilihat adanya suatu kekhasan dari penulis yang satu dengan penulis yang lain. Kekhasan tersebut salah satunya adalah teknik tertentu yang dimiliki penulis ketika menuangkan idenya ke dalam susunan kata-kata, frasa-frasa dan kalimat-kalimat yang menggambarkan pola atau corak tertentu. Teknik penulisan tersebut merupakan gaya penulisan pengarang atau penulis. Stilistika sangat berperan dalam penciptaan suatu karya tulisan atau karya sastra, diantaranya gaya bahasa, yang meliputi gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat dan wacana, dan lain sebagainya. Analisis terhadap tulisan Adek Alwi terfokus pada analisis gaya bahasanya. Kata kunci: gaya bahasa, gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat, wacana Pendahuluan Stilistika sebagai ilmu tentang gaya bahasa memegang peran yang sangat penting dalam studi kebahasaan, baik linguistik maupun kesusastraan. Perkembangan yang lebih jelas terjadi pada penelitian stilistika di bidang lingusitik, sedangkan penelitian stilistika terhadap karya sastra masih sangat langka. Salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya penelitian stilistika karya sastra mungkin disebabkan oleh kurang memadainya jumlah referensi yang diperlukan sebagai rujukannya. Dalam studi kesusastraan, stilistika dipergunakan sebagai alat untuk memberi makna pada karya tersebut karena gaya bahasa yang terdapat dalam karya sastra mengungkapkan makna karya sastra tersebut. Kridalaksana menyatakan bahwa ada dua pengertian stilistika, yaitu; (1) ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan; (2) penerangan linguistik pada penelitian gaya bahasa. Slametmuljana menyatakan bahwa stilistika merupakan pengetahuan tentang kata berjiwa, yaitu kata yang dipergunakan dalam cipta sastra yang mengungkapkan perasaan pengarang. Fungsi stilistika dalam hal ini adalah mengungkapkan makna pemakaian susun kata dalam kalimat kepada para pembacanya. Penggunaan kata dalam kalimat menciptakan gaya bahasa, di Lingua V/2 Juli 2009 95

samping, ketepatan pemilihan kata juga memegang perang penting dalam ciptaan sastra (Pradopo 2005a: 1). Turner (1977: 7) menambahkan bahwa stilistika tidak hanya merupakan studi gaya bahasa dalam kesusastraan, melainkan juga merupakan studi gaya bahasa pada umumnya. Namun, memang ada perhatian khusus pada bahasa kesusastraan yang paling dasar dan komplek, Stylistics is the part of linguistics which concentrates on variation in the use of language, often, but not exclusively, with special attention to the most conscious and complex uses of language in literature. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, stilistika mempunyai definisi sebagai ilmu kebahasaan yang mempelajari gaya bahasa (Salim 1991: 1463). Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya stilistika merupakan ilmu tentang gaya bahasa, tidak hanya gaya bahasa kesusastraan tetapi juga studi gaya bahasa pada umumnya. Studi gaya bahasa yang dapat mencakup dua bidang tersebut kemudian memunculkan dua kecenderungan studi gaya bahasa, yaitu studi gaya yang diartikan sebagai penelitian gaya yang terdapat pada bahasa pada umumnya dan studi gaya bahasa dalam kesusastraan. Jenis penelitian yang pertama menunjukkan stilistika sebagai bagian dari linguistik dan penelitian 96 Lingua V/2 Juli 2009 yang kedua merupakan penelitian yang difokuskan pada karya sastra sebagai sumber gaya dan penggunaan bahasa yang kompleks seperti yang dikemukakan oleh Turner. Selain itu, di dalam karya sastra penggunaan bahasa juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk membentuk nilai estetik karya tersebut yang dominan seperti yang dikemukakan oleh Wellek dan Warren (1978: 25), It seems, however, best to consider as literature only works in which the aesthetic function is dominant. Gaya Bahasa Terdapat beberapa pengertian mengenai gaya bahasa. Menurut Slametmuljana dan Simorangkir Simanjuntak, gaya bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan-perasaan dalam hati pengarang, dengan sengaja ataupun tidak, akan menimbulkan suatu gejolak perasaan tertentu dalam hati pembaca. Dalam hal ini pusat perhatiannya terletak pada pengarang. Pendapat Gorys Keraf hampir sama yaitu bahwa gaya (bahasa) itu adalah cara untuk mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (Pradopo 2005a: 3-4). Gaya bahasa merupakan penggunaan bahasa secara khusus dengan tujuan untuk mendapatkan efek tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Dick Hartoko dan B. Rahmanto bahwa gaya bahasa adalah cara khas

yang dipakai seseorang untuk mengungkapkan dirinya (gaya pribadi). Ditambahkan oleh Abrams bahwa gaya bahasa adalah bagaimana penulis berkata mengenai apa pun yang dikatakannya. Gaya bahasa dalam pandangan Kridalaksana merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis. Pengertian yang lebih khusus adalah ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu dan dalam pengertian yang lebih luas, gaya bahasa adalah keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra (Pradopo 2005a: 54). Hartoko dan Rahmanto membedakan penelitian stilistika menjadi dua, yaitu stilistika deskriptif dan stilistika genetik. Stilistika deskriptif merupakan penelitian yang mendekati pengertian gaya bahasa sebagai keseluruhan gaya ekspresi kejiwaan yang terkandung dalam suatu bahasa. Stilistika genetik adalah stilistika individual yang memandang gaya bahasa sebagai suatu ungkapan yang khas pribadi (dalam Pradopo 2005: 54-55). Jenis-jenis Gaya Bahasa Jenis-jenis gaya bahasa berkaitan dengan unsur-unsur bahasa atau aspek-aspek bahasa itu, yaitu intonasi, bunyi, kata dan kalimat. Namun demikian, karena intonasi hanya terdapat dalam bahasa lisan dan tidak tercatat dalam bahasa tulisan, maka gaya intonasi sulit untuk diteliti dan tidak diteliti (Pradopo 2005a: 8). Gaya bunyi meliputi kiasan bunyi, sajak (rima), orkestrasi, dan irama. Gaya kata meliputi gaya bentuk kata (morfologi), arti kata (semantik): diksi, bahasa kiasan, gaya citraan, dan gaya asal-usul kata (etimologi). Gaya kalimat meliputi gaya bentuk kalimat dan sarana retorika. Di samping itu, dapat juga disebut gaya wacana yang merupakan satuan ekspresi khusus (Pradopo 2005a: 8). Dalam menulis karya sastra penulis menggunakan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek-efek tertentu kepada pembacanya. Penelitian mengenai penggunaan bahasa atau yang juga disebut sebagai gaya bahasa adalah penelitian yang meneliti wujud (bagaimana bentuk) gaya bahasa itu dan efek yang ditimbulkannya. Makna dan efek yang diciptakan oleh gaya bahasa ditentukan oleh letak gaya tersebut dalam karya sastra (dalam Pradopo 2005a: 55). Karena tiap-tiap unsur karya sastra mempunyai fungsi struktural sebagai bentuk karya sastra, maka gaya bahasa juga ikut menetukan makna karya sastra berdasarkan fungsi strukturalnya. Gaya Bahasa dalam Cerpen Warga Kota Kacang Goreng Dalam cerpen Warga Kota Kacang Goreng karya Adek Alwi (selanjutnya disingkat WKKG-pen) yang dimuat dalam Harian Kompas tanggal 23 Januari 2005 ditemukan adanya gaya bunyi yang menciptakan efek keindahan selain jenis gaya bahasa lain yang Lingua V/2 Juli 2009 97

juga mempengaruhi keindahan cerpen tersebut. Gaya bunyi yang terdapat di dalam cerpen tersebut adalah sebagai berikut. (1) Gaya ulangan bunyi, seperti dalam kalimat-kalimat berikut. Tetapi, karena sejak muncrat ke dunia sudah bergaul dengan cuaca serupa itu, warga kota tak mengumpat Lalu mereka kembangkan payung, melenggang tenangtenang Begitupun tukang sate, tukang serabi, tukang serbat, tukang rokok, tukang emas, dan seterusnya. pacaran boleh putus, makan kacang jalan terus. Gaya ulangan bunyi juga terdapat pada kata-kata yang diulang-ulang, dua kali berturut-turut, seperti palingpaling, tenang-tenang, kecuali, ya, kecuali, terheran-heran, berjauhjauhan, tak lepas-lepas, tak tidur-tidur, dan itu-itu. (2) Kiasan bunyi Gaya kiasan bunyi yang terdapat pada cerpen tersebut adalah simbolik bunyi (Klanksymboliek). Pada umumnya bunyi-bunyi yang dominan yang diciptakan oleh perulangan kata ataupun bunyi dalam cerpen itu adalah vokal dan bunyi sengau yang dipergunakan sebagai lambang rasa (klanksymboliek) yang fungsinya untuk 98 Lingua V/2 Juli 2009 melambangkan perasaan riang dan menghibur. Gaya bahasa ini juga terlihat merupakan suatu wacana dengan nuansa yang humoris sehingga pembaca akan merasa terhibur ketika membacanya. (3) Orkestrasi Kombinasi bunyi konsonan, vokal yang berturut-turut: asonansi dan aliterasi, pola sajak: awal, tengah, dalam dan akhir menimbulkan bunyi musik yang merdu dan berirama. Dalam karya sastra, bunyi musik disebut dengan orkestrasi. Ada dua istilah berkenaan dengan orkestrasi, efoni dan kakofoni. 1. Efoni Efoni adalah kombinasi bunyi yang merdu yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan dan riang. Bunyi merdu ini berupa kombinasi sengau: m, n, ng, ny; bunyi bersuara (voiced): b, d, g; dan bunyi likuida: r, l. 2. Kakofoni Kakofoni adalah kombinasi bunyi yang tidak merdu, parau. Adek Alwi dalam cerpen tersebut menggunakan orkestrasi efoni, yaitu orkestrasi bunyi yang merdu. Efoni digunakan untuk mengekspresikan sifat humoris dan menghibur pembacanya. Ia ingin mencurahkan perasaan yang riang dalam menggambarkan sesuatu hal yang menjadi kebanggaan kotanya. Ia juga berharap dengan begitu pem-

baca akan tertarik dan terhibur dengan apa yang tertuang dalam karyanya. Ulangan bunyi kata atau kalimat dalam cerpen tersebut berpadu dengan unsur estetik cerpen yang lain sehingga menimbulkan orkestrasi bunyi yang merdu. Gaya Kata Dalam gaya bahasa kata, sesungguhnya kata tidak bisa dilepaskan dari hubungannya dengan kata yang lain dalam kalimatnya karena tanpa adanya hubungan dengan unsur kalimat yang lain maka makna tidak bisa terungkap. Dengan demikan, makna karya sastra dapat diketahui dengan menghubungkan kata-kata tersebut dengan unsur kalimat yang lain. Gaya kata, dalam hal ini, adalah kata yang paling mendapatkan fungsi dalam hubungan kalimatnya. Gaya kata meliputi kosa kata, pemilihan kata, denotasi dan konotasi, bahasa kiasan, dan citraan. Gaya kata dalam cerpen WKKG karya Adek Alwi adalah sebagai berikut. (1) Kosa Kata Cerpen tersebut menggunakan kata-kata yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh pembaca. Penggunaan kata-kata sehari-hari dapat menimbulkan efek gaya yang realistis. Kata-kata tersebut antara lain: warga, kota, kacang, goreng, hujan, kabut, jas, dan kusir bendi. Namun demikian, ada beberapa kata yang tidak lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan persentasenya pun kecil. Selain itu, cerpen tersebut menggunakan kata-kata yang fungsinya untuk menyangatkan atau memberi tekanan terhadap suatu hal/ pernyataan. Kata-kata tersebut antara lain: tetapi, dan, karena, pun, tentu, dan kecuali; begitu juga penggunaan tanda baca koma setelah kata-kata tersebut di awal paragraf, misalnya: tetapi, dan, karena, dan kecuali. Pemakaian tanda baca koma juga dapat berfungsi untuk menekankan apa yang akan dinyatakan selanjutnya. (2) Pemilihan Kata Pengarang dalam menulis suatu karya ingin mencurahkan perasaan dan pikirannya sesuai dengan yang dialami batinnya. Selain itu, ia juga ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya tersebut dengan ekspresi yang tepat. Oleh karena itu, dipilihlah kata yang tepat untuk mengekspresikannya. Dalam cerpen WKKG, pemilihan katanya sangat tepat untuk menggambarkan suasana hati yang penuh kegembiraan dan suasana yang santai. Namun demikian, terdapat beberapa kata yang tidak lazim digunakan, seperti muncrat = lahir melenggang = berjalan ganjil-lucu = aneh dan lucu tidak bersua = tidak ditemukan mencangkung = jongkok lampu semprong = lampu minyak Lingua V/2 Juli 2009 99

lelaki-lelaki gatal = lelaki-lelaki hidung belang elok = indah melekat = menempel maestro = ahli menggerung-gerung = menangis dengan suara keras jam dagang = waktu berjualan seantero = seluruh wilayah pangkal malam = petang menjelang malam jemput bola = mendatangi konsumen/ pembeli mengembara = berkeliling Sebagian kata-kata tersebut digunakan untuk menyangatkan arti yang diberikan. Adapun sebagian yang lain dipilih karena merupakan jargon, misalnya jam dagang (seperti jam terbang) dan menjemput bola (mencari peluang bukan menunggu peluang). (3) Denotasi dan Konotasi Denotasi dan konotasi merupakan dua hal yang harus dikuasai oleh pengarang karena sangat diperlukan untuk memilih kata-kata supaya tepat dan menimbulkan gambaran yang jelas dan padat. Menurut Altenbernd (dalam Pradopo 2005a: 58), denotasi merupakan arti yang menunjuk, sedangkan konotasi adalah arti tambahannya. Denotasi adalah suatu tanda (kata) dengan hal yang ditunjuk. Dengan kata lain, satu kata menunjuk satu hal saja. Dalam karya sastra, prosa, sebuah kata tidak hanya mengandung aspek denotasinya saja, melainkan masih ada arti tambahannya. Konotasi menambah 100 Lingua V/2 Juli 2009 denotasi dengan menunjukkan sikapsikap dan nilai-nilai. Seperti yang sudah disebut di atas bahwa cerpen WKKG menggunakan kata-kata sehari-hari yang mencerminkan keriangan dan suasana humor, maka cerpen tersebut mempunyai makna denotatif, misalnya jas, kacang goreng, dan tukang. Makna konotatifnya antara lain: kacang goreng dapat diinterpretasikan sebagai sesuatu yang sangat berarti dalam kehidupan manusia sehingga kacang itulah yang membuat manusia tetap hidup. Jas dapat dikonotasikan sebagai sesuatu yang disandang, jabatan misalnya. Adek Alwi mungkin dengan kata jas ingin mengrritik orang yang bergantiganti jabatan yang bukan menjadi keahliannya. Tukang dapat juga dikonotasikan sebagai seseorang yang mempunyai profesi khusus. Ketekunan dalam suatu profesi dapat menjamin kualitas kinerjanya. (4) Gaya Bahasa Kiasan Untuk mendapatkan kepuitisan ada satu unsur yang tidak kalah pentingnya, yaitu bahasa kiasan (figurative language). Bahasa kiasan menjadikan karya sastra menjadi lebih menarik, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan (Pradopo 2005b: 61-62). Ada bermacam-macam bahasa kiasan, yaitu: simile, metafora, perumpamaan epos, personifikasi, metonimi, sinekdoki, dan alegori.

Gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam cerpen WKKG, meliputi: 1. Simile (Perbandingan) Simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding lain (Pradopo 2005b: 62). Cerpen WKKG mengandung gaya bahasa simile, seperti diuraikan berikut ini: Paragraf 2: simile terdapat dalam kalimat: ketika kabut mendadak turun dari bukit dan gunung, atau hujan tiba-tiba menderap laksana suara kaki belasan ekor kuda. Paling-paling orang hanya bergumam, seperti menghadapi anak yang nakal. Dalam kalimat-kalimat tersebut ada dua kata yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda, yaitu kata laksana dan seperti. Laksana membandingkan antara hujan yang turun deras dan mendadak dengan suara derap kaki kuda. Seperti membandingkan antara reaksi orang ketika hujan turun yang sama dengan reaksi orang ketika menghadapi anak yang nakal. Paragraf 3:.di jalan-jalan kau lihat membawa payung atau mempertongkatnya, mirip dengan warga kota-kota besar Eropa pada masa lalu. Kata mirip digunakan untuk memperbandingkan apa yang warga kota Kacang Goreng lakukan sama dengan kebiasaan orang Eropa, menggunakan payung walaupun cuaca cerah. Paragraf 8:.. Lampu-lampu semprong mereka dari jalan mirip bintang-bintang di langit..berjajar agak berjauhjauhan tidak saling tertawa layaknya pasangan suami istri dilanda perang dingin. Dalam kalimat pertama lampulampu semprong diperbandingkan dengan bintang-bintang, sedangkan pada kalimat kedua duduk yang tidak rapat dan suasana yang dingin disamakan dengan suami istri yang sedang bermasalah/bertengkar. Paragraf 9: Saat-saat itulah mereka tak lepaslepas dari kacang goreng, tidak ubahnya kekasih-kekasih yang melampiaskan rindu dendam setelah lama berpisah. Keasyikan menikmati kacang goreng disamakan seperti sepasang kekasih yang dilanda rindu, tidak mau cepat berpisah. Paragraf 11:.Gemuk, panjang sebesar jempol. Lingua V/2 Juli 2009 101

Besarnya kacang goreng dibandingkan dengan sebuah jempol. Paragraf 14: Ibarat penyair, dia itu Chairil Anwar atau Amir Hamzah. Ibarat pelukis, dia Affandi. Ibarat pencipta lagu dialah Gesang atau Ismail Marzuki. Ibarat. Kemampuan Mak Sanin membuat kacang goreng yang sangat enak disamakan dengan Chairil Anwar dan Amir Hamzah yang merupakan pujangga-pujangga yang populer dengan kemampuannya yang mumpuni. 2. Metafora Metafora adalah bahasa kiasan yang memperbandingkan dengan melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker melalui Pradopo 2005b: 66). Altenbernd menambahkan bahwa metafora adalah sesuatu dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama (dalam Pradopo 2005b: 66). Metafora di dalam cerpen WKKG terdapat di dalam paragraf 2 Ha, sudah turun pula si kaki seribu! dan paragraph 3 ( membawa payung atau mempertongkatnya ). Metafora yang pertama memperbandingkan hujan dengan si kaki seribu dan metafora yang kedua memperbandingkan payung dengan tongkat. 3. Personifikasi 102 Lingua V/2 Juli 2009 Personifikasi adalah bahasa kiasan dengan mempersamakan benda dengan manusia. Benda-benda dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya (pradopo 2005b: 75). Dalam cerpen WKKG personifikasi terdapat pada: Paragraf 1: Karena itu, hujan dan kabut di sana seolah-olah turun sesukanya. ketika kemarau mungkin sedang meretak-retakkan tanah di kotamu. Paragraf 2: Ketika kabut mendadak turun dari bukit dan gunung, atau hujan tiba-tiba menderap Ha, sudah turun pula si kaki seribu! Paragraf 8: Lampu-lampu semprong mereka dari jauh mirip bintang-bintang di langit, kedap-kedip di balik tirai kabut dan gerimis. wesel-wesel mereka berlayangan di awal-awal bulan memenuhi kantor pos. Paragraf 11: melempar sebuah kacang goreng ke atas meja. Gemuk, panjang, sebesar jempol. Di tempat lain kecil-kecil kurus kulihat. Paragraf 20: Suara serta bunyi tangkelek atau bakiaknya berirama memecah udara. Paragraf 22:

saling tersenyum mendengar suaru Mak Sanin mendekati. Paragraf 24: suara Mak Sanin dan bunyi tangkeleknya yang menjauh. Semakin jauh, lalu sayup-sayup diantarkan angin malam melalui kisi-kisi jendela. Paragraf 26: Ada sebelas bekas bacokan merobek jas tua dan tubuhnya. 4. Sinekdoki Sineksdoki adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting dari suatu benda untuk benda itu sendiri (Altenbernd melalui Pradopo 2005b: 78). Ada dua macam sinekdoki: pars pro toto (sebagian untuk keseluruhan) dan totum pro parte (keseluruhan untuk sebagian). Cerpen WKKG menggunakan sinekdoki pars pro toto, yaitu pada paragraf 2 dalam kalimat, tiba-tiba menderap laksana kaki belasan ekor kuda. (5) Citraan Citraan adalah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya (Altenbernd dalam Pradopo 2005b: 79-80).Gambaran angan ada bermacam-macam, dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan, dan penciuman. Citra penglihatan yang paling sering digunakan oleh pengarang. Citra penglihatan memberi rangsangan pada inderaan penglihatan sehingga sering hal-hal yang tidak terlihat seolah-olah jadi terlihat. Citraan dalam cerpen WKKG misalnya sebagai berikut. Citra penglihatan: kabut, pemandangan, cuaca cerah, jas, lampu yang temaram, elok, papan reklame film, gemuk, panjang, jempol, kurus. Citra pendengaran: menderap laksana kaki kuda, bercakap-cakap, menggerung-gerung, subuh mulai berkumandang, mendengar suaranya, bertengkar, suara Mak Sanin mendekati, ramai, berkata. Citra perabaan: dingin, erat, tangan-tangan mungil itu menyusup, rajin menyisik, Citra pencecapan: selera menyantap kacang goreng, makan. Gaya Kalimat dan Wacana Gaya kalimat dan wacana dalam cerpen merupakan sarana retorika, misalnya hiperbola sebagai sarana untuk melebih-lebihkan suatu hal. Hal tersebut terlihat pada penggunaan kata-kata yang diulang-ulang. Fungsi lainnya adalah untuk membuat pembaca tertarik dan terbujuk dengan apa yang disampaikan oleh pengarang. Dalam cerpen tersebut tampak bahwa pengarang sangat ekspresif dalam menggambarkan kotanya yang tercinta. Ia menawarkan salah satu ciri dan Lingua V/2 Juli 2009 103

kebanggaan daerahnya kepada pembaca. persamaan dengan gaya bahasa pada puisi. Penutup Uraian di atas adalah gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Warga Kota Kacang Goreng karya Adek Alwi yang meliputi gaya bunyi, gaya kata, serta gaya kalimat dan wacana. Apabila diuraikan secara lebih detail akan diperoleh hasil yang lebih jelas menampakkan fenomena gaya bahasa sebuah prosa, yang dalam hal ini adalah cerpen karya Adek Alwi. Begitu pula jika dilakukan analisis gaya bahasa terhadap prosa-prosa yang lainnya maka akan didapatkan hasil yang lebih beragam dan bercorak. Namun demikian, analisis terhadap cerpen Warga Kota Kacang Goreng merupakan analisis yang memperlihatkan corak gaya bahasa prosa yang pada dasarnya mempunyai perbedaan dan Daftar Pustaka Pradopo, R. D. 2005a. Kajian Stilistika (Bahan Perkuliahan).. 2005b. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Salim, P. dan Y. Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press. Turner, G. W. 1977. Stylistics. New York: Penguin Books. Wellek, R. dan Austin Warren. 1978. Theory of Literature. New York: Penguin Books. 104 Lingua V/2 Juli 2009