BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, RaSAIL Media

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009, hlm Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam AlQur an, Yogyakarta: Teras, 2010, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Untuk Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Bagi Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. 1 Aktivitas belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki iman dan akhlak yang kuat. 1. oleh sebagai penanggung jawab ketika terjadi hal-hal yang tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perpustakaan yang lengkap, media dan lain sebagainya). materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dia pimpin memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab baik buruknya lembaga. tersebut tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo, Jakarta, 1996, hlm

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (citacita)

BAB I PENDAHULUAN. b. Aspek Aqidah: Menjelaskan pengertian Malaikat, Menyebutkan namanama Malaikat, Menyebutkan tugas-tugas malaikat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2009, Hlm. 1 2 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015, hlm.339

BAB I PENDAHULUAN. hlm Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya. 1 Pendidikan mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikanlah manusia dapat berfikir dan juga dapat memelihara segala sesuatu yang ada di bumi ini. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga dapat mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Pendidikan adalah usaha sadar berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan materi pelajaran serta dapat menjadikannya sebagai pandangan hidup.3 Sehingga dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan upaya 1 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17. 2 Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3 Zakiyah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 86. 1

2 pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar agar mereka hidup layak, bahagia dan sejahtera. Dalam pendidikan tentu terdapat beberapa komponen dalam melaksanakan pembelajaran didalamnya, salah satu adalah dengan peserta didik. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 4, menyatakan peserta didik adalah sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.4 Peserta didik merupakan orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada. Sebagai peserta didik juga harus memahami hak dan kewajibanya serta melaksanakanya. Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh peserta didik, sedangkan kewajiaban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik. Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat di dalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui dimensidimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang dimilikinya. Jadi jelas bahwa pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang menyangkut hal itu semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secara filisofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses 4 Tim Penyusun, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, Fukosindo Mandiri, Bandung, 2012, hlm. 3.

3 yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna, baik bagi individu sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Keberhasilan suatu pendidikan tidak terlepas dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru, karena pembelajaran memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang di laksanakan secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan.5 Sementara itu, tentang pengertian pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.6 Yang dilakukan oleh seorang pendidik atau guru. Tugas utama dari seorang guru adalah melaksanakan pembelajaran dengan baik agar peserta didik mampu menerima pelajaran yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.7 Pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan / merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama, bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan demikian makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar 5 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Group, Semarang, 2008, 6 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm. 57 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 4. hlm. 1. 7

4 yang antara lain dilakukan oleh guru dalam mengondisikan seseorang untuk belajar.8 Belajar merupakan Dengan belajar, manusia proses dari melakukan perkembangan hidup manusia. perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.9 Belajar dalam dunia pendidikan dan pengajaran dikenal dengan Student Active Learning (SAL), yang merupakan konsekuensi logis dari hakekat belajar yang tidak akan pernah terjadi proses belajar tanpa adanya keaktifan individu yang belajar. 10 Belajar dengan model Student Active Learning (SAL) akan membentuk siswa belajar secara mandiri. Belajar mandiri dapat diartikan sebagai kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.11 Mandiri sangat dibutuhkan bagi seorang peserta didik dalam meraih kesuksesan dan keberhasilan. Pembelajaran mandiri merupakan proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sehingga hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan perubahan yang terjadi bersifat positif karena peran aktif pembelajaran tidak bersifat sementara bertujuan dalam perubahan meliputi tingkah laku pada sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Kemandirian sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena kemandirian merupakan sikap pribadi yang sangat diperlukan oleh setiap 8 9 Ibid, hlm. 5. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Solo, 2003, hlm. 127. 10 11 Ibid, hlm. 206. Haris Mudjiman., Belajar Mandiri, UNS Press, Surakarta, 2008, hlm. 7.

5 individu, dengan kemandirian, siswa cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan yang kompleks, mampu bekerja secara individual maupun bekerja sama dengan kelompok, dan berani mengemukakan gagasan. Pembelajaran dimana siswa hanya duduk tenang dan mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan memang agak sulit. Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi untuk mengembangkan inisiatif peserta didik secara individual, rasa percaya diri, dan pengembangan diri peserta didik atau dengan bantuan guru, dimana guru memandu dan memantau perkembangan belajar yang dilakukan oleh peserta didik secara mandiri. Belajar mandiri dapat dilakukan dalam kelompok kecil, dimana peserta didik saling membantu satu sama lain dalam belajar.12 Kemandirian yang merupakan suatu ketrampilan yang dimiliki anak untuk melakukan sesuatunya sendiri, salah satu aspek dalam diri anak yang harus dimiliki yaitu keyakinan diri bahwa dirinya mampu dan bisa melakukannya. Keyakinan diri inilah yang disebut dengan kepercayaan diri (self confidence). Anak harus punya rasa percaya diri agar ia bisa memenuhi tuntutan lingkungan dengan baik. Anak yang mandiri dan percaya diri akan tumbuh menjadi anak yang punya daya juang tinggi dalam menghadapi berbagai tantangan yang ditemuinya dalam kehidupan. Diyakini pula, anak yang mandiri dan percaya diri mampu berprestasi dengan baik dan menjadi pribadi yang sukses. Mata pelajaran Aqidah Akhlak sendiri kurang mendapat perhatian bahkan diremehkan sebagian siswa, karena mereka sudah berasa bisa agama. Untuk itu perlu diterapkan suatu alternatif guna meningkatkan minat, 12 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hlm. 155.

6 pemahaman dan motivasi untuk mengembangkan potensi beraktifitas sehingga menghasilkan potensi yang optimal khususnya pada mata pelajaran PAI. Salah satu alternatif yang digunakan adalah dengan mengubah strategi. Strategi pembelajaran yang menarik untuk mempelari akhlak mulia yang menyenagkan lebih mudah dipahami peserta didik dan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Beberapa faktor tersebut, berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan terdapat kecenderungan yang mengarah pada faktor pendekatan dan metode pembelajaran yang harus diperbaiki. Dimana pendekatan yang digunakan sebelumnya sebatas pada teori-teori saja, jarang dilakukan praktek menulis, dan peran aktif siswa kurang diperhatikan, tanpa kemandirian peserta didik belajar asal-asalan dan tidak membuahkan hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan sehingga hasil pembelajaran belum maksimal, disini peneliti menemukan hal-hal yang unik di MI NU Al Falah Rejosari Dawe Kudus terkait dengan kemandirian belajar, terutama pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dalam proses interaksi, banyak ditemukan peserta didik sering kali menarik diri karena merasa kurang percaya diri. Kepercayaan diri yang kurang baik dapat terlihat pada siswa yang menyontek ketika ulangan, lebih menggantungkan kepercayaannya pada orang lain, peserta didik merasa gugup apabila disuruh maju ke depan sehingga tidak mampu menjawab pertanyaan dengan baik, dan masih banyak lagi yang lainnya. 13 Pentingnya kemandirian belajar pada peserta didik di tengah banyaknya faktor eksternal, salah satunya adalah handphone ini sangat mempengaruhi keterlambatan peserta didik dalam memiliki kemandirian belajar dengan baik, maka perlu adanya perhatian bagi guru untuk mencipatakan kemandirian belajar pada peserta didik dalam pembelajaran apapun, terutama pada pembelajaran Aqidah Akhlak. Maka peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul Analisis Kemandirian Belajar Peserta Didik Pada 13 Observasi di MI NU Al Falah Rejosari Dawe Kudus, tanggal 25 Juli 2015.

7 Pembelajaran Aqidah Akhlak Di MI NU Al Falah Rejosari Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 B. Fokus Penelitian Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya suatu masalah dan masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan fokus. Maka dari itu penelitian ini perlu difokuskan pada obyeknya. Obyek sasaran yang dituju pada penelitian ini difokuskan pada kemandirian belajar peserta didik pada Mata Pelajaran akidah akhlak di MI NU Al Falah Rejosari Dawe Kudus tahun pelajaran 2014/2015. C. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kemandirian belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Al Falah Rejosari Dawe Kudus tahun pelajaran 2014/2015? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat kemandirian belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Al Falah Rejosari Dawe Kudus tahun pelajaran 2014/2015? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kemandirian belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Al Falah Rejosari Dawe Kudus tahun pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kemandirian belajar peserta didik pada Mata Pelajaran akidah akhlak di MI NU Al Falah Rejosari Dawe Kudus tahun pelajaran 2014/2015.

8 E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat hasil dari penelitian ini yaitu meliputi: 1. Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian dan memberikan khazanah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya mengenai kemandirian belajar. 2. Praktis Bagi peserta didik, akan lebih membangkitkan semangat belajar, bagi guru, memberikan alternatif dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, dan bagi kepala sekolah diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan mutu pendidikan.