BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SWITCHED RELUCTANCE MOTOR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

DESAIN & OPERASI MOTOR SWITCH RELUCTANCE 4 KUTUB ROTOR 6 KUTUB STATOR LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : MOSES EDUARD LUBIS

BAB III RANCANGAN DESAIN DAN IMPLEMENTASI POMPA AIR MOTOR BLDC DENGAN SUPLAI DARI PANEL SURYA

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

PERANCANGAN SWITCHED RELUCTANCE MOTOR 3 FASA SEDERHANA DENGAN 4 KUTUB ROTOR

PERANCANGAN BRUSHLESS DC MOTOR 3 FASA SEDERHANADENGAN 4 KUTUB ROTOR

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

MOTOR SINKRON 3 FASA SEDERHANA DENGAN 2 KUTUB ROTOR BERBASIS DIGITAL

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI...

BAB III PERANCANGAN ALAT

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

MAKALAH PRESENTASI MESIN MESIN LISTRIK KHUSUS MOTOR RELUKTANSI

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

Desain Buck Chopper Sebagai Catu. Power LED Dengan Kendali Arus

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros

BAB III PERANCANGAN SISTEM KENDALI EXHAUST FAN MENGGUNAKAN BLUETOOTH

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

KENDALI VARIABEL VOLTAGE VARIABEL FREKUENSI PADA MOTOR INDUKSI SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROL ATMEGA8535 LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : MATHIAS WINDY

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB II LANDASAN TEORI

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN Deskripsi Model Sistem Monitoring Beban Energi Listrik Berbasis

BAB III ANALISA SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

MOTOR LINIER INDUKSI FREE RUNNING BERBASIS MIKROKONTROLLER PIC 18F4550

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

BAB III METODE PENELITIAN

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya

GENERATOR SINKRON Gambar 1

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI WATER LEVEL CONTROL SYSTEM BERBASIS PC OLEH: I MADE BUDHI DWIPAYANA NIM

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

III PERNNGN DN IMPLEMENTI WITHED RELUTNE MOTOR 3.1 Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang rangkaian witched Reluctance Motor 3 fasa, rangkaian motor ini menggunakan komponen-komponen elektronika dengan harga yang terjangkau. ecara lengkap implementasi motor ini dapat digambarkan sebagai berikut: U (a) (b) Gambar 3.1. (a) Konstruksi witched Reluctance Motor (b) rah belitan stator 3.1.1 Rotor aat kumparan pada stator dihubungkan dengan sumber tegangan, maka akan tercipta medan magnet di sekitar kutub-kutub stator tersebut. elanjutnya, fluks magnet yang dihasilkan akan memaksa rotor untuk bergerak menuju posisi di mana nilai reluktansi minimum, dan kondisi ini didapat saat kutub pada rotor segaris lurus dengan kutub salient pada stator dan pada saat yang bersamaan nilai 24

induktansi pada belitan adalah maksimum, dan jika rotor tidak segaris lurus dengan kutub salient pada stator saat itu lah terjadi reluktansi medan magnet maksimum. ehingga, dari proses itu menyebabkan terjadinya perputaran yang konstan pada rotor. Pada konstruksinya jumlah rotor dan stator tidak boleh sama, hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan apabila rotor berada pada posisi statis (stall) dan tidak bergerak, sehingga tidak dapat menghasilkan torsi awal (initial torque). RELUKTNI RENDH RELUKTNI TINGGI Gambar 3.2. Konstruksi rotor witched Reluctance Motor Pada implementasinya, Rotor di sini menggunakan rotor dari motor induktansi yang telah dimodifikasi konstruksinya sesuai dengan rotor ideal pada motor RM. ecara konstruksi, semakin renggang jarak antara kutub rotor maka torka yang dihasilkan dari motor tersebut semakin besar, hal ini disebabkan karena jika lebar kutub rotor dibanding dengan luas lilitan stator terlalu sempit maka bisa terjadi kesalahan pembacaan posisi pada sensor magnet, yang menyebabkan rotor tersebut berada pada posisi statis (tidak bergerak) sehingga perputaran rotor tidak lancar. 25

3.1.2 tator tator dari witched Reluctance Motor ini dibentuk dari stator motor induktansi yang telah mengalami modifikasi. tator ini berjumlah 6 kutub dan masing masing kutub dibelit oleh kawat tembaga dengan jumlah 300 lilitan untuk setiap kutubnya. Kemudian stator ini akan dialiri arus listrik sehingga menghasilkan medan magnet. tator pada witched Reluctance Motor 3 fasa ini dirangkai dengan rangkaian bintang. Dua buah stator akan dipasang secara seri dan membentuk segitiga. Di mana stator 1 dihubungkan dengan stator 2, 1 dihubungkan dengan stator 2, dan 1 dihubungkan dengan stator 2. (a) (b) Gambar 3.3. (a) tator witched Reluctance Motor, (b) Hubungan intang 3.1.3 ensor Hall Effect Pada motor RM dibutuhkan suatu sensor yang berfungsi untuk mendeteksi posisi rotor dan dapat mengatur saklar pada inverter. Karena rotor motor RM berupa laminasi baja, maka untuk mendeteksi posisi rotor dibutuhkan magnet neodium yang akan diletakkan pada sisi-sisi rotor. Pada alat ini digunakan sensor magnet atau hall effect dengan tipe UGN3503U. 26

H1 H2 H3 Gambar 3.4. Rangkaian dan posisi hall effect Pada realisasinya, diasumsikan sensor hall effect memberikan keluaran berlogika 1 saat mendeteksi kutub magnet utara (N) dan berlogika 0 pada saat kutub magnet selatan () dekat dengan sensor. Dan pada alat ini, dibutuhkan tiga sensor hall effect yang setiap sensor diletakkan pada posisi sudut 30 0 berikut rinciannya: H1 pada posisi θ = 60 0, H2 pada posisi θ 90 0, H3 pada posisi θ = 120 0 terhadap stator. Hall Effect ensor U U U 1 0 1 0 1 0 Gambar 3.5. inyal keluaran hall effect sensor terhadap kutub magnet Dengan letak sensor seperti ini, maka akan dihasilkan enam kemungkinan keluaran dari sensor hall effect yaitu: 100, 110, 010, 011, 001 dan 101. Dan dari enam data itu akan menjadi inputan pada blok kontrol, kemudian akan diolah untuk proses pensaklaran. Konfigurasi hall effect terhadap posisi rotor dapat dilihat pada Gambar 3.6. 27

X Y Z x y z N N 100 x y z N N 110 x y z N N N 010 x y z N N N 011 y x z N N N 001 Gambar 3.6. Konfigurasi Hall effect terhadap posisi rotor 28

3.2 Rangkaian Kontrol Rangkaian sistem Kontrol untuk witched Reluctance Motor 3 fasa ini terdiri dari mikrokontoller DPI30F2020 sebagai sistem kontrol digital, inverter switched reluctance sebagai rangkaian driver saklar statik, serta rangkaian catu daya. 3.2.1 Rangkaian Konverter Pada Motor RM dibutuhkan sebuah power konverter. Konverter ini akan bertindak sesuai dengan perintah dari sistem kontrol, di mana akan mensupply energi ke masing-masing fasa dari motor pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, sebuah konverter dibutuhkan tidak hanya untuk memberikan energi saja, namun juga kemampuan untuk mengatur naik turunnya arus fasa sesuai dengan perintah dari sistem kontrol. Pada teorinya, terdapat beberapa Topologi konverter untuk Motor RM, antara lain: symmetric konverter, series konverter, (n+1) switch konverter, serta masih banyak lagi. etiap topologi memiliki kelebihan dan kekurangannya masingmasing, dan sebuah topologi konverter menjadi ideal apabila memenuhi beberapa syarat sebagai berikut: a) etiap fase motor memiliki setidaknya satu saklar untuk dapat melakukan secara mandiri b) konverter harus mampu membangkitkan fase sebelum memasuki wilayah demagnetizing 29

Pada pembahasan ini akan digunakan konverter dengan topologi (n+1) switch konverter, pemilihan topologi ini didasarkan karena desainnya yang flexible dengan tidak membutuhkan banyak saklar sehingga ekonomis. Gambar 3.7. Topologi N+1 switch konverter Konverter ini menggunakan 4 buah IGT sebagai saklar statik, dengan 4 buah Dioda penyearah. aklar 1 dijadikan sebagai common, sementara saklar 2,3,4 dijadikan sebagai pengendali fasa,, dan. ara kerjanya adalah ketika saklar 2 (fasa ) hidup dan saklar 1 (common) hidup maka tegangan D akan mengeksitasi fasa dan arus akan dengan cepat mengalir pada belitan, proses ini dinamakan periode magnetisasi. Kemudian, saat 1 OFF dan 2 OFF akan terjadi proses freewheeling di mana arus akan mengalir melewati D1 dan D2 menuju kapasitor, begitupun dengan keadaan pada 3 & 4. Pada aplikasinya, konverter ini menggunakan IRFP250 sebagai MOFET dan pada desainnya masing masing saklar ditambahkan dengan sebuah diode penyearah pada bagian drain-nya hal ini bertujuan sebagai anti paralel yang disebabkan oleh karena dioda pada rangkaian IRFP250 30

Gambar 3.8. IRFP250 3.2.2 Rangkaian Driver TLP250 Pada alat ini, dibutuhkan sebuah TLP 250 yang digunakan sebagai saklar yang berfungsi untuk mengaktifkan ataupun mematikan tiap lilitan bahan magnet. Proses pensaklaran pada TLP250 beroperasi dengan menggunakan 3 Hall effect yang tergeser setiap 30 0. Di sini digunakan 4 buah I TLP250 yang masing-masing TLP 250 terdiri dari cahaya Gal semitting diode dan Photo ensor/sensor hitam putih terintegrasi. TLP 250 ini cocok dengan sirkuit Gate dari IRFP250. Pada TLP 250 Proses pensaklaran dimulai dengan memindahkan sinyal pada rangkaian kontrol melalui rangkaian driver ke rangkaian daya. Optocoupler TLP250 membutuhkan catu daya +12V untuk beroperasi pada kaki 8 sebagai +Vdd dan kaki 5 sebagai ground catu daya. Dengan positif input sinyal di kaki 2, dan kaki 3 sebagai ground pada input sinyal. Hasil sinyal yang diperoleh dikeluarkan melalui kaki 6 dan 7. Hasil sinyal PWM dari dspi30f2020 kemudian menuju optocoupler TLP250 melalui resistor sebagai penghambat arus yang masuk ke optocoupler. etelah itu TLP250 akan mengeluarkan sinyal yang sama dengan PWM dari dspi30f2020 hanya saja tegangannya 12 V. elanjutnya akan diolah dan menghasilkan sinyal PWM yang akan mengendalikan saklar pada inverter, Gambar 3.8. 31

1 8 2 7 3 6 4 5 Gambar 3.9. Konfigurasi PIN TLP 250 Terdapat 6 step putaran dari witched Reluctance Motor 3 fasa sederhana. Yaitu saat kondisi 100, 110, 010, 011, 001 dan 101. Fasa belitan stator akan menghasilkan kutub utara (N) selama interval 120 derajad, selama 60 derajad tidak di eksitasi, 120 derajad menghasilkan kutub selatan () dan 60 derajad tidak di eksitasi. Pola tersebut akan berulang dan tiap fasa stator akan saling tergeser 120 derajad. Jika belitan stator adalah belitan tiga fasa yang dihubungkan secara bintang dan dihubungkan dengan inverter tiga fasa maka di perlukan urutan konduksi dari saklar statis inverter. 3.3 Rangkaian atu Daya Power supply atau catu daya merupakan suatu piranti elektronik yang berfungsi sebagai supply tegangan dengan mengubah arus menjadi arus D. atu daya menjadi bagian yang penting dalam elektonika yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik misalnya pada baterai atau accu. ecara umum prinsip 32

rangkaian catu daya terdiri atas komponen utama yaitu : transformator, dioda rectifier, filter, serta regulator sebagai pembatas tegangan. Dalam pembuatan rangkaian catu daya, menggunakan trafo multi winding dengan 4 outputan sebagai berikut: a. 2 outputan sebesar 5 volt yang berfungsi untuk mencatu dspi30f4012 dan buffer. b. 2 outputan sebesar 12 volt yang berfungsi untuk mencatu driver inverter 3 fasa. 220 220 7405 In out om 5V 7412 In out om 5V 0V 0V (a) (b) Gambar 3.10. (a) atu daya 5 Volt, (b) atu daya 12 Volt 3.4 Perancangan lok istem Kontrol Digital istem kontrol yang akan diterapkan dalam witched Reluctance Motor ini merupakan sistem kontrol digital. Dalam proses pemrograman sendiri dilakukan dengan bantuan software mikro for dspi. Pada software mikro ini nantinya program kontrol digital akan diolah dengan menggunakan bahasa pemrograman selanjutnya akan di masukkan ke dalam dspi 30F2020. Untuk mengontrol kecepatan motor, dilakukan dengan menggunakan -lock, dan untuk diagram blocknya dapat dilihat dari Gambar 3.11. 33

ERROR KEEPTN REFERENI RU TORK DRIVER KONTROLLER MOTOR RM EN KEEPTN Gambar 3.11. Diagram block kontrol dengan sinyal feedback Kecepatan Motor RM dikontrol dengan mengatur tegangan masukan, dan waktu hidup matinya saklar. Dengan mengatur waktu mati hidupnya saklar, berpengaruh pada besar dan bentuk dari gelombang arus, hasil dari perubahan tersebut juga mempengaruhi besarnya torka yang dihasilkan dari motor. 3.5 Pemrograman pada dspi 30F2020 Program kontrol yang digunakan sebagai kontrol witched Reluctance Motor ini, dibuat menggunakan software mikro for dspi. Data yang diperoleh diolah dan diprogram dengan menggunakan bahasa program. Dalam melakukan pemrograman, sistem kontrol dibagi mejadi berbagai tahapan yaitu: a. Pembacaan data sensor hitam putih. b. Kalkulasi data sensor. c. Keluaran program berupa sinyal ON (1) OFF (0). 34

Langkah pertama adalah mengatur bit pada register D dan disesuaikan dengan port input D, channel yang dipakai dan beberapa pengaturan lainnya seperti mengatur periode timer yang akan mempengaruhi kecepatan motor. Kemudian gunakan fitur Timer Interrupt dengan fungsi membangkitkan sinyal segitiga yang terkontrol dengan beberapa register Timer Interrupt. etelah itu atur N_2 dan N_3 sebagai nilai referensi yang kemudian disimpan pada uffer. 35

etelah melakukan berbagai pengaturan, langkah berikutnya adalah menginput data dari posisi rotor yang dideteksi oleh sensor hall effect. Langkah ini bertujuan untuk menentukan kapan hidupnya sebuah saklar secara bergantian berdasar dengan posisi sensor. 36

Tahap akhir dari pemrograman ini adalah menentukan apakah akan motor dieksekusi sebagai posisi motoring atau free wheeling. PWM akan selalu berubahubah ketika nilai arus dan tegangan yang telah disensor juga berubah. Dan pada mikrokontroller ini sisi keluaran pada dspi30f2020 menggunakan PORTE sebagai output pensaklaran PWM. elanjutnya menuju ke buffer 74H541 sebagai penguat keluaran PWM sebelum menuju ke driver pada rangkaian daya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada flow chart pada gambar di bawah ini. Pada flow chart ini menggambarkan ketika catu daya dinyalakan (start) maka mikrokontrol akan masuk pada inisialisasi port yang digunakan. etelah itu mikrokontrol akan mulai membaca inputan dari sensor hitam putih. Kemudian mikrokontrol akan melakukan kalkulasi kemudian akan mengeksekusi program dengan mengeluarkan output dalam bentuk PWM untuk masing-masing saklar. Kemudian kembali membaca sensor dan begitu seterusnya. 37

TRT INIILII PROGRM TUR D ENOR NO D > TMR YE FREEWHEELING MOTORING Gambar 3.12. Flowchart Pemrograman 3.6 Metode Kontrol Posisi Rotor Untuk mengontrol sebuah Motor RM, diperlukan sebuah sinkronisasi antara fasa eksitasi dari stator dengan arah putaran rotor. Oleh sebab itu, informasi tentang posisi rotor sangat diperlukan untuk operasi switching pada konverter. Proses sinkronisasi antara posisi rotor dengan arus fasa ini, bertujuan untuk mendapatkan performa yang efisien dan optimal dari Motor RM. inkronisasi antara posisi rotor dengan switching saklar pada konverter dapat dilihat dari gambar. 38

tator Lmax Fasa Induktansi Lmin 0 o 180 o 360 o ON 1 & 2 inyal witching saklar 1 & 2 OFF Vdc Tegangan Fasa Va -Vdc rus ctual Fasa Ia Gambar 3.13. Konfigurasi posisi motor dengan switching saklar Ketika saklar 2 (fasa ) hidup dan saklar 1 (common) hidup maka tegangan D akan mengeksitasi fasa sehingga arus akan dengan cepat mengalir pada belitan (magnetisasi), dan posisi rotor yang semula berada pada posisi tidak sejajar bergerak mendekati stator dimana nilai induktansinya maksimum dan nilai reluktansinya minimum. Kemudian, saat saklar 2 & 1 off maka akan terjadi proses freewheeling dimana arus akan mengalir menuju dioda, pada saat itu nilai induktansi mengalami penurunan sehingga posisi rotor yang semula sejajar dengan stator berlahan-lahan bergerak menjauhi stator seiring dengan penurunan nilai induktansinya, dan dilanjutkan dengan rotor bergerak menuju stator dimana 3 dan 1 on, begitupun seterusnya. 39