BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman itu terlihat pada karya sastra yang berbentuk puisi, prosa, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari (Djojosuroto, 2000:3). Persoalan yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah gambaran kenyataan dari suatu peristiwa, nilai-nilai, dan norma-norma

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

I. PENDAHULUAN. baik itu masalah pribadi maupun masalah umum. Masalah pribadi adalah masalah

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian FANNY MARINI TIARA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas

BAB II PEMBELAJARAN, MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN, DAN TEKNIK MENULIS CERITA SINGKAT

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan, istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti tulisan-tulisan utama.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai karya seni yang bermedium bahasa dan berisi nilainilai kehidupan pada hakekatnya sangat beragam bentuk dan isinya. Keanekaragaman itu terlihat pada karya sastra yang berbentuk puisi, prosa, dan drama. Penelitian sastra pada hakikatnya merupakan penerapan pendekatan ilmiah terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra tidak dapat lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-48) memberi batasan penelitian itu, ia mengatakan bahwa karya sastra yang bermutu seni ialah yang imajinatif, berseni, memperlihatkan orisinilitas penciptaan, kreatif dan bermutu seni. Apabila karyanya tidak memenuhi hakikat fungsinya, maka akan dinilai tidak bermutu. Jadi, karya sastra dapat menyenangkan karena estetika yang direalisasikan melalui bahasa dan berguna karena isi yang terkandung di dalamnya berguna bagi pembaca. Pemahaman demikian berangkat dari anggapan bahwa karya sastra merupakan penggunaan bahasa yang mengandung unsur kepuitisan sekaligus makna. Dengan begitu, karya sastra menjadi struktur yang sangat kompleks (Pradopo, 1987:120). Karena itu, karya tersebut harus dipelajari dalam kaitannya antara gagasan yang terkandung di dalam karya sastra tersebut dengan keindahannya. 1

2 Berbicara karya sastra tidak lepas dari cerpen sebagai hasil karya sastra yang membaurkan antara fiksi dan nonfiksi secara halus (Zoest, 1993:3). Banyak pula ahli sastra yang mengatakan bahwa logika cerpen atau logika peristiwa yang terjadi dalam cerpen harus mencerminkan keadaan nyata atau realitas. Teori itu dapat dipahami karena bertolak dari mimesis yang mengatakan bahwa karya seni merupakan tiruan dari alam (fakta). Teori ini mestinya tidak boleh diterima dengan mentah karena bagaimanapun, karya sastra memang berangkat dari fakta yang kemudian dipadu dengan imajinasi pengarang hingga menghasilkan fakta baru (Thahar, 1991:7). Pada perkembangannya cerpen Indonesia memiliki tiga jenis penulisan, yaitu: orientasi cerita rakyat yang dipelopori oleh Muhammad Kasim dan Suman Hs, orientasi sezamannya yang dipelopori oleh Hamka dan Idrus, dan orientasi kedalamannya yang dipelopori oleh Armin Pane (Sumardjo, 1983:5). Beragam tema pun diangkat di tengah banyaknya cerpen Indonesia yang bermunculan. Ada tema sosial, keluarga, cerita absurd, budaya, moral, cinta, dan tema-tema lainnya yang diangkat seiring dengan perkembangan cerpen Indonesia. Cerita pendek (cerpen) sebagai subgenre prosa sampai hari ini masih menduduki tempat utama dalam publik sastra Indonesia. Paling tidak, hal itu dapat dibuktikan dari banyaknya koran di Indonesia yang masih mau menyediakan ruang untuk pemuatan cerpen. Kalau tidak dipandang penting dan tidak dibutuhkan, tentu para pengelola koran tidak perlu mengorbankan ruang hanya untuk memuat sebuah cerpen. Kompas, Media Indonesia, Republika, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Suara Karya, Koran Tempo, Bali Pos,

3 Singgalang, Pikiran Rakyat, dan sejumlah koran lain yang tidak disebutkan di sini tiap minggu memuat cerpen. Meskipun tidak dapat diketahui secara pasti apakah cerpen yang dimuat di koran tersebut dibaca atau tidak, kenyatannya koran-koran itu secara ajeg memuat cerpen setiap minggunya. Itu menunjukkan bahwa cerpen dipandang masih dibutuhkan pembaca. Banyaknya naskah yang masuk ke meja redaksi tiap harinya menandakan bahwa cerpen masih diminati. Keberanian penerbit membukukan cerpen yang semula dimuat di koran adalah fakta lain lagi yang menyiratkan bahwa minat dan gairah orang untuk menulis dan membaca cerpen di Indonesia cukup tinggi. Ketika sebuah penerbit (komersial) berani menerbitkan cerpen, maka ia telah mempertimbangkan kemungkinan untung dan ruginya. Mustahil penerbit berani menerbitkan cerpen kalau produk itu akhirnya tidak dibeli dan dibutuhkan orang. Salah satu penerbit yang cukup berani dan produktif dalam menerbitkan buku-buku sastra, khususnya kumpulan cerpen, adalah Penerbit Buku Kompas. Tiap tahun penerbit itu menerbitkan cerpen-cerpen terbaik (pilihan) yang pernah dimuat di Kompas maupun di koran lain. Sampai saat ini Penerbit Buku Kompas telah menerbitkan puluhan kumpulan cerpen. Bidadari Meniti Pelangi (selanjutnya cukup disebut BMP) adalah salah satu buku kumpulan cerpen di antara sejumlah buku kumpulan cerpen lain yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas. Buku ini memuat 18 cerpen yang sebelumnya pernah dipublikasikan di sejumlah media, seperti Kompas, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Media

4 Indonesia, dan tabloid Nova. Meskipun penulisnya seorang guru, secara tematik BMP tidak menyoroti kehidupan guru. BMP lebih banyak berbicara tentang berbagai masalah sosial, seperti kemiskinan, keamanan/ketentraman, dan kekerasan, terutama yang terkait dengan kehidupan dan nasib orang-orang kecil, dan kaum pinggiran. Tidak heran jika dalam BMP nasib dan kehidupan kuli bangunan, petani yang menjadi korban penggusuran, pelacur, pencuri, dan golongan lain yang menjadi korban kekerasan menjadi fokus cerita. Penderitaan orang-orang yang ditinggalkan sanak famili (anak, suami) karena konflik sosial atau penderitaan orang-orang yang menjadi korban dari proyek pembangunan jalan dan pembangunan perumahan menghiasi BMP (www.scribd.com). Sekaitan dengan cerpen-cerpen S. Prastyo, penulis menganggap sebagai cerpen-cerpen yang membaur antara fakta dan imajinasi. Hal itu terlihat dalam cerpen-cerpennya yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Bidadari Meniti Pelangi yang di dalamnya terlihat bagaimana S. Prasetyo menuangkan imajinasinya dalam kehidupan percintaan antar sesama manusia yang terjadi dalam kehidupan nyata. Menurut penulis gaya penulisan S. Prasetyo pada cerpencerpennya sangat unik dengan penggunaan kata-kata puitis yang ringan dan dapat dicerna langsung oleh para pembaca. Proses pembentangan antara cinta dan maut dalam cerpen-cerpennya digambarkan secara ganjil, lalu membawa kita ke akhir cerita yang mencengangkan. Cinta yang tumbuh di balik kehidupan mereka yang serba pas-pasan layaknya kehidupan kaum pinggiran. Sekalipun mereka tidak memiliki banyak harta namun mereka masih memiliki cinta dalam hatinya. Dalam

5 cerpen-cerpennya cinta yang digambarkan nampak unik dan beragam. Hal itulah yang membuat penulis merasa tertarik dan perlu untuk mengangkat cerpen-cerpen karya S. Prasetyo tersebut menjadi karya tulis. S. Prasetyo merupakan seorang yang realistis dan kreatif. Hal itu dapat kita lihat dalam cerpen-cerpennya yang indah, bahkan ketika menulis cerita sedih, dia mampu menuangkan kesedihan tersebut dengan kepuitisan pada kalimat-kalimat dalam cerpennya. Kalimat puitisnya itu menjadi salah satu kekuatannya. Dalam kumpulan cerpen Bidadari Meniti Pelangi karya S. Prasetyo, terdapat simbol yang merupakan gambaran dan pemaknaan cinta yang harus diteliti dan digali dan dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti 3 cerpen dari 18 cerpen yang terdapat dalam buku ini. Cerpen-cerpen tersebut adalah cerpen Bidadari Meniti Pelangi, Anjing Penjaga bayi, dan Kupu-kupu Bersayap Patah. Cerpen-cerpen tersebut dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan semiotika untuk menemukan makna dari setiap simbol-simbol dan disertai dengan pengungkapan makna cinta dalam cerpen tersebut. Untuk memperkaya penelitian tentang korpus yang membahas makna cinta, maka dalam penelitian ini penulis mengangkat tema yang sama yaitu mengenai cinta, namun dengan pemilihan cerpen yang berbeda. Dalam penelitian ini penulis mengangkat makna cinta dalam cerpen Bidadari Meniti Pelangi, Anjing Penjaga bayi, dan Kupu-kupu Bersayap Patah karya S. Prasetyo.

6 S. Praseyo lahir di Yogyakarta, 7 Januari 1961. Lulus dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Semarang tahun 1987. Sekarang ia mengajar di SMU 13 Semarang. Menulis esai sastra, puisi, cerpen, novel dan artikel di berbagai media seperti: Kompas, Suara Pembaruan, Republika, Koran Tempo, Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Nova, Suara Karya, Mutiara, Pelita, dan Jayakarta. Tulisannya dibukukan dalam Perdebatan Sastra Kontekstual (1985), Antologi Puisi Jawa Tengah (1994), Serayu (1995), Ritus (1995), Lawang Sewoe (1996), Sesudah Layar Turun (1996), Jentera Terkasa (1998), Horison Sastra Indonesia 2 Kitab Cerpen (2002), dan Cerita-cerita Pengantin (2004). Menulis cerpen-cerpen realis, yang dekat dengan kehidupan keseharian di sekitar kita seperti diakui oleh S.Prasetyo dalam tulisan di sampul belakang buku cerpen Bidadari Meniti Pelangi bukanlah pertaruhan yang mudah. Selain sudah begitu banyak penulis yang menuangkan proses penciptannya dengan pendekatan semacam ini, pertaruhan besar yang tak kalah berat adalah bagaimana cerita yang dituangkan itu tampil memikat. Sebuah cerpen realis harus bisa menjadi semacam magnet bagi pembaca. Jika tidak, setelah alinea-alinea awal pembaca akan pergi mencari kesibukan lain. Dari delapan belas cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Bidadari Meniti Pelangi, penulis mengambil 3 buah cerpen yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu Bidadari Meniti Pelangi, Anjing Penjaga Bayi, dan Kupu-kupu Bersayap Patah. Cerpen-cerpen tersebut merupakan cerpen yang mempunyai makna cinta yang dituangkan melalui lambang atau simbol yang

7 diperlihatkan oleh tingkah laku tokoh dan peristiwa yang terdapat dalam cerpen ini. Berdasarkan hasil pengamatan, maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian tentang karya sastra khususnya cerpen S. Prasetyo. Hal ini disebabkan terdapat lambang atau kenyataan lain yang terjadi dalam setiap peristiwa pada cerpen S. Prasetyo dan perlu adanya penelaahan terus menerus pada cerpen-cerpen yang mengandung lambang atau simbol. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan analisis yang saya angkat dalam skripsi ini, maka saya identifikasikan permasalahan dalam skripsi ini sebagai berikut ; 1. Struktur cerpen S. Prasetyo yang terdapat kumpulam cerpen Bidadari Meniti Pelangi khususnya cerpen Bidadari Meniti Pelang, Anjing Penjaga Bayi, dan Kupu-kupu Bersayap Patah ; 2. Jenis-jenis makna cinta yang terdapat dalam cerpen Bidadari Meniti Pelang, Anjing Penjaga Bayi, dan Kupu-kupu Bersayap Patah karya S. Prasetyo. 1.3 Pembatasan Masalah Pada penelitian ini penulis membatasi masalah yang diteliti yaitu analisis Semiotika yang terdapat dalam cerpen Bidadari Meniti Pelangi, Anjing Penjaga bayi, dan Kupu-kupu Bersayap Patah karya S. Prasetyo yang

8 menyangkut masalah struktur teks dan makna cinta yang terdapat dalam cerpen tersebut. 1.4 Rumusan Masalah 1) Bagaimana struktur cerpen S. Prasetyo yang terdapat dalam cerpen Bidadari Meniti Pelangi, Anjing Penjaga bayi, dan Kupu-kupu Bersayap Patah? 2) Makna cinta apa sajakah yang terdapat dalam cerpen Bidadari Meniti Pelangi, Anjing Penjaga bayi, dan Kupu-kupu Bersayap Patah? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan : 1) Struktur cerpen Bidadari Meniti Pelangi, Anjing Penjaga bayi, dan Kupu-kupu Bersayap Patah yang terdapat dalam kumpulan cerpen Bidadari Meniti Pelangi karya S. Prasetyo. 2) Mengetahui makna cinta apa sajakah yang terdapat dalam cerpen Bidadari Meniti Pelangi, Anjing Penjaga Bayi, dan Kupu-kupu Bersayap Patah karya S. Prastyo. 1.6 Manfaat Penelitian 1) Bagi penulis : dapat mengetahui tentang karya-karya sastra yang bertemakan cinta beserta pengarang-pengarangnya dan dapat mengetahui bagaimana makna cinta direpresentasikan dalam sebuah karya sastra.

9 2) Bagi pembaca : dapat lebih memahami makna cinta dari karya sastra sebagai refleksi dalam kehidupan. 3) Bagi dunia akademik : menambah literatur mengenai makna cinta dalam karya sastra Indonesia. 1.7 Definisi Operasional Cerita pendek adalah suatu karangan pendek yang berbentuk naratif atau cerita prosa, yang mengisahkan kehidupan manusia yang penuh perselisihan, mengharukan atau menggembirakan, dan mengandung kesan yang sulit untuk dilupakan; kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan, dan memusatkan diri pada satu tokoh atau pelaku cerita dalam satu situasi. Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar setengah sampai dua jam, suatu hal yang tidak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. Teori semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah pengguna bahasa yang bergantung pada sifat-sifat yang menyebabkan bermacam-macam cara wacana mempunyai makna. Hakikat cinta merupakan situasi kolaborasi yang di dalamnya dua orang merasa : kita bermain menurut aturan main untuk menjaga martabat serta perasaan tentang diri kita lebih unggul dan baik. Cinta adalah buah dari

10 ketertarikan seksual atau sama dengan kepuasan seksual yang tercermin dalam perasaan sama. Cinta merupakan suatu keadaan keterlibatan mendalam sekali yang diasosiasikan dengan timbulnya rangsangan fisiologis yang kuat dan diiringi pula dengan perasaan untuk mendambakan partner tersebut dan keinginan untuk memuaskan keinginan tersebut mnelalui partner tersebut.