PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup:

dokumen-dokumen yang mirip
KB 2. Teknologi Kereta Api Yang Berkecepatan Tinggi. Aplikasi superkonduktor dalam teknologi kereta Api supercepat adalah memanfaatkan

SUPERKONDUKTOR 1. Sejarah Superkonduktor 2. Teori Superkonduktor 2.1. Pengertian Superkonduktor

PENDAHULUAN Anda harus dapat

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

Bahan Listrik. Bahan Superkonduktor

BAB IX SUPERKONDUKTOR

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup:

PENDAHULUAN. Kardiawarman, Ph.D. Modul 7 Fisika Terapan 1

KB 1. Usaha Magnetik Dan Pendinginan Magnetik

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Arus Listrik dan Resistansi

BAB II DASAR THERMOELECTRIC GENERATOR

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Hukum Ohm. Fisika Dasar 2 Materi 4

SUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda?

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

Inisiasi 3 (MAGNET LISTRIK)

tak-hingga. Lebar sumur adalah 4 angstrom. Berapakah simpangan gelombang elektron

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Gambar 1.1 Alat uji konduktivitas listrik

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

ILMU BAHAN LISTRIK_edysabara. 1 of 6. Pengantar

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur);

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA DAERAH UNDER-DOPED

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang

BAB I DASAR-DASAR KELISTRIKAN

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

KB 2. Nilai Energi Celah. Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang

STUDI PEMAKAIAN SUPERKONDUKTOR PADA GENERATOR ARUS BOLAK- BALIK

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metoda Lelehan

Modul 3 Modul 4 Modul 5

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks SKRIPSI

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARUS LISTRIK. Tiga hal tentang arus listrik. Potensial tinggi

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

BAB III METODE PENELITIAN

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l'

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

UM UGM 2017 Fisika. Soal

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis

Hasil Penelitian dan Pembahasan

LATIHAN UJIAN NASIONAL

BEBERAPAKECENDERUNGAN TEKNOLOGIENERGI LAINNYA

Silabus dan Rencana Perkuliahan

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII

SIMAK UI 2013 Fisika. Kode Soal 01.

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

Fisika EBTANAS Tahun 1996

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati

Arus Listrik & Rangkaian Arus DC

MENGENAL SUPERKONDUKTOR Oleh : Sugata Pikatan

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

Proses Produksi. Pemrosesan Keramik. Tatap Muka

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Pengetahuan Bahan Listrik

BAB II LANDASAN TEORI

Semikonduktor. Prinsip Dasar. oleh aswan hamonangan

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

ILMU BAHAN. : Ferdian Ronilaya Desain sampul : Maziyatuzzahra Munasib. Hak Cipta 2016, pada penulis Anggota APPTI Hak publikasi pada Polinema Press

Analisis Rangkaian Listrik

LISTRIK DINAMIS B A B B A B

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN

Benda dan Sifatnya. Peta Konsep. Benda. Berdasarkan sifat daya hantar panasnya. Penggunaan benda yang bersifat konduktor dan isolator

Materi 18 Listrik dan Magnet 2: Hambatan dan Arus Listrik. Tim Dosen Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Kegiatan Belajar 2. Modul Fisika- Suhu dan Kalor 29

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut.

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

4. Buku teks: Introduction to solid state physics, Charles Kittel, John Willey & Sons, Inc.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

struktur dua dimensi kristal Silikon

Transkripsi:

PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup: Teknologi Superkomputer dan Teknologi Transmisi Daya Listrik serta Teknologi Kereta Api Berkecepatan Tinggi. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul ini Anda terlebih dahulu harus mempelajari modul nomor 8 Fisika Zat Padat tentang superkonduktor yang bersuhu kritis tinggi Pengetahuan yang akan Anda peroleh dari modul ini akan barmanfaat untuk memperdalam pengetahuan anda tetang superkonduktor dan aplikasinya. Setelah mempelajari modul ini Anda diharapakan dapat mencapai beberapa tujuan instruksional khusus, sebagai berikut: Anda harus dapat 1. menjelaskan aplikasi superkonduktor dalam teknologi superkomputer. 2. menjelaskan aplikasi superkonduktor dalam teknologi kereta api berkecepatan tinggi. 3. menjelaskan aplikasi superkonduktor dalam teknologi transmisi daya listrik. Materi kuliah dalam modul ini akan disajikan dalam urutan sebagai berikut: 1. KB. 1 Aplikasi Superkonduktor Dalam Transmisi Daya Listrik Dan Teknologi Superkomputer. Di dalam KB. 1 ini Anda akan mempelajari sub-pokok bahasan: Teknologi Transmisi Daya Listrik dan Teknologi Superkomputer. 2. KB. 2 Teknologi Kereta Api Berkecepatan Tinggi. Dalam KB. 2 ini Anda akan mempelajari sub-pokok bahasan: Sifat-sifat magnetik superkonduktor dan jenis-jenis superkonduktor. Agar Anda dapat mempelajari modul ini dengan baik, ikutilah petunjuk belajar berikut ini. 1

1. Bacalah tujuan instruksional khusus untuk modul ini. 2. Baca dan pelajari dengan seksama uraian setiap kegiatan belajar. 3. Salinlah konsep dasar dan persamaan-persamaan penting ke dalam buku latihan Anda. 4. Perhatikan dan pelajari dengan baik contoh-contoh soal/masalah dalam setiap kegiatan belajar. Kerjakan semua soal latihan dan usahakan tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. 2

KB. 1 Aplikasi Superkonduktor Dalam Transmisi Daya Listrik Dan Teknologi Superkomputer Perkembangan ilmu pengetahuan mendorong dunia industri untuk memanfaatkan temuan-temuan baru. Salah satu contoh adalah perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Fisika Zat Padat, khususnya dalam bidang superkonduktor. Banyak sekali temuan-temuan baru dalam bidang superkonduktor, baik secara teoritis maupun secara eksperimen. Begitu pula temuan mengenai berbagai bahan superkonduktor itu sediri banyak sekali macamnya. Superkonduktor yang dimaksud disini adalah superkonduktor arus listrik. Jika kita mengelompokkan zat padat ditinjau dari daya hantar listrik, kita akan mengenal 5 kelompok zat padat, yaitu diurut dari daya hantar arus listrik mulai dari yang terjelek sampai terbaik sebagai berikut Isolator Semikonduktor konduktor konduktor bagus (good conductor) Superkonduktor. Tiga kelompok pertama pada umumnya sudah dikenal masyarakat dengan baik. Isolator, misalnya, banyak sekali diketahui masyarakat sebagai pelindung kabel listrik dirumah-rumah. Semikkonduktor, meskipun baru dikenal dikalangan masyarakat akademik, tetapi aplikasinya sudah mencapai hampir seluruh lapisan masyaraka. Sebagai contoh, banyak sekali peralatan rumah tangga yang sesungguhnya mengandung teknologi semikonduktor, seperti pesawat 3

penerima radio, televisi, mesin cuci, lemari pendingin, sampai komputer. Dan bahkan kita dapat mengatakan bahwa dari kelima kelompok zat padat di atas, kelompok semikonduktor adalah kelompok zat padat yang paling banyak aplikasinya, mulai dari teknologi sederhana sampai teknologi tinggi, semikonduktor tidak pernah ketinggala. Sebaliknya, dua kelompok terakhir masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat umum. Dalam masyarakat akademik pun hanya beberapa kelompok orang saja yang mengenal dan memahaminya baik secara teoritis, eksperimen, maupun aplikasinya. Dalam modul ini kita akan konsentrasi pada aplikasi superkonduktor. Perbedaan dan persamaan antara konduktor bagus dengan superkonduktor adalah dalam hal resistivitas (ρ) dan efek Meissner. Persamaannya adalah bahwa kedua kelompok bahan ini memiliki resistivitas nol (ρ = 0), sehingga nilai hambatan (R) listriknya pun nol. Perbedaannya adalah bahwa konduktor bagus tidak memiliki efek Meissner, sedangkan superkonduktor memiliki efek Meissner. Efek Meissner, seperti yang sudah dijelaskan dalam modul Fisika Zat Padat, adalah suatu gejala dimana bahan superkonduktor dapat menolak (melawan) medan magnet luar, sehingga medan magnet luar tidak dapat menembus bahan superkonduktor. Atau dengan kata lain suseptibilitas magnetnya adalah bertanda negatif (bersifat diamagnetik). Untuk membantu ingatan Anda apa yang dimaksud dengan efek Meissner, coba perhatikan gambar di bawah ini. Jadi karakteristik inilah (yaitu resistivitas nol dan efek Meissner) yang dapat diambil mafaatnya untuk kehidupan manusia. Sebagai contoh, jika kita akan mentransmisikan energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari pembangkit tenaga listrik ke rumah-rumah, dengan menggunakan konduktor biasa yang resistivitasnya tidak nol, maka kita akan mengalami 4

kerugian karena adanya energi listrik yang hilang menjadi panas pada kabel konduktor itu. Sebaliknya, jika kita menggunakan kabel superkonduktor T < T c (a) T > T c (b) Gambar 1. Efek Meissner. Pada Gambar 1 (a) suhu bahan masih di atas suhu kritis superkonduktor, sehingga pada saat ini bahan ini belum menjadi superkonduktor dan medan magnet luar (yang ditunjukkan oleh anak panah ke atas) masih dapat menembus bahan itu. Sedangkan pada Gambar 1 (b) bahan sudah menjadi superkonduktor (T < T c ) sehingga medan megnet luar ditolak oleh superkonduktor itu. T c adalah suhu kritis bahan untuk menjadi superkonduktor. yang resistivitasnya nol, maka kita tidak akan kehilangan energi listrik. Dengan demikian efisiensi transmisi menjadi sangat baik, dan bahkan secara teoritis dapat mencapai 100 %. Apa dan bagaimana sesungguhnya superkonduktivitas itu terjadi sehingga dapat dimanfaatkan dalam 5

kehidupan kita sehari-hari. Berikut ini akan dibahas prosedur pembuatan superkonduktor dan berbagai karakteristiknya. Seprti Anda ketahui Di dalam modul nomor 9 Fisika Zat Padat bahwa untuk membuat bahan itu menjadi superkonduktor, bahan tersebut (yang ada saat ini) harus didinginkan sampai suhu bahan itu lebih kecil atau sama dengan suhu kritis (T c ). Berarti, suatu bahan tidak akan menjadi superkonduktor sampai suhu bahan itu lebih kecil atau sama dengan suhu kritisnya. Salah satu cara mengidentifikasi suatu bahan apakah ia sudah menjadi superkonduktor atau belum adalah dengan cara mengukur resistivitasnya. Metoda yang biasa digunakan untuk mengukur resistivitas ini adalah metoda 4 terminal (Four Probes method). Sampel yang akan diukur resistivitasnya itu ditempeli dulu oleh empat buah terminal (probe) yang terbuat dari bahan indium. Proses penempelan keempat terminal itu harus dilakukan dengan teknik penguapan (evaporasi) logam indium dalam ruang yang relatif hampa udara. Setelah keempat terminal itu menempel pada salah satu muka sampel, kemudian sampel itu dihubungkan dengan sumber arus searah melalui kedua terminal yang paling ujung, dan dihubungkan ke potensiometer (untuk mengukur beda potensial) melalui dua terminal yang ditengah. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 2 di bawah ini. Variabel yang diukur adalah resistivitas atau hambatan sebagai fungsi suhu. Teknik pengukuran resistvitas sebagai fungsi suhu biasanya dilakukan dengan cara menurunkan suhu sampel dari suhu kamar sampai di bawah suhu kritis sehingga kita dapat memperoleh kurva resistivitas sebagai fungsi suhu. Dari kurva inilah suhu kritis biasanya ditentukan. Pendinginan sampel biasanya dilakukan dengan cara menggunakan Nitrogen (Ni) cair, jika suhu kritisnya di atas 78 K karena titik didih Nitrogen adalah 78 K, sedangkan jika suhu kritisnya di atas 4 K 6

biasanya digunakan Helium (He) cair, karena titik didih He adalah 4 K. Contoh kurva resistivitas sebagai fungsi suhu untuk sebuah superkonduktor dapat Anda lihat pada Gambar 3 di bawah. Arus masuk ke potensio meter Arus keluar Sampel yang sudah ditempeli 4 terminal. Gambar 2. Metoda empat terminal (four probe method). ρ T c T Gambar 3. Resistivitas sebagai fungsi suhu untuk sebuah superkonduktor. 7

Pada saat suhu sampel menjelang suhu kritis (T c ) nilai resistivitas sampel turun drastis dan akhirnya mencapai nilai nol tepat pada saat suhu sampel sama dengan T c dan terus sama dengan nol untuk T < T c. Dan pada saat ini sampel dikatakan berada pada fase (keadaan) superkonduktor. Gambar bagan rangkaian alat-alat untuk mengukur resistivitas sebagai fungsi suhu dapat Anda lihat pada Gambar 4. Digital nanovoltmeter Sumber arus searah Ruang vakum Pemegang sampel dan pemanas Nitrogen cair Gambar 4. Bagan rangkaian sederhana untuk mengukur resistivitas sampel superkonduktor. 8

Sampai saat ini, suhu kritis (sering juga disebut titik kritis) tertinggi yang dapat dicapai dan stabil adalah 92 K, yaitu untuk bahan (sampel) yang terbuat dari bahan campuran Y 2 O 3, BaCO 3, dan CuO sedemikian rupa sehingga menghasilkan sampel dengan komposisi YBa 2 Cu 3 O 7-d dimana nilai d adalah antara 0 dan 0,5 atau 0 < d < 0,5 sehingga campuran itu dapat memiliki O sebanyak 6,5 sampai 7. Dan campuran terbaik adalah campuran yang memiliki nilai O sama dengan 7 atau d = 0, sehingga rumus kimianya adalah YBa 2 Cu 3 O 7. Variasi nilai O ini sangat bergantung pada proses pembuatan sampel itu sendiri dan pada proses pemanasan ulang (annealling). Proses pembuatan sampel YBa 2 Cu 3 O 7-d dapat diterangkan sebagai berikut. Bahan CuO, Y 2 O 3, BaCO 3 dicampur dengan rasio mol sebagai berikut: Y 2 O 3 + 4 BaCO 3 + 6 CuO 2 YBa 2 Cu 3 O 6,5 + 4 CO 2 (1) Campuran untuk sampel ini kemudian dimasukkan ke dalam cawan yang terbuat dari gelas quarsa (quartz) atau bahan alumina. Kemudian sampel itu dipanaskan secara perlahan-lahan (dalam udara bebas) dalam sebuah tungku sampai suhunya mencapai 920 o C selama 18 jam. Proses pendinginan sampel di dalam tungku dilakukan secara pelan pula. Hasilnya adalah sebuah bahan yang berwarna hitam dan berupa keramik. Karena sampel yang diperoleh ini masih belum memiliki kandungan oksigen yang cukup (lihat persamaan kimia di atas), maka sampel ini kemudian dibentuk menjadi tablet dan dipanaskan ulang dalam aliran O 2 sebanyak 0,006 liter/menit pada suhu 920 o C selama 18 jam juga. Proses pemanasan ulang ini sering disebut proses annealling. Kemudian sampel itu didinginkan sampai suhu kamar dengan laju 50 o C/jam. 9

Setelah itu sampel tersebut dibentuk menjadi balok dan selanjutnya ditempeli 4 buah terminal (probe) indium pada salah satu sisinya untuk pengukuran resistivitas (lihat gambar 2 di atas). Selanjutnya kita tempelkan empat buah kawat konduktor kepada keempat terminal itu dengan cara menyoldernya dengan menggunakan solder indium. Keempat kawat ini adalah sebagai sarana untuk mengalirakan arus listrik ke dalam sampel dan untuk mengukur beda potensial diantara ujung-ujung sampel. Selanjutnya, bagan rangkaian listrik untuk mengukur resistivitas sampel sebagai fungsi suhu dapat dilihat pada gambar 4 di atas. Untuk memahami lebih jauh tentang superkonduktor jenis ini, yaitu YBa 2 Cu 3 O 7, kita akan bahas struktur kristalnya. Salah satu cara untuk memahami fenomena superkonduktivas suatu bahan adalah dengan cara mempelajari struktur kristalnya. Dengan menggunakan berbagai teknik difraksi sinar-x oleh kristal, akhirnya para peneliti berhasil dan sepakat untuk menetapkan struktur kristal superkonduktor jenis ini. Strukturnya adalah berupa ortorombik (Orthorhombic). Contoh struktur kristal untuk satu sel primitif dari YBa 2 Cu 3 O 7 dapat Anda lihat pada Gambar 5 di bawah. Perhatikan bahwa pada Gambar 5 di bawah kita melihat ada dua bidang CuO, yaitu bidang alas dan bidang atas. Dalam hal ini, jarak antara kedua bidang CuO ini adalah sama dengan panjang sumbu primitif c. Oleh karena itu, salah satu bidang CuO ini bukan milik sel primitif yang digambarkan ini. Dari Gambar 5 di bawah kita dapat memahami bahwa jumlah atom dalam basis untuk struktur kristal ini adalah sebanyak 13 atom, yaitu 7 buah atom O, 3 buah atom Cu, 2 buah atom Ba, dan 1 buah atom Y. Hal ini sesuai dengan jumlah atom di dalam basis kristal superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7, yaitu sebanyak 13 buah atom. Hal ini mungkin membingungkan Anda, sebab jika Anda periksa Gambar 5 di bawah, 10 c = Yitrium ( Y) = Barium Tembaga Oksigen b a (Ba) (O) (Cu)

Gambar 5. Struktur kristal YBa 2 Cu 3 O 7. Struktur kristal ini berbentuk ortorombik dengan sumbu sumbu kristal a, b, dan c seperti ditunjukan pada Gambar. Dalam hal ini a b c, dan sudut-sudut antara sumbu-sumbu tersebut adalah 90 0. Anda melihat bahwa jumlah atom tersebut lebih dari 13 buah. Nah! jika Anda memang masih bingung, coba pelajari kembali modul-5 Pengantar Fisika Zat Padat tentang cara menghitung jumlah titik kisi dan jumlah atom untuk setiap sel primitif. Apabila jumlah atom oksigen di dalam superkonduktor ini hanya sebanyak 6,5 (d = 0,5), maka sampel ini tidak memiliki sifat superkonduktivas, tetapi ia bahkan hanya bersifat sebagai semikonduktor, dan struktur kristalnya pun bukan ortorombik, tetapi tetragonal. Perbedaan antara struktur kristal ortorombik dengan tetragonal adalah terletak pada panjang sumbu-sumbu primitifnya, yaitu untuk ortorombik a b c, sedangkan tetragonal a = b c. Perbedaan ini timbul akibat adanya perbedaan kandungan oksigen. Jadi kandungan oksigen di dalam campuran ini sangat menentukan sifat superkondukti vitas listriknya. Seperti dapat Anda lihat pada Gambar 5 di atas, jumlah bidang CuO ada dua buah, yaitu bidang alas dan bidang atas. Pada saat suhu sampel ini tepat sama dengan atau sekitar suhu kritisnya, maka kedua bidang ini sangat bertanggung jawab atas proses superkonduktivitas. Artinya, superkonduktivitas hanya terjadi dalam bidang-bidang CuO saja dan hanya terjadi dalam arah sumbu-b saja. Tetapi pada saat suhu sampel jauh di bawah suhu kritisnya, superkonduktivitas terjadi dalam arah tiga dimensi. Biasanya para ahli peneliti akan sangat tertarik pada tingkah laku sampel pada saat suhunya disekitar suhu kritisnya, yaitu pada saat sampel berada pada fase transisi dari logam biasa menjadi logam superkonduktor. Dan mereka selalu mencoba memahami apa yang terjadi pada saat suatu sampel berubah dari fase konduktor biasa menjadi fase superkonduktor. Pengetahuan ini biasanya digunakan untuk mencari bahan baru yang lebih baik, misalnya dalam hal suhu kritisnya mereka akan berusaha mencari bahan 11

yang memiliki suhu kritis yang lebih tinggi. Oleh karena itu, perhatian kita sekarang adalah pada tingkah laku sampel pada saat suhunya disekitar suhu kritisnya. Jika Anda gambarkan bidang CuO dalam dua dimensi, maka Anda akan memperoleh gambar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. = Cu = Oksigen b a Gambar 6. Bidang CuO dalam dua dimensi dari 21 buah sel primitif (Pada Gambar 5 di lihat dari atas). Seperti dapat Anda lihat bahwa pada struktur kristal ortorombik, bidang CuO hanya memiliki oksigen dalam arah sumbu b saja. Dan dalam arah sumbu inilah superkonduktivitas terjadi pada saat suhu sampel disekitar suhu kritisnya. Hal lain yang menarik dari tingkah laku superkonduktor disekitar suhu kritisnya adalah adanya sifat non-ohmik, yaitu sifat yang tidak memenuhi persamaan Ohm. Persamaan Ohm 12

menyatakan bahwa kenaikan kuat arus (i) adalah sebanding dengan kenaikan beda potensial (V). Hal ini tidak berlaku pada bahan superkonduktor pada saat suhunya disekitar suhu kritisnya. Pada suhu ini, hubungan antara kuat arus dan beda potensial untuk superkonduktor yang berupa polikristal dapat dinyatakan oleh persamaan: V c i a(t) (1) dimana c dan a(t) adalah parameter-parameter yang bergantung pada suhu. Nilai a(t) adalah antara 1 dan 3 bergantung pada suhu sampel atau 1 < a(t) < 3. untuk suhu sampel antara 84 K sampai 80 K. Pada suhu 84 K nilai a(t) = 1. Jadi pada T = 84 K tingkah laku sampel memenuhi persamaan Ohm. Sedangkan untuk suhu di bawah 84 K sampai 80 K nilai a(t) bertambah besar dan mencapai nilai 3 pada suhu 80 K. Jadi tingkah laku non-ohmik ini terjadi untuk suhu 80 < T < 84 K. Hal ini terjadi karena untuk sampel yang berupa keramik (polikristal) memiliki suhu transisi yang sangat lebar, sehingga meskipun suhu kritisnya 92 K, tetapi resistivitas sampel ini akan sama dengan nol (menjadi superkonduktor) baru pada suhu 80 K. Pada saat suhu sampel lebih kecil dari 80 K maka semua bahan sudah menjadi superkonduktor murni yang sangat baik dan kuat. 13

Rangkuman. 1. Ditinjau dari daya hantar listrik, kita akan mengenal 5 kelompok zat padat, yaitu diurut dari daya hantar arus listrik yang terjelek sampai yang terbaik sebagai berikut Isolator Semikonduktor konduktor konduktor bagus (good conductor) Superkonduktor. 2. Perbedaan dan persamaan antara konduktor bagus dengan superkonduktor adalah dalam hal resistivitas (ρ) dan efek Meissner. Persamaannya adalah bahwa kedua kelompok bahan ini memiliki resistivitas nol (ρ = 0), sehingga nilai hambatan (R) listriknya pun nol. Perbedaannya adalah bahwa konduktor bagus tidak memiliki efek Meissner, sedangkan superkonduktor memiliki efek Meissner. 3. Efek Meissner adalah suatu gejala dimana bahan superkonduktor dapat menolak (melawan) medan magnet luar, sehingga medan magnet luar tidak dapat menembus 14

bahan superkonduktor. Atau dengan kata lain suseptibilitas magnetnya adalah bertanda negatif (bersifat diamagnetik). 4. Suhu kritis adalah suhu yang memisahkan antara superkonduktor dengan konduktor biasa, atau suhu dimana suatu bahan akan berubah dari konduktor biasa menjadi superkonduktor. 5. Dua hal yang dapat diambil manfaatnya dari superkonduktor adalah resistivitasnya sama dengan nol dan efek Meissner. 6. Metoda yang biasa digunakan untuk mengukur resistivitas suatu bahan adalah metoda empat terminal (four probes method). 7. Dua zat pendingin yang biasa digunakan untuk menurunkan suhu suatu sampel adalah Nitrogen cair dengan titik didih sekitar 78 K, dan Helium cair dengan titik didih sekitar 4 K. 8. Suhu kritis superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7 adalah 92 K. 9. Superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7-d dibuat dari campuran bahan kimia CuO, Y 2 O 3, BaCO 3 dengan rasio mol sebagai berikut: Y 2 O 3 + 4 BaCO 3 + 6 CuO 2 YBa 2 Cu 3 O 6,5 + 4 CO 2 10. Nilai d pada rumus kimia YBa 2 Cu 3 O 7-d adalah antara 0 sampai 0,5. 11. Superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7-d yang baik adalah superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7 (atau d = 0). 12. Jika nilai d = 0,5 maka sampel YBa 2 Cu 3 O 6,5 bersifat sebagai semikonduktor. 13. Srtuktur kristal YBa 2 Cu 3 O 7 adalah ortorombik. 14. Struktur kristal YBa 2 Cu 3 O 6,5 adalah tetragonal. 15. Struktur kristal ortorombik didefinisikan oleh sumbu-sumbu primitif berikut: a b c dan sudut-sudut antara sumbu-sumbu tersebut adalah 90 derajat. 15

16. Struktur kristal tetragonal didefinisikan oleh sumbu-sumbu primitif berikut: a = b c dan sudut-sudut antara sumbu-sumbu tersebut adalah 90 derajat. 17. Pada saat suhu bahan superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7 tepat sama dengan suhu kritisnya, superkonduktivitas terjadi hanya pada bidang CuO. 18. Pada saat suhu bahan superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7 tepat sama dengan suhu kritisnya, superkonduktivitas terjadi hanya dalam arah sumbu b. 19. Satu sel primitf superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7 memiliki atom sebanyak 13 buah, yaitu : 7 buah atom O, 3 buah atom Cu, dua buah atom Ba, dan satu buah atom Y. 20. Sifat non-ohmik terjadi antara suhu 80 K < T < 84 K. 21. Sifat non-ohmik dapat dinyatakan oleh persamaan V = c I a(t), 22. Nilai a(t) adalah: 1 < a(t) < 3 untuk suhu 80 < T < 84 K. 16

Tes Formatif-1. Petunjuk: Jawablah soal-soal/pertanyaan di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada huruf di depan jawaban yang benar pada lembar jawaban yang disediakan. 1. Urutan hambatan jenis (resistivitas) listrik dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah: a. insolator ==> semikonduktor ==> konduktor ==> superkonduktor. b. superkonduktor ==> konduktor ==> semikonduktor ==> isolator. c. insolator ==> semikonduktor ==> konduktor ==> konduktor bagus. d. konduktor bagus ==> semikonduktor ==> konduktor ==> superkonduktor. 2. Efek Meissner adalah suatu gejala dimana zat superkonduktor dapat: a. menarik medan magnet dengan kuat. b. menarik medan magnet dengan lemah. c. menolak medan magnet. d. menyebabkan suseptibilitas magnet bernilai positif. 3. Persamaan sifat antara konduktor bagus dengan superkonduktor adalah: a. resistivitas kedua bahan adalah nol. b. kedua bahan dapat menimbulkan efek Meissner. c. konduktivitas kedua bahan adalah nol. d. resistivitas kedua bahan adalah tak terhingga. 4. Keistimewaan zat superkonduktor yang dapat digunakan untuk mentransmisikan daya listrik dari satu empat ke tempat lain adalah: a. resistivitasnya yang sama dengan nol. b. efek Meissner. c. konduktivitasnya yang sama dengan nol. 17

d. suhu kritisnya yang rendah. 5. Keistimewaan zat superkonduktor yang dapat digunakan untuk membuat kereta api berkecepatan tinggi adalah: a. resistivitasnya yang sama dengan nol. b. efek Meissner. c. konduktivitasnya yang sama dengan nol. d. suhu kritisnya yang rendah. 6. Bahan dasar superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7 dibuat dari campuran CuO, Y 2 O 3, BaCO 3 dengan perbandingan mol masing-masing adalah sebagai berikut: a. 1 : 2 : 3. b. 1 : 2 : 4 c. 1 : 4 : 4 d. 1 : 4 : 6 7. Struktur kristal superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7 adalah : a. kubus. b. tetragonal. c. triklinik. d. ortorombik. 8. Struktur kristal yang didefinisikan oleh sumbu-sumbu primitif a b c, dan sudut α = β = γ = 90 adalah struktur kristal: a. monoklin. b. tetragonal. c. triklinik. 18

d. ortorombik. 9. Pada saat suhu superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7 sama dengan suhu kritisnya, maka superkonduktivitas hanya terjadi dalam: a. arah sumbu b b. arah sumbu c c. bidang CuO 2. d. bidang BaO. 10. Pada saat suhu superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7 sama dengan 84 K, maka hubungan antara kuat arus dan beda potensial dapat dinyatakan oleh persamaan berikut: a. V = c I. b. V = c I 2. c. V = c I 3. d. V = RI. 19

Tindak Lanjut (Balikan): Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 pada akhir modul ini, dan berilah skor (nilai) sesuai dengan bobot nilai setiap soal yang dijawab dengan benar. Kemudian jumlahkan skor yang Anda peroleh lalu gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan (TP) Anda terhadap materi KB-1 ini. Rumus (TP) = (jumlah skor yang diperoleh/skor total) x 100 % Arti TP yang Anda peroleh adalah sebagai berikut : 90 % - 100 % = baik sekali. 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = rendah. Apabila TP Anda > 80 %, maka Anda boleh melanjutkan pada materi KB 2, dan Selamat!!, Tetapi jika TP Anda < 80 %, Anda harus mengulang materi KB-1 di atas terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai. 20