PENENTUAN TINGKAT RESIKO PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN METODE SUGENO DI RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI ALGORITMA K-MEANS UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIS

MENENTUKAN NILAI PRODUKSI INDUSTRI ROTAN CV. BUDI MULYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI LU PADA MODEL EKONOMI LEONTIEF

Proses Pendiagnosaan Penyakit Menggunakan Logika Fuzzy Dengan Metode Mamdani

APLIKASI SISTEM PAKAR FUZZY SUGENO UNTUK REKOMENDASI PENGOBATAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC BERBASIS WEB

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION

IMPLEMENTASI LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES MELLITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC SEBAGAI PENENTU JUMLAH KONSUMSI KALORI PENDERITA DIABETES MELITUS

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi menular dan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC SEBAGAI PENENTU JUMLAH KONSUMSI KALORI PENDERITA DIABETES MELITUS

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 592 juta orang (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

KASUS PENERAPAN LOGIKA FUZZY. Fuzzy tsukamoto, mamdani, sugeno

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

Penentuan Jumlah Produksi Kue Bolu pada Nella Cake Padang dengan Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN PADA PENDERITA DIABETES DENGAN FUZZY LOGIC METODE MAMDANI

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Implementasi Metode Dempster Shafer Pada Sistem Pakar Untuk Diagnosa Jenis-jenis Penyakit Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pemanfaatan Metode Tsukamoto Untuk Klasifikasi Daerah Rawan Penyakit Tuberkulosis Paru Dalam Bentuk Sistem Informasi Geografis

DETEKSI DINI DIABETES MELLITUS PADA IBU-IBU PKK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

Transkripsi:

JIMT Vol. 9 No. 1 Juni 2012 (Hal. 65-74) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENENTUAN TINGKAT RESIKO PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN METODE SUGENO DI RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH Huzaimah 1, S. Musdalifah 2, A. Hendra 3, I. W. Sudarsana 4 1,2,4 Prodi Matematika Jurusan Matematika FMIPA UNTAD 3 Jurusan Tekhnik Informatika Fakultas Tekhnik UNTAD Kampus Bumi Tadulako Tondo Jl.Soekarno Hatta Km.9, Palu, 94118, Indonesia 1 Hestyiana.rifai@ymail.com, 2 selvymusdalifah@yahoo.com, 3 a_for_andie@icloud.com, 4 sudarsanaiwayan@yahoo.co.id Abstrak Logika Fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Salah satunya adalah dalam penentuan tingkat resiko penyakit (diagnosa penyakit).dengan bantuan FIS (Fuzzy Inference System) pada model Sugeno, dapat diperoleh hasil perkiraan diagnosa untuk seorang pasien terhadap suatu tingkat penyakit dengan memperhatikan gajala-gajala penyakit Diabetes Mellitus. Metode Sugeno mempunyai tahapan proses yaitu (a) pembentukan himpunan Fuzzy (b) aplikasi fungsi implikasi (c) komposisi aturan (d) penegasan (defuzzifikasi) dengan menggunakan nilai rata-rata. Hasil penelitian dari ke-10 sampel pasien, ada 6 pasien yang Negatif Diabetes Mellitus, 1 pasien Pradiabetes dan 3 pasien Positif Diabetes Mellitus. Faktor penyebab utama terjadinya tingkat resiko penyakit Diabetes Mellitus pada pasien tersebut adalah Gula Darah Puasa yang tinggi. Kata kunci : Logika Fuzzy, Metode Sugeno, Fuzzy Inference System, Tingkat Resiko Penyakit. I. Pendahuluan Menurut World Health Organization (WHO) 1980 menyatakan bahwa Diabetes Mellitusmerupakan suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Soegondo, 2004). Klasifikasi etiologis Diabetes Mellitus menurut ADA 2005 yaitu Diabetes Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2, Diabetes Mellitus tipe lain dan Diabetes Kehamilan (Gestasional). Di Indonesia jumlah keseluruhan kasus penyakit Diabetes Mellitus tipe 1 belum diketahui secara pasti, 65

tipe ini jarang ditemui. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak di khatulistiwa atau faktor genetik yang tidak mendukung. Lain halnya pada Diabetes Mellitus tipe 2 yang meliputi lebih dari 90% dari jumlah populasi penderita Diabetes untuk selanjutnya disebut diabetesi, faktor lingkungan sangat berperan (Sudoyo, 2006). Indonesia menjadi negara keempat di dunia yang memiliki angka diabetesi terbanyak. Diabetesi secara keseluruhan di Indonesia mengalami peningkatan hingga 14 juta orang (DetikNews, 15 April 2007). Hal ini berdasarkan laporan dari WHO, dimana pada jumlah Diabetesi di Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4 juta orang setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta) dan Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat pada tahun 2030, India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta) (Darmono, 2005). Peningkatan jumlah Diabetesidisebabkan keterlambatan penegakan diagnosis penyakit tersebut. Pasien sudah meninggal akibat kompikasi sebelum adanya penegakan diagnosis (Sudoyo, 2006). Penyebab keterlambatan penegakan diagnosis tersebut adalah banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang ada atau beragamnya variabel. Logika Fuzzy dengan Metode Sugenomerupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab konsep logika Fuzzysangat fleksibel dan mudah dimengerti. II. Metode Penelitian Berikut adalah penjelasan dari tahapan penelitian yang akan dilakukan penyusun dalam proses penelitian : 1. Memulai Penelitian 2. Melakukan studi literatur dengan mengumpulkan materi dari buku-buku, artikel dan jurnal yang di dapat dari perpustakaan dan perpustakaan online. 3. Mengkonfirmasi ke Dokter mengenai gejala-gajala penyakit yang akan diteliti. 4. Mengambil data. 5. Menentukan input dan output Fuzzy berdasarkan fungsi keanggotaannya. 6. Menentukan aturan Fuzzy berdasarkan kombinasi dari himpunan Fuzzy setiap variabel input. 7. Membuat aplikasi fungsi implikasi, komposisi aturan, dan defuzzyfikasi sebagai langkah untuk melakukan inferensi sistem Fuzzy pada sebuah contoh kasus 8. Menyimpulkan hasil penelitian. 9. Selesai. 66

III. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil 3.1.1. Mengkonfirmasi Gejala gajala Penyakit Tabel 1 : Hasil Wawancara tentang Gejala-gajala DM dan batas nilai normal. No Variabel Fuzzy Nilai Normal 1 GulaDarahPuasa 80 120 (mg/dl) 2 Gula Plasma Puasa 70 100 (mg/dl) 3 Gula Plasma Tidur 110 150 (mg/dl) 4 GulaDarah 2 jam PP 100 140 (mg/dl) 5 Kadar HbA1c 4 8 (mg/dl) 6 Kadar HDL 40 60 (mg/dl) 7 Kadar Trigliserida 50 150 (mg/dl) 8 Kadar Insulin 4 8 (%) 3.1.2. Menentukan Variabel Fuzzy beserta Fungsi Keanggotaannya Tabel 2 : Variabel dan Himpunan Fuzzy tentang gejala-gajala DM Fungsi Nama Variabel Nama Himpunan Semesta Fuzzy pembicaraan Keterangan 75-85 x 1 x 2 x 3 x 4 Gula Darah Puasa Sedang 75-125 [75-155] Tinggi 115-155 Sangat Tinggi 145-155 65-75 Gula Plasma Puasa Sedang 65-115 [65-145] Tinggi 105-145 Sangat Tinggi 135-145 105-115 Gula Plasma Tidur Sedang [105-155] 105-155 Tinggi 145-155 95-105 Gula Darah 2 Jam PP Sedang 95-145 [95-205] Tinggi 135-205 Sangat Tinggi 195-205 67

x 5 x 6 x 7 x 8 Kadar HbA1c Kadar HDL Kadar Trigliserida Kadar Insulin 3-4 Sedang [3-7] 3-6 Tinggi 6-7 35-45 Sedang [35-65] 35-65 Tinggi 55-65 45-55 Sedang [45-155] 45-155 Tinggi 145-155 3-4 Sedang [3-7] 3-6 Tinggi 6-7 3.1.3. Menentukan aturan Logika Fuzzy dalam penentuan tingkat resiko Penyakit Diabetes Mellitus [R1] IF GDP rendah AND GPT rendah THEN Negatif Diabetes [R2] IF GDP rendah AND GPP rendah THEN Negatif Diabetes [R3] IF GDP rendah AND GD rendah THEN Negatif Diabetes [R4] IF GDP rendah AND HDL sedang THEN Negatif Diabetes [R5] IF GDP rendah AND HbAlc rendah THEN Negatif Diabetes [R6] IF GDP rendah AND Tg rendah THEN Negatif Diabetes [R7] IF GDP rendah AND Insulin sedang THEN Negatif Diabetes [R8] IF GPT rendah AND GPP rendah THEN Negatif Diabetes [R9] IF GPT rendah AND GD rendah THEN Negatif Diabetes [R10] IF GPT rendah AND HDL sedang THEN Negatif Diabetes [R11] IF GPT rendah AND HbA1c rendah THEN Negatif Diabetes [R12] IF GPT rendah AND Tg rendah THEN Negatif Diabetes [R13] IF GPT rendah AND Insulin sedang THEN Negatif Diabetes [R14] IF GPP rendah AND GD rendah THEN Negatif Diabetes [R15] IF GPP rendah AND HDL sedang THEN Negatif Diabetes [R16] IF GPP rendah AND HbA1c rendah THEN Negatif Diabetes [R17] IF GPP rendah AND Tgrendah THEN Negatif Diabetes [R18] IF GD rendah AND HDL sedang THEN Negatif Diabetes [R19] IF GD rendah AND HbA1c rendah THEN Negatif Diabetes [R20] IF GD rendah AND Tg rendah THEN Negatif Diabetes [R21] IFHbA1c rendah AND HDL sedang THEN Negatif Diabetes [R22] IF HbA1c rendah AND Tg rendah THEN Negatif Diabetes 68

[R23] IF GDP sedang AND GPT sedang THEN Pradiabetes [R24] IF GDP sedang AND GPP sedang THEN Pradiabetes [R25] IF GDP sedang AND GD tinggi THEN Pradiabetes [R26] IF GDP tinggi AND Insulin rendah THEN Positif Diabetes Tipe 1 [R27] IF GDP sangat tinggi AND Insulin rendah THEN Positif Diabetes Tipe 1 [R28] IF Umur Anak AND Insulin rendah THEN Positif Diabetes Tipe 1 [R29] IF HbA1c tinggi AND Insulin rendah THEN Positif Diabetes Tipe 1 [R30] IF Umur Dewasa AND GDP tinggi THEN Positif Diabetes Tipe 2 [R31] IF GDP sangat tinggi AND HDL rendah THEN Positif Diabetes Tipe 2 [R32] IF HbA1c tinggi AND HDL rendah THEN Positif Diabetes Tipe 2 [R33] IF HbA1c tinggi AND Tg tinggi THEN Positif Diabetes Tipe 2 3.1.4. Membuat aplikasi fungsi implikasi, komposisi aturan, dan defuzzyfikasi sebagai langkah untuk melakukan inferensi sistem Fuzzypada salah seorang pasien. a. Pasien Seorang pasien usia 19 tahun memiliki hasil pemeriksaan laboratorium : Glukosa Darah Puasa (GDP) 69 mg/dl Glukosa Plasma Puasa (GPP) 61 mg/dl Glukosa Plasma Tidur (GPT) 105 mg/dl Glukosa Darah 2 jam PP (GD) 109 mg/dl Kadar HbA1c 6 mg/dl Kadar HDL 50 mg/dl Trigliserida 111 mg/dl Kadar Insulin 4 % maka nilai keanggotaan fungsi pada tiap-tiap himpunan berdasarkan fungsi keanggotaan : Glukosa Darah Puasa (GDP) μ GDPrendah [x 1 ][69] = 1 μ GDPsedang [x 1 ][69] = 1 μ GDPsangat tinggi [x 1 ][69] = 1 Glukosa Plasma Puasa (GPP) μ GPPrendah [x 2 ][61] = 1 μ GPPsedang [x 2 ][61] = 0 μ GPPtinggi [x 2 ][61] = 0 μ GPPsangattinggi [x 2 ][61] = 0 Glukosa Plasma Tidur (GPT) μ GPTrendah [x 3 ][105] = 1 μ GPTsedang [x 3 ][105] = 0 μ GPTtinggi [x 3 ][105] = 0 Glukosa Darah 2 jam PP (GD) 69

μ GPPrendah [x 4 ][109] = 0 μ GPPsedang [x 4 ][109] = 1 μ GPPtinggi [x 4 ][109] = 0 μ GPPsangattinggi [x 4 ][109] = 0 Kadar HbA1c μ HbAlcrendah [x 5 ][6] = 0 μ HbAlcsedang [x 5 ][6] = 1 μ HbAlctinggi [x 5 ][6] = 0 Kadar HDL μ HDLrendah [x 6 ][50] = 0 μ HDLsedang [x 6 ][50] = 1 μ HDLtinggi [x 6 ][50] = 0 Trigliserida μ Trigliseridarendah [x 7 ][111] = 0 μ Trigliseridasedang [x 7 ][111] = 1 μ Trigliseridatinggi [x 7 ][111] = 0 Kadar Insulin μ Insulinrendah [x 8 ][4] = 0 μ Insulinsedang [x 8 ][4] = 1 μ Insulintinggi [x 8 ][4] = 0 Umur μ anak anak [x 9 ][19] = 0 19 10 μ dewasa [x 9 ][19] = = 0,9 10 b. Aplikasi Fungsi Implikasi [R1] [R2] [R3] [R4] [R5] [R6] IF GDP rendah AND GPTrendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GDPrendah,GPTrendah ) IF GDPrendah AND GPPrendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GDPrendah,GPPrendah ) IF GDPrendah AND GD rendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GDPrendah,GDrendah ) IF GDPrendah AND HDLsedang THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GDPrendah,HDLsedang ) IF GDPrendah AND HbAlcrendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GDPrendah,HbAlcrendah ) IF GDP rendah AND Tg rendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GDPrendah,Tgrendah ) 70

[R7] [R8] [R9] IF GDP rendah AND Insulin sedang THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GDPrendah,Insulinsedang ) IF GPTrendah AND GPPrendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GPTrendah,GPPrendah ) IF GPT rendah AND GD rendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GPTrendah,GDrendah ) [R10] IF GPTrendah AND HDLsedang THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GPTrendah,HDLsedang ) [R11] IF GPTrendah AND HbA1c rendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GPTrendah,HbAlcrendah ) [R12] IF GPTrendah AND Tgrendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GPTrendah,Tgrendah ) [R13] IF GPT rendah AND Insulin sedang THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GPTrendah,insulinsedang ) [R14] IF GPP rendah AND GD rendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GPPrendah,GDrendah ) [R15] IF GPPrendah AND HDLsedang THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GPPrendah,HDLsedang ) [R16] IF GPPrendah AND HbA1c rendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GPPrendah,HbAlcrendah ) [R17] IF GPPrendah AND Tgrendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GPPrendah,Tgrendah ) [R18] IF GD rendah AND HDLsedang THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GDrendah,HDLsedang ) = min(0; 1) = 0 [R19] IF GDrendah AND HbA1c rendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GDrendah,HbAlcrendah ) [R20] IF GDrendah AND Tgrendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ GDrendah,Tgrendah ) [R21] IFHbA1c rendah AND HDLsedang THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ HbAlcrendah,HDLsedang ) = min(0; 1) = 0 71

[R22] IF HbA1crendah AND Tgrendah THEN Negatif Diabetes α Predikat 1 = min(μ HbAlcrendah,Tgrendah ) [R23] IF GDP sedang AND GPT sedang THEN Pradiabetes α Predikat 1 = min(μ GDPsedang,GPTsedang ) [R24] IF GDP sedang AND GPP sedang THEN Pradiabetes α Predikat 1 = min(μ GDPsedang,GPPsedang ) [R25] IF GDP sedang AND GD tinggi THEN Pradiabetes α Predikat 1 = min(μ GDPsedang,GDtinggi ) [R26] IF GDP tinggi AND Insulin rendah THEN Positif Diabetes Tipe 1 α Predikat 1 = min(μ GDPtinggi,insulinrendah ) [R27] IF GDP sangat tinggi AND Insulin rendah THEN Positif Diabetes Tipe 1 α Predikat 1 = min(μ GDPsangattinggi,insulinrendah ) [R28] IF Umur Anak AND Insulin rendah THEN Positif Diabetes Tipe 1 α Predikat 1 = min(μ umuranak,insulinrendah ) [R29] IF HbA1c tinggi AND Insulin rendah THEN Positif Diabetes Tipe 1 α Predikat 1 = min(μ HbAlctinggi,insulinrendah ) [R30] IF Umur Dewasa AND GDP tinggi THEN Positif Diabetes Tipe 2 α Predikat 1 = min(μ umurdewasa,gdptinggi ) = min(0,9; 0) = 0 [R31] IF GDP sangat tinggi AND HDL rendah THEN Positif Diabetes Tipe 2 α Predikat 1 = min(μ GDPsangattinggi,HDLrendah ) [R32] IF HbA1c tinggi AND HDL rendah THEN Positif Diabetes Tipe 2 α Predikat 1 = min(μ HbAlctinggi,HDLrendah ) [R33] IF HbA1c tinggi AND Tg tinggi THEN Positif Diabetes Tipe 2 α Predikat 1 = min(μ HbAlctinggi,Tgtinggi ) c. Defuzzifikasi (Defuzzification) Indeks Negatif Diabetes = 0,2 Indeks Pradiabete = 0,4 Indeks Positif Diabetes tipe-1 = 0,8 Indeks Positif Diabetes tipe-2 = 0,6 72

Pada Metode Sugeno defuzzifikasi dilakukan dengan Weighted Awerage (WA), maka penentuan resiko penyakit Diabetes Mellitus (1 z 0,2) + (1 0,2) + (1 0,2) + (1 0,2) + (1 0,2) + (1 0,2) + (1 0,2) + (1 0,2) = = 0,2 8 Kesimpulan Pasien tersebut Negatif Diabates d. Menentukan Tingkat Resiko Penyakit DM Menggunakan MATLAB Gambar 1 : FIS Editor 3.2. Pembahasan Untuk menentukan tingkat resiko penyakit Diabetes Mellitus seorang pasien, logika Fuzzy dengan metode Sugeno menggunakan empat tahapan proses setelah pengambilan data. Data yang diperoleh dari hasil wawancara terlebih dahulu ditentukan variabel beserta fungsi keanggotaannya. Kemudian setelah itu membuat aturan Fuzzy berdasarkan kombinasi himpunan Fuzzy dari variabel yang telah ditentukan sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah membuat implikasi fungsi dan komposisi aturan. Langkah terakhir adalah mendapatkan penegasan (defuzzyfikasi) dari daerah hasil komposisi setiap aturan yang diperoleh. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah menentukan apakah seorang pasien terindikasi memiliki penyakit Diabetes Mellitus yang dibagi dalam 4 kelas, yaitu, Negatif Diabetes Mellitus, Pradiabetes, Diabetes tipe-1, dan Diabetes tipe-2, yang sebelumnya sudah dijelaskan masingmasing kriterianya. Untuk menentukan tingkat resiko penyakit Diabetes Mellitus maka dilakukan perhitungan hasil laboratorium, pasien yang diperoleh dari RSUD Undata Palu, Sulawesi Tengah. Dalam penelitian ini, telah diambil data atau sampel sebanyak 10 orang pasien yang masingmasing memiliki gejala tertentu (Lihat lampiran data pasien). Sehingga dengan menggunakan proses analisis data diatas, maka di dapatkan hasil yang hampir sama dengan prediksi dokter, yang terdapat pada Tabel 3. 73

Tabel 3 : Perbandingan Hasil Perhitungan Menggunakan Matlab dengan Hasil Diagnosa Dokter No Pasien Prediksi Dokter Prediksi DM menggunakan FIS dengan Metode Sugeno 1 y 1 Positif DM tipe-2 Positif DM tipe-2 2 y 2 Pradiabetes Pradiabetes 3 y 3 Negatif DM Negatif DM 4 y 4 Pradiabetes Pradiabetes 5 y 5 Positif DM tipe-2 Positif DM tipe-2 6 y 6 Negatif DM Negatif DM 7 y 7 Hipertensi Negatif DM 8 y 8 Demam Berdarah Negatif DM 9 y 9 Hipertensi Negatif DM 10 y 10 Positif DM tipe-2 Positif DM tipe-2 IV. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode inferensi Fuzzymodel Sugeno diperoleh hasil yang sama antara hasil pehitungan MATLAB dengan hasil perhitungan manual. Dari ke-10 sampel pasien, ada 6 pasien yang Negatif DM, 1 pasien Pradiabetes dan 3 Pasien yang Negatif DM. Faktor utama penyebab terjadinya tingkat resiko penyakit DM pada pasien tersebut adalah Gula Darah Puasa yang tinggi. Daftar Pustaka [1]. Darmono. 2005. Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Untuk Mencegah Komplikasi Kerusakan Organ-Organ Tubuh. Semarang: Universitas Diponegoro. [2]. http://www.detiknews.com/indeksberita/10.htm. Indonesia Negara ke-4 Penyandang Diabetes Terbanyak. 24 Desember 2012 [3]. Soegondo, Sidartawan, dkk. 2004, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. [4]. Sudoyo, Aru W, dkk. 2006, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 3, Edisi 4, Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 74