IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC SEBAGAI PENENTU JUMLAH KONSUMSI KALORI PENDERITA DIABETES MELITUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC SEBAGAI PENENTU JUMLAH KONSUMSI KALORI PENDERITA DIABETES MELITUS"

Transkripsi

1

2 IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC SEBAGAI PENENTU JUMLAH KONSUMSI KALORI PENDERITA DIABETES MELITUS Yosep Agus Pranoto, Hani Zulfia Zahro, Suryo Adi Wibowo ABSTRAK Kekurangan asupan kalori dalam tubuh dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas dan kinerja otak juga semakin menurun. Sebaliknya kelebihan kalori dalam tubuh, maka akan mengakibatkan kegemukan (obesitas) karena kalori tidak dibakar menjadi energi dan kalori yang berlebihan dapat membuat kadar gula dalam darah meningkat. Hal ini merupakan masalah besar bagi penderita Diabetes Melitus, karena salah satu hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan penderita Diabetes Melitus ini adalah menjaga asupan kalori yang masuk kedalam tubuh melalui terapi diet dan menjaga pola makan. Prevalensi penderita diabetes di Indonesia menunjukan kecenderungan meningkat, yaitu dari 5,7% tahun 2007, menjadi 6,9% tahun 2013 (d ikutip dari data yang dirilis Kementerian Kesehatan RI) 2/3 diabetesi (sebutan untuk penderita diabates) di Indonesi a tidak mengetahui dirinya memiliki diabetes. Broca merupakan metode yang digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori bagi diabetasi. Pada beberapa kasus tertentu, penghitungan kalori menggunakan metode broca menghasilkan jumlah kalori dengan nilai batas minimal dan batas maksimal sehingga dapat menyebabkan ketidakpastian jumlah kalori yang dikonsumsi oleh diabetasi. Fuzzy logic merupakan Boolean logic yang ditingkatkan. Fuzzy logic menggunakan tingkat nilai kebenaran dari segala hal untuk menggantikan boolean logic. Nilai keanggotaan yang dimiliki fuzzy logic adalah antara 0 hingga sama dengan 1, tingkat warna hitam, keabuan, dan putih, serta konsep tidak pasti dari bentuk linguistic yaitu seperti muda, parobaya, tua, dan sangat tua. Dengan menggunakan Fuzzy logic diharapkan dapat mengatasi ketidakpastian jumlah kalori yang harus dikonsumsi oleh diabetasi. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai yang sama antara output program dengan analisis perhitungan manual baik pada metode Broca maupun pada Fuzzy Logic. Pada perhitungan Fuzzy Logic tidak menghasilkan nilai kalori maksimum dan nilai kalori minimum seperti pada metode Broca. Kata kunci : Diabetes mellitus, Broca, Fuzzy Logic

3 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekurangan asupan kalori dalam tubuh dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas dan kinerja otak juga semakin menurun. Sebaliknya kelebihan kalori dalam tubuh, maka akan mengakibatkan kegemukan (obesitas) karena kalori tidak dibakar menjadi energi dan kalori yang berlebihan dapat membuat kadar gula dalam darah meningkat. Hal ini merupakan masalah besar bagi penderita Diabetes Melitus, karena salah satu hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan penderita Diabetes Melitus ini adalah menjaga asupan kalori yang masuk kedalam tubuh melalui terapi diet dan menjaga pola makan. Pada bidang kesehatan, banyak cara yang digunakan untuk menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan bagi orang sehat maupun penderita diabetes, namun cara ini memiliki kendala karena harus dihitung secara manual sehingga menimbulkan permasalahan baru bagi rumah sakit ataupun puskesmas dalam menentukan kalori harian bagi pasien penderita diabetes melitus yang tidak hanya satu. Berdasarkan sumber Soegondo (2009), jika secara manual, perhitungan jumlah kalori perhari perlu diketahui berat badan ideal seseorang menggunakan rumus Brocca. Pada beberapa kasus tertentu, penghitungan kalori menggunakan metode Brocca menghasilkan jumlah kalori dengan nilai batas minimal dan batas maksimal sehingga dapat menyebabkan ketidakpastian jumlah kalori yang dikonsumsi oleh penderita diabetes Disisi lain, dalam bidang teknologi perkembangan ilmu komputer semakin pesat. Misalnya ditemukan model pengembangan metode dengan menggunakan Fuzzy Logic. Kemudahan yang diberikan oleh metode ini adalah tingkat fleksibilitas, artinya metode ini dapat diimplementasikan untuk berbagai kasus, salah satunya untuk menentukan jumlah kalori harian. Metode inferensi fuzzy dibagi menjadi 3 metode dengan penemu yang berbeda, yaitu metode Sugeno, Tsukamoto dan Mamdani, dimana banyak aplikasi dari berbagai kasus yang dibuat dan dikembangkan dengan mengimplementasikan metode-metode tersebut (Kusumadewi, 2013) Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka pada penelitian ini dibuat sebuah aplikasi yang dapat menentukan jumlah kalori harian pada terapi diet untuk penderita Diabetes Melitus dengan mengimplementasikan metode fuzzy logic Tsukamoto. Diharapkan dengan aplikasi ini penderita diabetes melitus dapat mengetahui kebutuhan jumlah kalori dalam aktifitas sehari untuk menjaga pola makan dan dapat melakukan diet secara tepat dan sehat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dibuat rumusan permasalahan : 1. Bagaimana menentukan kabutuhan kalori bagi penderita diabetes mellitus menggunakan Fuzzy Logic? 2. Bagaimana membangun dan membuat aplikasi untuk menghitung jumlah kalori harian bagi penderita diabetes mellitus? 3. Bagaimana perbandingan hasil metode Broca dengan Fuzzy Logic dalam menghitung jumlah kebutuhan kalori penderita diabete mellitus? 1.3 Batasan Masalah Agar pembahasan tidak terlalu meluas, maka penulis perlu mengambil batasan permasalahan yang akan dibahas. Adapun batasan masalahnya adalah: 1. Aplikasi ini hanya menghitung dan menentukan kalori harian Pada Terapi Diet bagi penderita Diabetes Melitus menggunakan metode Broca dan Fuzzy Logic. 2. Dasar pertimbangan melakukan penghitungan terhadap kebutuhan kaloriharian pada penderita diabetes terdiri dari 3 variabel fuzzy input yaitu umur,body mass ideal (mencakup tinggi badan dan berat badan), aktifitas, 1variabel fuzzy output yakni kalori, dan 1 variabel boolean input yaitu jenis kelamin. 3. Metode perhitungan Sistem Inferensi Fuzzy (SIF) yang digunakan adalah Tsukamoto. 4. Perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan aplikasi ini adalah delphi Tujuan Tujuan dibuatnya aplikasi ini adalah. 1. Untuk menghitung jumlah kebutuhan kalori harian yang dibutuhkan oleh penderita diabetes melitus. 2. Menerapkan fuzzy logic dengan metode mamdani untuk perhitungan kalori harian bagi penderita diabetes mellitus. 3. Melakukan pengujian dari perhitungan kebutuhan kalori harian dengan bahasa pemrograman Delphi Manfaat Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Membuat inovasi baru pada metode perhitungan kalori harian pada terapidiet untuk penderita diabetes mellitus. 2. Memberikan informasi kalori harian pada terapi diet untuk penderitadiabetes melitus dengan menerapkan metode fuzzy logic mamdani.

4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DELPHI 7 Delphi adalah bahasa pemrograman yang digunakan pada system operasi berbasis Windows dengan fasilitas pembuatan aplikasi visual. Delphi. memiliki kemudahan dalam menggunakan kode program, kompilasi yang cepat, penggunaan file unit ganda untuk pemrograman modular, pengembangan perangkat lunak, pola desain yang baik dengan diperkuat bahasa pemrograman yang terstruktur dalam bahasa pemrograman Object Pascal. Delphi. Juga mempunyai tampilan yang didukung suatu lingkup beberapa komponen Delphi. untuk membangun suatu aplikasi dengan memanfatkan Visual Component Library (VCL). Para pengembang Delphi. Memberika source code dan mengkompilasi kode program dalam IDE (Integrated Development Environment).(Sumber : / Pemrograman Delphi untuk pemula.pdf) 2.2 Pengertian Diabetes Melitus (DM) Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo, 2009). Diabetes Melitus adalah kondisi abnormalitas metabolism karbohidrat yang disebabkan kekurangan insulin, baik secara absolute (total) maupun sebagian (Hadisaputro, 2007) Diabetes Melitus tidak berhubungan dengan seseorang yang terlalu banyak mengkonsumsi gula, namun seseorang didiagnosis diabetes apabila tubuhnya tidak cukup menghasilkan atau tidak dapat menggunakan insulin yang ada dengan benar. Faktor yang menyebabkan tingginya jumlah penderita adalah karena perubahan pola makan menjadi tinggi lemak dan kurangnya aktifitas fisik, yang harus dibatasi sebenarnya bukan gula tetapi total kalori, karena sebagian besar yang kita makan untuk dijadikan energi akan diubah menjadi glukosa. Pada penderita diabetes, pola makan yang tidak terkontrol akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Asupan kalori seorang penderita diabetes meltius harus dihitung berdasakan umur, golongan berat badan, aktifitas dan jenis kelamin. Dengan tingkat toleransi sekurang-kurangnya 100 kalori dan sebanyak-banyaknya 100 kalori dari hasil perhitungan kalori yang telah dilakukan. ( Anna, Lusia Kus. 2011) 2.3 Metode Brocca Menghitung Kalori Diabetes Melitus dengan Metode Brocca : a. Menghitung Berat Badan Ideal Berat badan idaman = 90% x (TB dalam cm 100) kg Bagi pria dan wanita dengan tinggi 160 cm ke bawah, rumus dimodifikasi menjadi : Berat badan idaman = (TB dalam cm 100) kg b. Menghitung Kebutuhan Basal Untuk Pria = Berat Badan Idaman x 30 Untuk Wanita = Berat Badan Idaman x 25 c.kemudian ditambahkan dengan Aktifitas fisik yang dilakukan. Tabel 1. Aktifitas Fisik (Soegondo, 2009) Istirahat 5 % Ringan 20 % Sedang 20% - 30% Berat 40 % - 100% d. Kemudian dikurangi dengan hasil Koreksi Tabel 2. Koreksi (Soegondo, 2009) Tahun 5% Tahun 10% >70 Tahun 20% e. Kemudian koreksi Golongan Badan, ditambah 20 50% kurus dan dikurangi 20 50% untuk gemuk (Soegondo, 2009) 2.4 Body Mass Index (BMI) Body Mass Index atau dalam Bahasa Indonesia disebut Index Massa Tubuh, merupakan satuan ukuran yang untuk menghitung golongan berat badan yang ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia milik Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Body Mass Index adalah sebuah ukuran berat badan terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa kedalam Underweight, Normal, Overweight dan Obesitas. Penggunaan BMI ini hanya berlaku pada orang dewasa yang berumur diatas 18 Tahun. BMI tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan (binaraga). Disamping itu pula BMI tidak bisa diterapkan kepada orang yang berpenyakit khusus, seperti adanya edema, ascites dan hepatomegaly (Manik, 2012) Rumus menghitung BMI : BMI = BB (Kg) (TB(m) x TB(m)) Dimana : BMI = Body Mass Index BB = Berat Badan dalam satuan kilogram TB = Tinggi Badan dalam satuan meter Tabel 3 Klasifikasi Berat Badan yang disesuaikan pada Penduduk Asia Dewasa (Manik, 2012) Body Mass Index Kategori < 18,5 BB Kurang 18,5 22,9 BB Normal >= 23 BB Lebih 23 24,9 Dengan Resiko 25 29,9 Obesitas 1 >= 30 Obesitas 2

5 2.5 Aktifitas Fisik Pengelompokkan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat) berdasarkan proporsi waktu kerja mengacu pada Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan World Health Organization (WHO) yang dimodifikasi (WNPG VIII, 2004) se bagaimana dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pengelompokkan Aktifitas Fisik (sumber: ) Kelompok Aktifitas Jenis Kegiatan Ringan a. 75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 25% untuk kegiatan berdiri dan berpindah (moving) b. Aktivitas kantor tanpa olahraga dan aktivitas fisik yang tidak menguras tenaga. Sedang a.25% waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 75% adalah untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya. b. Bekerja harus naik turun tangga, olahraga ringan, dan pekerjaan rumah tangga. Berat a. 40% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk dan berdiri dan 60% untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya. b. Pekerjaan lapangan atau proyek dan pekerjaan kuli bangunan. 2.6 Fuzzy Logic Fuzzy logic merupakan Boolean logic yang ditingkatkan, boolean logic tersebut berkaitan dengan konsep kebenaran sebagian. Dari yang telah diketahui bahwa logika crisp menyatakan istilah binary yang meliputi angka 0 atau angka 1, warna hitam atau warna putih, pernyatan iya atau tidak dapat mengekspresikan atau menjadi sebuah nilai dari berbagai hal. Sedangkan fuzzy logic menggunakan tingkat nilai kebenaran dari segala hal untuk menggantikan boolean logic. Nilai keanggotaan yang dimiliki fuzzy logic adalah antara 0 hingga sama dengan 1, tingkat warna hitam, keabuan, dan putih, serta konsep tidak passti dari bentuk linguistic yaitu seperti muda, parobaya, tua, dan sangat tua. Fuzzy logic diperkenalkan pada tahun 1965 oleh Dr. Lotfi Zadeh dari Universitas California, Barkeley. Bidang-bidang yang telah menggunakan fuzzy logic yaitu bidang seperti hukum, medis atau pengobatan, pengenalan pola, psikologi, topologi, teori automata, taksonomi, linguistik, teori pengendalian, analisis keputusan, system theory and information retrieval. Kelebihan pada hasil yang dimiliki pendekatan fuzzy adalah adanya keterkaitan hasil tersebut dengan sifat manusia secara kognitif dalam situasi seperti pengenalan pola, pembentukan konsep, dan pengambilan keputusan dalam lingkungan yang tidak pasti atau tidak jelas. (Seniman. 2012). 3. PERANCANGAN 3.1 Fuzzy Set Input Fuzzy set input usia ditunjukkan pada Tabel 5 : Tabel 5. Fuzzy Set Sangat Muda X (usia) Y (miu) Muda X (usia) Parobaya X (usia) Tua X (usia) Sangat Tua X (usia) Y (miu) Grafik Fuzzy Set Kriteria ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Fuzzy Set Kriteria Fuzzy set input BMI ditunjukkan pada Tabel 6 :

6 Tabel 6. Fuzzy Set BMI Sangat Rendah X (BMI) ,1 35 Y (miu) Rendah X (BMI) ,6 35 Normal X (BMI) 0 18,5 21,7 25,1 35 Tinggi X (BMI) Sangat Tinggi X (BMI) Y (miu) Grafik Fuzzy Set Kriteria BMI ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik Fuzzy Set Kriteria BMI Fuzzy set input Aktifitas ditunjukkan pada Tabel 7 : Tabel 7. Fuzzy Set Aktifitas Sangat Ringan X (aktifitas) Y (miu) Ringan X (aktifitas) Sedang X (aktifitas) Berat X (aktifitas) Sangat Berat X (aktifitas) Y (miu) Grafik Fuzzy Set Kriteria Aktifitas ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik Fuzzy Set Kriteria Aktifitas 3.2 Fuzzy Set Output Fuzzy set output kalori ditunjukkan pada Tabel 8: Tabel 8. Fuzzy Set Aktifitas Sangat Sedikit X (kalori) Y (miu) Sedikit X (kalori) Sedang X (kalori) Banyak X (kalori) Sangat Banyak X (kalori)) Y (miu) Grafik Fuzzy Set output Kalori ditunjukkan pada Gambar 4 : Gambar 4. Grafik Fuzzy Set output Kalori 3.3 Rule Rule yang digunakan pada metode Fuzzy Logic Tsukamoto terdiri dari :

7 [1] IF = Parobaya AND BMI = Tinggi AND Aktifitas = Sedang THEN Kalori = Banyak [2] IF = Tua AND BMI = Tinggi AND Aktifitas = Sedang THEN Kalori = Sedang [3] IF = Muda AND BMI = Tinggi AND Aktifitas = Sedang THEN Kalori = Banyak 3.4 Data Uji Data penderita diabetes mellitus yang digunakan sebagai pengujian ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9. Data Uji Penderita Diabetes No JK TB BB Aktifitas 1 40 Pria Sedang 2 40 Pria Sedang 3 40 Pria Sedang 4 56 Pria Sedang 5 56 Pria Sedang 6 56 Pria Sedang 7 59 Pria Sedang 8 59 Pria Sedang 9 59 Pria Sedang 4. PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Kalori Menggunakan Metode Broca Perhitungan kebutuhan kalori penderita diabetes menggunakan metode Broca dengan data uji ke 1. : 40 Tahun Berat Badan : 82 Kg Tampilan aplikasi penghitungan kebutuhan kalori menggunakan metode Brocca data uji ke 1 ditunjukkan pada Gambar 5. Perhitungan kebutuhan kalori penderita diabetes menggunakan metode Broca dengan data uji ke 9 : 59 Tahun Berat Badan : 84 Kg Tampilan aplikasi penghitungan kebutuhan kalori menggunakan metode Brocca data uji ke 9 ditunjukkan pada Gambar 6 Gambar 6. Metode Broca untuk data uji ke 9 Berdasarkan pada Gambar 6, menghasilkan nilai kebutuhan kalori dengan batas bawah 1620 dan batas atas Perhitungan Kalori Menggunakan Fuzzy Logic Perhitungan kebutuhan kalori penderita diabetes menggunakan Fuzzy Logic dengan data uji ke 1. : 40 Tahun Berat Badan : 82 Kg Tampilan aplikasi penghitungan kebutuhan kalori menggunakan Fuzzy Logic data uji ke 1 ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 5. Metode Broca untuk data uji ke 1 Berdasarkan pada Gambar 5, menghasilkan nilai kebutuhan kalori dengan batas bawah 1620 dan batas atas 2052 Gambar 7. Fuzzy Logic untuk data uji ke 1 Berdasarkan Gambar 7, menghasilkan kebutuhan kalori 2069,13.

8 Perhitungan kebutuhan kalori penderita diabetes menggunakan Fuzzy Logic dengan data uji ke 9 : 59 Tahun Berat Badan : 84 Kg Tampilan aplikasi penghitungan kebutuhan kalori menggunakan Fuzzy Logic data uji ke 9 ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8. Fuzzy Logic untuk data uji ke 12 Berdasarkan Gambar 8, menghasilkan kebutuhan kalori 1625, Pengujian Metode Broca Perhitungan secara manual kebutuhan kalori penderita diabetes menggunakan metode Broca dengan data uji ke 1. : 40 Tahun Berat Badan : 82 Kg a. Menentukan Kalori Basal Karena pasien berjenis kelamin pria dan tinggi lebih dari 150 cm, maka rumus yang digunakan adalah BBI = 0.9 x ( TB ) x 30 Maka : BBI = 0.9 x ( ) x 30 = 2160 Kkal b. Koreksi Aktifitas Fisik Untuk aktifitas fisik sedang maka ditambahkan 20% - 30% dari Kalori Basal Min(sedang) = 2160 x 20% = 432 Kkal Max(sedang)= 2160 x 30% = 648 Kkal c. Koreksi. Karena pasien sudah berumur 40 tahun maka harus dikurangi 5% dari Kalori Basal, maka : Koreksi Umur = 2160 x 5% = 108 Kkal d. Koreksi Golongan Berat Badan, BMI = 82 / (1,80 * 1,80) = 25,30 karena pasien memiliki BMI dengan nilai 25,30 maka tergolong bertubuh gemuk, sehingga kalori pasien harus dikurangi 20%-50% Kalori Basal. Batas Bawah = 2160 x 20% = 432 Kkal Batas Atas = 2160 x 50% = 1080 Kkal Hasil : Jumlah Kalori Harian : Batas Atas = = 2052 Kkal Batas Bawah = = 1620 Kkal Perhitungan secara manual kebutuhan kalori penderita diabetes menggunakan metode Broca dengan data uji ke 9. : 59 Tahun Berat Badan : 84 Kg a. Menentukan Kalori Basal Karena pasien berjenis kelamin pria dan tinggi lebih dari 150 cm, maka rumus yang digunakan adalah BBI = 0.9 x ( TB ) x 30 Maka : BBI = 0.9 x ( ) x 30 = 2160 Kkal b. Koreksi Aktifitas Fisik Untuk aktifitas fisik sedang maka ditambahkan 20% - 30% dari Kalori Basal Min(sedang) = 2160 x 20% = 432 Kkal Max(sedang)= 2160 x 30% = 648 Kkal c. Koreksi. Karena pasien sudah berumur 59 tahun maka harus dikurangi 5% dari Kalori Basal, maka : Koreksi Umur = 2160 x 5% = 108 Kkal d. Koreksi Golongan Berat Badan, BMI = 84 / (1,80 * 1,80) = 25,92 karena pasien memiliki BMI dengan nilai 25,92 maka tergolong bertubuh gemuk, sehingga kalori pasien harus dikurangi 20%-50% Kalori Basal. Batas Bawah = 2160 x 20% = 432 Kkal Batas Atas = 2160 x 50% = 1080 Kkal Hasil : Jumlah Kalori Harian : Batas Atas = = 2052 Kkal Batas Bawah = = 1620 Kkal 4.4 Pengujian Fuzzy Logic Perhitungan secara manual kebutuhan kalori penderita diabetes menggunakan Fuzzy Logic dengan data uji ke 1. : 40 Tahun Berat Badan : 82 Kg

9 Fuzzyfikasi Input = 40 Tahun Miu Sangat Muda = 0 Miu Muda = 0, Miu Parobaya = 1 Miu Tua = 0 Miu Sangat Tua = 0 Fuzzyfikasi Input BMI = 25, Miu BMI Sangat Rendah = 0 Miu BMI Rendah = 0 Miu BMI Normal = 0 Miu BMI Tinggi = 0, Miu BMI Sangat Tinggi = 0 Fuzzyfikasi Input Aktifitas = Tukang Kayu (Sedang / 4) Miu Aktifitas Sangat Ringan = 0 Miu Aktifitas Ringan = 0 Miu Aktifitas Sedang = 1 Miu Aktifitas Berat = 0 Miu Aktifitas Sangat Berat = 0 Rule ke 1 IF = Parobaya AND BMI = Tinggi AND Aktifitas = Sedang THEN Kalori = Banyak (1 And 0, And 1) 0, [Banyak] 0, , , , Rule ke - 2 IF = Tua AND BMI = Tinggi AND Aktifitas = Sedang THEN Kalori = Sedang (0 And 0, And 1) 0 [Sedang] Rule ke 3 IF = Muda AND BMI = Tinggi AND Aktifitas = Sedang THEN Kalori = Banyak (0, And 0, And 1) 0, [Banyak] 0, , , , nilai x := 2554, nilai y := 1, Jumlah Kalori = 2069, Perhitungan secara manual kebutuhan kalori penderita diabetes menggunakan Fuzzy Logic dengan data uji ke 9. : 59 Tahun Berat Badan Aktifitas : 84 Kg : Tukang Kayu (Sedang) Fuzzyfikasi Input = 59 Tahun Miu Sangat Muda = 0 Miu Muda = 0 Miu Parobaya = 0,05 Miu Tua = 0, Miu Sangat Tua = 0 Fuzzyfikasi Input BMI = 25, Miu BMI Sangat Rendah = 0 Miu BMI Rendah = 0 Miu BMI Normal = 0 Miu BMI Tinggi = 0, Miu BMI Sangat Tinggi = 0 Fuzzyfikasi Input Aktifitas = Tukang Kayu (Sedang / 4) Miu Aktifitas Sangat Ringan = 0 Miu Aktifitas Ringan = 0 Miu Aktifitas Sedang = 1 Miu Aktifitas Berat = 0 Miu Aktifitas Sangat Berat = 0 Rule ke 1 IF = Parobaya AND BMI = Tinggi AND Aktifitas = Sedang THEN Kalori = Banyak (0,05 And 0, And 1) 0,05 [Banyak] 0, , Rule ke 2 IF = Tua AND BMI = Tinggi AND Aktifitas = Sedang THEN Kalori = Sedang (0, And 0, And 1) 0, [Sedang] 0, , , , Rule ke 3 IF = Muda AND BMI = Tinggi AND Aktifitas = Sedang THEN Kalori = Banyak (0 And 0, And 1) 0 [Banyak] nilai x := 3172, nilai y := 1, Jumlah Kalori = 1625,

10 Perbandingan hasil perhitungan kebutuhan kalori menggunakan metode Brocca dan Fuzzy Logic ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Perhitungan Kebutuhan Kalori Menggunakan Metode Broca Dan Fuzzy Logic No (Tahun) Jenis Kelamin Tinggi Badan (Cm) Berat Badan (Kg) Aktifitas Metode Broca Fuzzy Logic Kalori Min Kalori Max Kalori 1 40 Pria Sedang , Pria Sedang , Pria Sedang , Pria Sedang , Pria Sedang , Pria Sedang , Pria Sedang , Pria Sedang , Pria Sedang ,36 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai yang sama antara output program dengan analisis perhitungan manual baik pada metode Broca maupun pada Fuzzy Logic. 2. Dari 9 data yang telah diujikan, perhitungan kalori menggunakan metode Broca menghasilkan nilai kalori minimum yang sama, sekaligus nilai kalori maksimumnya. Hal ini disebabkan rentang usia antara tahun akan dilakukan pengurangan kalori sebesar 5% dan nilai BMI yang lebih besar dari 22,9 juga akan dilakukan pengurangan kalori sebesar 20% - 50% 3. Dari 9 data yang telah diujikan, perhitungan kalori menggunakan metode Fuzzy Logic menghasilkan nilai kalori yang berbeda tergantung pada usia dan BMI. Rentang usia antara tahun pengurangan kalori tidak dilakukan pengurangan secara absolut sebesar 5%. Selain itu, nilai BMI yang lebih besar dari 22,9 juga tidak dilakukan pengurangan secara absolut sebesar 20% - 50% 5.2 Saran 1. Memperbaiki nilai fuzzy set untuk semua kriteria sehingga dapat memperkecil selisih nilai output Fuzzy Logic dengan metode Broca 2. Menambah jumlah rule sehingga Fuzzy Logic dapat menghitung dengan tepat untuk data uji yang lebih bervariatif. DAFTAR PUSTAKA Anna, Lusia Kus Diabetes Bukan Karena Kebanyakan Gula. (Cited: 12 November 2014, WIB) Available from: /2011/06/27/ /Diabetes.Bukan.karena.Keban yakan.gula Hadisaputro, Setiawan Epidemiologi dan Faktor-faktor resiko terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Jakarta Kusumadewi, Sri, dkk Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu. Manik, Herawati R Pengaruh Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi terhadap Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Seniman, Logika Fuzzy dan Pemograman Linear Untuk Pengoptimalan Perolehan Laba Dalam Impor Barang. Fakultas Teknologi Informatika, Universitas Sumatera Utara, Medan Soegondo, Sidartawan, dkk Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Jakarta.

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC SEBAGAI PENENTU JUMLAH KONSUMSI KALORI PENDERITA DIABETES MELITUS

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC SEBAGAI PENENTU JUMLAH KONSUMSI KALORI PENDERITA DIABETES MELITUS IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC SEBAGAI PENENTU JUMLAH KONSUMSI KALORI PENDERITA DIABETES MELITUS Yosep Agus Pranoto 1 ), Hani Zulfia Zahro 2 ), Suryo Adi Wibowo 3 ) 1,2,3)Program Studi Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan merupakan kegiatan memilih suatu strategi atau tindakan dalam pemecahan suatu masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan pada permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang relative kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang relative kekurangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang relative kekurangan insulin. Diabetes mellitus yang utama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nya, khususnya perkembangan pada teknologi informasi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. nya, khususnya perkembangan pada teknologi informasi dan komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dalam beberapa tahun ini, membuat masyarakat membangun berbagai macam peralatan sebagai alat bantu. Dalam menjalankan

Lebih terperinci

PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN PADA PENDERITA DIABETES DENGAN FUZZY LOGIC METODE MAMDANI

PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN PADA PENDERITA DIABETES DENGAN FUZZY LOGIC METODE MAMDANI JURNAL LOGIC. VOL. 6. NO. 3. NOPEMBER 26 86 PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN PADA PENDERITA DIABETES DENGAN FUZZY LOGIC METODE MAMDANI Ni Made Karmiathi Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali

Lebih terperinci

BAB IV RANCANG BANGUN SISTEM

BAB IV RANCANG BANGUN SISTEM BAB IV RANCANG BANGUN SISTEM 4.1. Gambaran Umum Sistem Aplikasi yang dibuat dalam penelitian ini digunakan untuk memasukkan data pasien dan melakukan prediksi terhadap penyakit diabetes serta anjuran terapinya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia, hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara epidemiologi

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT RESIKO PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN METODE SUGENO DI RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENENTUAN TINGKAT RESIKO PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN METODE SUGENO DI RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH JIMT Vol. 9 No. 1 Juni 2012 (Hal. 65-74) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENENTUAN TINGKAT RESIKO PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN METODE SUGENO DI RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar Gemukkah saya? Kuruskah saya? Sudah cukupkah saya makan? Sehatkah saya?.. Berapa kebutuhan gizi kita? Kebutuhan gizi

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus, DM diabaínein (bhs yunani): διαβαίνειν,, tembus atau pancuran air Mellitus (bahasa Latin): rasa manis dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Dengan hormat, Nama Saya Huriah Menggala Putra, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan munculnya hiperglikemia karena sekresi insulin yang rusak, kerja insulin yang rusak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik adanya peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Sistem Analisa sistem yang dijelaskan pada bab ini adalah sebagai bahan perbandingan dengan sistem yang akan dirancang. Penulis akan memaparkan proses konsultasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes menjadi penyebab kematian keempat di dunia. Tiap tahun 3,2 juta orang meninggal lantaran komplikasi diabetes. Tiap sepuluh detik ada satu orang atau tiap

Lebih terperinci

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA Rima Liana Gema, Devia Kartika, Mutiana Pratiwi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang email: rimalianagema@upiyptk.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

ke dalam suatu ruang output. Orang yang belum pernah mengenal logika fuzzy pasti

ke dalam suatu ruang output. Orang yang belum pernah mengenal logika fuzzy pasti BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Orang yang belum pernah mengenal logika fuzzy pasti akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolute atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memunculkan beberapa risiko lain seperti hipoglikemia atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memunculkan beberapa risiko lain seperti hipoglikemia atau hiperglikemia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes adalah penyakit yang cukup mematikan karena jika salah penanganan dapat memunculkan beberapa risiko lain seperti hipoglikemia atau hiperglikemia. Hipoglikemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terlihat baik tetapi juga dari segi kesehatan. Terutama anak muda lebih

BAB I PENDAHULUAN. akan terlihat baik tetapi juga dari segi kesehatan. Terutama anak muda lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempunyai berat badan yang ideal atau normal adalah keinginan setiap orang agar terlihat proposional. Bukan dari segi penampilan fisik saja yang akan terlihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika

Lebih terperinci

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight? Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penjadwalan adalah alokasi dari sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan serangkaian tugas dalam suatu waktu tertentu untuk menghasilkan sebuah kumpulan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian diagnosa penyakit asma dengan menggunakan metode fuzzy Tsukamoto, dibutuhkan data mengenai gejala penyakit dari seorang pakar atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan pemilihan menu diet bagi penyandang Diabetes Mellitus dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

DIABETES MELITUS GESTASIONAL DIABETES MELITUS GESTASIONAL Farid Kurniawan Division of Endocrinology and Metabolism Department of Internal Medicine Faculty of Medicine Universitas Indonesia/Cipto Mangunkusumo General Hospital 1 dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini, prevalensi obesitas meningkat secara tajam di kawasan Asia Pasifik, dari beberapa penelitian oleh WHO di Cina, Jepang, Taiwan dan Hongkong, dilaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat adalah komponen yang sangat penting dalam kehidupan kita. Kondisi masyarakat yang sehat menjadikan masyarakat tersebut produktif. Kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek terus berkembang meskipun

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) METODE SUGENO DALAM MENENTUKAN KEBUTUHAN ENERGI DAN PROTEIN PADA BALITA

APLIKASI FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) METODE SUGENO DALAM MENENTUKAN KEBUTUHAN ENERGI DAN PROTEIN PADA BALITA APLIKASI FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) METODE SUGENO DALAM MENENTUKAN KEBUTUHAN ENERGI DAN PROTEIN PADA BALITA Rosida Wachdani, Zainal Abidin, M. Ainul Yaqin Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, terutama di daerah perkotaan seperti Jakarta. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus mengalami peningkatan prevalensi dan berkontribusi terhadap peningkatan angka kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus dibeberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di negara tersebut. Peningkatan pendapatan dan perubahan gaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ketahun dan merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi medis secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang besar. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita Diabetes Melitus jika ini dibiarkan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern mengenai ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung meningkat jumlahnya penyebab kesakitan dan kematian. Penyakit ini di tandai dengan peningkatan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah.

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah. 91 Lampiran 1 Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah. Data umum pasien: 1. Nama : 2. Jenis kelamin :

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data mengenai jumlah serta tingkat penderita diabetes di Indonesia didapat dari beberapa website berita dan pengetahuan di media internet : - www.nationalgeographic.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin bervariasinya jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat serta pola makan dan pola hidup yang semakin kurang sehat, membawa berbagai dampak dibidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

APLIKASI PERHITUNGAN KALORI HARIAN PENDERITA DIABETES MELITUS MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

APLIKASI PERHITUNGAN KALORI HARIAN PENDERITA DIABETES MELITUS MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY APLIKASI PERHITUNGAN KALORI HARIAN PENDERITA DIABETES MELITUS MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Oleh : Fatoni Universitas Bina Darma, Palembang fatoni@mail.binadarma.ac.id Abstrak, Dibidang kesehatan, terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan pustaka Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai Aplikasi Informasi Diet Berdasarkan Golongan Darah, aplikasi ini dirancang untuk dapat membantu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan ideologi bangsa Pancasila dan UUD 1945 maka setiap rakyat indonesia sangat mengidamkan negara yang sejahtera. Hal ini dikarenakan, negara yang sejahtera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenaikan jumlah penduduk dunia yang terkena penyakit diabetes atau kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000 jumlah penduduk dunia yang menderita

Lebih terperinci

PENENTUAN KECUKUPAN ENERGI

PENENTUAN KECUKUPAN ENERGI PENENTUAN KECUKUPAN ENERGI Oleh: Fitri Rahmawati, MP JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Kecukupan Energi Didefinisikan sebagai kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus (DM). Permasalahan obesitas sekarang ini semakin banyak begitu pula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN TERAPI PENDERITA DIABETES MELITUS TYPE 2 DENGAN METODE FUZZYTSUKAMOTO. Burhanuddin Damanik

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN TERAPI PENDERITA DIABETES MELITUS TYPE 2 DENGAN METODE FUZZYTSUKAMOTO. Burhanuddin Damanik SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN TERAPI PENDERITA DIABETES MELITUS TYPE 2 DENGAN METODE FUZZYTSUKAMOTO Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Program Studi Magister TeknikInformatika Fakultas Ilmu Komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH KECERDASAN BUATAN SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH AMARILIS ARI SADELA (E1E1 10 086) SITI MUTHMAINNAH (E1E1 10 082) SAMSUL (E1E1 10 091) NUR IMRAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki 5 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh dan menyebabkan kebutaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kesehatan dipengaruhi oleh pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara 1 BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Peningkatan kemakmuran seseorang ternyata diikuti dengan perubahan gaya hidup. Pola makan mulai bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat,

Lebih terperinci

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB)

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB) Lampiran 1. Tes Status Gizi Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB) Peralatan tes antara lain:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) PENDAHULUAN Mengenai pencegahan ini ada sedikit perbedaan mengenai definisi pencegahan yang tidak terlalu mengganggu. Dalam konsensus yang mengacu ke

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Menurut Turban, sistem pendukung keputusan (Decision Support System) merupakan suatu pendekatan untuk mendukung pengambilan keputusan. Sistem pendukung

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Status Gizi Balita Menggunakan Metode Fuzzy Inferensi Sugeno (Berdasarkan Metode Antropometri)

Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Status Gizi Balita Menggunakan Metode Fuzzy Inferensi Sugeno (Berdasarkan Metode Antropometri) Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Status Gizi Balita Menggunakan Metode Fuzzy Inferensi Sugeno (Berdasarkan Metode Antropometri) Alfian Romadhon 1, Agus Sidiq Purnomo 2 1 Program Studi Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak cukup memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus adalah penyakit yang terjadi apabila tubuh tidak dapat menggunakan energi dari glukosa yang ada, disebabkan karena tidak cukup memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing manis atau penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih merupakan kumpulan

Lebih terperinci