I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat cepat di masa yang akan datang. Pada tahun 2002 terdapat sekitar 600 juta orang berusia 60 tahun keatas dan akan menjadi dua kali lipat pada tahun 2025. Pada tahun 2050 akan menjadi 2 milyar, dan 80% diantaranya bermukim di negara berkembang (Wangsarahardja dkk., 2007). Asia merupakan bagian dunia yang pertumbuhan lansianya tercepat dan salah satu negara yang pertambahan lansianya cepat adalah Indonesia. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2000 adalah 14,4 juta (7,18%), pada tahun 2007 sudah mencapai 18,96 juta (8,42%) dan diprediksi akan berlipat ganda menjadi 28,8 juta (11,34%) pada tahun 2020 (Ratmini dan Arifin, 2011). Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia (Sutikno, 2011). Peningkatan penyakit yang akut maupun kronik pada lansia terjadi dikarenakan penurunan fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisik, termasuk juga perubahan yang terjadi didalam rongga mulut. Kesehatan mulut yang buruk pada lansia terutama tampak dengan banyaknya gigi yang hilang (tooth loss), karies gigi, dan penyakit periodontal (Wangsarahardja dkk., 2007). Tujuan hidup manusia ialah menjadi tua, tetapi tetap sehat yang artinya menjadi tua dalam keadaan sehat. Menua atau menjadi tua (aging) merupakan proses yang akan dialami oleh semua orang dan tidak dapat dihindari (Fatmah, 2010). Menurut Sriyono (2009), kesehatan mulut merupakan bagian fundamental kesehatan umum 1
2 dan kesejahteraan hidup. Kesehatan mulut adalah kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi serta jaringan pendukungnya bebas dari penyakit, rasa sakit, dan berfungsi secara optimal. Kesehatan mulut yang baik harus mencakup adanya kemampuan mengunyah yang baik, ketiadaan rasa nyeri, kemudahan mencerna makanan, serta dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang dalam berkomunikasi terutama ketika berbicara dan tersenyum (Saintrain dan Souza, 2010). Menurut Amurwaningsih dkk. (2010), gangguan pada rongga mulut yang dialami lansia seperti kehilangan gigi dapat diakibatkan jarangnya pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Keadaan mulut yang buruk, misalnya banyaknya gigi hilang sebagai akibat gigi rusak atau trauma yang tidak dirawat, akan mengganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut sehingga akan mempengaruhi status gizi serta akan mempunyai dampak pada kualitas hidup (Sriyono, 2009). Gejala dari penyakit mulut dapat berupa rasa sakit, infeksi, dan terganggunya fungsi mengunyah (Wangsarahardja, 2007). Pasien yang edentulous seluruhnya umumnya memiliki rasa percaya diri yang kurang, merasa sakit, dan kesulitan mengunyah makanan (Barnes dan Walls, 2006). Terganggunya kesehatan mulut juga dapat menimbulkan masalah kesehatan secara sistemik, buruknya kesehatan mulut berkaitan dengan malnutrisi serta resiko penyakit kronis. Keadaan ini menghambat aktivitas serta partisipasi lansia dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Masalah kesehatan mulut dapat diatasi dengan meningkatkan akses terhadap pengobatan gigi dasar serta rehabilitasi dengan gigi tiruan sangat diperlukan untuk peningkatan kualitas hidup lansia (Hanin, 2012).
3 Gigi geligi merupakan bagian dari rongga mulut yang mempunyai beberapa fungsi, seperti fungsi estetik, fonetik, dan mastikasi. Pemakaian gigi tiruan lengkap diharapkan dapat menggantikan fungsi dari gigi asli yang telah hilang dan jaringan gigi (Barnes dan Walls, 2006). Pemakaian gigi tiruan dapat memperbaiki defisiensi mengunyah sehingga memberikan dampak pada perbaikan nutrisi dan kesehatan. Gigi tiruan juga akan memperbaiki fungsi bicara akibat banyaknya gigi yang hilang. Fungsi estetik akibat pemakaian gigi tiruan dapat meningkatkan kepercayaan diri pemakai (Ratmini dan Arifin, 2011). Kualitas hidup dalam lingkup kesehatan merupakan keadaan lengkap dari kondisi fisik, mental, dan sosial dari seseorang tanpa adanya penyakit. Adanya cara pandang baru dalam bidang kedokteran gigi berupa tujuan utama dari perawatan gigi tidak hanya terbebasnya gigi dan mulut dari karies dan penyakit periodontal atau kanker rongga mulut tetapi juga kondisi kesehatan secara mental dan sosial (Dwidjayanti, 2012). Menurut World Health Organization (WHO), kualitas hidup adalah cara pandang individu terhadap keadaan hidup mereka, dalam ruang lingkup budaya, nilai-nilai sosial dimana mereka tinggal, berkaitan dengan tujuan, harapan, standar, serta prioritas hidup. Profesi kedokteran gigi menggunakan terminologi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut atau Oral Health-Related Quality Of Life (OHRQoL) untuk mendeskripsikan pengaruh dari kesehatan mulut pada pengalaman pribadi pasien. Pengukuran sampai dimana perluasan penyakit dan kelainan mulut mempengaruhi fungsi dan psikososial disebut pengukuran OHRQoL (MacEntee, 2007 sit. Amurwaningsih dkk., 2010). Pengukuran OHRQoL dilakukan menggunakan instrumen Geriatric Oral Health Assessment Index
4 (GOHAI). Pertanyaan GOHAI dibuat untuk mengevaluasi 3 dimensi dari kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut (OHRQoL) yaitu fungsi fisik, fungsi psikososial, dan sakit atau ketidaknyamanan (Othman dkk., 2006). B. Perumusan Masalah Apakah pemakaian gigi tiruan lengkap dapat mempengaruhi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut lansia? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai hubungan antara kesehatan rongga mulut dengan kualitas hidup di Indonesia pernah dilakukan oleh Kusdhany dkk. (2011) dengan judul Oral Health Related Quality of Life in Indonesian Middle-aged and Elderly Woman. Kusdhany dkk. menemukan adanya korelasi antara kondisi kesehatan rongga mulut yang ditandai dengan banyaknya gigi yang hilang terhadap kualitas hidup dengan usia sampel 45-59 tahun. Penelitian mengenai pengaruh pemakaian gigi tiruan lengkap terhadap kualitas hidup pernah dilakukan sebelumnya oleh Adam (2006) dengan judul Do Complete Denture Improve The Quality of Life of Patients? perbedaan dengan penelitian ini pada alat ukur kualitas hidup yang digunakan yaitu OHIP-EDENT (Oral Health Impact Profile for Edentulous Patients), usia sampel 34-80 tahun, dan penelitian ini dilakukan di Afrika Selatan. Perbedaan pada penelitian sebelumnya dengan yang dilakukan oleh penulis terdapat pada alat ukur kualitas hidup yang digunakan yaitu
5 GOHAI (Geriatric Oral Health Assesment Index), usia sampel penelitian 60 tahun dan tempat penelitian di Yogyakarta, Indonesia. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian gigi tiruan lengkap terhadap kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut pada lansia. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Memberikan tambahan informasi mengenai pengaruh pemakaian gigi tiruan lengkap terhadap kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut pada lansia. 2. Meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan mulut pada lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup melalui promosi kesehatan gigi. 3. Diharapkan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.