BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan IB Rahn Emas di Bank Jateng Syariah Kantor Cabang Semarang Rahn menurut bahasa berarti ats-tsubut dan

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB IV ANALISIS DATA

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB III STUDI PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB II KAJIAN TEORI. Pelaksanaan Gadai dengan Sistem Syariah di Perum Pegadaian. penjagaan dan penaksiran serta dilakukan hanya sekali pembayaran.

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan pinjam-meminjam. Kegiatan pinjam-meminjam terdapat produk yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 2002), 8. 1 Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

STAIN Ponorogo Press, 2010, h Agustina Wulansari, "Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Syariah Pada PT

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Syariah. sejak tahun 2009 dengan jumlah lebih dari 900 nasabah rahin.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB II LANDASAN TEORI. etimologi berarti perikatan, perjanjian, dan permufakatan (al-ittifaq). Secara termologi fiqh, akad didefinisikan dengan :

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN ARRUM (USAHA MIKRO KECIL) PEGADAIAN SYARIAH (STUDI KASUS DI PEGADAIAN SYARIAH PONOLAWEN KOTA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB III IMPLEMENTASI GADAI DI PT. BANK BNI SYARIAH CABANG DHARMAWANGSA SURABAYA. bank negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan

ARTICLE REVIEW. Penulis buku/artikel : Safrizal. : Jurnal Ilmiah Islam Futura. A. Isi Buku / Artikel

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Tentang Pelaksanaan Produk Pembiayaan Gadai Emas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai di istilahkan dengan rahn dan juga dapat

PENERAPAN TEORI DAN APLIKASI PENGGADAIAN SYARIAH PADA PERUM PENGGADAIAN DI INDONESIA

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

AKAD RAHN DAN AKAD-AKAD JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. menolong, orang yang kaya harus menolong orang yang miskin, orang yang. itu bisa berupa pemberian maupun pinjaman dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS HYBRID CONTRACT PADA PRODUK GADAI ib EMAS DI PT. BRI SYARIAH KCP GRESIK

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. AKAD 1. Pengertian Akad Kata akad berasal dari Bahasa Arab al- aqd yang secara etimolagi berarti perikatan, perjanjian dan permufakatan, (al-ittifaq). Secara terminologi fiqh, akad didefinisikan dengan pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan Kabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syari at yang berpengaruh pada objek perikatan. 1 Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, yang mengutip definisi yang dikemukakan Al-Sanhury, akad ialah: perikatan ijab dan Kabul yang dibenarkan syara yang menetapkan kerelaan kedua belah pihak. 2 Akad adalah suatu perikatan antara ijab dan Kabul dengan cara yang dibenarkan syara, yang menetapkan adanya akibat-akibat hukum pada objeknya. 3 2. Dasar Hukum Akad Adapun dasar-dasar akad diantaranya : Firman Allah dalam Al Qur an Surat Al Maidah ayat 1 yakni: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-nya. 1 Trisadini P. Usanti, Abd. Shomad, Transaksi Bank Syariah, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h. 45. 2 Usanti, Transaksi,..., h. 45. 3 Usanti, Transaksi,..., h. 45. 10

11 Dalam kaidah fiqih dikemukakan yakni: Hukum asal dalam transaksi adalah keridlaan kedua belah pihak yang berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan. Maksud keridlaan tersebut yakni keridlaan dalam transaksi adalah merupakan prinsip. Oleh karena itu, transaksi barulah sah apabila didasarkan kepada keridlaan kedua belah pihak. 3. Tujuan Akad Tujuan akad dipandang sah dan mempunyai akibat hukum, yaitu: 4 1) Tujuan akad tidak merupakan kewajiban yang telah ada atas pihakpihak yang bersangkutan tanpa akad yang diadakan. 2) Tujuan harus berlangsung adanya hingga berakhirnya pelaksanaan akad. 3) Tujuan akad harus dibenarkan syara. 4. Rukun Akad Rukun-rukun akad: 5 1) Aqidani, adalah orang yang berakad terkadang masing-masing pihak terdiri dari satu orang, terkadang terdiri dari beberapa beberapa orang. 2) Ma qud alaih, ialah benda-benda yang diakadkan, seperti bendabenda yang dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah (pemberian), gadai, utang yang dijamin seseorang dalam akad kafalah. 3) Maudhu al- aqd, yaitu tujuan atau maksud pokok mengadakan akad. Berbeda akad maka berbedalah tujuan pokok akad. 4 Abdul Ghofur Anshori, Pokok Pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Jogjakarta: Citra Media, 2006, h. 25. 5 Usanti, Transaksi,..., h. 46.

12 4) Shighat al-aqd, ialah ijab Kabul, ijab ialah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad. Kabul ialah perkataam yang keluar dari pihak yang berakad pula yang diucapkan setelah adanya ijab. 5. Syarat Akad Syarat-syarat akad: 6 a. Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna wujudnya dalam berbagai akad: 1) Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli), maka akad orang tidak cakap (orang gila, orang yang berada dibawah pengampuan (mahjur) karena boros dan lainnya akadnya tidak sah. 2) Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya. 3) Akad itu diijinkan oleh syara, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak melakukannya, walaupun dia bukan akid yang memiliki barang. 4) Akad bukan jenis akad yang dilarang. 5) Akad dapat memberi faedah. 6) Ijab harus berjalan terus, maka ijab tidak sah apabila ijab tersebut dibatalkan sebelum adanya qobul. 7) Ijab dan qobul harus bersambung, jika seseorang melakukan ijab dan berpisah sebelum terjadinya qobul, maka ijab yang demikian dianggap tidak sah. b. Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam sebagian akad. Syarat khusus ini juga 6 Gemala Dewi, Aspek Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, h. 14.

13 disebut dengan idhofi (tambahan) yang harus ada disamping syaratsyarat yang umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan. 6. Hal hal yang harus diperhatikan dalam Akad Hal-hal yang harus diperhatikan dalam shighat al-aqd (akad) ialah: 7 1) Shighat al-aqd harus jelas pengertiannya, misalnya: aku serahkan benda ini kepadamu sebagai hadiah atau pemberiannya. 2) Harus bersesuian antara ijab dan Kabul. 3) Menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak-pihak yang bersangkutan, tidak terpaksa, atau tidak karena diancam. 7. Prinsip Akad Dalam hukum Islam telah menetapkan beberapa prinsip akad yang berpengaruh kepada pelaksanaan akad yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut: 8 1) prinsip kebebasan berkontrak 2) prinsip perjanjian itu mengikat 3) prinsip kesepakatan bersama 4) prinsip ibadah 5) prinsip keadilan dan keseimbangan prestasi. 6) prinsip kejujuran (amanah) 8. Hikmah Adanya Akad Diadakanya akad dalam muamalah antar sesama manusia tentu mempunyai hikmah, hikmah akad antara lain: 9 1) Adanya ikatan yang kuat antara dua orang atau lebih dalam bertransaksi 7 Dewi, Aspek,..., h. 14. 8 Usanti, Transaksi,..., h. 49. 9 Usanti, Transaksi,..., h. 49.

14 2) Tidak dapat sembarangan dalam membatalkan suatu ikatan perjanjian. 3) Akad merupakan paying hokum didalam kepemilikan sesuatu, sehingga orang lain tidak dapat menggugat atau milikinya. B. RAHN 1. Pengertian Rahn Menurut bahasa, al-rahn berarti tetap dan lestari, seperti juga dinamakan al-hasabu,artinya penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut. begitupun dikatakan ni`matun rohinah artinya: karunia yang tetap dan lestari. Ar-rahnu juga berati al-tsubut dan al habs,yaitu penetapan dan penahan. 10 Pengertian Rahn menurut Imam Ibnu Qudamah dalam kitab Al- Mughni adalah sesuatu yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi dari harga nya, apabila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang. 11 Sedangkan menurut Imam Abu Zakaria Al-Anshary dalam kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan Rahn adalah menjadikan benda yang bersifat harta benda sebagai kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta benda itu bila utang tidak dibayar. 12 Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa Rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. 13 10 Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011, h. 112. 11 Anshori, Gadai,..., h. 112. 12 Anshori, Gadai,..., h. 112. 13 Anshori, Gadai,..., h. 112.

15 2. Dasar Hukum Rahn Gadai/rahn ialah perjanjian(akad) pinjam meminjam barang dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan hutang. perjanjian gadai itu di benarkan oleh islam berdasarkan alquran dan Assunnah. 14 a. Q.S al baqarah ayat 282-283: Apabila kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secar tunai, sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis hendaklah ada barang yang di pegang (Q.S. 2: 283) b. Assunnah Aisyah berkata bahwa rasul bersabda: "Rasulullah membeli makanan dari seorang yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi" (HR. Bukhori Muslim). 3. Rukun Rahn Para ulama fikih berbeda pendapat dalam menetapkan rukun rahn. Menurut Muhammad Anwar dalam buku Fiqh Islam menyebutkan rukun Rahn ada empat: 15 1) aqid (orang yang bertransaksi) 2) Marhun/rahn(objek/barang gadai) 3) Marhun bih(hutang) 14 Anshori, Gadai,..., h. 114. 15 Anshori, Gadai,..., h. 115.

16 4) Sighat(ijab kabul) 4. Syarat sah nya Rahn Para ulam fikih mengemukakan syarat-syarat rahn sesuai dengan rukun rahn itu sendiri yaitu : 16 1) Para pihak dalam pembiayaan rahn(rahin dan murtahin)para pihak yang melakukan akad rahn harus cakap bertindak menurut hukum(ahliyyah). 2) Adanya kesepakatan(sighat)atau ijab Kabul 3) Marhun bih(utang),utang(marhun bih)wajib dibayar kembali oleh debitur(rahin)kepada kreditur(murtahin).utang boleh di lunasi dengan agunan,dan hutang harus jelas serta tertentu(dapat di kuantifikasikan atau di hitung jumlahnya). 4) Marhun(barang) 5. Pengambilan manfaat barang gadai Dalam pemanfaatan barang gadai para ulama berbeda pendapat,diantaranya: 17 1) Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa barang gadaian tidak boleh dimanfaatkan sebab dia hanya menguasainya dan tidak boleh memanfaatkannya. 2) Ulama Malikiyah membolehkan memanfaatkan barang gadaian jika dizinkan oleh pemilik barang gadaian atau disyaratkan ketika akad dan barang tersebut barang yang dapat diperjual belikan serta ditentukan waktunya secara jelas. Pendapat ini hampir sama dengan pendapat ulama syafiiyah. 3) Pendapat hanabillah berbeda dengan jumhur. Mereka berpendapat jika jaminan berupa hewan maka boleh dimanfaatkan seperti mengendarai dan mengambil susunya sekedar mengganti biaya 16 Anshori, Gadai,..., h. 115. 17 Anshori, Gadai,..., h. 118.

17 meskipun tidak diizinkan oleh pemilik. Adapun jaminan selain hewan tidak boleh dimanfaatkan kecuali atas izin pemilik. 6. Berakhirnya akad Rahn Berakhirnya akad rahn (gadai),adalah karena hal hal berikut : 18 1) Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya 2) Rahin (penggadai) membayar hutangnya 3) Dijual dengan perintah hakim atas perintah rahin 4) Pembebasan hutang dengan cara apapun, meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin. 7. Persamaan dan perbedaan antara Rahn dan Gadai a. Persamaan 19 1) Hak gadai berlaku atas pinjaman uang 2) Adanya agunan sebagai jaminan utang 3) Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan 4) Biaya barang yang digadikan ditanggung oleh pemberi gadai 5) Apabila batas waktu pinjaman habis, barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang. b. Perbedaan 20 1) Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong menolong tanpa mencari keuntungan, sedangkan gadai menurut hukum perdata disampaing prinsip tolong menolong juga menarik keuntungan dengan cara menarik bunga atas sewa modal yang ditapkan. 2) Dalam hukum perdata hak gadai hanya berlaku pada benda yang bergerak, sedangkan dalam hukum islam rahn berlaku pada seluruh harta, baik harta yang bergerak maupun yang tidak bergerak. 18 Anshori, Gadai,..., h. 120. 19 Anshori, Gadai,..., h. 125. 20 Anshori, Gadai,..., h. 126.

18 3) Di Indonesia penguasaan atas barang yang dijadikan jaminan dibedakan menjadi gadai dan fidusia. penguasaan atas barang dijadikan jaminan diberikan kepada penerima gadai dan hak milik atas barang yang dijadikan jaminan tetap pada pemberi gadai. Sedangkan fidusia penguasaan atas barang yang dijadikan jaminan diberikan kepada pemberi gadai yang juga sebagi pemilik barang yang digadaikan, seperti diatur dalam UU no 42 Tahun 1999 Tentang fidusia sebagai jaminan. 8. Manfaat Rahn Manfaat yang dapat diambil oleh bank dari prinsip Rahn adalah sebagai berikut: 21 1) Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan bank. 2) Memberikan kemanan bagi semua penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu aset yang dipegang oleh bank. 3) Jika rahn ditetapkan di pegadaian sudah barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan. 9. Risiko Rahn Adapun risiko rahn jika diterapkan dalam produk perbankan adalah: 22 1) Risiko tidak terbayarnya utang nasabah (wanprestasi). 2) Risiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak. 21 Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h. 130. 22 Antonio, Bank,..., h. 131.

19 10. Skema Rahn 23 Marhun Bih Pembiayaan 2. Permohonan Pembiayaan 1.C Murtahin Bank 3. Akad Pem 4. Utang + Mark UP Rahin Nasabah 1.a 1. b. Titipan/Gadai Pembiayaan Marhun Jaminan C. IB RAHN Emas (gadai emas tanpa was was) Fasilitas pembiayaan dengan akad Qardh untuk kebutuhan dana tunai dengan jaminan emas. 24 1. Keunggulan ib Rahn (gadai emas) 1) Proses mudah dan cepat (+/- 15 Menit) 2) Biaya Administrasi Terjangkau 3) Nilai Pinjaman per Nasabah Mulai Rp.500.000-250 Juta. 4) Jangka waktu 120 hari dan dapat diperpanjang hingga 360 hari 5) Biaya pemeliharaan ringan dihitung harian. 6) Mendapatkan Asuransi Gratis 100% 2. Syarat & Ketentuan 1) Menyerahkan fotokopi KTP/SIM yang masih berlaku dan menunjukkan aslinya. 2) Menyerahkan perhiasan emas (16-23 Karat) atau Emas Batangan (24 karat). 23 Sri Nurhayati & Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2013, h. 266. 24 Brosur ib Rahn emas bank jateng syariah.

20 3. Mekanisme akad Rahn di Bank Jateng Syariah Prosedur untuk memperoleh fasilitas pembiayaan gadai syariah di Bank Jateng syariah tidaklah sulit. Berdasarkan wawancara dengan pak Eko pada tanggal 13 Januari 2016 pukul 14.00 WIB prosedurnya sebagai berikut: 1) Calon nasabah datang langsung ke kantor Bank Syariah dengan membawa emas atau perhiasan yang akan digadaikan beserta persyarat lainnya. Jika persyaratan sudah lengkap maka selanjutnya nasabah mengisi formulir permohonan pembiayaan yang telah disediakan. 2) Barang jaminan tersebut ditaksir kualitasnya ditimbang bertanya dan diketahui berapa karat emasnya. Nilai yang diberikan jika emas berupa perhiasan adalah 80 % dari nilai taksiran dan jika emas nya berupa lantakan atau antam sebesar 85 % dari nilai taksiran. 3) Setelah itu petugas gadai menguji keaslian emas nya sesuai dengan langkah langkah yang telah ditentukan. 4) Kemudian petugas gadai meminta persetujuan kepada pimpinan cabang atau wakil pemimpin cabang untuk ditolak atau diberinya permohonan pembiayaan dan setelah itu diinfokan kepada nasabah. 5) Setelah disetujui petugas gadai menaksir berapa maksimal pembiayaan, taksiran pembiayaan boleh diambil kurang tetapi tidak boleh diambil lebih. 6) Setelah berkas pengajuan gadai telah lengkap dan disetujui pimpinan maka berkas diserahkan ke admin untuk diinput ke aplikasi dan pencairan dana. 7) Pencairan dana dilakukan melalui rekening Bank Jateng Syariah.

21 4. Skema mekanisme akad Rahn di Bank Jateng Syariah Bagan prosedur pelaksanaan ib Rahn emas di Bank Jateng Syariah Cabang Semarang: Nasabah Permohonan Dana Informasi Penetapan Pembiayaan (Admin) Pegawai Pelaksana Gadai menaksir Pencairan Permohonan Teller