BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

EVALUASI FUNGSI STRUKTUR INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) MOJOSONGO SURAKARTA TUGAS AKHIR

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

METODE PENELITIAN. penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar 12. dengan bulan Juli 2016, dapat dilihat Lampiran 6 Tabel 5.

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

TUGAS AKHIR PREDIKSI UMUR INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) MOJOSONGO SURAKARTA

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sewage Treatment Plant

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

BAB V DETAIL DESAIN. Metode Aritmatik

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

Stabilisasi. B.8. Pengendalian Kualitas Air Limbah dan Evaluasi Kinerja Kolam

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

Kelompok 3. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RSUP dr.sardjito

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PABRIK TAHU DI KELURAHAN MULYOJATI 16 C KOTA METRO

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 3 INSTRUKSI KERJA (IK)

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH CEMARA KOTA MEDAN

Rancang Bangun, Jumsan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) SUPITURANG KOTA MALANG

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGOPERASIAN IPLT SISTEM KOLAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

STUDI KINERJA BOEZEM MOROKREMBANGAN PADA PENURUNAN KANDUNGAN NITROGEN ORGANIK DAN PHOSPAT TOTAL PADA MUSIM KEMARAU.

BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan sistem pengolahan air limbah seperti pada Gambar 4.1 Gambar 4.1 Proses Pengolahan pada IPAL Mojosongo (Sumber: PDAM Kota Surakarta) Proses pengolahan air limbah di IPAL Mojosongo meliputi beberapa tahap antara lain: 1. Pengaliran Dari Bak Penampung Air limbah rumah tangga yang berasal dari Perumnas Mojosongo, Nusukan, Kadipiro dan Mojosongo non Perumnas akan ditampung terlebih dahulu di bak penampung dan dipompa ke pengolahan. Pemompaan dilakukan karena kontur tanah menuju ke IPAL lebih tinggi dari daerah pelayanan. 2. Saringan (Bar Screen) Air limbah yang dialirkan melalui pipa kemudian disaring di bar screen untuk menahan sampah dan plastik agar tidak masuk ke pengolahan limbah. Sebelum masuk ke pengolahan air limbah akan dipompa menuju bak pengendap awal. 34

35 3. Bak Pengendap Awal Apabila air limbah tidak diharapkan melewati bak ini, maka gate valve (katub) dioperasikan dalam keadaan terbuka sehingga air akan mengalir langsung menuju bak aerasi I, tetapi apabila air limbah diinginkan untuk melewati bak, maka gate valve (katub) dioperasikan dalam keadaan tertutup sehingga akan melimpah melalui weir (pelimpah) dan ruang pengukur dimana di ruang ini terpasang skala (disebelah selatan) dan alat ukur V notch untuk mengetahui debit air limbah yang sedang dipompakan dari rumah pompa Kali Anyar. Air limbah yang terjun dari V notch memasuki ruang pengendapan, maka pada ruang ini pasir yang terbawa aliran diharapkan mengendap. Sedangkan sampah terapung dan bisa ditahan oleh penyekat yang kemudian diambil secara manual setiap satu minggu sekali kemudian dibuang ke tempat sampah. Air limbah yang melewati penyekat menuju pipa outlet dan masuk ke bak aerasi, hasil endapan dari bak ini perlu dikuras setiap 3 bulan sekali. Gambar 4.2 Bak Pengendapan Awal 4. Bak Aerasi 1 Dari bak pengendap awal air buangan secara gravitasi akan mengalir menuju bak aerasi I, pada bak ini aerator dihidupkan untuk menambah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik. Air limbah yang masuk pada bak aerasi I perlu dibiarkan selama 1 sampai dengan 2 minggu untuk dapat mengembangbiakkan mikroorganisme dan untuk percepatan perlu dilakukan

36 seeding dengan cara memasukkan lumpur aktif dari tangki septik ke dalam bak aerasi. Gambar 4.3 Bak Aerasi I Bak aerasi I dilengkapi 2 buah aerator bertujuan untuk pemberian oksigen. Bila pemberian oksigen kurang akan ditandai dengan timbulnya bau dimana akan terjadi proses anaerobic, untuk itu operator harus menjalankan atau mengoperasikan aerator tersebut. Gambar 4.4 Mesin Aerator 5. Bak Aerasi II Dari bak aerasi I air akan mengalir secara gravitasi ke aerasi II dan di sini aerator juga harus dihidupkan untuk menambah oksigen. Lumpur yang mengendap di dua aerasi tersebut diproses dengan cara memompa lumpur tersebut ke bak pengering (sludge drying bed).

37 Untuk itu perlu dilakukan pengurasan secara periodik, untuk pengurasan lumpur disediakan pompa lumpur dilengkapi dengan pontoon serta pipa fleksibel untuk hisap maupun tekan. Gambar 4.5 Bak Aerasi II 6. Bak Sedimentasi (Sedimentation Pond) Air limbah dari bak aerasi II mengalir secara gravitasi ke bak sedimentasi. Air yang telah di aerasi I dan II, sebagian besar partikel-partikelnya akan mengendap di dalam bak ini. Dari bak ini air limbah sudah boleh dibuang ke badan air penerima melalui saluran disebelah utara dan timur dari IPAL kemudian mengalir masuk ke Kali Anyar. Endapan Lumpur akan mengendap ke dasar kolam yang kemudian perlu diadakan pengurasan setelah lumpur berumur 2 (dua) tahun untuk pengurasan pertama, dan selanjutnya dilakukan pengurasan setiap 6 (enam) bulan sekali. Gambar 4.6 Bak Sedimentasi

38 7. Bak Pengering Lumpur (Sludge Drying Bed) Bangunan ini berfungsi untuk menampung lumpur yang diproduksi oleh bak aerasi I dan II, bak sedimentasi serta bak pengendap awal. Dari bak-bak yang menghasilkan lumpur tersebut, lumpur dipompa melalui jaringan pipa lumpur, saluran terbuka ini dilengkapi dengan pintu-pintu pengatur aliran aliran lumpur sehingga cara pengisian petak-petak dapat dilakukan bergiliran. Untuk masing-masing petak, ketebalan lumpurnya adalah 30 cm. Gambar 4.7 Bak Pengering Lumpur 4.2 Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo 4.2.1 Kualitas Air Berdasarkan Sifat Kimia dan Fisika di Laboratorium Hasil rata-rata pengujian fisika dan kimia IPAL Mojosongo yang dilakukan oleh laboratorium Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surakarta di tahun 2015 dengan membandingkan parameter menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik dapat dapat dilihat pada Tabel 4.1.

jumlah 39 Tabel 4.1 Pengujian Fisika dan Kimia IPAL Mojosongo No Parameter Satuan FISIKA Kadar Maks Inlet Hasil Uji Outlet 1 TSS mg/l 100 111,9 9,53 Keterangan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 KIMIA 2 Ph - 9 7,7 8,05 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 3 BOD 5 mg/l 100 197,5 56,67 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 4 Minyak & Peraturan Menteri Lingkungan mg/l 10 - - Lemak Hidup nomor 5 tahun 2014 Sumber: Data hasil laboratorium PDAM Kota Surakarta dengan membandingkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 Dari data pengujian fisika dan kimia dengan membandingkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 dapat dibuat diagram. Diagram Perbandingan parameter dengan baku mutu air limbah dapat dilihat pada Gambar 4.8. 100 100 100 80 60 40 20 9.53 9 8.05 56.67 10 0 Baku mutu air limbah hasil uji outlet 0 TSS Ph BOD5 Minyak & Parameter Lemak Gambar 4.8 Diagram Perbandingan Parameter dengan Baku Mutu Air Limbah Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Laboratorium Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surakarta dengan membandingkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik didapat:

40 1. Parameter Fisika: a. TSS (Total Suspended Solid) Kandungan lumpur yang ada di kolam pengolahan dipengaruhi oleh nilai TSS dari limbah cair yang masuk dalam kolam pengolahan. Semakin tinggi nilai TSS semakin besar kandungan lumpurnya. Dari hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Surakarta diperoleh hasil bahwa sampel air di inlet 111,9 mg/l dan 9,53 mg/l di outlet. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 100 mg/l sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar. 2. Parameter Kimia: a. ph Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium didapatkan hasil bahwa sampel air di inlet mempunyai ph 7,7 dan 8,05 di outlet. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu antara 6,9-9, sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar. b. BOD 5 Berdasarkan hasil penelitian, BOD 5 (Biologycal Oxygen Demand) inlet 197,5 mg/l dan outlet 56,67 mg/l hal ini menunjukkan zat organik yang terdapat dalam air limbah cair dapat teroksidasi dan terurai dengan suhu 26,85 C. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 100 mg/l sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar. 3. Perhitungan Efisiensi Nilai efisiensi pengolahan COD, BOD 5 dan TSS IPAL Mojosongo dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagi berikut:

41 E = 100% Dengan: ` E = Efisiensi (%) C = Konsentrasi efluen (mg/l) Co = Konsentrasi influen (mg/l) Perhitungan: a. Efisiensi COD E = 100% = 100% = 60,7 % b. Efisiensi BOD 5 E = 100% = 100% = 71,3 % c. Efisiensi TSS E = 100% = 100% = 91,5 % Nilai efisiensi dari perhitungan data yang diperoleh, efisiensi pengolahan COD adalah 60,7 % dan untuk BOD 5 adalah 71,3 %. Sedangkan nilai untuk TSS adalah 91,5 %, lebih dari 50 % karena untuk kolam pengolahan merupakan pengolahan lanjutan dari pengolahan pendahuluan sehingga menunjukkan bahwa sistem pengolahan dan pengendapan lumpur juga berlangsung baik. Efisiensi diatas 50% menunjukkan bahwa sistem pengolahan telah berlangsung dengan baik.

42 4.3 Prediksi Umur Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo 4.3.1 Perhitungan Volume 1. Bak Pengendap Awal Air buangan yang dipompa dari sump pump masuk ke bak pengendap awal, disini air limbah bisa diukur debitnya melalui V notch, biasanya pada bak pengendap awal ini air limbah akan dipisahkan, pasir yang akan mengendap dan plastik maupun busa akan tertahan pada penyekat yang kemudian akan diambil secara manual dan dibuang ketempat sampah. Sedangkan pasir yang ikut terbawa aliran akan mengendap pada bak pengendap awal perlu dikuras secara manual dan lumpurnya ditampung di bak pengering lumpur. Bak Pengendap awal dapat dilihat pada Gambar 4.9 di bawah ini: Gambar 4.9 Bak Pengendap Awal dan Potongan Dari Gambar 4.9 dapat diketahui: a. Air yang mengalir dalam bak pengendap awal ini adalah 40-50 liter/detik. b. Luasannya yaitu (21 m 6 m) + (2,8 m 1,5 m) + (9,4 m 1,3 m) = 142,4 m 2 c. Dengan dasar bangunan yang dibuat miring dan kedalamnya 2,5 m. d. Volume air yang ada dalam bak ini adalah 356,05 m³ = 356050 liter

43 2. Bak Aerasi I Dari bak pengendap awal air buangan secara gravitasi akan mengalir menuju bak aerasi I, pada bak ini aerator dihidupkan untuk menambah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik. Air limbah yang masuk pada aerasi I perlu dibiarkan selama 1 sampai dengan 2 minggu untuk dapat mengembangbiakkan mikroorganisme. Bak aerasi I dilengkapi dengan 2 buah aerator. Bak aerasi I dapat dilihat pada Gambar 4.10 di bawah ini: Gambar 4.10 Bak Aerasi I Dari Gambar 4.10 dapat diketahui: a. Luasannya yaitu 26 m 47,5 m = 1235 m 2 b. Kedalaman bangunan 3,5 m c. Volume air yang tertampung yaitu 4322,5 m³ = 4322500 liter 3. Bak Aerasi II Dari bak aerasi I air akan mengalir secara gravitasi pula ke bak aerasi II dan disini aerator juga harus dihidupkan untuk menambah oksigen. Lumpur yang mengendap di bak aerasi akan diproses dengan cara memompa lumpur tersebut ke bak pengering (sludge drying bed). Untuk itu perlu dilakukan pengurasan secara periodik, untuk pengurasan lumpur disediakan pompa lumpur dilengkapi dengan pontoon serta pipa fleksibel untuk hisap maupun tekan. Bak aerasi II dapat dilihat pada Gambar 4.11.

44 Gambar 4.11 Bak Aerasi II Dari Gambar 4.11 dapat diketahui: a. Luasannya yaitu 23 m 51 m = 1173 m 2 b. Kedalaman bangunan 3,5 m c. Volume air yang tertampung yaitu 4105,5 m³ = 4105500 liter 4. Bak Sedimentasi Air buangan dari bak aerasi II secara gravitasi akan mengalir ke bak sedimentasi. Air limbah yang telah diaerasi pada bak aerasi I dan bak aerasi II sebagian besar partikel-partikelnya akan mengendap di dalam bak sedimentasi ini, dari bak ini air limbah sudah bisa dibuang ke badan air penerima, kadar BOD sudah mulai turun. Bak sedimentasi dapat dilihat pada Gambar 4.12. Gambar 4.12 Bak Sedimentasi

45 Dari Gambar 4.12 dapat diketahui: a. Luasannya yaitu 59,51 m 47,40 m = 2820,77 m 2 b. Kedalaman bangunan 2,8 m c. Volume air yang tertampung yaitu 7898,17 m³ = 7898170 liter 5. Bak Pengering Lumpur (Sludge Drying Bed) Lumpur yang dipompa dari aerasi I dan II maupun sedimentasi akan mengalir lewat jaringan pipa lumpur dan masuk ke sludge drying bed, secara bergiliran semua terisi. Setelah lumpur yang masuk ke dalam bak kering yang memakan waktu 30 hari lumpur diambil untuk dibuang atau dimanfaatkan sebagai pupuk. a. Dalam bak ini terdiri dari 12 bak dengan luasan masing-masing 8 m 8 m = 64 m 2 /bak. b. Kedalaman bangunan 2 m c. Volume lumpur yang terdapat pada masing-masing bak adalah 128 m³ 4.3.2 Jumlah Pertumbuhan Penduduk Data pertumbuhan penduduk pada Kelurahan Mojosongo, Kadipiro, Nusukan, dan Perumnas Mojosongo dari tahun 2009-2015 dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan diagram pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Gambar 4.13. Tabel 4.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Tahun Jumlah Penduduk Kelurahan Mojosongo Nusukan Kadipiro Jumlah 2009 41969 29705 49172 120846 2010 43863 27537 48.326 119726 2011 45233 28002 50324 123559 2012 48410 29502 48467 126379 2013 49173 30998 53461 133632 2014 49123 30789 53544 133456 2015 51601 29999 56381 137981 Sumber: Dispendukcapil Kota Surakarta

Jumlah Penduduk 46 Dari data jumlah pelanggan IPAL Mojosongo, dapat dilihat diagram pertumbuhan penduduk pada Gambar 4.13. 140000 135000 130000 125000 120000 115000 110000 126379 123559 120846 119726 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun 133632 133456 137981 jumlah penduduk Gambar 4.13 Diagram pertumbuhan penduduk IPAL Mojosongo 4.3.3 Jumlah Pertumbuhan Pelanggan dari IPAL Mojosongo Data jumlah pelanggan IPAL Mojosongo pada setiap kelurahan dapat dilihat pada Tabel 4.3, dengan jumlah total pada tahun 2015 yaitu 5.425 SR. Tabel 4.3 Pelanggan SR IPAL Mojosongo Nama Kelurahan Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Mojosongo 422 431 433 433 456 459 537 681 682 Nusukan 682 692 702 706 712 714 881 1123 1128 Kadipiro 123 123 124 126 127 128 322 363 365 Perumnas Mojosongo 3247 3248 3248 3249 3249 3249 3249 3249 3250 Jumlah 4474 4494 4507 4514 4544 4550 4989 5416 5425 Sumber: PDAM Kota Surakarta ` Dari data jumlah pelanggan IPAL Mojosongo, dapat dilihat diagram pertumbuhan pelanggan pada Gambar 4.14.

Jumlah pelanggan 47 6000 5000 4000 4474 4494 4507 4514 4544 4550 4989 5416 5425 3000 2000 Series1 1000 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Gambar 4.14 Diagram pertumbuhan pelanggan IPAL Mojosongo 4.3.4 Prediksi Pertumbuhan Penduduk IPAL Mojosongo Tabel 4.4 Jumlah Pertumbuhan Penduduk pada Pelanggan IPAL Mojosongo Tahun Jumlah Penduduk Kelurahan Mojosongo Nusukan Kadipiro Jumlah 2009 41969 29705 49172 120846 2010 43863 27537 48.326 119726 2011 45233 28002 50324 123559 2012 48410 29502 48467 126379 2013 49173 30998 53461 133632 2014 49123 30789 53544 133456 2015 51601 29999 56381 137981 Sumber: Dispendukcapil Kota Surakarta Rata-rata pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2009 2015 adalah: Ka = (Pa P 1 ) / (T 2 T 1 ) Ka = (137981-120846) / (2015 2009) Ka = 2855,83 2856 1. Prediksi jumlah penduduk 10 tahun (2025) P 2025 = Po + Ka (Tn To) P 2025 = 137981 + 2856 (2025 2015)

48 P 2025 = 137981 + 2856 (10) P 2025 = 166541 jiwa 2. Prediksi jumlah penduduk 20 tahun (2035) P 2035 = Po + Ka (Tn To) P 2035 = 137981 + 2856 (2035 2015) P 2035 = 137981 + 2856 (20) P 2035 = 195101 jiwa Berdasarkan perhitungan diatas pertambahan penduduk mengalami kenaikan. Jumlah penduduk pada tahun 2025 adalah 166541 jiwa dan jumlah penduduk pada tahun 2035 adalah 195101 jiwa. 4.3.5 Prediksi Pertambahan Pelanggan IPAL Mojosongo Prediksi pertambahan pelanggan IPAL Mojosongo dihitung dengan metode aritmatik untuk masing-masing jenis pelanggan, kemudian dijumlahkan sehingga akan diperoleh data yang lebih akurat untuk perencanaan. Perhitungan tersebut dihitung dengan asumsi setiap perubahan data negatif dianggap tetap. Data-data pelanggan dari Tabel 4.5 dianalisis dengan rumus dibawah ini: Tabel 4.5 Pelanggan IPAL Mojosongo dari Tahun 2007-2015 Nama Kelurahan Jumlah Tahun Perumnas Mojosongo Nusukan Kadipiro SR Mojosomgo 2007 422 682 123 3247 4474 Selisih Selisih 2008 431 692 123 3248 4494 20 0,45 2009 433 702 124 3248 4507 13 0,29 2010 433 706 126 3249 4514 7 0,16 2011 456 712 127 3249 4544 30 0,66 2012 459 714 128 3249 4550 6 0,13 2013 537 881 322 3249 4989 439 9,65 2014 681 1123 363 3249 5416 427 8,56 2015 682 1128 365 3250 5425 9 0,17 Jumlah 20,06 %

49 Persentase pertambahan penduduk rata-rata pertahun adalah: r = r = r = 2,2 % = 0,02 Rata-rata pertambahan jumlah pelanggan dari tahun 2007-2015 adalah: Ka = (Pa P 1 ) / (Tn - To) Ka = (5425-4474) / (2015 2007) Ka = 118,87 119 1. Metode Aritmatika a. Prediksi jumlah pelanggan 10 tahun (2025) P 2025 = Po + Ka (Tn To) P 2025 = 5425+ 119 (2025 2015) P 2025 = 5425 + 119 (10) P 2025 = 6615 SR b. Prediksi jumlah pelanggan 20 tahun (2035) P 2035 = Po + Ka (Tn To) P 2035 = 5425 + 119 (2025 2015) P 2035 = 5425 + 119 (20) P 2035 = 7805 SR 2. Metode Geometrik a. Prediksi jumlah pelanggan 10 tahun (2025) P n = P o ( 1 + r ) n P 2025 = 5425 (1 + 0,02) 10 P 2025 = 6613 SR b. Prediksi jumlah pelanggan 20 tahun (2035) P n = P o ( 1 + r ) n P 2035 = 5425 (1 + 0,02) 20 P 2035 = 8061 SR

50 Berdasarkan perhitungan diatas pertambahan pelanggan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo mengalami kenaikan. Jumlah pelanggan IPAL tahun 2035 sebesar 7805 SR (aritmatika) dan 8061 SR (geometrik). 4.3.6 Kebutuhan Air Rumah Tangga 1. Kebutuhan Air Rumah Tanggan Menurut Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum, K art K art K art K art = Jumlah pelanggan 2025 5 150 liter/orang/hari = 6614 5 150 liter/orang/hari = 4.960.500 liter /hari = 57 liter/detik 2. Debit Air Limbah (80% dari air bersih) Q al Q al Q al = 80 % K art = 0,8 57 liter/detik = 46 liter/detik Berikut adalah perhitungan pertambahan jumlah pelanggan dan debit air limbah IPAL Mojosongo sampai tahun 2035 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Pertambahan Jumlah Pelanggan TAHUN SR Debit Air Limbah (liter/detik) Geometrik Aritmatika Geometrik Aritmatika 2025 6613 6615 46 46 2026 6745 6734 47 47 2027 6880 6853 48 48 2028 7018 6972 49 48 2029 7158 7091 50 49 2030 7301 7210 51 50 2031 7447 7329 52 51 2032 7596 7448 53 52 2033 7748 7567 54 53 2034 7903 7686 55 53 2035 8061 7805 56 54

51 Dari hasil perhitungan diperoleh:. Perhitungan menurut jumlah pelanggan didapat bahwa jumlah pelanggan IPAL Mojosongo di tahun 2025 sebesar 6615 SR (aritmatika) dan 6613 (geometrik) dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan 46 liter/detik dan jumlah pelanggan tahun 2035 sebesar 7805 SR (aritmatika) dan 8061 SR (geometrik) dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan 54 liter/detik dan 56 liter/detik. Sedangkan kapasitas IPAL Mojosongo saat ini sebesar 50 liter/detik, sehingga dengan kapasitas pengolahan tersebut IPAL Mojosongo 10 tahun kedepan masih mampu melayani masyarakat sedangkan untuk 20 tahun kedepan IPAL Mojosongo tidak mampu mengolah limbah cair untuk wilayah Kelurahan Mojosongo 20 tahun kedepan. 4.3.7 Waktu Proses Pengolahan (Waktu Tinggal) 1. Perhitungan waktu proses pengolahan/ waktu tinggal Contoh Perhitungan pada bak aerasi I: Q = 40 liter/detik = t = = 108062,5 detik = 30 jam Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7: Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Waktu Proses Pengolahan No Debit (liter/detik) Jenis Bak Volume Jam t (jam) Hari 2 40 Aerasi I 3 40 Aerasi II 4322500 30,02 1,3 4105500 28,51 1,2 Dari data perhitungan waktu tinggal, dapat diplotkan menjadi grafik. Grafik waktu tinggal pada IPAL Mojosongo dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Debit(liter/detik) 52 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Bak Pengendap awal Bak Aerasi I 30.02 28.51 Waktu Tinggal (jam) Gambar 4.15 Grafik Waktu Tinggal IPAL Mojosongo Dari hasil perhitungan diketahui waktu tinggal sebesar (28-30) jam. Dilihat dari hasil waktu tinggal, IPAL Mojosongo lebih mengacu pada proses pengolahan air limbah secara biologi pada kondisi aerobik. IPAL Mojosongo tidak mampu melayani masyarakat Mojosongo untuk 20 tahun kedepan. Salah satu cara agar IPAL Mojosongo mampu melayani masyarakat adalah dengan memperpendek waktu tinggal pada proses pengolahan. 2. Perhitungan Memperpendek Waktu Tinggal Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Memperpendek Waktu Tinggal Debit (liter/detik) t (jam) No Lumpur Aktif Standart Extended Aeration Jenis Bak Volume (liter) Lumpur Aktif Standart Extended Aeration 1 150 71 Aerasi I 4322500 8,00 17 2 143 71 Aerasi II 4105500 8,00 16 Dari data perhitungan memperpendek waktu tinggal, dapat diplotkan menjadi grafik. Grafik waktu tinggal dengan sistem lumpur aktif standart (konvensional) dan sistem extended aeration dapat dilihat pada Gambar 4.16 dan Gambar 4.17.

Debit (liter/detik) Debit (liter/detik) 53 152 150 Aerasi I 148 146 144 142 140 138 8.00 8.00 Waktu tinggal Aerasi II Debit (liter/detik) Gambar 4.16 Grafik Memperpendek Waktu Tinggal dengan Sistem Lumpur Aktif Standart (Konvensional) 71 71 Aerasi II 71 71 71 70 70 Aerasi I 17.00 16.00 Waktu tinggal Debit (liter/detik) Gambar 4.17 Grafik Memperpendek Waktu Tinggal dengan Sistem Extended Aeration Dengan memperpendek waktu tinggal dengan sistem Lumpur Aktif Standart (Konvensional) didapatkan debit sebesar 143 liter/detik dan sistem extended aeration di dapatkan debit sebesar 71 liter/detik, sedangkan limbah cair yang dihasilkan pada tahun 2035 sebesar 56 liter/detik (geometrik), sehingga sistem ini dapat digunakan untuk 20 tahun.

54 4.4 Pembahasan 4.4.1 Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah Dari data laboratorium yang diperoleh nilai TSS pada sampel air di inlet 111,9 mg/l dan 9,53 mg/l di outlet. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 100 mg/l sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar. Dari data laboratorium yang diperoleh nilai ph hasil bahwa sampel air di inlet mempunyai ph 7,7 dan 8,05 di outlet. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu antara 6,9-9 sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar. Dari data laboratorium yang diperoleh nilai BOD 5 (Biologycal Oxygen Demand) di inlet 197,5 mg/l dan outlet 56,67 mg/l hal ini menunjukkan zat organik yang terdapat dalam air limbah cair dapat teroksidasi dan terurai dengan suhu 26,85 C. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 100 mg/l sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar. Nilai efisiensi dari perhitungan data yang diperoleh, efisiensi pengolahan COD adalah 60,7 % dan untuk BOD 5 adalah 71,3 %. Sedangkan nilai untuk TSS adalah 91,5 %, lebih dari 50 % karena untuk kolam pengolahan merupakan pengolahan lanjutan dari pengolahan pendahuluan sehingga menunjukkan bahwa sistem pengolahan dan pengendapan lumpur juga berlangsung baik. Efisiensi diatas 60% menunjukkan bahwa sistem pengolahan telah berlangsung dengan baik.

55 4.4.2 Jumlah Pelanggan dan Jumlah Pertumbuhan Penduduk Jumlah Pelanggan IPAL Mojosongo dan Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Mojosongo, Kadipiro, Nusukan dan Perumnas Mojosongo Tahun 2035 adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Pertumbuhan Penduduk Tahun 2035 Berdasarkan perhitungan, pertambahan penduduk mengalami kenaikan. Jumlah penduduk pada tahun 2025 adalah 166540 jiwa dan jumlah penduduk pada tahun 2035 adalah 195097 jiwa. 2. Jumlah Pertumbuhan Pelanggan Tahun 2035 Berdasarkan perhitungan, pertambahan pelanggan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo mengalami kenaikan. Jumlah pelanggan IPAL tahun 2035 sebesar 7805 SR (aritmatika) dan 8061 SR (geometrik). 4.4.3 Umur Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo 1. Berdasarkan Jumlah Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk tahun 2025 adalah 166540 jiwa dan jumlah penduduk pada tahun 2035 adalah sebesar 107.097 dengan limbah cair yang dihasilkan sebesar 1157 liter/detik dan 1355 liter/detik. Dengan kapasitas IPAL saat ini 50 liter/detik, IPAL Mojosongo tidak mampu melayani jika seluruh penduduk dari kelurahan Kadipiro, Nusukan, Mojosongo, dan Perumnas Mojosongo menjadi pelanggan IPAL. 2. Berdasarkan Jumlah Pelanggan Jumlah pelanggan IPAL Mojosongo di tahun 2025 sebesar 6615 SR dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan 46 liter/detik dan jumlah pelanggan tahun 2035 sebesar 7805 SR dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan 54 liter/detik. Sedangkan kapasitas IPAL Mojosongo saat ini sebesar 50 liter/detik, sehingga dengan kapasitas pengolahan tersebut IPAL Mojosongo untuk 10 tahun kedepan masih mampu melayani masyarakat, sedangkan untuk 20 tahun kedepan IPAL Mojosongo tidak mampu mengolah limbah cair untuk wilayah Kelurahan

56 Mojosongo. Umur pelayanan IPAL Mojosongo yaitu sampai tahun 2030 (aritmatika) dan 2029 (geometrik). 3. Memperpendek Waktu Tinggal IPAL Mojosongo tidak mampu melayani masyarakat untuk 20 tahun ke depan. Salah satu cara adalah dengan memperpendek waktu tinggal pada proses pengolahan, yaitu dengan proses lumpur aktif dan extended aeration. Pada proses pengolahan ini dengan volume tetap didapatkan debit air limbah sebesar 71 liter/detik (lumpur aktif) dan 143 liter/detik (extended aeration).