Tri Windha Isnandar F

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya dituntut untuk dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian yang nyata untuk kesejahteraan orang lain, dan merasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. lain baik orang terdekat seperti keluarga ataupun orang yang tidak dikenal, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga dalam menjalani interaksinya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan orang lain dalam menjalani kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang dikaruniai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk. dasarnya ia memiliki ketergantungan. Inilah yang kemudian menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekaligus menggiring manusia memasuki era globalisasi ini, agaknya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia lainnya, untuk itu manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses hidup, manusia selalu membutuhkan orang lain mulai dari lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG. Cahyo Wahyu Darmawan

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANI DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA SANTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan mewujudkan potensinya menjadi aktual dan terwujud dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang akan selalu memerlukan bantuan

BAB I PENGANTAR I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dinyatakan oleh Aristoteles bahwa manusia yang hidup bersama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

BAB I PENAHULUAN. lingkungan sosial, khususnya supaya remaja diterima dilingkungan temanteman

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini semakin

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kita sering mendengar tentang sistem nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti kegiatan di sekolah, peduli terhadap orang lain, berkenan membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nida Sholiha, 2015

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

HUBUNGAN ANTARA KETELADANAN PENDIDIK DALAM INTERAKSI EDUKATIF DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Masa

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu. membutuhkan individu lain dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA SMA 1 PURWODADI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: Tri Windha Isnandar F 100 050 236 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan individu lain. Sesuai dengan pendapat Walgito (2003) yang mengemukaka n bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini baik lingkungan fisik maupun lingkungan psikis. Lingkungan fisik, yaitu alam benda-benda yang konkret, sedangkan lingkungan psikis adalah jiwa raga individuindividu dalam lingkungan, ataupun lingkungan rohaniah. Uraian di atas ditambahkan oleh Davidoff (2003) bahwa setiap individu pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang mempunyai dorongan untuk bermasyarakat, ini berarti bahwa manusia terdorong untuk melakukan pergaulan atau berinteraksi dengan orang lain. Pergaulan yang diperoleh dalam berinteraksi tersebut akan membawa dampak terhadap perubahan tingkah laku, gagasan, bahkan memberi corak kehidupan kepribadiannya. Kemajuan teknologi menyebabkan sikap individu menjadi semakin individualis dan sikap sosial yang dimiliki individu semakin pudar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Fida (Asia, 2008) yang menjelaskan bahwa gerakan modernisasi yang meliputi segenap aspek kehidupan manusia menimbulkan terjadinya pergeseran pada pola interaksi antar individu dan berubahnya nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi antar individu menjadi bertambah longgar dan kontak sosial

yang terjadi semakin rendah kualitas dan kuantitasnya. Kemajuan alat komunikasi menyebabkan muculnya alat-alat komunikasi yang memungkinkan manusia berkomunikasi dari jarak jauh secara langsung, sehingga berdampak berkurangnya budaya silaturahmi antar individu. Sebagai makhluk sosial, manusia khususnya remaja diharapkan memiliki prososial yang tinggi, karena dalam perilaku prososial bertujuan untuk mensejahterakan orang lain dan mengurangi penderitaan bila dalam kesulitan. Perilaku prososial yang dilakukan dharapkan akan menciptakan kehidupan yang lebih selaras, terbentuk perilaku saling tolong menolong, menghargai, dan terjalin hubungan yang harmonis antara individu satu dengan individu yang lain. Kenyataan yang terjadi, kehidupan pada saat ini nilai-nilai prososial dimasyarakat nampak adanya kemunduruan. Misalnya di dalam bus ada seorang lanjut usia atau wanita hamil berdiri berdesakan dengan penumpang yang lainnya, sementara yang muda dengan enaknya duduk tanpa peduli terhadap orang tua atau wanita hamil tersebut. Atau misalnya, sering terlihat korban kecelakaan hanya menjadi tontonan di mana hanya sedikit dari masyarakat yang langsung memberikan pertolongan, dan mereka hanya berkerumun menyaksikan korban yang mengerang kesakitan atau bahkan tidak sadarkan diri. Fenomena-fenomena ini yang mengisyaratkan melemahnya perilaku prososial yang ada dalam masyarakat Fenomena di atas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Hamidah (2002) ditujuh daerah di Jawa Timur menunjukkan adanya indikasi penurunan kepedulian sosial dan kepekaan terhadap orang lain dan lingkungannya. Remaja nampak lebih mementingkan diri sendiri dan keberhasilannya tanpa banyak

mempertimbangkan keadaan orang lain di sekitarnya. Hal ini menyebabkan remaja menjadi semakin individualis dan sikap sosial yang dimiliki semakin pudar. Lebih lanjut Hamidah (2002) pada penelitiannya menyatakan orang cenderung egois dan berbuat untuk mendapatkan suatu imbalan (materi). Sikap ini menimbulkan ketidakpedulian terhadap lingkungan sosialnya. Dampaknya terutama di kota-kota besar, remaja menampakkan sikap materialistik, acuh pada lingkungan sekitar dan cenderung mengabaikan norma-norma yang tertanam sejak dulu. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi pada masa sekarang nilai-nilai perilaku prososial di dalam kehidupan sehari-hari khususnya di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup menarik. Masyarakat dapat tergugah dengan berbagai situasi yang dapat menimbulkan tindakan perilaku prososial. Media massa seperti televisi dan internet memberitakan antusiame yang tinggi pada masyarakat untuk melakukan tindakan perilaku prososial. Misalnya dalam situs Web Facebook terdapat gerakan Koin untuk Prita Dukungan untuk Bilqis Gerakan Sejuta Facebookers dukung Bibit-Chandra, begitu pula pada acara-acara di televisi menampilkan banyak fenomena yang mengungkap kesadaran jiwa sosial masyarakat, misalnya program acara minta tolong, bedah rumah, jika aku menjadi dan banyak program lainnya yang pada intinnya mempengaruhi seseorang melakukan perilaku prososial. (Kompas, 2010) Namun jika diamati dan diperhatikan dalam kehidupan di lingkungan masyarakat cukup kontradiktif dengan yang terjadi di dunia virtual (internet). Misalnya kerap terjadi tawuran antara warga karena hal-hal sepele, kerusuhan supporter sepakbola, terjadinya penggusuran-penggusuran yang kerap merugikan

rakyat kecil. Menurut Papilaya (2002) manusia Indonesia ditengarai mulai menunjukkan ciri-ciri dan karakteristik kepribadian yang individualistik, materialistik dan hedonistik. Sinyalemen ini diperkuat oleh adanya kenyataan yang berkembang dalam masyarakat yang menunjukkan masyarakat Indonesia menjadi mudah kehilangan pertimbangan terhadap efek perilakunya terhadap sesama warga bangsa seperti terjadinya tragedi kemanusiaan di Ambon dan Aceh yang banyak menyebabkan korban tewas pada rakyat Indonesia itu sendiri Mendukung pendapat di atas Gunarsa (2000) menyatakan remaja merupakan golongan masyarakat yang mudah kena pengaruh dari luar. Hal ini tampak pada kecenderungan untuk lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Jadi, tidaklah mengherankan apabila di kota-kota besar tersebut nilai-nilai pengabdian, kesetiakawanan dan tolong-menolong mengalami penurunan sehingga yang nampak adalah perwujudan kepentingan diri sendiri dan rasa individualis. Ini memungkinkan orang tidak lagi mempedulikan orang lain dengan kata lain enggan untuk melakukan tindakan prososial Perilaku prososial pada dasarnya ada pada setiap manusia, hal ini terjadi karena naluri alamiah manusia sebagai makhluk yang saling membutuhkan tidak akan dapat dihilangkan pada diri manusia. Berkaitan dengan uraian tersebut Papilaya, (2002) menyatakan rasa ketergantungan seperti kebutuhan untuk dibantu ketika terkena musibah muncul secara spontan. Sedangkan rasa iba bagi orang lain yang melihat juga akan muncul secara spontan tanpa dapat dibendung. Hanya saja prosentase perilaku munculnya prososial sangat kecil karena sangat terkait dengan faktor-faktor serta aspek-aspek yang berperan dalam terciptanya perilaku prososial.

Teknologi yang semakin maju seakan mengukung hidup individu lepas dari dunia individu yang lainnya, bahkan untuk sekedar bertemu muka dengan tetangga sebelah rumah pun seperti tidak ada waktu lagi, yang terjadi adalah individu menjadi seorang yang individualisme. Perilaku prososial seakan hanya menjadi ajang pamer kekayaan sehingga nilai keikhlasan dalam memberi hilang Berdasarkan ulasan Papilaya (2002) di atas dapat dipahami bahwa perilaku prososial pada remaja muncul karena hasil interaksi atau keterkaitan antara berbagai macam faktor atau sebab. Penelitian ini akan difokuskan pada variabel yang relevan dengan karakteristik remaja dalam perkembangan fisik, psikis sosial maupu moral remaja yaitu konsep diri. Berkaitan dnegan konsep diri Meichati (1990) mengemukakan konsep diri merupakan internal frame of reference, yaitu acuan bagi tingkah laku dan cara penyesuaian seseorang. Orang yang memiliki konsep diri positif akan menghasilkan perilaku yang positif, dan akan mudah melakukan kontrol terhadap perilakunya sendiri dalam lingkungan. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri negatif akan menunjukkan perilaku yang negatif pula dalam pergaulan dan sulit untuk melakukan kontrol atau mengendalikan diri jika menghadapi suatu situasi tertentu. Konsep diri yang dimiliki remaja akan mempengaruhi perilakunya dalam hubungan sosial dengan individu lain. Ulasan ini sesuai dengan pendapat Aditomo dan Retnowati (2004) yang mengemukakan bahwa konsep diri berpengaruh dalam sikap remaja dalam kehidupan sehari-hari, remaja dengan konsep diri rendah cenderung bersikap negatif dalam perilakunya dan merasa tidak dihargai, tidak diterima dan diperlakukan kurang baik oleh orang lain, sebaliknya remaja dengan

konsep diri tinggi cenderung bersikap positif dalam perilakunya, individu mampu melihat dirinya berharga, diterima dan diperlakukan baik oleh orang lain. Begitu pula dalam konteks perilaku prososial, konsep diri diperlukan agar remaja mampu melakukan tindakan yang menuntut pengorbanan (ikhlas) untuk membantu orang lain sesuai dengan apa yang diharapkan. Remaja diharapkan memiliki konsep diri yang positif sehingga mampu memahami keadaan diri sendiri serta menghayati nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat, karena dengan adanya pemahanan terhadap diri sendiri dan penghayatan terhadap nilai-nilai tersebut remaja akan lebih mudah untuk menumbuhkan kepekaan sosial dan perilaku prososial. Konsep diri yang positif diharapkan dapat meningkatkan perilaku saling menolong, penghargaan siswa terhadap guru dan orang tua dan sekalifus akan meminimalisir perilaku-perilaku seperti seperti tawuran, penyalahgunaan narkotika dan perilaku negatif lain yang sering dilakukan remaja. Namun kenyataan yang terjadi nilai-nilai sosial di masyarakat semakin lama semakin menurun, banyak remaja apatis, tidak peduli dengan lingkungan sekitar, tidak menghormati orangtua serta sering melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah: apakah ada hubungan antara konsep diri dengan perilaku prososial pada remaja. Mengacu pada permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian berjudul Hubungan antara Konsep diri dengan Perilaku Prososial pada Remaja.

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1. Hubungan antara konsep diri dengan perilaku prososial pada remaja, 2. Tingkat atau kondisi konsep diri 3. Tingkat atau kondisi perilaku prososial remaja. 4. Sumbangan efektif atau peran konsep diri terhadap perilaku prososial pada remaja. C. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis, khususnya bagi: 1. Bagi kepala sekolah Bagi kepala sekolah penelitian ini memberikan gambaran bagaimana kondisi konsep diri dan perilaku prososial pada siswa-siswinya sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi kepala sekolah dalam mengambil kebijakan yang mendukung pada peningkatan konsel diri dan perilaku prososial pada siswa 2. Bagi guru bimbingan konseling Bagi guru bimbingan konseling hasil penelitian ini memberikan informasi yang berkaitan dengan konsep diri dan perilaku prososial serta dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam memetakan permasalahan yang sering dialami oleh para siswa, serta memberikan solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan tersebut. 3. Bagi remaja Penelitian ini memberikan informasi dan pemahaman tentang keterkaitan antara konsep diri dengan perilaku prososial sehingga remaja diharapkan mampu

memiliki konsep diri yang positif dan menumbuhkan perilaku prososial sehingga dapat bekerjasama dengan orang lain, saling tolong menolong dengan ikhlas dengan orang lain yang membutuhkan tanpa mengharap imbalan tertentu. 4. Bagi orangtua Bagi orangtua hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai hubungan antara konsep diri dan perilaku prososial sehingga diharapkan orangtua dapat memahami bagaimana kondisi putra-putrinya serta memberikan perhatian dan pengasuhan yang baik agar anak dapat berkembang dengan optimal 5. Bagi ilmuwan psikologi Bagi ilmuwan psikologi penelitian ini memberikan informasi yang berkaitan dengan konsep diri dan perilaku prososial serta dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan penelitian dalam bidang yang sama. 6. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan maupun perbandingan dalam pengembangan penelitian tentang hubungan antara konsep diri dengan perilaku prososial pada remaja sehingga dapat dimanfaatkan secara luas bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi sosial