BAB IV DALAM KITAB AL-DŪRR AL-ANĪQ. A. Analisis Metode Hisab Awal Bulan Qamariah Dalam Kitab al-dūrr al-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV STUDI ANALISIS TERHADAP HISAB AWAL BULAN KAMARIAH DALAM KITAB AL-IRSYAAD AL-MURIID

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

Ṡamarᾱt al-fikar Karya Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya dengan penentuan awal bulan kamariah 1. Bahkan karena

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH, IRSYÂD AL-MURÎD, DAN ṠAMARÂT AL-FIKAR KARYA AHMAD GHOZALI

BAB IV ANALISIS METODE HISAB GERHANA BULAN DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURỈD. A. Analisis Metode Hisab Gerhana Bulan dalam Kitab Irsyâd al-murỉd

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang. sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

BAB I PENDAHULUAN. penentuan awal bulan kamariah 1 merupakan persoalan yang lebih. digunakan atau metode perhitungan yang dipakai.

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB. Pada bab ini kajian yang akan penulis kemukakan adalah penjelasan

BAB III PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM. pada hari Kamis Kliwon, tanggal 14 Desember 1932 M/ 19 Rajab 1351 H.

BAB I PENDAHULUAN. Matahari dan Bulan maupun kondisi cuaca yang terjadi ketika rukyat.

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

Seputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya

BAB IV. ANALISIS METODE HISAB GERHANA MATAHARI DALAM KITAB IRSYẬD AL-MURỈD A. Analisis Metode Hisab Gerhana Matahari dalam Kitab Irsyậd al-murỉd

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

METODE PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIAH DALAM KITAB AL-DŪRR AL-ANĪQ. A. Biografi KH Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

HISAB AWAL BULAN HIJRIYAH METODE KITAB AD-DURR AL-ANIQ

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB III METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Sejarah Intelektual Slamet Hambali

BAB III PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR. a. Biografi Intelektual KH. Noor Ahmad SS

BAB III HISAB AWAL BULAN KAMARIAH K. DAENUZI ZUHDI DALAM KITAB AL-ANWAR LI AMAL AL-IJTIMA WA AL-IRTIFA WA AL-KHUSUF WA AL-KUSUF

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan-nya dan sebagai bukti adanya Allah yang menciptakan alam

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

BAB I PENDAHULUAN. Tata surya terdiri atas berbagai macam benda langit, di antaranya

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad SS, Noor, Risalah Falakiyah Nurul Anwar, Kudus: TBS, t.t.

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH

BAB III METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

BAB III METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT ISTIWAAINI DAN THEODOLITE. 5 Agustus 1954 di sebuah desa kecil bernama Bajangan, kecamatan

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

BAB III PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH. Saadoe ddin yang dikenal dengan datuk Sampono Radjo, ia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

BAB IV ANALISIS METODE HISAB GERHANA BULAN DALAM KITAB AL- KHULASHAH AL-WAFIYYAH DAN EPHEMERIS A. ANALISIS TERHADAP METODE HISAB GERHANA BULAN

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS. Astronomical Algortihms karya Jean Meeus. Pembahasan lebih memfokuskan

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

BAB III DALAM PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA. Radjo adalah salah seeorang ahli falak kelahiran Bukittinggi (29 Rabi ul Awal

BAB I PENDAHULUAN. beraktifitas pada malam hari. Terdapat perbedaan yang menonjol antara siang

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

BAB IV ANALISIS ASTRONOMI HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB SYAWĀRIQ AL-ANWĀR

BAB IV ANALISIS HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG WAKTU KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW. A. Analisis terhadap Hisab KH. Noor Ahmad terkait Waktu Kelahiran

BAB III HISAB KETINGGIAN HILAL MENURUT KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H

BAB IV STUDI ANALISIS TERHADAP HISAB ARAH KIBLAT KH AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD

BAB IV ANALISIS METODE AZIMUTH BULAN SEBAGAI ACUAN PENENTUAN ARAH KIBLAT. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimuth Bulan

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2

BAB IV ANALISIS METODE HISAB ARAH KIBLAT SYEKH MUHAMMAD THAHIR JALALUDDIN AL-MINANGKABAWI DAN K. H ZUBAIR UMAR AL-JAILANI

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

BAB IV ANALISIS TERHADAP URGENSI KETINGGIAN TEMPAT DALAM FORMULASI PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

BAB IV ANALISIS HISAB ARAH KIBLAT MUHAMMAD KHUMAIDI JAZRY DALAM KITAB AL-KHULASHAH FI AL-AWQAT AL-SYAR IYYAH BI AL-LUGHARITMIYYAH

BAB III SISTEM PERHITUNGAN AL-MANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS. 1. Sekilas Tentang Sistem Almanak Nautika

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak macam ibadah dalam Islam yang

KUMPULAN SOAL & PEMBAHASAN OSK OSP OSN DLL KOORDINAT BENDA LANGIT (By. Mariano N.)

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH SYEKH MUHAMMAD SALMAN JALIL ARSYADI AL-BANJARI DALAM KITAB MUKHTA R AL-AWQ T F ILMI AL-M T SKRIPSI

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB ARAH KIBLAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN IRSYÂD AL- MURÎD

DAFTAR PUSTAKA. Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2005.

BAB 1V ANALISIS PENGARUH ATMOSFER TERHADAP VISIBILITAS HILAL DAN KLIMATOLOGI OBSERVATORIUM BOSSCHA DAN AS-SALAM

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan zakat dan beribadah haji yang disampaikan kepada. Rasulullah Saw melalui wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril, maka

Kapan Idul Adha 1436 H?

Transkripsi:

82 BAB IV ANALISIS HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DALAM KITAB AL-DŪRR AL-ANĪQ A. Analisis Metode Hisab Awal Bulan Qamariah Dalam Kitab al-dūrr al- Anīq Hisab penentuan awal bulan Qamariah mempunyai berbagai metode yang masing-masing mempunyai kriteria dan cara perhitungan sendiri. Berbagai kitab falak muncul seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu falak. Hal ini yang menyebabkan munculnya beberapa tokoh ilmu falak yang legendaris di Indonesia khususnya di Jawa yang telah mengarang kitab-kitab falak/hisab dengan berbagai macam metode perhitungan dan bervariasi markas, seperti; Kyai Muhammad Mansur Bin Abdul Hamid Muhammad Damiri al-batawi atau yang lebih dikenal dengan Muhammad Mansur Al-Batawi dengan kitab Sullam al-nayyirain, Kyai Abu Hamdan Abdul Jalil bin Abdul Hamid Kudus dengan kitab Fathu Ro ufi al-mannan, Kyai Noor Ahmad SS dengan kitab Nurul Anwar, Kyai Zubair Umar al-jailani Salatiga dengan kitab Khulashotul Wafiyah, Kyai Muhammad Zubair Abdul Karim Gresik dengan kitab Ittifaq Dzatil Bain, serta ulama-ulama lain yang telah mengarang kitab falak. Pulau Madura pun tidak luput dari perkembangan ilmu falak tersebut. Ada beberapa tokoh ulama yang diyakini masyarakat mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang ilmu falak. Adapun kitab al-dūrr al-anīq adalah kitab falak karya KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah.

83 Berbagai macam metode hisab bermunculan dan berkembang seiring dengan munculnya tokoh-tokoh falak di Indonesia termasuk metode yang digunakan oleh KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah dalam kitab al-dūrr al-anīq. al-dūrr al-anīq adalah salah satu kitab karangan KH. Ahmad Ghozali yang membahas tentang hisab awal bulan Qamariyah. Al-Dūrr al- Anīq merupakan kitab yang tergolong menggunakan metode kontemporer. 131 Perhitungan yang didasarkan pada metode tersebut memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada metode haqiqi tahqiqi. Pada pembahasan sebelumnya sudah sedikit penulis singgung tentang hisab yang termasuk kedalam metode kontemporer. Hisab tersebut tertuang dalam beberapa model. Beberapa hisab tertuang dalam bentuk tabel seperti Astronomical Almanac dan Ephemeris. Sedangkan yang lain dalam sebuah program komputer seperti Mawaqiit karya Khafid. Hasil perhitungan yang dihasilkan oleh hisab-hisab tersebut berbeda meski tidak terlalu jauh. Hal ini salah satu penyebabnya adalah sumber data yang diambil oleh masing-masing hisab. Dalam hal ini, kitab al-dūrr al-anīq akan dibandingkan dengan hisab Ephemeris. Standar perbandingannya adalah karena keduanya menggunakan metode kontemporer sehingga hal ini memungkinkan keduanya untuk dibandingkan. 131 Sistem hisab ini menggunakan hasil penelitian terakhir dan menggunakan matematika yang telah dikembangkan. Metodenya sama dengan metode hisab hakiki tahkiki, hanya saja sistem koreksinya lebih teliti dan kompleks, sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi. Selengkapnya lihat Taufik, Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia, hlm. 22. Lihat juga Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat "Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, hlm. 4.

84 Perbedaan yang sangat mencolok dari keduanya adalah bahwa sumber data yang diambil untuk malakukan perhitungan berbeda. Dalam penentuan awal Jumadal Ula 1435 H, hasil perhitungan dari kitab al-dūrr al-anīq berbeda dengan hasil dari perhitungan Ephemeris. Sehingga dengan terjadinya perbedaan hasil perhitungan tersebut penulis ingin menguak lebih lanjut faktor-faktor penyebab perbedaan antara kitab al-dūrr al-anīq dengan metode perhitungan lainnya yang notebenenya sama-sama tergolong kedalam hisab kontemporer. 1. Teori Yang Membangun Kitab al-dūrr al-anīq yang muncul setelah generasi hisab haqiqi taqribi dan juga hisab haqiqi tahqiqi, berpangkal pada teori yang dikemukakan oleh Copernicus (1473-1543) yakni teori Heliocentris. 132 bahkan telah menyerap Hukum Keppler 133 tentang bentuk lintasan orbit Bumi dan hukum gravitasi lain sebagainya. Menurut teori Heliosentris bahwa yang menjadi pusat tata surya ini bukanlah Bumi, melainkan Mataharilah sebagai pusat tata surya. Jadi Komet, planet-planet (termasuk Bumi), dan satelit-satelit dari planet tersebut (termasuk Bulan sebagai satelit dari Bumi) berputar mengelilingi Matahari. Dan juga menurut Hukum Keppler menyatakan bahwa bentuk lintasan dari orbit planet-planet yang 132 Teori Heliosentris merupakan teori yang menempatkan Matahari sebagai pusat tatasurya. Lihat dalam Susiknan Azhari, Ilmu Falak "Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern", Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007, hlm. 15-16. 133 Penemu hukum ini yaitu John Kepler. Lihat dalam P. Simamora. Ilmu Falak (Kosmografi) Teori, Perhitungan, Keterangan, dan Lukisan, Jakarta: C.V Pedjuang Bangsa, Cet. ke-30, 1985, hlm. 46. Lihat juga M.S.L. Toruan, Pokok-Pokok Ilmu Falak (kosmografi), Semarang: Banteng Timur, Cet. ke-4, tt, hlm. 104.

85 mengelilingi Matahari tersebut berbentuk ellips. Oleh karena itu, kitab tersebut dalam menghitung posisi Bulan dan Matahari melakukan koreksi-koreksi hingga beberapa kali berdasarkan gerak Bulan dan Matahari yang tidak rata. Kitab al-dūrr al-anīq adalah kitab yang muncul pada akhir tahun 2013. Kitab ini memang tergolong kitab baru yang tentunya dalam penyusunannya tidak terlepas dari kitab-kitab terdahulu. Sebagaimana telah penulis ungkapkan pada pembahasan sebelumnya bahwa kitab al-dūrr al-anīq disusun guna menyempurnakan kitabkitab Kyai Ghozali sebelumnya. Kitab-kitab Kyai Ghozali yang terdahulu merupakan kitab yang masih tergolong kedalam metode hisab haqiqi taqribi dan hisab haqiqi tahqiqi. Sehingga kitab terkini Kyai Ghozali yaitu al-dūrr al-anīq menggunakan metode kontemporer yang diharapkan lebih teliti dan akurat hasil perhitungannya. Oleh karena itu dalam menghasilkan nilai untuk mencari awal bulan Qamariah selisih antara nilai kitab al-dūrr al-anīq dengan perhitungan kontemporer lainnya, seperti hisab Ephemeris Kementrian Agama RI tidak terpaut jauh. 2. Sumber Data Yang Digunakan Data-data yang dipakai dalam kitab al-dūrr al-anīq adalah tabel yang sudah disediakan dalam kitab al-dūrr al-anīq, meskipun demikian tabel tersebut masih membutuhkan koreksi-koreksi dengan

86 menggunakan rumus-rumus matematika kontemporer tertentu untuk melakukan proses perhitungannya. Data-data dalam perhitungan awal bulan Qamariah yang ada di kitab al-dūrr al-anīq salah satunya bersumber dari pemikiran H. M Nautical Almanac (Astronomical Ephemeris and Nautical Almanac) dan murni dari pemikiran KH. Ahmad Ghozali. 134 3. Analisis Proses Perhitungan Kitab al-dūrr al-anīq merupakan kitab kontemporer yang dalam perhitungannya untuk mencari awal bulan Qamariah menggunakan tabel yang sudah disediakan dalam kitab al-dūrr al- Anīq, meskipun demikian tabel tersebut masih membutuhkan koreksikoreksi dengan menggunakan rumus-rumus tertentu. Dari penelusuran penulis, metode yang digunakan kitab al-dūrr al-anīq seperti mempunyai keterkaitan dengan metode yang digunakan dalam buku Ephemeris Hisab Rukyat. KH. Ahmad Ghozali juga menjelaskan bahwasannya kitab al-dūrr al-anīq selain bersumber dari pemikiran beliau sendiri juga bersumber dari buku Astronomical Ephemeris and Nautical Almanac. Pembuktian adanya keterkaitan antara kitab al- Dūrr al-anīq dengan Ephemeris Hisab Rukyat dapat dilihat pada data untuk Matahari dan Bulan kedua metode tersebut, yakni sebagai berikut : 134 Hasil wawancara dengan KH. Ahmad Ghozali pada tanggal 28 April 2014.

87 No. Perhitungan al-dūrr al-anīq Ephemeris Hisab Rukyat 1. Matahari S = 340 o 47 0,24 135 ELM = 340 o 39 13 Bulan Mo = 342 o 32 6.36 136 ALB = 340 o 38 28 Matahari dm = sin -1 (sin S sin O) = -7 o 31 20.84 δ o = -7 o 32 20.42 137 2. dc = sin -1 (sin B cos O + cos B Bulan sin O sin Mo ) δ ( = -3 o 48 21.08 138 = -3 o 27 57.8 3. Matahari Bulan am = tan -1 (tan S cos O) = 342 o 15 55.9 ac = cos -1 (cos Mo cos B/cos dc) = 342 o 29 43.8 AR o = 342 o 15 27.1 139 AR ( = 342 o 24 56.4 140 4. Matahari Bulan sd = 0 0 15 59.63 /R = 0 0 16 8.49 sdc = 0.272476 x Hp SD o = 00 16 0.01 SD ( = 00 16 28.18 = 0 0 16 27.62 Tabel 1 : Data perbandingan perhitungan untuk Matahari dan Bulan antara al-dūrr al- Anīq dengan Ephemeris Hisab Rukyat Hasil perhitungan di atas menjelaskan nilai selisih bujur Matahari dan Bulan antara kitab al-dūrr al-anīq dengan Ephemeris Hisab Rukyat dengan nilai sebesar 0 0 07 47.24 (Matahari) dan 0 0 06 21.64 (Bulan), kemudian selisih untuk deklinasi Matahari dan Bulan antara kitab al-dūrr al-anīq dengan Ephemeris Hisab Rukyat dengan 135 Sudah melalui 2 kali proses penta dilan dengan di tambah S (bujur matahari rata-rata) 136 Sudah melalui 9kali proses penta dilan dengan di tambah M (bujur bulan rata-rata) 137 Data dari tabel ephemeris yang sudah melalui proses interpolasi dengan rumus A 1 + k (A 2 A 1 ) 138 ibid. 139 ibid. 140 ibid.

88 nilai sebesar 0 0 0 59.58 (Matahari) dan 0 0 20 23.28 (Bulan), kemudian selisih untuk asensiorecta Matahari dan Bulan antara kitab al-dūrr al-anīq dengan Ephemeris Hisab Rukyat dengan nilai sebesar 0 0 0 28.8 (Matahari) dan 0 0 04 47.4 (Bulan), sedangkan selisih untuk semidiameter Matahari dan Bulan antara kitab al-dūrr al-anīq dengan Ephemeris Hisab Rukyat dengan nilai sebesar 0 0 0 8.48 (Matahari) dan 0 0 0 0.56 (Bulan). Dari tabel tersebut, dapat dipahami bahwasannya proses perhitungan yang digunakan kedua metode tersebut hampir sama hanya saja tabel dalam kitab al-dūrr al-anīq belum siap langsung digunakan seperti tabel dalam Ephemeris Hisab Rukyat yang sudah matang hanya membutuhkan sekali koreksi jika diperlukan. Oleh karena itu tabel dalam kitab al-dūrr al-anīq masih membutuhkan koreksi-koreksi dengan menggunakan rumus-rumus matematika kontemporer tertentu untuk melakukan proses perhitungannya. Keterkaitan yang lainnya juga dapat dilihat pada rumus untuk mengetahui ghurub : Perhitungan Al-Dūrr al-anīq Ephemeris Hisab Rukyat Dip 1.76/60 x tt 0.0293 x tt h -(sd + 34.5/60 + Dip) -(sd + 34 30 + Dip) Ghurub Cos -1 (-tan Φ tan δ + sin h/cos Φ /cos δ) / 15 + 12 e Cos -1 (-tan Φ tan δ + sin h/cos Φ /cos δ) / 15 + 12 e Tabel 2 : Data perbandingan perhitungan untuk mengetahui ghurub antara al-dūrr al- Anīq dengan Ephemeris Hisab Rukyat

89 Jika rumus dari kitab al-dūrr al-anīq di atas disamakan dengan rumus Ephemeris Hisab Rukyat maka hasilnya sebagai berikut : 1.76/60 = 0.0293 jadi 1.76/60 adalah sama dengan 0.0293 34.5/60 = 0 o 34 30 jadi 34.5/60 adalah sama dengan 0 o 34 30 Dari rumus di atas dapat kita pahami bahwa sebenarnya terdapat kesamaan pada rumus yang digunakan oleh KH. Ahmad Ghozali dalam kitab al-dūrr al-anīq dengan Ephemeris Hisab Rukyat hanya saja dalam rumusnya kitab al-dūrr al-anīq masih menggunakan bilangan pecahan sedangkan dalam Ephemeris Hisab Rukyat menggunakan bilangan desimal dalam rumusnya. al-dūrr al-anīq GM = cos -1 (-tan Φ tan dm + sin hm / cos Φ / cos dm) = 91 0 49 53.12 Ephemeris Hisab Rukyat Cos t o = -tan Φ tan δ o + sin h o / cos Φ / cos δ o = 91 52 7.77 GC = (ST ac + λ) = 91 31 54.44 t ( = AR o AR ( + t o = 91 42 38.47 hc = sin -1 (sin Φ sin dc + cos Φ cos dc cos GC) = -1 0 5 55.26 hc = hc P + Ref + Dip sdc = -1 0 28 16.59 Azm = tan -1 (-sin Φ / tan GM + cos Φ tan dm / sin GM) = -7 0 41 21.69 Azc = tan -1 (-sin Φ / tan GC + cos Φ tan dc / sin GC) = -3 0 37 35.43 Sin h ( = sin Φ sin δ ( + cos Φ cos δ ( cos t ( = -1 14 3.28 h ( = h ( - P ( + Ref + Dip + SD ( = -1 o 18 14.88 Tan A o = -sin Φ / tan t o + cos Φ tan δ o / sin t o = -7 o 42 37.39 Tan A ( = -sin Φ / tan t ( + cos Φ tan δ ( / sin t ( = -3 o 59 8.51 mh = hc x 4 = -00 0 04 23.68 Lm ( = (SBS ( - t ( ) : 15 = -0 o 5 15.93 Tabel 3 : Data perbandingan proses perhitungan untuk awal bulan Qamariah antara al- Dūrr al-anīq dengan Ephemeris Hisab Rukyat

90 Dari tabel tersebut, dapat dipahami bahwasannya proses perhitungan yang digunakan kedua metode tersebut hampir sama hanya saja berbeda pada menghitung sudut waktu Bulan dalam kitab al-dūrr al-anīq menggunakan waktu bintang 141 (ST) dikurangi ascensiorekta Bulan (ac) ditambah bujur tempat, sedangkan dalam Ephemeris Hisab Rukyat menggunakan ascensiorekta Matahari (AR o ) dikurangi ascensiorekta Bulan (AR ( ) ditambah dengan sudut waktu Matahari (t o ). 4. Ta'dil (koreksi) Kitab al-dūrr al-anīq merupakan kitab yang digunakan untuk memperhitungkan posisi hilal. Maka tentunya, perhitungan tersebut tidak akan terlepas dengan yang namanya pergerakan Matahari, Bumi dan Bulan. Matahari sebagai tata surya mempunyai cahaya yang besar, Bumi sebagai salah satu planet yang mengelilingi Matahari dan ia juga mempunyai satelit yaitu Bulan, ketiganya saling berinteraksi Bulan memancarkan sinar ke Bumi karena mendapat bantuan cahaya Matahari. Kitab al-dūrr al-anīq melakukan koreksi pada setiap data (tabel) dengan menggunakan rumus tertentu. Koreksi tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil data yang lebih akurat dibanding metode hisab yang lain (haqiqi tahqiqi). Hal tersebut terbukti dari 141 Waktu bintang adalah busur yang diukur dari meridian pengamat sampai dengan titik Aries sepanjang lingkaran equator.

91 adanya koreksi yang dilakukan oleh sistem haqiqi tahqiqi lebih sedikit daripada metode hisab kontemporer. Berikut ini koreksi-koreksi yang dilakukan kitab-kitab lain: 1. Kitab al-nur al-anwar yang menggunakan metode hisab haqiqi tahqiqi melakukan koreksi sebanyak sembilan kali. 2. Kitab al-khulasoh al-wafiyyah yang menggunakan metode hisab haqiqi tahqiqi melakukan koreksi sebanyak enam kali. 3. Kitab al-tsamarah al-fikar yang menggunakan metode hisab haqiqi tahqiqi melakukan koreksi sebanyak sembilan kali. Koreksi yang dilakukan dalam kitab al-dūrr al-anīq dilakukan demi mendapatkan hasil yang akurat. Karena kitab al-dūrr al-anīq menggunakan metode hisab kontemporer, maka koreksi yang dilakukan haruslah lebih banyak dan lebih kompleks. Proses koreksi yang panjang dalam kitab al-dūrr al-anīq dilakukan juga karena adanya keterkaitan terhadap teori yang digunakan oleh kitab ini. Dimana kitab al-dūrr al-anīq telah menggunakan teori sistem Copernicus yaitu sistem yang menempatkan Matahari sebagai pusat tata surya. 142 Berpangkal dari teori tersebut Bumi bergerak lambat, teratur daripada sumbu perputaran Bumi terhadap kutub Ekliptika. Bidang Ekuator Bumi tetap mempunyai kemiringan 23,5 terhadap Ekliptika. Tetapi perpotongan kedua bidang itu bergeser. Jadi poros Bumi 193. 142 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm.

92 berputar dalam suatu lingkaran berpusat pada kutub Ekliptika, dengan jejari 23,5. Periode yang diperlukan 26 000 atau 50 s busur tiap tahun. Penemu gejala Presesi tersebut adalah Hipparchus pada pertengahan abad ke-2 SM. 143 Setelah melalui gejala Presesi maka Bumi mengalami gejala Nutasi dimana Bumi mengalami perubahan presesi sumbu rotasi Bumi secara berkala. Perubahan tersebut disebabkan oleh gangguan Bulan. Periode Nutasi adalah 18,6 tahun dan menggerakkan titik equinok 144 maksimal sekitar 17 menit di depan atau di belakang harga rata-rata mail kully. Gejala Nutasi ini ditemukan oleh Bradly pada tahun 1747. 145 Dari gejala-gejala di ataslah koreksi-koreksi yang dilakukan dalam kitab al-dūrr al-anīq sangat kompleks agar mendapatkan data yang akurat. Maka tidak heran, jika ada suatu pernyataan bahwa kalender hijriah merupakan kalender yang sangat tepat karena dalam perhitunganya melakukan banyak pengkoreksian. 5. Ketinggian Hilal Mar i Ketinggian hilal merupakan hal yang sangat urgen dalam penentuan awal bulan Qamariah. Ketinggian hilal sendiri terbagi menjadi dua, yaitu tinggi hilal haqiqi dan tinggi hilal mar i. 143 Iratius Radiman dkk, Ensiklopedi Singkat Astronomi dan Ilmu yang Bertautan, Bandung: ITB Bandung, 1980, hlm. 76. 144 Titik equinok kadang-kadang disebut titik pertama Aries, merupakan perpotongan antara ekliptika dengan equator. Susiknan azhari. Ensiklopedi Hisab Rukyat, op. cit. hlm. 226. 145 Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm. 42.

93 Tinggi hilal haqiqi didasarkan pada posisi ketinggian hilal yang dihitung dari ufuq haqiqi, sedangkan tinggi hilal mar i merupakan ketinggian hilal yang dihitung dari ufuq mar i. Perhitungan ketinggian hilal mar i yang dilakukan oleh kitab al-dūrr al-anīq telah memperhitungkan koreksi-koreksi. Adapun koreksi-koreksi tersebut adalah sebagai berikut : a. Refraksi (pembiasan cahaya) Refraksi dalam bahasa arab disebut daqo iq al-ikhtilaf sedangkan dalam bahasa indonesia disebut dengan pembiasan cahaya. Adapun yang dimaksud dengan refraksi yaitu perbedaan antara tinggi suatu benda langit yang terlihat dengan tinggi benda langit itu yang sebenarnya sebagai akibat adanya pembiasan sinar. 146 Pembiasan tersebut terjadi karena sinar yang dipancarkan benda tersebut datang kemata melalui lapisan-lapisan atmosfir yang berbeda-beda tingkat kerenggangan udaranya; sehingga posisi setiap benda langit itu terlihat labih tinggi dari posisi sebenarnya. Benda langit yang sedang menempati titik zenit refraksinya 0. 147 Jalannya cahaya benda langit mengalami pembelokan dalam atmoster Bumi, sehingga arahnya ketika mencapai mata sipengamat tidak sama arah semula. 146 Abdur Rachim, Ilmu falak, Yogyakarta: Liberty, 1983, hlm. 27. 147 Susiknan Azhari. Ensiklopedi Hisab Rukyat, op. cit. hlm. 180.

94 b. Semi Diameter Secara astronomis, saat Matahari terbenam terjadi pada saat titik pusat piringan Matahari mempunyai jarak zenith 90 0 50. Di dalam daftar Ephemeris angka itu dijadikan dasar untuk menyatakan saat Matahari terbenam atau terbit pada tempat pengamatan setinggi permukaan laut. Titik puncak lengkungan atas Matahari saat itu tepat berada di garis horizon. Harga 50 didapatkan dari perjumlahan diameter sudut Matahari ( =16 ) dan sudut pembiasan cahaya dalam atmosfer Bumi bagi benda langit yang berada di sepanjang horizon (=34 ). Koreksi ini dimaksudkan agar hasil yang dihitung bukan titik pusat Bulan akan tetapi piringan dari Bulan, sebab pada dasarnya semua data Bulan diambil dari titik pusat Bulan. Perlu diperhatikan bahwa dalam penggunaan koreksi semidiameter Bulan ini, maka yang dimaksudkan jika koreksi ini ditambahkan maka yang diukur adalah piringan atas Bulan, namun apabila yang dikehendaki adalah piringan bawah Bulan maka koreksinya adalah dikurang semidiameter. 148 Oleh karenanya ada yang berpendapat ditambhkan dan ada yang dikurangkan. 148 M. Rifa Jamaluddin Nasir, Pemikiran Hisab KH. Ma shum Bin Ali al- Maskumambangi (Analisis Tergadap Kitab Badi ah a-mitsal Fi hisab al-sinin Wa al-hilal tentang Hisab al-hilal), Skripsi Sarjana, Semarang: Fakultas Syari ah IAIN Walisongo. 20011, t.d. hlm. 103.

95 c. Kerendahan Ufuq (Dip) Kerendahan ufuq adalah perbedaan antara ufuq haqiqi dan ufuq mar i yang disebabkan pengaruh ketinggian tempat sipeninjau. Semakin tinggi kedudukan sipeninjau maka semakin besar pula nilai kerendahan ufuq ini akibatnya semakin rendahlah ufuq mar i tersebut. 149 Untuk menghitung kerendahan ufuq dalam kitab al-dūrr al- Anīq dipergunakan rumus sebagai berikut : 150 Dip = (1.76 x 60) x TT (5) = 0 03' 56.13" d. Paralaks Paralaks atau yang dalam bahasa arab disebut dengan ikhtilaf al-mandzar merupakan sudut perbedaan arah pandang terhadap sebuah benda langit dilihat dari mata si peninjau dan dari pusat Bumi. 151 Paralaks ini timbul karena pengamat berada di permukaan Bumi, sedangkan posisi benda langit menurut perhitungan ditentukan dari titik pusat Bumi. Perhatikan gambar dibawah ini : Bulan 149 Saa doeddin Djambek, Hisab Awal Bulan, Jakarta: Tintamas, 1976, hlm. 19. Lihat juga Abdur Rachim, Ilmu falak, op. cit, hlm. 29. 150 Ahmad Ghozali al-dūrr al-anīq, op.cit, hlm. 10. 151 Slamet Hambali, op. cit, hlm. 77.

96 Paralaks bagi benda langit yang berada di posisi horison disebut Horisontal paralax (HP). Harga horisontal paralax Bulan berubah-ubah karena jarak dari Bulan ke Bumi selalu berubah-ubah. Untuk mengetahui besar nilai paralaks dalam kitab al-dūrr al- Anīq maka dapat digunakan rumus : 152 HP = sin -1 (6378.14/r) 6. Markas Kitab-kitab falak dalam membuat data Matahari dan Bulan sebagai markasnya sangat variatif. Secara umum markas yang digunakan berdasarkan tempat dimana penulis mengarang Kitab al-dūrr al-anīq menjadikan pulau Madura tepatnya di Sampang sebagai markasnya. Sedangkan Ephemeris tidak memiliki markas tetap karena ia tidak berupa kitab, namun ada sebuah buku yang setiap tahunnya dikeluarkan oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama RI. Adapun markas yang digunakan tokoh falak lainya dalam penyusunan kitab-kitab falak yang berkembang di Indonesia adalah : a. Markas Jawa Tengah 1. Tadzkirah al-ikhwan oleh KH. Dahlan al-semarangi 2. Fathu al-rauf al-mannan oleh Abu Hamdan Abdul Jalil bin Abdul Hamid al-kudusi 152 Ahmad Ghozali, al-dūrr al-anīq, op. cit, hlm. 147.

97 3. Risalat al-qamaraini oleh KH. Noor Ahmad bin Shadiq bin al- Saryani al-jepara b. Markas Jawa Timur 1. Al-Syamsu Wa al-qamar oleh Ustadz Anwar Katsir al-malangi 2. Ittifaqi Dzati al-baini olah KH. Zubair Abdul Karim al-gresiki 3. al-irsyaad al-muriid oleh KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah c. Markas Jawa Barat 1. Sullam al-nayyiraini oleh Muhammad Mansyur bin Abdul Hamid bin Muhammad damiri al-betawi 2. Hamid bin Muhammad damiri al-betawi dan masih banyak sekali kitab-kitab falak yang berkembang di Indonesia dengan menggunakan markaz Pasuruan, Kediri, Magelang, Yogyakarta dan lain sebagainya. Pada dasarnya perbedaan markaz tidak akan menyebabkan hasil perhitungan, jika dikerjakan dengan menggunakan sistem dan metode yang sama dengan markaz asli yang digunakan, dan bila terjadi perbedaan, maka perbedaan itu tidak begitu signifikan karena nilainya tidak terlalu besar. Akan tetapi bukan berarti data lintang dan bujur tidak bisa dikatakan penting, karena bisa jadi terjadi perbedaan hasil perhitungan ketika ketidaktepatan pengambilan data lintang suatu markaz.

98 Adapun untuk penentuan lintang dan bujur sebelum banyaknya alat atau program sebagaimana era ini, maka dapat dilakukan dengan patokan bintang untuk penentuan lintang, dan matahari untuk penentuan bujur. Dari sinilah kiranya dapat dimengerti hasil perhitungan kitab al-dūrr al-anīq nilai keakurasiannya lebih unggul karena menggunakan data-data yang lebih valid dan lebih akurat. Salah satu hal yang turut menyebabkan terjadinya perbedaan hasil perhitungan adalah proses pembulatan angka. Padahal dalam prakteknya tidak semua pengguna kitab al-dūrr al-anīq dapat menggunakan atau memiliki kalkulator jenis-jenis yang sama. Jika ada, itu pun tidak sama persis. Hal ini yang menyebabkan berbeda pembulatan angka. Jika pembulatan dilakukan ke atas saja atau ke bawah saja maka tentu hasil bilangan yang didapat akan berbeda dengan bilangan yang sebenarnya. Bahkan dalam akumulasi pembulatan-pembulatan yang banyak sekali, hasil akhir bilangan akan berbeda jauh dengan bilangan sebenarnya. Dari faktor-faktor yang membedakan metode hisab kitab al-dūrr al- Anīq dan sistem Ephemeris Hisab Rukyat yang telah penulis ungkapkan diatas maka dapat ditarik benang merah. Telah jelas bahwa metode pengambilan data yang digunakan keduanya berbeda, kitab al-dūrr al-anīq dan Ephemeris Hisab Rukyat memang sama-sama mempunyai sumber data (tabel) tetapi untuk data (tabel) dalam kitab al-dūrr al-anīq masih

99 membutuhkan koreksi-koreksi dengan menggunakan rumus-rumus matematika kontemporer tertentu untuk melakukan proses perhitungannya dan itu berbeda dengan data (tabel) yang dimiliki oleh Ephemeris Hisab Rukyat. Hal lain yang membedakan keduanya adalah tentang koreksi (ta'dil). Dimana kitab al-dūrr al-anīq melakukan koreksi pada setiap data (tabel) dengan menggunakan rumus tertentu. Sedangkan Ephemeris Hisab Rukyat juga melakukan koreksi namun tidak sekompleks kitab al-dūrr al-anīq. Koreksi yang dilakukan Ephemeris Hisab Rukyat hanya meliputi data yang tidak ditemukan dalam tabel Ephemeris maka data tersebut dikoreksi dengan rumus sebagai berikut : 153 A = A 1 + k (A 2 A 1 ) Ket: A 1 = Data satu k = Selisih A 2 = Data dua Dari beberapa hal yang membedakan tersebut maka wajar jika keduanya menghasilkan data yang berbeda. Meski demikian keduanya sudah dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk pelaksanaan Rukyat. 153 Direktorat Pendidikan Diniyah Dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Agama RI, Kumpulan Materi Pelatihan Ketrampilan Khusus Bidang Hisab Rukyat Lestarikan Tradisi Ulama Salaf Kembangkan Keterampilan Hisab Rukyat, Semarang: Masjid Agung Jawa Tengah, 2007, hlm. 3.

100 B. Analisis Akuarasi Metode Hisab Awal Bulan Qamariah Dalam Kitab al- Dūrr al-anīq Metode hisab yang digunakan dalam penentuan awal bulan Qamariah sangat berpengaruh terhadap nilai akurasi dari hasil perhitungan. Tingkat keakurasian hasil dari perhitungan kitab al-dūrr al-anīq setara dengan perhitungan Ephemeris karena sama-sama menggunakan metode hisab kontemporer yaitu dengan menggunakan rumus segitiga bola. Dalam penentua awal bulan Qamariah hasil ketinggian hilal merupakan hal yang sangat urgen, ketinggian hilal atau Irtifa al-hilal bisa dikatakan merupakan hasil akhir dari proses perhitungan hisab. Dengan demikian Irtifa al-hilal selalu menjadi acuan dalam penetapan awal bulan. Hal ini bisa dilihat dengan adanya ketetapan Imkan al- Rukyat dengan ketinggian hilal 2 (dua derajat) yang dipegang oleh pemerintah Indonesia sekaligus sebagai anggota MABIMS, kemudian konsep Wujud al-hilal (ketinggian hilal (positif) di atas ufuk atau di atas 0 ) oleh ormas Muhammadiyah, dan juga sebagaimana adanya ketetapan musyawarah di Makkah yaitu dengan batasan ketinggian 5. Dari beberapa sistem perhitungan, ada yang konsep memperhitungkan tinggi hilal haqiqi dan juga ada yang tinggi hilal mar i. Ketinggian hilal sendiri terbagi menjadi dua macam, tinggi hilal haqiqi, dan tinggi hilal mar i. Tinggi hilal haqiqi didasarkan pada posisi ketinggian hilal yang dihitung dari

101 Ufuk Haqiqi 154, sedangkan tinggi hilal mar i merupakan ketinggian hilal yang dihitung dari Ufuk Mar i 155. Untuk mengetahui secara jelas, maka penulis mencantumkan hasil perhitungan awal bulan Qamariah dalam kitab al-dūrr al-anīq dan Ephemeris. Berikut hasil perhitunganya : 1. al-dūrr al-anīq a. Tinggi Hilal : -1 0 5 55.26 (Haqiqi) b. Ijtimak : 1 Maret 2014, 15: 02 :41.8 WIB 2. Ephemeris a. Tinggi Hilal : -1 o 14 3.28 (Haqiqi) b. Ijtimak : 1 Maret 2014, 15 : 01 : 17.96 WIB Hasil perhitungan di atas menjelaskan nilai selisih waktu ijtima antara kitab al-dūrr al-anīq dengan hisab Ephemeris pada tanggal 1 Maret 2014 dengan nilai sebesar 01 menit 23.84 detik. Sedangkan untuk nilai selisih tinggi hilal antara kitab al-dūrr al-anīq dengan hisab Ephemeris pada tanggal 1 Maret 2014 dengan nilai sebesar 0 derajat 08 menit 8.02 detik. Dari hasil perhitungan tersebut, gambaran tentang hasil perhitungan awal bulan Qamariah dalam kitab al-dūrr al-anīq menunjukkan bahwa selisisih antara hasil perhitungan dengan hisab Ephemeris tidak terpaut jauh 154 Ufuk haqiqi atau ufuk yang dalam astronomi disebut True Horizon, adalah bidang datar yang ditarik dari titik pusat Bumi tegak lurus dengan garis vertical sehingga ia membelah Bumi dan bola langit menjadi dua bagian sama besar, bagian atas dan bagian bawah, dalam praktek perhitungan tinggi suatu benda langit mula-mula dihitung dari ufuk haqiqi ini. Lihat Muhyidin Khazin, op. cit, hlm. 86. 155 Ufuk mar i atau ufuk kodrat adalah ufuk yang terlihat oleh mata, yaitu ketika seseorang berada di tepi pantai atau berada di dataran yang sangat luas, maka akan tampak ada semacam garis pertemuan antara langit dan Bumi. Garis pertemuan inilah yang dimaksud dengan ufuk mar i, yang dalam astronomi dikenal dengan nama Visible Horizon. Ibid.

102 hanya selisih pada menit ± 1-2 untuk waktu ijtima, sehingga dapat diketahui tingkat keakurasian dari hasil perhitungan kitab al-dūrr al-anīq setara dengan hisab Ephemeris yang sama-sama menggunakan hisab kontemporer. Adapun untuk data-data yang akan dijadikan ukuran seberapa akurat hasil perhitungan awal bulan Qamariah dengan menggunakan metode yang terdapat dalam kitab al-dūrr al-anīq penulis menggunakan dengan metode hisab Ephemeris karena sampai saat ini hisab Ephemeris masih digunakan oleh Departemen Agama RI sebagai penentuan hisab awal bulan Qamariah. Ketidaksamaan hasil perhitungan itu terjadi mungkin karena : 156 1. Data koordinat (lintang dan bujur tempat observasi) yang digunakan tidak sama. 2. Koreksi-koreksi terhadap gerak bulan yang dimasukkan tidak sama. 3. Pangkal ukur perhitungan ketinggian hilal tidak sama. Ada yang menghitung ketinggian hilal dari ufuk haqiqi dan ada pula yang menghitungnya dari ufuk mar i. 4. Bagian hilal yang dihitung tidak sama. Ada yang menghitung ketinggian hilal dari ufuk sampai titik pusat hilal. Ada yang menghitung ketinggian hilal dari ufuk sampai piringan atas hilal dan ada yang menghitung ketinggian hilal dari ufuk sampai pirigan bawah hilal. 156 Eni Nuraeni Maryam, Skripsi Sistem Hisab Awal Bulan Qamariah Dr. Ing Khafid dalam Program Mawaqid, Skripsi Sarjana, Semarang: Fakultas Syari ah IAIN Walisongo, 20011, t.d, hlm. 89.

103 C. Kelebihan Dan Kelemahan Dalam Kitab al-dūrr al-anīq 1. Kelebihan-kelebihan dalam kitab al-dūrr al-anīq: a. Dalam kitab al-dūrr al-anīq, teori dan metode yang digunakan setara dengan metode yang digunakan oleh hisab kontemporer yang lain. Oleh karena itu, perhitungan yang dihasilkan sudah cukup akurat. Sebagaimana telah penulis cantumkan pada pembahasan tentang perbedaan sumber data antara al-dūrr al-anīq dengan Ephemeris. b. Data-data yang dipakai dalam kitab al-dūrr al-anīq sudah akurat, teliti, dan lengkap. Bahkan data gerak Matahari dan Bulan diukur dalam satuan detik. Data tersebut lebih up to date dibandingkan data kitab generasi sebelumnya (metode hisab haqiqi taqribi ataupun hisab haqiqi tahqiqi). c. Rumus-rumus yang dipakai dalam kitab al-dūrr al-anīq sudah didasarkan pada rumus astronomi modern. Rumus-rumus tersebut bahkan bisa dikembangkan menjadi lebih efektif, sehingga mempermudah bagi pemula yang ingin mempelajarinya. d. Dalam penentuan saat terjadinya ijtima', kitab al-dūrr al-anīq sudah menggunakan metode hisab haqiqi tahqiqi. Sehingga hasilnya sudah cukup akurat. 2. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam kitab al-dūrr al-anīq a. Dalam kitab al-dūrr al-anīq memiliki data (tabel) yang digunakan untuk menghitung, akan tetapi data (tabel) tersebut masih membutuhkan koreksi-koreksi. Jadi untuk para pengguna kitab tidak

104 dapat langsung mengambil data matang, melainkan harus mencari menggunakan rumus-rumus tertentu yang telah disediakan didalam kitab sehingga perhitungan memakan waktu cukup lama. b. Dalam menentukan hari, ada beberapa ketentuan diantaranya yaitu yang pertama hari yang digunakan antara 28, 29, dan 30. Kedua diantara 3 tanggal tersebut yang akan digunakan adalah jika hari dan pasaran bila dijumlahkan dengan tahun majmu ah, mabsutho, dan syahr harus sama dengan hari dan pasaran waktu ijtima. Sehingga untuk pemula yang ingin mempelajari kitab al-dūrr al-anīq akan merasa kesulitan, karena tidak dijelaskan secara rinci dalam kitab tersebut. c. Kitab al-dūrr al-anīq dalam menguraikan perhitungan terlalu panjang sehingga perhitungan tersebut terkesan sulit.