BAB II BERBICARA, BERDISKUSI, DAN METODE KARTU-KARTU RESPONS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

Bab II Pengembangan Area Emosional

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

MENINGKATKAN PERFORMANSI BERBAHASA DENGAN MENERAPAKAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL (MODEL PENCAPAIAN KONSEP) PADA KEMAMPUAN BERBICARA.

Pengertian Komentar. Unsur-Unsur Diskusi. Materi. Manusia, sebagai pelaksana. Terdiri dari moderator, notulis, peserta dan pemakalah/penyaji

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauhjauh

Penulisan Karya Ilmiah 1

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

MODEL SIMULASI KREATIF BERBANTU MEDIA VIDEO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN INOVATIF

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa. a. Pengertian Kemampuan Berbicara

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara yang beraneka ragam. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

sebuah kelas ataupun dalam mengerjakan sesuatu.

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHAREDALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sifatnya verbalsampai kepada kegiatan visual. Dalam kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan pilihan kata yang sesuai di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

I. PENDAHULUAN. itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil wawancara dengan guru mata

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK DEBAT PADA SISWA KELAS XI SMA IBU KARTINI SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aenurohmah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional siswa. Di samping itu, bahasa merupakan penunjang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY

Transkripsi:

BAB II BERBICARA, BERDISKUSI, DAN METODE KARTU-KARTU RESPONS A. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa memiliki beberapa aspek. Salah satu aspek dari berbhasa yaitu berbicara. Tarigan (2008: 3) mengatakan bahwa berbicara adalah suatu kterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh kemampuan menyimak, dan pada masa itu kemampuan berbicara dipelajari oleh anak tersebut. Manusia memperoleh kosakata melalui kegiatan menyimak dan membaca. Hal itu membuktikan bahwa keterampilan berbicara bersumber dari kegiatan menyimak dan membaca. Perkembangan keterampilan berbicara sangat dipengaruhi oleh kemampuan menyimak dan membaca yang baik. Saling berkesinambungan antara aspek tersebut akan menghasilkan keterampilan yang baik khususnya dalam kegiatan berbicara. Jadi kegiatan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perkembangannya dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa lainnya. Dalam pemabahasannya keterampilan berbicara meliputi beberapa aspek, antara lain pengertian berbicara, tujuan berbicara, prinsip berbicara, faktor penunjang keefektifan berbicara dan tes kemampuan berbicara. 1. Pengertian Berbicara Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan dari belajar bahasa, Tarigan (1981:15) mengatakan bahwa berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantis, dan linguistic yang sangat intensif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, et.al., 1998:114) bahwa berbicara adalah berkata; berbahasa; melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya atau berunding. Menurut Tarigan (1983:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai bentuk juga wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagaysan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Sementara itu, Arsjad dan Mukti U. S. (1998 : 17) berpendapat bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau pengucapan katakata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

Suhendar dan Pien (1997 : 16), mengatakan bahwa berbicara sebagai aspek keterampilan berbahasa bukan hanya sekedar mengujar, keluar bunyi bahasa dari alat ucap, dan mengucap makna. Berbicara sebagai bahasa yakni untuk menyampaikan pikiran atau perasaan kepada orang lain melalui ujaran atau lisan. Sesuai dengan pendapat Tarigan (1995:13) mengatakan bahwa keterampilan berbicara adalah keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dalam hal ini hubungan antara pesan dengan bahasa lisan sebagai suatu media untuk penyampaian sangatlah erat, yaitu pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam bentuk asli melainkan dalam bentuk lain berupa bahasa lisan. 2. Tujuan Berbicara Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti memilki tujuan, yaitu ingin mendapatkan responsss atau reaksi. Responsss itu merupakan suatu hal yang menjadi harapan. Tujuan atau harapan pembicara sangat bergantung dari keadaan dan keinginan pembicara. Arsjad (1993) mengatakan tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Sementara itu Tarigan (2008 : 16) menyebutkan agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seharusnya seorang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomukasikan. Seorang pembicara harus mengevaluasi efek pembicaraannya terhadap para pendengar, dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Selain itu, Tarigan (1997 : 37) menyebutkan tujuan berbicara secara umum dibedakan menjadi lima, yaitu sebagai berikut. a. Menghibur Kegiatan berbicara bertujuan untuk menarik perhatian pendengar dan menimbulkan suasana gembira agar pendengar dapat terhibur dengan berbagai cara, misalnya humor, cerita-cerita jenaka, dan lain sebagainya. b. Menginformasikan Kegiatan berbicara bertujuan untuk memberikan informasi kepada pendengar, misalnya menjelaskan suatu proses ; menguraikan, menafsirkan atau menginterpretasikan suatu hal ; memberikan, menanamkan pngetahuan ; dan menjelaskan kaitan. c. Menstimulasi

Kegiatan berbicara ini lebih kompleks dari tujuan berbicara lainnya, karena dalam kegiatan ini pembicara harus bisa memengaruhi atau meyakinkan pendengar serta pembicara harus pintar merayu. d. Meyakinkan Kegiatan berbicara ini bertujuan untuk meyakinkan pendengar akan sesuatu melaui pembicaraan yang meyakinkan disertai pendapat dan bukti. Sehingga pendengar benar-benar yakin dengan apa yang disampaikan oleh pembicara. e. Menggerakan Kegiatan berbicara ini membutuhkan pembicara yang berwibawa dan panutan atau tokoh idola masyarakat. Karena melalui kepintarannya dalam berbicara dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, pembicara dapat menggerakan pendengarnya. Berdasarkan pada beberapa tujuan diatas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan berbicara adalah untuk menyampaikan pesan berupa informasi, ajakan, pendapat, serta hiburan terhadap orang lain untuk mendapatkan respons atas apa yang telah disampaikannya. 3. Prinsip Berbicara Tarigan (1981: 15-16) mengatakan ada beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan bebicara dan harus dipahami. Berikut ini merupan prinsip atau ciri berbicara: a. membutuhkan paling sedikit dua orang; b. mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama; c. menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum ; d. merupakan suatu pertukaran antara partisipan ; e. menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera; f. berhubungan atau berkaitan dengan masa kini; g. hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and audiotory apparatus); h. tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil. 4. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Ada beberapa faktor yang menjadi penunjang keefektifan berbicara. Arsjad (2005: 17-22) membagi faktor-faktor tersebut menjadi dua faktor. Pertama, dari segi kebahasaan meliputi ketepatan ucapan; penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; pilihan kata; ketepatan sasaran pembicaraan. Kemudian yang kedua dari segi non kebahasaan meliputi sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku; pandangan harus diarahkan pada lawan bicara; kesediaan menghargai pendapat orang lain; gerak-gerik dan mimik yang tepat; kenyaringan suara; kelancaran; relevansi penalaran; penguasaan topik. Berikut adalah penjelasannya. a. Ketepatan ucapan pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara cepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat me ngalihkan perhatian pendengar. b. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tersendiri pembicara ketika berbicara. Jika nada penyampaiannya datar maka akan menimbulkan kejenuhan atau kebosanan. c. Plihan kata Pilihan kata hendak tepat, jelas, dan bervariasi. Pilihan kata juga harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan. Pilihan kata yang digunakan ketika rapat tentu saja berbeda dengan pilihan kata ketika melakukan diskusi santai. d. Ketepatan sasaran pembicaraan Pembicara yang baik ialah seorang pembicara yang mampu menggunakan kalimat efektif dan tepat sasaran. Penggunaan kalimat yang baik akan menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Penggjunaan kalimat efektif juga akan mempermudah pendengar untuk menangkap pembicaraan. Sementara itu, jika tidak menggunakan kalimat efektif maka pembicaraan akan sulit dipahami karena terlalu meluas. Faktor-faktor nonkebahasaan sebagai penunjang kekefektifan berbicara dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku Seorang pembicara dapat meyakinkan pendengarnya dengan baik jika dia bersikap tenang dan sewajarnya. Pembicara yang terlihat kaku dan tidak tenang akan menimbulkan kesan kurang menarik bagi pendengarnya atau bahkan sangat tidak meyakinkan. Sementara seorang pembicara yang tenang dan lues akan menunjukan bahwa dirinya memang terampil dalam berbicara. b. Pandangan harus diarahkan pada lawan bicara Ketika memulai pembicaraan seorang pembicara harus mengarahkan sorot matanya kepada pendengar. Hal ini bertujuan agar pendengar merasa dihargai dan sangat diperhatikan dalam kegiatan berbicara tesebut. Jika pandangan hanya diarahkan pada satu arah maka akan menyebabkan pendengart merasa tidak diperhatikan. c. Kesediaan menghargai pendapat orang lain Seorang pembicara harus memiliki sifat keterbukaan. Dalam arti lain yaitu bersedia menerima pendapat orang lain baik berupa kritik maupun saran. Namun tidak berarti pembicara harus selalu mengikuti pendapat orang lain. d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat Gerak gerik yang tepat serta mimic yang menarik akan menimbulkan antusias yang baik dari pendengar. Hal ini menjadi penunjang keefektifan berbicara dan menghidupkan komunikasi. e. Kenyaringan suara Pengaturan kenyaringan suara sangat berpengaruh sebagai penunjang keefektifan berbicara. kenyaringan suara harus disesuaikan dengan jumlah pendengar, situasi yang dihadapi, serta tempat yang digunakan. Tujuannya adalah agar dapat didengar dengan baik serta diingat hal-hal penting yang telah disampaikan. f. Kelancaran Kelancaran menjadi salah satu factor penunjang yang sangat penting. Seorang pembicara harus mampu menguasai konsep pembicaraan agar pembicaraan berjalan lancar. Dengan berbicara lancar makan konsentrasi pendengar pun akan terjaga dengan baik. Lain halnya dengan pembicaraan yang terbata-bata biasanya membuat konsetrasi dari pendengarnya pun terganggu.

g. Relevansi Relevansi pembicara dapat diartikan sebagai kemampuan seorang pembicara menyampaikan gagasannya. Gagasan dan proses berpikir menuju suatu kesimpulan harus berhubungan logis. Hal ini berarti hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berkesinambungan dengan pokok pembicaraan h. Penguasan topik Seorang pembicara akan merasa sangat percaya diri dan tenang jika topic yang akan dibicarakan sudah terkuasai dengan baik. Maka dari itu penguasaan topik menjadi sebuah factor penunjang keefektifan berbicara. 5. Tes Kemampuan Berbicara Nurgiyantoro (2001: 291-294) mengungkapkan bahwa aktivitas berbicara seseorang tidak hanya berhubungan dengan kemapuan kognitif saja, tetapi berkaitan juga dengan aspek psikomotorik, yaitu suatu keterampilan yang melibatkan aktivitas otot. Aktivitas otot di sini yaitu berupa gerakan-gerakan organ mulut diringi dengan gerakan anggota badan lainnya yang turut menyertai dalam kegiatan berbicara. Dengan demikian, dalam hal berbicara terdapat dua aspek yang terlibat, yaitu keterampilan berbicara dari segi aktivitas dan kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif dilihat dari segi isi atau gagasan yang diungkapkan pembicara melalui bahasa. Sedangkan keterampilan dari segi aktivitas dilihat dari kelancaran dan kewajaran gerakan pembicara saat melakukan kegiatan berbicara. Tes kemampuan berbicara siswa di sekolah mencakup kemampuan teoretis dan praktik. Tes bersifat teoritis dapat diberikan secara tertulis. Tes tersebut dapat dilakukan saat ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Sedangkan tes kemampuan berbicara praktik bisanya dilakukan di kelas saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Menurut Nurgiyantoro (2001: 293) Kemampuan berbicara dalam pelaksanaan tesnya dibagi menjadi tiga tingkatan yang masing-masing tesnya diujikan langsung kepada siswa di sekolah. Tiga tingkatan tes kemampuan berbicara adalah sebagai berikut. a. Tes Kemampuan Berbicara Tingkat Ingatan

Tes kemampuan berbicara pada tingkat ingatan umumnya lebih bersifat teoretis. Hal-hal yang dinyatakan dalam tes ini, biasanya yang berkaitan dengan tugas berbicara. Tes tingkat ingatan ini juga dapat berupa tugas yang dimaksudkan untuk menilai kemapuan ingatan siswa secara lisan. Tes ini dapat berupa permintaan menyebutkan fakta atau kejadian, misalnya baris-baris puisi, isi berita, dan isi cerita atau novel. b. Tes Kemampuan Berbicara Tingkat Pemahaman Tes kemampuan berbicara tingkat pemahaman ini juga masih lebih bersifat teoretis karena soal-soalnya berupa pertanyaan mengenai masalah-masalah yang masih berhubungan dengan berbagai tugas berbicara. Tes pemahaman ini juga bertujuan untuk menilai kemampuan pemahaman siswa secara lisan. Tugas lain untuk tingkat pemahaman, misalnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa mengenai pemahamannya terhadap ilustrasi suatu gambar. c. Tes Kemampuan Berbicara Tingkat Penerapan Tes tingkat ini berbeda dengan tes kemampuan tingkat ingatan dan pemahaman. Pada tes penerapan ini tidak bersifat teoretis, tetapi lebih bersifat praktik. Pada tes tingkat penerapan ini siswa dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan menggunakan berbahasanya semaksimal mungkin yang dihadapkan dalam situasi atau masalah tertentu. Masalah yang dimunculkan tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan siswa. Masalah yang dimunculkan juga harus berkaitan dengan kehidupan nyata di masyarakat sehari-hari, agar menjadi dasar bagi siswa ketika terlibat langsung dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan teori diatas, penelitian ini diarahkan kepda tes kemapuan berbicara pada tingkat penerapan. Kegiatannya berupa diskusi yang harus diikuti oleh seluruh siswa yang dibagi menjadi empat kelompok untuk selanjutnya menggunakan metode kartu-kartu responsss yang menjadi salah satu metode pembelajaran aktif yang dapat memotivasi siswa untuk mengikuti diskusi dengan baik. B. Diskusi Sebagai Keterampilan Berbicara. Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam sebuah diskusi merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara, menurut KBBI diskusi

ialah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah, kemudian pengertian-pngertian lainnya juga dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu, satu satunya cara manusia dapat mengemukakan beberapa pendekatan, untuk mengetahui keseluruhan suatu pokok pembicaraan adalah dengan jalan mengetahui segala hal yang dikatakan oleh orang-orang yang mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda (John Stuart Mill 2008: 40) Menurut Tarigan (2008:40) diskusi adalah suatau metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berfikir kelompok. Merujuk pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diskusi merupakan suatu cara atau metode yang digunakan manusia untuk bertukar pikiran dengan mengemukakan pendapat baik berupa persetujuan maupun sanggahan dalam memecahkan suatu masalah guna mencapai pemecahan masalah tersebut untuk mengetahui keseluruhan suatu pokok pembicaraan. Diskusi merupakan suatu kegiatan pembelajaran aktif. Dalam pelaksanaannya diskusi terkadang diselingi oleh perdebatan-perdebatan yang cukup banyak. Berdasarkan pandangan tersebut maka pembahasan diskusi mencakup macam-macam diskusi, langkahlangkah diskusi, dan manfaat diskusi. 1. Macam-macam Diskusi Diskusi terdiri atas berbagai macam cara,ada yang bersifat formal dan adapula yang bersifat nonformal atau lebih santai. menurut Asul Wiyanto (2000 : 37-54)macam-macam diskusi adalah yaitu sebagai berikut. a. Diskusi kelompok merupakan diskusi yang memerlukan moderator, notulis dan beberapa peserta yang sekaligus sebagai penyaji maupun penyanggah. Penyaji tidak memerlukan makalah atau kertas kerja. Pada akhir diskusi moderator menyampaikan hasil diskusi b. Diskusi Panel merupakan diskusi yang biasanya digunakan untuk memperluas wawasan mengenai suatu masalah yang sedang hangat. Diskusi ini melibatkan beberpa pakar dari disiplin ilmu atau pakar yang berbeda untuk bertindak sebagaipanelis atau

pembicara. Moderator bisa langsung bertanya kepada panelis atau pembicara untuk menggali pandangan atau pendapat. Peserta diskusi diberi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan atau menanggapi dan menyanggah pendapat para panelis. Pada akhir diskusi moderator menyampaikan pokok-pokok dari hasil diskusi. c. Seminar merupakan bentuk diskusi ini dilakuan untuk mencari kesepakatan atau kesamaan langkah dalam menghadapi suatu persoalan yang sifatnya formal, sehingga para penyaji menyiapkan kertas kerja atau makalah untuk disajikan. Para peserta diskusi diberi kesempatan untuk menganggapi ataupun menyanggah makalah tersebut. pada akhir diskusi moderator menhyampaikan hasil pemikiran. d. Simposium merupakan diskusi yang diselenggarakan untuk membahas prasaran-prasaran memgenai suatu pokok persoalan atau masalah. e. Lokakarya merupakan diskusi atau pertemuan para ahli untuk membahas suatu masalah dibidangnya. f. Kongres merupakan pertemuan para wakil organisasi(politik,sosial,profesi) untuk mendiskusikan dan mengambil sebuah keputusan. g. Konferensi merupakan kegiatan berunding atau bertukar pikiran serta pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama. h. Brainstorming merupakan aktivitas dari sekelompok orang yang memproduksi atau menciptakan gagasan yang baru dengan sebanyak-banyaknya. Semakin banyak gagasan atau kritikan, semakin baik. Brainstorming dapat dipakai untuk mendiskusikan segala masalah, dan biasanya digunakan apabila ingin menentukan informasi yang diperlukan dan bagaimana mendapatkan informasi tersebut, kemudian untuk menentukan criteria yang tepat untuk menguji tepat tidaknya sebuah gagasan, untuk menentukan gagasan mana yang mungkin dilakukan, dan yang terakhir adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan keputusan setepat-tepatnya. i. Kolokium

berbeda dengan simposium yang diawali dengan serangkaian pidato oleh para pakar, kolokium tidak diawali dengan pidato. Para pakar yang diundang hanya member jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pserta mengenai topik yang telah ditentukan. j. Sarasehan merupakan model diskusi yang bersifat santai, karena dalam pelaksanaannya para peserta duduk di karpet sambil minum dan makan makanan kecil. Masalah yang dibahas tidak dibatasi, para peserta bebas menyampaikan pendapat sesuai masalah yang dibicarakan dalam diskusi. k. Debat debat artinya berbicara kepada lawan untuk membela sikap, pendirian, pendapat, atau rencana lawan. Secara sederhana debat adalah pertukaran pikiran tentang suatu hal dengan saling member alasan untuk mempertahankan pendapat. 2. Langkah-Langkah Diskusi Kegiatan diskusi akan berjalan dengan baik apabila kita memerhatikan bagaimana langkah-langkah melakukan sebuah diskusi yang baik. Kosasih, dkk (2000: 324) membagi langkah-langkah pelakasanaan diskusi sebagai berikut. 1) Membicarakan latar belakang dan masalah diskusi Sebelum melakukan diskusi tengtyukan terlebih dahulu latar belakang timbulnya sebuah permasalahan. tujuannya agar menhetahui hal apa saja yang melatarbelakangi timbulnya permasalahan 2) Membicarakan sebab timbulnya permasalahan dan tujuan-tujuan pemecahan masalah yang diharapkan Bicarakan terlebih dahulu kepada peserta diskusi sebab timbulnya masalah dan tujuan pemecahan masalah yang diharapkan seperti apa. Tujuannya agar permasalahan diskusi tidak terlalu meluas. 3) Membicarakan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya Untuk membicarakan kemungkinan pemecahan masalah dalam diskusi disarankan lebih dari satu kemungkinan. Jika kemungkinan satu gagal maka ada kemungkinan pemecahan lain. 4) Menyimpulkan hasil diskusi

Setelah proses diskusi berjalan dengan baik maka di akhir ketua harus menyimpulkan hasil dari diskusi tersebut. 5) Melaksanakan keputusan-keputusan diskusi Seluruh peserta diskusi harus melaksanakan apa yang telah menjadi keputusankeputusan yang telah disepakati dalam diskusi. 3. Memilih Topik untuk Diskusi Adapun syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam memilih sebuah topik dalam diskusi adalah sebagai berikut. a. Tidak terlalu asing bagi peserta diskusi, artinya sudah diketahui dan ada kemungkinan untuk memperoleh bahan. b. Menarik untuk didiskusikan. Pemilihan topik yang baik akan menimbulkan atau menarik minat peserta dalam berdiskusi. Peserta akan termotivasi untuk mengeluarkan idenya dalam pemecahan masalah jika masalah tersebut menurut mereka menarik c. Masalah dalam topik harus mengandung banyak kemungkinan jawaban, dan setiap jawaban dapat diuji kebenarannya. d. Pemilihan topik jangan terlalu luas. e. Topik yang dipilih harus memiliki manfaat untuk didiskusikan serta dapat menarik minat peserta, sehingga mampu mengeluarkan pendapat-pendapat baru untuk bahan perbandingan dalam penyelsaian masalah f. Topik yang dipilih harus sesuai dan disetujui oleh seluruh peserta. 4. Manfaat Diskusi Berdiskusi sangatlah bermanfaat, salah satunya adalah untuk memecahkan suatu masalah. Menurut Sinus (2004: 22) manfaat diskusi adalah sebagai berikut. 1) Merangsang siswa agar lebih bersedia menggali, memahami, dan mencari alternatifalternatif pemecahan masalah yang sedang didiskusikan. 2) Melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat di muka umum secara sistematis, menentukan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, bertindak konsisten

dan konsekuen dengan hal-hal yang telah diputuskan, serta dapat mengembangkan hal-hal yang telah diperoleh sekarang ke arah yang lebih sempurna. 3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih mempelajari hubungan antar manusia dan mengembangkan diri kea rah wawasan pribadi secara mantap. 4) Mengembangkan diri siswa sehingga menjadi ahli dan cakap untuk mengelola bidangbidang kegiatan yang sesuai dengan kemampuannya. 5) Lebih memahami orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilki oleh yang bersangkutan. Diskusi merupakan suatu kegiatan yang dapat merangsang kemampuan siswa dalam berbicara untuk menyampaikankan pendapatnya di depan umum dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. C. Etika dalam Kegiatan Bertutur Kegiatan sosial dalam kehidupan memiliki etika tertentu atau norma-norma tertentu yang harus diperhatikan agar tidak terjadi adanya ketersinggungan atau bahkan penghinaan. Begitu pula dalam bertutur, etika bertutur sangat perlu untuk diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang kurang baik. Dengan demikian ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan bertutur, Clifford Greetz (1976) dalam Abdul Chaer (2010 :100) menjelaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bertutur, antara lain. 1) penutur harus memperhatikan apa yang harus dikatakan kepada lawan tutur pada waktu dan keadaan tertentu dengan melihat komdisi yang ada seperti status sosial, serta budaya lawan tutur dalam situasi tersebut. 2) penutur harus memperhatikan ragam bahasa yang paling wajar digunakan untuk lawan tutur, waktu, tempat, dan budaya yang berlaku pada situasi tersebut. 3) penutur harus memperhatikan kapan dan bagaimana menggunakan giliran bicara dan menyela atau menginterupsi pembicaraan orang lain. 4) satu hal yang harus dperhatikan lagi oleh penutur dalam suatu kegiatan diskusi adalah mengenai kualitas suara, yaitu keras, pelan nya, kemudian tinggi atau rendahnya nada bertutur dalam suatu situasi. D. Peranan Metode Kartu-kartu Respons dalam Pembelajaran Aktif

Sebuah pembelajaran tidak hanya terfokus pada penyampaian suatu informasi kepada siswa. Kegiatan pembelajaran membutuhkan keterlibatan pikiran, fisik, serta tindakan langsung dari siswa. maka dari itu terciptalah sebuah pembelajaran yang dinamakan pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif diadakan untuk mempelajari sesuatu dengan sebaik mungkin dan tidak hanya sekilas melainkan siswa bersentuahn langsung atau mengimplementasikan secara langsung hasil dari sebuah pembelajaran. Belajar aktif juga membantu siswa untuk lebih fokus mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan tentang sesuatu yang deipelajarai dan mendiskusikannya dengan yang lain untuk mendapatkan pemahaman optimal. Hal terpenting dari sebuah pembelajaran aktif adalah siswa dapat memecahkan masalahnya sendiri, menemukan contoh dan mencoba berbagai keterampialn untuk mengasah kemampuannya sesuai dengan target belajar yang harus dicapai. Di dalam pelaksanaannya pembelajaran aktif tentu saja menggunakan berbagai metode, teknik, serta strategi yang menunjang kegiatan pembelajaran. Salah satunya adalah metode kartu-kartu respons. Metode kartu-kartu respons ini merupakan metode pembelajaran aktif yang menuntut partisipasi dari seluruh siswa dalam pembelajarannya khususnya dalam kegiatan diskusi(mel silberman, 2009:19). Metode kartu-kartu respons ini merupakan salah satu metode yang difokuskan untuk merangsang partisipasi siswa untuk terlibat dalam sebuah diskusi. Selain metode kartu-kartu respons, ada pula metode lainnya seperti diskusi terbuka, polling, partner belajar, whips dan masih banyak lagi. Metode- metode tersebut dimungkinkan dapat merangsang motivasi siswa untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah diskusi dan semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Untuk lebih jelasnya penulis akan menjelaskan secara lebih rinci pengertian dan bagaimana langkah dari metode kartu-kartu responsss ini. 1. Metode Kartu-kartu Respons Metode kartu-kartu respons merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang dikemukakan Mel Silberman. Mel Silberman(2009:19) menjelaskan bahwa ada beberapa metode pembelajaran aktif yang dapat menyusun sebuah diskusi dengan baik dan memperoleh respons dari para peserta didik pada setiap saat selama pelajaran. Beberapa dari metode tersebut sangat tepat digunakan ketika waktu terbatas dan menuntut seluruh siswa untuk ikut berpartisipasi. Salah satunya metode kartu-kartu respons ini. Penggunaan metode ini dapat memaksimalkan partisipasi dari selurug siswa, karena

setiap siswa diwajibkan untuk mengisi sebuah kartu dengan pendapat mereka yang kemudian harus ditanggapi oleh siswa lain secara langsung. dari penjelasan tersebut juga dapat diartikan bahwa metode ini dapat melatih kemampuan berbicara serta berpikir siswa untuk lebih kritis dalam memandang suatu permasalahan. Dengan demikian seluruh siswa seluruh siswa diharapakan dapat mengemukakan pendapatnya mengenai suatu topik yang telah dipilih dalam pembelajaran berdiskusi. Tujuan utama metode kartu-kartu respons ini adalah merangsang daya pikir siswa dalam menanggapi sebuah persoalan yang dimunculkan dan menuangkannya dalam sebuah kartu terlebih dahulu untuk kemudian ditanggapi secara langsung oleh pihak lain dengan berbicara mengemukakan pendapat lainnya mengenai suatu pernyataan dari sebuah kartu. Pola pembelajaran dari metode ini yaitu pembentukan kelompok-kelompok kecil yang mengambil kedudukan tertentu dalam menanggapi suatu masalah. Kemudian tanggapan atau pernyataan tersebut dituangkan dalam sebuah kartu dan dimasukan kedalam sebuah tempat sesuai kedudukannya. Setelah itu, setiap siswa harus mengambil sebuah kartu dari tempat yang berbeda kemudian siswa harus berbicara langsung untuk menanggapi pernyataan yang ada dalam kartu tersebut. 2. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Berdiskusi Menggunakan Metode Kartukartu Respons Langkah-langkah kegiatan pembelajaran berdiskusi dengan menggunakan kartu-kartu responsss adalah sebagai berikut. 1) Guru menyajikan suatu topik yang mengandung pro dan kontra. Masalah yang disajikan disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa agar kegiatan diskusi berjalan dengan baik. 2) Siswa di bagi ke dalam empat kelompok, yang terdiri dari dua kelompok pro dan dua kelompok kontra 3) Bagikan setiap kartu kepada seluruh siswa, kemudian perintahkan siwa untuk menuliskan pendapatnya pada kartu tersebut. 4) Setiap siswa mengumpulkan kartunya ke dalam tempat yang sudah disediakan sesuai dengan kedudukannya.

5) Mulailah dengan seorang siswa mengambil satu kartu dari tempat yang berbeda kedudukan. 6) Siswa langsung menanggapi pernyataan dari sebuah kartu yang telah diambilnya. 7) Kemudian siswa yang telah diambil kartunya itulah yang mendapat giliran selanjutnya. 8) Setelah semua siswa mendapat gilirannya barulah guru mengambil kesimpulan dari permasalahan yang telah diperdebatkan. Langkah-langkah pembelajaran diatas akan terlaksana dengan baik apabila siswa antusias mengikuti pembelajaran. Untuk itu disinilah peran guru sangat dibutuhkan untuk lebih teliti dalam memilih topik yang akan dimunculkan. Pemilihan topik yang sesuai serta menarik menurut siswa aka dengan sendirinya memotivasi siswa untuk dapat menggali pengetahuannya dan mengungkapkan pendapatnya secara lebih luas. Hal ini lah yang menjadi penunjang terhadap ketercapaian suatu tujuan pembelajaran. Ketercapain tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode kartu-kartu respons ini dapat dilihat dari antusias siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan peningkatan kemampuan berbicara siswa dapat dinilai dari beberapa aspek berbicara yang telah ditentukan. E. Anggapan Dasar Peneliti memiliki anggapan dasar dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut. 1. Mengemukakan pendapat disertai alasan yang jelas dalam sebuah diskusi merupakan hal yang sulit untuk siswa 2. Siswa merasa kurang percaya diri untuk berbicara di depan umum, karena takut salah dalam pemilihan kata serta kurang paham terhadap masalah yang sedang didiskusikan 3. Metode kartu-kartu respons merupakan metode yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran berdiskusi. F. Hipotesis Berdasarkan anggapan dasar di atas, peneliti merumuskan hipotesis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

H 1 terdapat perbedaan yang siginifikan antara kemampuan berbicara siswa ketika mengemukakan pendapatnya dalam berdiskusi sebelum dan sesudah menggunakan metode kartu-kartu respons. H 0 tidak terdapat perbedaan yang siginifikan antara kemampuan berbicara siswa ketika mengemukakan pendapatnya dalam berdiskusi sebelum dan sesudah menggunakan metode kartu-kartu respons.