I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan milik negara yang

dokumen-dokumen yang mirip
09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. posisi tiga terbawah dalam menerapkan Good Corporate Governance di Asia,

BAB I PENDAHULUAN. melanda hampir ke seluruh negara menjadikan Corporate Governance menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan milik swasta maupun pemerintah melaksanakan Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kinerja perusahaan. Pada awalnya corporate governance lahir

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kestabilan moneter dan sebagai lalu lintas pembayaran. Banyaknya

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Skandal perusahaan-perusahaan publik tidak hanya terjadi di negara-negara besar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan letter of intent (LOI) yang ditandatangani oleh

Restrukturisasi dan privatisasi BUMN. Sistem Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dimana hal ini menciptakan persaingan antar perusahaan-perusahaan yang

I. PENDAHULUAN. Peran penting penerapan Good Corporate Governance dapat dilihat dari sisi salah

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kemampuan atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan return di. strategi bisnis agar terhindar dari kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ini terjadi karena adanya kegagalan GCG yang diterapkan oleh perusahaan.

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

BAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba pada tingkat yang diinginkannya. Angka profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) sesungguhnya telah lama dikenal di

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi di Indonesia, keberadaan Badan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengimplementasikan Good Corporate Governance (GCG). Penerapan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin meningkat, banyak peluang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KESEHATAN PERUSAHAAN BUMN (Studi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 6 Yogyakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan meningkat dalam hampir dua dekade belakangan ini, terlebih setelah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan publik besar dan kantor akuntan publik (KAP) besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. (2014 : 1) yang menjelaskan bahwa Good Corporate Governance (GCG)

BAB 1 PENDAHULUAN. komisaris yang lebih besar dari jumlah direksi. Dari penelitian Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan kinerja optimal diperlukan suasana kerja dan hubungan

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai good corporate governance mulai populer khususnya di

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. (2007). Teori yang mendasari penelitian-penelitian tersebut adalah semakin

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi

BAB I PENDAHULUAN. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang. suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENDAHULUAN. Keruntuhan ekonomi yang menimpa bangsa ini tidak bisa lepas dari adanya

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. global yang ketat dan terbuka dengan dinamika perubahan yang begitu cepat.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sehat. Dalam studi yang dilakukan oleh Asian Development

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena munculnya Good Corporate Governance mulai dikenal karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibangun dengan paradigma berbasis ekonomi atau single P (Profit).

BAB I PENDAHULUAN. sektor perekonomian. Salah satu penyebab krisis adalah lemahnya implementasi

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika Serikat sekitar satu setengah abad yang lalu (1840-an). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik serta menerapkan corporate sosial responsibility

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Runtuhnya sistem ekonomi komunis menjelang akhir abad ke-20,

BAB I PENDAHULUAN. yang menarik. Isu mengenai corporate governance ini mulai mengemuka,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. berat karena selain dituntut untuk mendapatkan laba (profit) dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam produksi barang dan jasa. Modal yang didapat BUMN berasal dari keuangan negara, Karena dalam sistem perekonomian Indonesia BUMN memegang peranan yang cukup penting. Peranan BUMN dalam perekonomian Indonesia sangat besar dengan asset tahun 2012 terhitung mencapai Rp 3.522 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 128 triliun. 1 Aktivitas BUMN Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar jika dilihat dari aspek total pendapatan, total asset, volume produksi, sumber daya manusia, atau pelayanan yang telah terakumulasi selama puluhan tahun. Peranan BUMN yang penting, juga diungkapkan dalam Misi Kementrian BUMN (Kementrian BUMN, 2002), 2 antara lain (1) meningkatkan nilai perusahaan dengan melakukan restrukturisasi, privatisasi, dan kerja sama usaha antar BUMN berdasarkan prinsip-prinsip usaha yang sehat, (2) meningkatkan daya saing melalui inovasi dan peningkatan efisiensi untuk dapat menyediakan produk barang dan jasa yang berkualitas dengan harga yang kompetitif serta pelayanan yang bermutu tinggi, (3) 1 http://www.tempo.co/read/mews/2012/12/28/092450948/target-laba-bumn-di-2012-meleset 2 Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance: Pada Perusahaan Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung: Alfabeta. Hal: 2.

2 meningkatkan kontribusi BUMN kepada negara. Persoalan dan tantangan utama yang dihadapi BUMN pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal. Secara internal, persoalan dan tantangan yang dihadapi BUMN terungkap pada kurang memuaskannya kinerja BUMN. Sedangkan secara eksternal tantangan yang dihadapi BUMN tercermin dengan adanya globalisasi, yang berpengaruh terhadap berbagai aspek dalam perusahaan, seperti masalah-masalah persaingan, pendanaan, teknologi informasi, lingkungan hidup dan lainnya. Menurut Wahyudin, permasalahan internal BUMN adalah rendahnya kinerja yang dihasilkan oleh BUMN. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Pendapatan BUMN Tahun 2002 2006 Persentase dari Jumlah BUMN Pendapatan Pendapatan 25 BUMN 39 BUMN 81 BUMN Rp 166.485.000.000,00 Rp 31.147.000.000,00 Rp 9.758.000.000,00 80% 15% 5% 145 BUMN Rp 207.309.000.000,00 100% Sumber : Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance: Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dijelaskan bahwa pencapaian laba BUMN antara tahun 2002 2006 tidak berjalan dengan baik. Banyak BUMN dari 81 BUMN masih memiliki kinerja yang rendah, yaitu dari 145 BUMN dengan total pendapatan Rp. 207.309 milyar, sebanyak 25 BUMN (17%) memberikan kontribusi pendapatan Rp. 166.485 milyar (80%), sebanyak 39 BUMN (27%) memberikan kontribusi pendapatan Rp. 31.147 milyar (15%) dan sebanyak 81 BUMN (56%) memberikan kontribusi pendapatan Rp. 9.758 milyar (5%), (Wahyudin, 2008). 3 3 Ibid. Hal: 2 3.

3 Disini terlihat adanya suatu fenomena, yaitu kesenjangan antara BUMN yang diharapkan memberikan pendapatan yang besar untuk sumber pemasukan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dengan kenyataan yang menunjukkan bahwa BUMN akan sulit mengejar target kinerja. PT. PLN (Persero) sebagai salah satu BUMN yang sangat berpengaruh di Indonesia kerap diberitakan mengenai kerugian-kerugian yang melanda perusahaan BUMN tersebut. Tidak sedikit berita yang memberitakan bahwa PT. PLN (Persero) ternyata merugi. Bahkan bersama Menteri BUMN dalam masanya menjabat sebagai Direktur Utama PT. PLN (Persero) yaitu bapak Dahlan Iskan yang akhirakhir ini mengangkat nama perusahaan tersebut menjadi perlahan membaik tidak kunjung membawa PT. PLN (Persero) bersih dari berita mengenai kerugian dari perusahaan tersebut. Diberitakan bahwa laba bersih PLN di 2011 tergerus hingga 28,74 persen menjadi Rp 7,19 triliun dari 2010 sebesar 10,09 triliun. 4 Selain itu akhir-akhir ini banyak diberitakan bahwa di dalam PT. PLN terdapat korupsi yang telah membawa nama banyak petinggi terdahulu dari Perusahaan Listrik Negara tersebut turut masuk ke dalamnya, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai dalam PT. PLN (Persero) masih belum membaik dan masih terdapat para pemimpin yang melakukan praktik KKN, sehingga masih terjadi kerugian dalam tubuh PT. PLN (Persero). Kerugian yang terjadi tidak hanya terdapat pada PT. PLN (Persero), tetapi juga berasal dari BUMN-BUMN yang lain terutama semenjak terjadinya krisis perekonomian pada tahun 1997. Hal ini menyebabkan keuangan perusahaanperusahaan tersebut terhitung merugi, sehingga mengharuskan BUMN melakukan 4 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/04/05 /m1zwvm-bersama-dahlan-iskan-plnternyata-merugi, diakses tanggal 25 mei 2012

4 perbaikan perekonomian. Dalam rangka perbaikan ekonomi, pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) memperkenalkan dan mengintroduksir konsep Good Corporate Governnce (GCG) sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat. Sejak menadatangani latter of intent (LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan, perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat internasional (YPPMI&SC, 2002). Sejalan dengan hal tersebut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standard GCG yang telah diterapkan di tingkat internasional. 5 Pada tahun 2002 dibuatlah Kepmen BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada BUMN, namun kemudian pada tahun 2011 telah dibuat kembali Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 tentang penerapan GCG pada BUMN yang telah mewajibkan bagi setiap BUMN untuk wajib menerapkan GCG secara konsisten dan berkelanjutan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini dengan tetap memperhatikan ketentuan, dan norma yang berlaku serta anggaran dasar BUMN. 6 GCG pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. GCG dimasukkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan 5 Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika. Hal: 3. 6 Permen BUMN Nomor PER-01/MBU/2011

5 mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera (Wahyudin, 2008). 7 GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan, dan konsisten dengan peraturan perundangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar (Wahyudin, 2008) 8 adalah (1) Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundangundangan dan penegakan hukum secara konsisten (2) Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha (3) Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dari keberadaan perusahaan, menunjukan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab. Perusahaan selaku pelaku dunia usaha harus memastikan bahwa prinsip-prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Menurut Purwadarmita dalam Wahyudin prinsip-prinsip GCG antara lain: (1) keterbukaan (transparency); (2) akuntabilitas (accountability); (3) tanggung jawab (responsibility); (4) kemandirian (independency); (5) kewajaran (fairness). Salah satu tujuan yang diharapkan dalam penerapan GCG adalah peningkatan kinerja yang ada pada semua BUMN yang ada. 9 7 Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Op.cit. Hal: 36. 8 Ibid. Hal: 36 37. 9 Ibid. Hal: 48

6 Pada tahun 2003 PT. PLN (Persero) resmi menerapkan GCG dengan dasar Kepmen BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG Pada BUMN dan dengan dirativikasikan, merupakan persetujuan kepala negara atau pemerintah atas penandatanganan perjanjian internasional yang dilakukan oleh kuasa penuhnya yang di tunjuk sebagaimana mestinya mengenai undang undang BUMN dikeluarkanlah deklarasi komitmen GCG yang ditandatangani oleh komisaris dan direktur utama PT. PLN (Persero) yang menerangkan bahwa penerapan prinsip GCG merupakan kebutuhan dari PT. PLN (Persero) dalam penyelenggaraan korporasi demi meningkatkan nilai bagi pelanggan, pemegang saham dan perusahaan. 10 PT. PLN (Persero) memiliki tujuan tersendiri dari diterapkannya GCG. Tiga sasaran utama tersebut ialah, yang (1) untuk memaksimalkan kinerja perseroan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik dan berkualitas, peningkatan efisiensi operasional serta peningkatan layanan kepada pemangku kepentingan; (2) untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kinerja keuangan dan meminimalkan risiko keputusan investasi yang mengandung benturan kepentingan; (3) kemudian yang terakhir untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham serta kepuasan pemangku kepentingan karena meningkatnya nilai perusahaan. 11 Sejalan dengan semua bentuk konsep dari GCG yang telah diterapkan, perubahan yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau tidak signifikan. terdapat beberapa isu mengenai lemahnya praktek GCG di Indonesia. Tuntutan terhadap wujud GCG disetiap sektor (publik maupun swasta), kini semakin gencar. Tuntutan ini memang sangat wajar, mengingat banyak penelitian yang 10 Pedoman Good Corporate Governance PT. PLN (Persero). 2003. PT. PLN (Persero), Jakarta. 11 Laporan tahunan tahun 2011 PT PLN (Persero). Hal: 158.

7 menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan (bad governance) pada sebagian besar pelaku di Indonesia. Indikasi buruknya pengelolaan tersebut antara lain tercermin dari berbagai indikator berikut : 1. Tahun 1998, secara umum hasil survei Booz-Allen dan Hamilton bahwa belum efektifnya pelaksanaan GCG pada perusahaan di Indonesia adalah yang paling rendah di Asia Timur (2,88) dibandingkan dengan Malaysia (7,72), Thailand (4,89), Singapura (8,93), dan Jepang (9,17). Asian Development Bank juga mengemukakan bahwa fenomena yang sering dijumpai pada perusahaan-perusahaan di Indonesia antara lain belum melakukan pengelolaan perusahaan secara profesional, karena konsenterasi kepemilikan oleh pihak tertentu yang memungkinkan terjadinya afiliasi atau kerja sama antar pemilik, pengawas dan pengelola perusahaan, serta tidak berfungsinya Dewan Komisaris Perusahaan. 2. Tahun 1999, di sektor swasta, menurut hasil riset McKinsey & Company yang melibatkan para investor di Asia, Eropa dan Amerika Serikat terhadap lima negara di Asia menyatakan bahwa Indonesia menempati tingkat terendah dalam pelaksanaan GCG, sedangkan menurut hasil survey Political and Economic Risk Consultancy (PERC) terhadap pelaku bisnis asing di Asia ternyata Indonesia merupakan negara terburuk di bidang corporate governance. Tabel berikut menunjukkan peringkat GCG di Asia, yang disajikan sebagai berikut.

8 Singapura Hongkong Jepang Philiphina Taiwan Malaysia Thailand Cina Indonesia Korea Selatan Vietnam Keterangan Tabel 2. Skor Peringkat Good Governance di Asia Negara Skor 2,00 3,59 4,00 5,00 6,10 6,20 6,67 8,22 8,29 8,83 8,89 : Semakin tinggi skor, semakin buruk Good Governance Sumber : Media Akuntansi, No.17/TH. VII/April-Mei 2001 3. Tahun 2000, di sektor publik, birokrasi pemerintah Indonesia, termasuk yang terburuk di Asia. Menurut hasil survei yang dilakukan PERC terhadap para eksekutif bisnis asing, dengan memperoleh skor 8,0 dan tidak mengalami perbaikan dibanding tahun 1999. 4. Tahun 2001, hasil survei dikembangkan oleh Credit Lyonnais Securuties (CLSA) dengan tujuan ketegori, meliputi disiplin, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, tanggung jawab, keadilan dan kesadaran nasional terhadap standar GCG pada 115 perusahaan di 25 negara berkembang menunjukkan bahwa skor total untuk perusahaan di Indonesia yang disurvei hanya 37,7 dari skala 0-100 (100 adalah tertinggi). 5. Tahun 2002, hasil survei yang dilakukan IMD sebagai sekolah terkemuka di Switzerland mengembangkan kepastian kepemimpinan. Penilaian meliputi 11 komponen, yaitu hak dan tanggung jawab terhadap shareholder (pemegang saham), kredibilitas manajer, daya adaptasi, dewan perusahaan, nilai shareholder, insider trading, tanggung jawab sosial, hubungan antar pekerja, kepuasan pelanggan, aturan kompetisi, serta praktik-praktik etika.

9 6. Tahun 2003, hasil survei yang dilakukan oleh Utama, berkaitan dengan pelaksanaan GCG berkesimpulan bahwa terdapatnya konsenterasi kepemilikan dan kontrol yang meningkatkan informasi yang asimetris antara shareholder mayoritas dan shareholder minoritas, sehingga shareholder minoritas sulit untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan juga dapat menyebabkan lemahnya proteksi hukum bagi shareholder minoritas. 12 Hal tersebut seharusnya tidak ditemui lagi, mengingat prinsip-prinsip GCG sejak tahun 2003 yang telah ditetapkan di dalam PT. PLN. Jika suatu BUMN dinyatakan sehat, maka akan berdampak pada naiknya harga jual dari BUMN tersebut yang sewaktu-waktu jika diperlukan oleh negara dapat dijual demi membayar hutang negara atau keperluan mendesak lainnya. Prinsip-prinsip dari GCG tersebut jika diimplementasikan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ada, maka akan memiliki dampak baik yang akan bertolak belakang dengan apa yang diberitakan selama ini. Untuk itu peneliti tertarik melihat permasalahan mengenai bagaimana penerapan Good Corporate Governance dan kinerja finansial pasca penerapan GCG di tubuh PT. PLN (Pesero) pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2011 di samping isu-isu yang telah dijelaskan mengenai kerugian-kerugian di dalam tubuh PLN dan praktek korupsi yang sering terdengar, karena PLN merupakan perusahaan tunggal dalam penyediaan listrik dan merupakan salah satu BUMN yang merupakan penyumbang terbesar bagi APBN di Indonesia juga bisa sebagai dinilai menjadi suatu aset di dalam negara. 12 Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Op.cit. Hal: 8-10

10 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan GCG di PT. PLN (Persero) dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2011? 2. Mengapa penerapan GCG di PT. PLN (Persero) tidak menunjukkan perubahan yang berarti terhadap kinerja keuangan PLN? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan Good Corporate Governance di Lingkungan PT. PLN (Persero). 2. Untuk menganalisis penyebab dari ketidak sinergisannya penerapan Good Corporate Governace terhadap kinerja keuangan di lingkungan PT. PLN (Persero). D. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan penambahan ilmu pengetahuan dalam khasanah Ilmu Administrasi Negara, khususnya dalam ranah Manajemen BUMN. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau referensi bagi tiap BUMN dalam menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. 3. Sebagai salah satu bahan acuan atau referensi penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema atau masalah serupa.

11 E. Kerangka Pemikiran Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan bahwa pelaku ekonomi nasional terdiri atas tiga bentuk usaha: swasta, BUMN dan koperasi. 13 BUMN sebagai salah satu pelaku utama perekonomian nasional bertujuan untuk mendukung keuangan negara dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang keberadaanya pada saat ini diatur dengan Undang-Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Menurut Faisal (2002) paling tidak ada lima faktor yang melatar belakangi keberadaan BUMN, yaitu bahwa BUMN diperlukan (1) Sebagai pelopor atau perintis usaha, dimana swasta tidak tertarik untuk menggelutinya, (2) Sebagai pengelola bidang-bidang usaha yang strategis dan pelaksana pelayanan publik (3) Sebagai penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar (4) Sebagai sumber pendapatan negara. 14 Di balik semua itu terdapat permasalahan-permasalahan yang menghambat alur BUMN untuk berjalan sesuai dengan fungsi utamanya. Permasalahanpermasalahan tersebut antara lain berupa kurang memuaskannya kinerja persaingan, pendanaan, teknologi informasi dan lingkungan hidup dari keberadaan BUMN terutama yang sangat terlihat ialah buruknya kinerja keuangan dari beberapa BUMN. Hal ini menyebabkan pencapaian laba tidak sejalan dengan perbaikan kesehatan BUMN terutama antara tahun 2002-2006, sehingga pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP/117/M- MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara dimana Good Corporate Governance itu sendiri merupakan 13 Anoraga, Pandji. 1995. BUMN Swasta dan Koperasi: Tiga Pelaku Ekonomi. Jakarta: Pustaka Jaya. Hal: 1 14 Suryo Pratolo. 2007. Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia. Hal: 2.

12 prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha demi memperbaiki kinerja dari masing-masing BUMN tersebut. 15 PT. PLN (Persero) sebagai salah satu dari BUMN, turut menetapkan GCG sebagai suatu sistem yang mendasari proses dari mekanisme pengelolaan perusahaan tersebut, semenjak tahun 2003 yang didasari oleh Kepmen BUMN Nomor KEP/117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek GCG pada badan usaha milik negara. Sangatlah penting untuk melihat apakah praktik GCG sudah berjalan dengan baik atau tidak di lingkungan PT. PLN, mengingat bahwa masih terdapatnya kerugian yang dialami oleh PT. PLN (Persero). Berdasarkan hal tersebut peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis GCG di lingkungan PT. PLN (Persero) apakah sudah sesuai dengan prinsip yang ada berupa lima aspek yaitu transparency (transparansi); accountability (akuntabilitas); responsibility (pertanggungjawaban); independence (kemandirian); dan fairness (kewajaran), untuk lebih jelasnya mengenai penjabaran penjelasan pada kerangka pikir, maka peneliti menjabarkannya dalam alur kerangka pikir yang dapat dilihat pada gambar di berikut ini: 15 Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 Tahun 2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) pada badan usaha milik negara.

13 Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Permasalahan di dalam lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Peran pemerintah melalui Kepmen BUMN Nomor Kep- 117/M-MBU/2002 untuk mengatasi permasalahan di dalam lingkup BUMN Kepmen BUMN Nomor Kep- 117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara PT. PLN (Persero) sebagai salah satu BUMN diharuskan untuk menerapkan GCG Penerapan GCG di lingkungan PT. PLN (Persero) dilakukan sejak tahun 2003, yang didasarkan oleh Kempen BUMN Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara Bagaimana Penerapan Good Corporate Governance di lingkungan PT. PLN (Persero) Mengapa penerapan GCG di PT. PLN (Persero) tidak menunjukkan perubahan yang berarti terhadap kinerja keuangan PLN Penerapan dinilai berdasarkan prinsip-prinsip yang tertera di dalam GCG (Wahyudin, 2008), yaitu : 1. Transparency 2. Accountibility 3. Responsibility 4. Independence 5. Fairness Berdasarkan 11 syarat keberhasilan GCG: (1) Komitmen; (2) Sistem hukum; (3) Budaya perusahaan; (4) Sistem dalam Perusahaan yang Baik; (5) Peraturan dan kebijakan yang mendukung; (6) dukungan stakeholder; (7) Contoh GCG yang baik; (9) Semangat anti korupsi; (10) Manjemen risiko; (11) Evaluasi pelaksanaan. Sumber : Data diolah oleh peneliti.