BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor pendukung, di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Proses ini akan berjalan efektif apabila individu-individu yang terlibat

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. agar menjadi manusia yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sekarang ini telah mulai

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada. beberapa aspek pendidikan, termasuk kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan syarat mutlak untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal yang menjadi komponen dalam pembelajaran tersebut. Salah satunya adalah kesesuaian antara materi pembelajaran dengan perkembangan siswa. Menurut Piaget, pikiran dan tingkah laku anak selalu berlandaskan tahap-tahap pemikiran yang terstruktur. Usia anak sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap pra operasional dan tahap operasional kogkrit. Pada hakikatnya kedua tahap ini mempunyai banyak persamaan, yaitu mereka berpikir atas dasar pengalaman nyata (kongkrit). Dengan demikian, para pendidik harus memperhatikan bahwa pada tahap ini peserta didik sangat membutuhkan benda-benda kongkrit untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya. Untuk merealisasikan hal tersebut maka dituntut kemampuan guru yang dapat dipertanggungjawabkan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang baik. Dalam melaksanakan pembelajaran IPS ini guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa untuk memanfaatkan sumber belajar yang tersedia di sekitarnya. Guru sebagai pemberi bekal pengetahuan tentang manusia dan seluk beluk kehidupannya hendaknya mengarahkan siswa untuk tampil memecahkan masalah sosial di sekitarnya. 1

2 Secara umum, istilah Inkuiri (Inquiry) berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab suatu masalah. Pendekatan inkuiri yaitu salah satu cara untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih terpusat kepada siswa (student-centered instruction) daripada kepada guru (teacher-centered instruction). Rogers (Wahab, 2009: 11.3) menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu proses untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Beyer (Wahab, 2009: 11.3) menyatakan bahwa inquiry is one way of knowing yang berarti suatu cara untuk mengetahui. Lebih lanjut, apabila orang terkait dalam proses investigasi, berusaha menjawab pertanyaan dan berusaha memecahkan masalah secara berkelanjutan maka orang-orang ini telah melakukan proses inkuiri. Biasanya istilah inkuiri digunakan dalam aktivitas penelitian, khususnya pada proses melakukan investigasi. Inkuiri dibutuhkan dalam proses penelitian sebagai metode untuk mengkaji fenomena. Sebagai sebuah metode mengajar yang berorientasi pada latihan meneliti dan mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan metode pemecahan masalah, berfikir reflektif atau discovery. Menurut Beyer (Wahab, 2009: 11.3), Inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan makna/arti tertentu yang menuntut seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat dipahami. Inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang saat ini digunakan oleh para pengembang kurikulum khususnya di sekolah-sekolah Australia dan Amerika Serikat sebagai suatu pendekatan dalam proses belajar mengajar di persekolahan.

3 Demikian juga dengan di Indonesia, Pendekatan Inkuiri mulai dilaksanakan di sekolah dasar saat ini, mengingat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreatifitas, toleransi, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, dan kecakapan peserta didik. Dengan demikian peserta didik mampu melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, dan memiliki kesiapan yang memadai untuk hidup di masyarakat saat ini. Penggunaan pendekatan ini didasarkan atas beberapa pemikiran dari para ahli pendidikan dan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pendekatan ini memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan kemampuan berpikir maupun pengetahuan, sikap dan nilai pada peserta didik dibanding dengan pendekatan klasikal atau tradisional. Peran guru dalam pembelajaran IPS adalah motivator dan sebagai fasilitator bagi siswa agar dapat menumbuh kembangkan kemampuan para siswa dalam menggali informasi yang dibutuhkannya sehingga mereka dapat merumuskan sesuatu yang dapat dijadikan solusi untuk suatu masalah yang dihadapi. Namun demikian pada kenyataan di lapangan kedudukan dan fungsi guru dalam proses belajar mengajar saat ini masih cenderung dominan. Aktivitas guru masih sangat tinggi dibandingkan dengan aktivitas siswa. Strategi pembelajaran yang banyak diterapkan di sekolah-sekolah selama ini hanya bersifat Teacher centered. Dalam arti guru berperan sebagai sumber informasi, guru hanya

4 mentransfer ilmu yang dimiliki guru itu sendiri kepada siswa. Pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoritis dan tidak terkait dengan kehidupan nyata yang dialami siswa, akibatnya siswa tidak mampu menerapkan ilmu yang dipelajarinya di sekolah untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Ilmu yang dipelajarinya kurang bermakna bagi siswa, maka siswa menjadi pasif sehingga timbul perasaan bosan serta tidak semangat belajar IPS. Padahal yang diharapkan dalam proses pembelajaran tidak demikian. Dalam metode pembelajaran yang baru, siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Siswa diberi kebebasan dan dirangsang untuk menggunakan pikirannya tanpa diikat oleh aturan-aturan dan pola-pola yang mengikat, mereka akan menemukan cara yang paling baik untuk menguasai konsep. Selain itu, lingkungan dan kecerdasan siswa akan sangat menentukan kemajuan belajarnya. Kecerdasan siswa akan berbedabeda meskipun usianya sama. Dengan demikian peran aktif siswa dalam pembelajaran IPS sangat diperlukan sehingga komunikasi banyak arah baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan siswa, akan tercipta dengan baik. Temuan empiris yang ditemukan penyusun di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Samudralaksana Kecamatan Agrabinta khususnya pada konsep kegiatan ekonomi ada tiga masalah, yaitu: 1. Secara metodologis belum semua guru mempunyai kemampuan yang memadai dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang mampu mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi siswa.

5 2. Siswa kadang-kadang kebingungan dalam memahami konsep yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan karena pola pembelajaran yang diterapkan dalam konsep sebelumnya masih bersifat abstrak dan konvensional, dalam arti masih mengedepankan aspek hafalan daripada perbuatan/ praktik langsung. 3. Bahan ajar yang diberikan di sekolah masih terasa lepas dengan permasalahan pokok yang timbul di masyarakat, terutama yang berkaitan dengan perkembangan teknologi dan kehadiran produk-produk teknologi di tengahtengah masyarakat, serta akibat-akibat yang ditimbulkannya. Keterampilan proses pun belum nampak dalam pembelajaran di sekolah dengan alasan untuk mengejar target kurikulum. Berdasarkan kenyataan itu maka sudah sewajarnya dilakukan pembaharuan dalam strategi pembelajaran IPS agar siswa aktif dalam belajar baik secara mental, fisik, maupun penalarannya. Guru harus memperbaharui strategi pembelajaran, jika mengetahui hasil belajar siswa rendah. Usaha yang mungkin dapat dilakukan diantaranya, yaitu: memilih pendekatan yang mampu membangkitkan minat/ motivasi belajar siswa serta mampu mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru perlu memiliki strategi pembelajaran yang tepat yang dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih aktif dan terfokus pada pembelajaran yang dekat dengan kondisi siswa sehari-hari

6 serta tidak membosankan. Pendekatan seperti apakah yang dapat melayani kebiasaan dan kecepatan belajar siswa yang berbeda-beda itu, terutama pada konsep kegiatan ekonomi di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Samudralaksana Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur? Berdasarkan permasalahan tersebut penulis mengajukan salah satu alternatif pemecahan masalah berupa pendekatan inkuiri, karena salah satu metode untuk mengatasi kebosanan siswa belajar di kelas karena pengajaran terlalu didominasi oleh pendekatan ekspositori (ceramah) yang berpusat pada guru adalah pendekatan inkuiri. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melalui Penelitian Tindakan Kelas, selain berupaya untuk memperoleh gambaran tentang masalah tersebut, juga berupaya untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar secara konseptual dan prosedural dalam konsep kegiatan ekonomi melalui pendekatan inkuiri. Instrumen yang dikembangkan untuk melihat pelaksanaan setiap kegiatan pada PTK ini yaitu berupa format observasi, Lembar Kegiatan Siswa, pedoman wawancara, soal evaluasi, kamera foto, dan perangkat instrumen lainnya. Dari uraian di atas penulis melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa Pada Konsep Kegiatan Ekonomi, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas pada dasarnya permasalahan yang akan diteliti adalah pelaksanaan dan hasil belajar siswa pada konsep kegiatan ekonomi melalui pendekatan inkuiri, maka rumusan masalah selanjutnya diuraikan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana merencanakan pembelajaran pada konsep kegiatan ekonomi dengan menggunakan pendekatan inkuiri? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran mengenai konsep kegiatan ekonomi dengan menggunakan pendekatan inkuiri? 3. Apakah konsep kegiatan ekonomi dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa? C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana merencanakan pembelajaran pada konsep kegiatan ekonomi dengan menggunakan pendekatan inkuiri. b. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada konsep kegiatan ekonomi dengan menggunakan pendekatan inkuiri. c. Untuk mengetahui penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kegiatan ekonomi.

8 2. Manfaat Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilakukan penulis di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Samudralaksana dengan menggunakan pendekatan inkuiri ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Siswa 1) sebagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pembelajaran siswa pada konsep kegiatan ekonomi. 2) sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kegiatan ekonomi. b. Bagi Guru 1) sebagai masukan dalam upaya memperbaiki pembelajaran kegiatan ekonomi di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Samudralaksana 2) dapat memberi masukan kepada guru tentang pendekatan yang dugunakan dalam pembelajaran IPS. c. Bagi Sekolah Diharapkan dapat menjadi masukan yang positif sebagai salah satu upaya perbaikan pembelajaran kegiatan ekonomi di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Samudralaksana, yang akhirnya akan meningkatkan kualitas dalam mempengaruhi mutu pendidikan/lulusannya.

9 D. Definisi Operasional 1. Pendekatan Inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan makna/ arti tertentu yang menuntut seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat dipahami. Beyer (Wahab, 2009: 113). 2. Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran berupa tes yang disusun secara terencana baik tertulis, lisan, maupun perbuatan (Sudjana, 2005: 22). 3. Kegiatan ekonomi adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik lahir maupun batin. (Hisnu, T., dan Winardi, P., 2008: 133). E. Hipotesis Tindakan Sehubungan dengan penelitian tindakan kelas yang penulis laksanakan, hipotesis tindakannya adalah: Jika pembelajaran IPS pada konsep kegiatan ekonomi di Sekolah Dasar Negeri Samudralaksana Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur menggunakan pendekatan inkuiri, maka hasil belajar siswa meningkat.