PERTUMBUHAN IKAN SEMAH (Tor tambra, Valenciennes, 1842) DI PERAIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN IKAN KERALI (Labocheilos falchifer) DI PERAIRAN SUNGAI LEMATANG, SUMATERA SELATAN

3. METODE PENELITIAN

Muhammad Syahrir R. Keywords: fish growth pattern, allometric, isometric, condition factor, Muara Ancalong, Muara Bengkal.

3. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

3. METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

3. METODE PENELITIAN

2. METODOLOGI PENELITIAN

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3 Pengumpulan Data Primer

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode dan Desain Penelitian

KAJIAN PERTUMBUHAN IKAN BONTI-BONTI (Paratherina striata Aurich, 1935) DI DANAU TOWUTI, SULAWESI SELATAN

Length-Weight based Stock Assessment Of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis ) Landed at Tarempa Fish Market Kepulauan Anambas

3. METODE PENELITIAN

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TERI PEKTO (Stolephorus Waitei) DI PERAIRAN BELAWAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

The study of Sardinella fimbriata stock based on weight length in Karas fishing ground landed at Pelantar KUD in Tanjungpinang

III. METODE PENELITIAN

Study Programme of Management Aquatic Resource Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

3. METODE PENELITIAN

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

Estimasi parameter populasi ikan lencam (Lethrinus lentjan) di sekitar perairan Kotabaru (P. Laut) Kalimantan Selatan

Dhimas Wiharyanto, Gazali Salim, Muhammad Firdaus, dan M. Yusuf Awaluddin

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

3. METODE PENELITIAN

UMUR, PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS HIU KERTAS (Mustelus manazo, Bleeker 1854) DI TANJUNG LUAR, NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN ASPEK PERTUMBUHAN POPULASI POKEA (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) DI SUNGAI POHARA SULAWESI TENGGARA 1

KAJIAN STOK IKAN LAYANG (Decaterus ruselli) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI PASAR IKAN TAREMPA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

Growth Analysis and Exploitation rate of Tuna Fish (Auxis thazard) landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI UDANG KELONG (Penaeus merguiensis) DI PERAIRAN KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR KONDISI DAN HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN SELIKUR (Scomber australasicus) DI LAUT NATUNA YANG DIDARATKAN DI PELANTAR KUD KOTA TANJUNGPINANG

DINAMIKA POPULASI KERANG HIJAU (Perna viridis) DI PERAIRAN MANDALLE, KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

PEMANTAUN PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN PESISIR PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN PENDUGAAN PARAMETER PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI WADUK IR. H. DJUANDA

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

3. METODE PENELITIAN

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

BAB III METODE PENELITIAN. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

KEBIASAAN MAKAN DAN HUBUNGAN PANJANG BOBOT IKAN GULAMO KEKEN (Johnius belangerii) DI ESTUARI SUNGAI MUSI

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

HUBUNGAN PANJANG-BERAT DAN FAKTOR KONDISI WADER PARI (Rasbora lateristriata) DI SUNGAI NGRANCAH, KABUPATEN KULONPROGO

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

TINJAUAN PUSTAKA. daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

structure Population of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta Catch in Pancana Waters, Barru District

Hubungan Panjang Berat,...Mirna Dwirastina dan Makri,...Sainmatika,...Volume 10,...No.2,...Desember 2013,

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA

Abstrak. Kata Kunci : Ikan ekor Kuning, pertumbuhan, laju mortalitas, eksploitasi. Abstract

Hardiyansyah Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,

TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2)

Study Programme of Management Aquatic Resources Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

DINAMIKA POPULASI IKAN

Raja Hasnawati, Andi Zulfikar and Tengku Said Raza'i

HUBUNGAN PERTUMBUHAN DENGAN FEKUNDITAS HARPODON NEHEREUS YANG BERASAL DARI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

TUGAS M.K: DINAMIKA POPULASI IKAN (MSP531) Oleh: Nuralim Pasisingi C

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation)

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

Hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan petek, Leiognathus equulus (Forsskål, 1775) di Teluk Pabean, Jawa Barat

KAJIAN STOK KERANG DARAH (Anadara granosa) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI DAERAH KOLONG KABUPATEN KARIMUN

PERBANDINGAN RASIO KELAMIN, MORTALITAS DAN PERTUMBUHAN IKAN NOMEI (Harpadon nehereus) YANG BERASAL DARI HASIL PENANGKAPAN NELAYAN JUATA KOTA TARAKAN

ANALISIS MODEL PERTUMBUHAN IKAN BERONANG TULIS (SIGANUS JAVUS) DARI HASIL TANGKAPAN NELAYAN KOTA TARAKAN ABSTRACT

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VII (1): ISSN:

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: ISSN:

Transkripsi:

Pertumbuhan Ikan Semah... di Perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan (Subagja, et al.) ABSTRAK PERTUMBUHAN IKAN SEMAH (Tor tambra, Valenciennes, 184) DI PERAIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN Subagja, Arif Wibowo, dan Marson Peneliti pada Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Mariana-Palembang Teregristrasi I tanggal: 16 Maret 009; Diterima setelah perbaikan tanggal: 17 Maret 009; Disetujui terbit tanggal: 19 Maret 009 Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pertumbuhan ikan semah (Tor tambra) di perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan selama Maret-Agustus 008 di habitat ikan tersebut di perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling. Contoh ikan dari hasil tangkapan nelayan disimpan dalam kantong berisi alkohol 75% dan diberi label. Panjang total ikan diukur dengan menggunakan digital caliper yang memiliki ketelitian 0,01 mm. Bobot ikan ditimbang dengan timbangan manual dengan ketelitian 0,1g. Sebanyak 34 contoh ikan dianalisis pertumbuhannya dengan menggunakan persamaan Von Bertalanffy yang kemudian diestimasi dengan Elevan. Metode Battacharya digunakan untuk penentuan kelompok umur dan hubungan panjang bobot ikan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ikan semah di perairan Sungai Musi memiliki pola pertumbuhan allometrik. Panjang ikan ketika lahir (t=0) diestimasi 1,44 mm dan bobotnya 0,645 g. Ikan semah daerah ini tidak bertambah panjang dan bobotnya masing-masing setelah mencapai 6 dan 5,5 tahun. Masa pertumbuhan bobot ikan yang cepat diperkirakan terjadi pada saat ikan berumur 1-3 tahun. KATAKUNCI: pertumbuhan, ikan semah, Tor tambra, Sungai Musi PENDAHULUAN Ikan dari genus Tor tergolong jenis ikan endemik yang mendiami perairan sungai dan danau di bagian hulu. Penyebarannya adalah di Paparan Sunda yang meliputi di Indonesia (Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, Weber & de Beaufort, 196) dan Thailand (Smith, 1945). Di Sumatera Selatan dan Jambi, ikan ini dikenal dengan nama semah dan ditemui di perairan danau (Danau Ranau dan Kerinci) dan sungai (Sungai Musi dan Batanghari bagian hulu-pegunungan). Habitatnya adalah perairan yang mengalir dengan substrat dasar perairan berbatu atau berkerikil. Anakan ikan ditemukan di perairan yang dangkal dan ikan dewasa ditemukan di cekungan sungai yang dalam (lubuk). Jenis ikan ini di habitatnya mempunyai nilai ekonomis tinggi sebagai ikan konsumsi. Menurut Kottelat et al. (1993), ikan semah sudah terancam punah. Selanjutnya, ikan semah telah dilindungi secara tradisional, karena alasan budaya dan nilai penting sebagai makanan di berbagai daerah di Indonesia (Sabar, 1983; Rachmatika, 199). Pengelolaan sumber daya ikan semah membutuhkan data aspek biologi, antara lain makanan, reproduksi, dan pertumbuhan. Makanan utama ikan semah adalah diatom, algae, dan makrofita (Sulastri et al., 1985). Menurut Rupawan et al. (1999), ikan semah (T. douronensis) di Danau Kerinci dan Sungai Merangin-Jambi bersifat omnivous dengan makanan utamanya berupa buah-buahan (38,5%), moluska (9,7%), detritus (16,9%), dan serangga air (1,7%). Ikan semah melakukan migrasi ke hilir sungai pada saat musim hujan dan memiliki tingkat reproduksi yang rendah (Kottelat et al., 1993). Ikan semah betina telah matang gonad pada kisaran panjang 48,8-64,8 cm dengan jumlah telur 11.689-14.443 butir (Rupawan et al., 1999). Pada kondisi budidaya, ikan semah dapat berkembang gonadnya dengan pemberian pakan buatan berkadar protein 30-45% (Hardjamulia et al., 1999). Data dan inform asi mengenai umur dan pertumbuhan ikan dapat memberikan informasi tentang produksi suatu jenis ikan (Effendie, 1997; Tesch, 1971) dan sangat penting untuk manajemen sumber daya perikanan (Lagler et al., 1977). Namun, data tersebut untuk ikan semah di perairan Musi belum tersedia. Oleh karena itu, suatu penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ikan semah di perairan Musi, Sumatera Selatan telah dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan sumber daya ikan semah khususnya di perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan selama Maret - Agustus 008 di perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan. 133

BAWAL: Vol. No.4-April 009: 133-138 Gambar 1. Peta lokasi penelitian (Sumber: www.googlemap.com). Gambar. Ikan semah (T. tambra, Valenciennes, 184). Stasiun penelitian ditentukan secara purposive sampling, yaitu di bagian perairan Musi yang terletak di Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan (Gambar 1). Perairan yang dipilih adalah anak sungai yang bermuara di Sungai Musi, yaitu secara berturutturut dari bagian atas ke bawah: Sungai Tanjung Mulak, Sei Air Keruh, Sei Air Mulak, Sei Indikat, Selangis Besar, dan Lematang. Contoh ikan semah diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di sekitar stasiun penelitian (Gambar ). Ikan contoh tersebut diukur panjang total dan bobotnya. Pengukuran panjang total ikan dilakukan dengan menggunakan digital caliper yang memiliki ketelitian sampai dengan 0,01 mm, di bagian sisi sebelah kiri tubuh ikan. Bobot ikan ditimbang dengan timbangan manual dengan ketelitian 0,1 g. Pertumbuhan ikan diduga dengan menggunakan persamaan Von Bertalanffy(Sparre & Venema, 1999). Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy (VB) telah digunakan secara luas untuk mendeskripsikan pola sejarah hidup dari pertumbuhan somatik pada ikan dan organisme lainnya yang m enunjukkan pertumbuhan yang tidak atau sulit ditentukan (Ricker, 1975). Persamaan Von Bertalanffy yang digunakan sebagai berikut: L t = L maks (1-e -K(t-t o ) )... (1 L t = panjang ikan pada umur ke-t (mm) L maks = panjang maksimal (mm) K = koefisien pertumbuhan = umur hipotesis ikan pada saat nol tahun t o Nilai L maks dan K didapatkan dari hasil penghitungan dengan metode ELEFAN 1 yang terdapat dalam program FISAT. Nilai t o dapat dihitung dari rumus empiris Pauly (Pauly, 1988), yaitu: Log-(t o )=-0,39-0,75 Log L -1,038 Log K... ( Frekuensi panjang ikan dihitung dengan membuat interval kelas. Jumlah dan interval selang kelas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 134

Pertumbuhan Ikan Semah... di Perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan (Subagja, et al.) SK = 1+3,3 Log N... (3 JK = (Pmaks Pmin)/SK... (4 SK = selang kelas panjang ikan N = jumlah atau banyaknya ikan (ekor) JK = jumlah kelas Pmaks= panjang maksimum ikan (mm) Pmin = panjang minimum ikan (mm) Kelompok umur ikan semah yang tertangkap ditentukan berdasarkan pada metode Battacharya dengan menggunakan progam FISAT. Pada dasarnya metode Bhattacharya adalah suatu teknik memisahkan data sebaran frekuensi panjang ke dalam beberapa distribusi normal (sebaran normal) dan distribusi total. Penentuan distribusi normal ini dimulai dari sebaran kiri distribusi total, kemudian bergerak ke kanan selama ada distribusi normal yang dapat dipisahkan dari distribusi total (Sparre & Venema, 1999). Puncak dari masing-masing distribusi normal merupakan modus frekuensi panjang, disebut kelompok umur (kohort). Kemudian kelompok umur ini akan bergerak ke kanan, dengan kata lain kelompok umur itu bertambah panjang atau tumbuh. Kurva distribusi normal tiap kelompok umur mempunyai persamaan berikut: x x s Fc ( x ) exp... (5 s ndl pi n = jumlah populasi dl = lebar selang kelas s = simpangan baku x = nilai tengah kelompok umur Pertumbuhan bobot ikan diduga dengan menggunakan persamaan Von Bertalanffy. Hubungan panjang-bobot ikan ditentukan berdasarkan pada persamaan sebagai berikut (Sparre & Venema, 1999): W t =W (1- e k(t-to) ) b... (6 W t = bobot ikan pada umur ke-t (mg) W = bobot ikan maksimum (mg) k = koefisien pertumbuhan (t -1 ) t o = umur hipotesis ikan pada nol tahun Nilai L dan k didapatkan dari hasil penghitungan dengan metode ELEFAN 1 yang terdapat dalam program FISAT. Nilai t o dapat dihitung dari rumus empiris Pauly (Pauly, 1988) sebagai berikut: Log-(t o )=-0,39-0,75 Log L -1,038 Log k... (7 Hubungan panjang bobot ikan ditentukan berdasarkan pada uji regresi dengan rumus sebagai berikut (Tesch, 1971): W=aL b... (8 W = berat tubuh ikan (g) L = panjang ikan (mm) a dan b = konstanta Bentuk transformasi logaritmiknya adalah Log W=log a + b log L untuk mendapatkan tingkat pertumbuhannya (b=slope). Menurut Lagler et al. (1977), nilai b berkisar,5-4,0, namun berkisar dekat 3. Jika b<3 berarti pertumbuhan panjang lebih cepat daripada pertumbuhan bobotnya. Jika b=3, pertumbuhan bobot seimbang dengan pertumbuhan panjang, disebut isometrik (Ricker dalam Effendie, 1979). HASIL DAN BAHASAN Hasil Jumlah contoh ikan semah yang diperoleh dan dianalisis adalah 34 ekor. Jumlah contoh yang sedikit menyebabkan sebaran frekuensi panjang tidak menyebar secara merata (Gambar 3). Pendugaan parameter pertumbuhan (k, t o, dan L ) ikan semah (Gambar 4). Parameter pertumbuhan tersebut adalah L =15.5; k=0,180 dan t o =-0,583. Persamaan pertumbuhan ikan semah menjadi Lt=15,5 (1-e - 0,18(t+0,583) ). Ikan semah memiliki 3 kelompok umur berdasarkan pada ukuran panjangnya (L), yaitu 88,71; 140; dan 184 cm. Grafik pertumbuhan panjang ikan semah tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 6 dan 7 masing-masing menunjukkan hubungan panjang bobot Ikan semah dan model pertumbuhannya yang berbasiskan bobot. Parameter pertumbuhan hasil perhitungan adalah Wmaks=43,58, k=0,160 dan t o =-1.764. Persamaan pertumbuhan ikan semah tersebut menjadi Wt=43,58 (1-e -0,18 (t+0,583 ) 3,008. Bahasan Panjang asimtotik (L ) ikan semah berkisar 15,5 cm. Ikan semah di perairan Musi diperkirakan akan mendekati panjang asimtotiknya pada umur 6 tahun. Kecepatan mencapai panjang asimtotik tersebut 135

BAWAL: Vol. No.4-April 009: 133-138 Gambar 3. Sebaran panjang total ikan semah di perairan Musi, Sumatera Selatan. Y 4.788 exp x 16 88.71 Y x 184 1.596 exp 99.405 x140 Y 1.596exp 346.37 Gambar 4. Kelompok umur ikan semah di perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan. Lt=15,5(1-e -0,18(t+0,583) ) Gambar 5. Pertumbuhan panjang ikan semah di perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan. 136

Pertumbuhan Ikan Semah... di Perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan (Subagja, et al.) Gambar 6. Hubungan panjang bobot ikan semah di perairan Sungai Musi, Sumtera Selatan. Wt= 43,58 (1-e -0,18(t+0,583)3,008 ) Gambar 7. Model pertumbuhan bobot ikan semah di perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan. dipengaruhi oleh nilai k. Besaran k untuk ikan semah adalah 0,16. Menurut Tesch (1971), pada saat ukuran kecil, pertumbuhan ikan meningkat secara lambat, kemudian, laju pertumbuhannya meningkat secara cepat. Setelah kurun waktu tertentu, laju pertumbuhan kembali meningkat dengan lambat sampai akhirnya tetap pada suatu garis asimtotik. Oleh karena itu, menurut Weatherly & Gill (1987), pengetahuan tentang umur ikan merupakan hal penting untuk mengungkapkan permasalahan daur hidup ikan seperti ketahanan hidup, laju pertumbuhan, dan umur ikan saat matang gonad. Nilai b dari hubungan panjang bobot ikan semah adalah lebih dari 3,0. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tersebut di perairan Sungai Musi bersifat allometrik positif. Besaran nilai b tergantung kepada sediaan makanan (Le Cren, 1951), tingkat kematangan gonad (Frost, 1945), dan jenis kelamin (Hile & Jobes, 1940). Hubungan panjang bobot ini menunjukkan pertumbuhan yang bersifat relatif, artinya dapat berubah menurut waktu. Apabila terjadi perubahan lingkungan dan ketersediaan makanan, diperkirakan nilai ini juga akan berubah (Effendie, 1997). Bobot asimtotik (W maks ) ikan semah adalah 43,58 g. Ikan semah diduga mendekati bobot asimtotiknya pada umur 5,5 tahun. Pertambahan bobot yang cepat diperkirakan pada saat ikan mencapai umur 1-3 tahun. Informasi ini cukup penting untuk budidaya, khususnya dalam hal pemberian pakan. Dari persamaan pertumbuhan yang diperoleh di atas dapat diperkirakan panjang ikan ketika lahir (pada saat t=0). Panjang dan bobot ikan semah tersebut masing-masing adalah 1,44 mm dan 0,645 g. Hasil perhitungan bobot larva yang diperkirakan secara matematis perlu dibandingkan dengan kegiatan pemeliharaan sejak larva. Jumlah contoh ikan yang digunakan diduga berpengaruh terhadap perhitungan tersebut. Namun demikian, persamaan pertumbuhan yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan hasil yang menggambarkan kondisi saat ini. Pembacaan umur ikan dengan analisis terhadap sisik dan otolith diperlukan agar pola pertumbuhan yang didapatkan lebih akurat. Misalnya dengan scanning electron microscope untuk membaca annuli pada sisik dan melihat otolith dengan rasio Stronsium/ Calcium (SR/Ca). 137

BAWAL: Vol. No.4-April 009: 133-138 KESIMPULAN Ikan semah (Tor tambra) di perairan Sungai Musi memiliki pola pertumbuhan allometrik. Ikan ini diperkirakan memiliki panjang dan bobot pada saat lahir (t=0) masing-masing adalah 1,44 mm dan 0,645 g. Ikan semah tidak bertambah panjang dan bobotnya masing-masing setelah mencapai 6 dan 5,5 tahun. Pertambahan bobot ikan yang cepat diperkirakan terjadi pada saat ikan mencapai umur 1-3 tahun. PERSANTUNAN Kegiatan dari hasil riset karakteristik habitat dan keanekaragaman jenis ikan semah di Indonesia, T. A. 008, di Balai Riset Perikanan Peraiaran Umum, Palembang. DAFTAR PUSTAKA Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 11 pp. -. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 pp. Frost, W. E. 1945. The age and growth of eels (Anguilla anguilla) from the Windermere catchment area. Part. J. Anim. Ecol. 4: 106-14. Hardjamulia, A., N. Suhenda, B. Muharam, & E. Wahyudin. 1999. Pengaruh pakan berkadar protein berbeda terhadap terhadap pertumbuhan, laju sintasan, dan perkembangan ovari gelondongan ikan semah (Tor douronensis) di Danau Kerinci dan Sungai Merangin, Jambi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 4: p. 7-14. Hile, R. & F. W. Jobes. 1940. Age, growth, and production of the yellow perch. Perca flavescens (Mitchill), of Saginaw Baya. Trans. Am. Fish. Soc. 70:10-1. Kottelat, M. & K. K. P. Lim. 1993. A review of the Eel Loaches of the genus Pangio (Teleostei: Cobitidae) from the Malay Peninsula, with descriptions of six new species. Raffles Bulletin of Zoology. 41 (): 03-49. Lagler, K. F., J. E. Bardach, R. R. Miller, & D. R. M. Passino. 1977. Ichthyology (Second Edition). John Wiley & Sons. New York. 506 pp. Le Cren, E. D. 1951. The weight length relationship and seasonal cycle in gonad weight and the condition in Perch (Perca fluviatilis). J. Anim. Ecol. 0: 01-19. Pauly, D. 1988. Fisheries reseach of Southeast Asia In J. A. Gulland (ed.). Fish Population Dynamics (Second Edition). John Wiley & Sons. New York. Rachmatika, I. 199. Tambra, traditionally conserved. Voice of Nature. 89: 56-57. Ricker, W. E. 1975 Computation and interpretation of biological statistics of fish populations. Bulletin. 19. Ottawa: Department of the Environment, Fisheries, and Marine Service. Rupawan, A. Karim, & Husnah. 1999. Beberapa sifat biologi dan ekologi ikan semah (Tor douronensis) di Danau Kerinci dan Sungai Merangin, Jambi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 4: 1-6. Sparre, P. & S. C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku 1: Manual. FAO dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 438 pp. Sabar, F. 1983. Perlindungan ikan tambra (Labeobarbus sp.) di Sumatera Barat. Fauna Indonesia 1. (1):15-16. Smith, H. M. 1945. The Freshwater Fishes of Siam, or Thailand. Simthsonian Institution. United States National Museum. Bulletin 188. Washington. 593 pp. Sulastri, I. Rachmatika, & D. I. Hartoto. 1985. Feeding and reproductive patterns of Tor spp. as a base for its aquaculture. Berita Biologi 3. (3): 84-90. Tesch, F. W. 1971. Age and growth. In Ricker, W. E. (ed). Method for Assessment of Fish Production in Fresh Waters. Blackwell Scientific Publications. Oxford. p. 98-130. Weatherley, A. H. & H. S. Gill. 1987. The Biology of Fish Growth. Academic Press. London. Weber, M. & De Beaufort. 196. The Fishes of the Indo-Australian Archipelago. Leiden. E. J. B. 40 pp. 138