I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Epilepsi merupakan salah satu penyakit pada otak tersering mencapai 50 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

Kata kunci: kualitas hidup, faktor yang terkait, orang dewasa, epilepsi, Nigeria

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

Di Indonesia penelitian epidemiologik tentang epilepsi belum pernah dilakukan, namun epilepsi tidak jarang dijumpai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap kualitas hidup anak, termasuk pada anak dengan Leukemia Limfoblastik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Epilepsi merupakan kelainan kronik dari sistem saraf pusat yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB 1 PENDAHULUAN. setidaknya pernah mengalami satu kali nyeri kepala dalam satu tahun. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PADA PENDERITA EPILEPSI DI KECAMATAN MANYARAN DAN KECAMATAN JATIPURNO KABUPATEN WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong

BAB I PENDAHULUAN. Kejang merupakan masalah neurologi yang paling sering kita jumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. sedih bagi individu maupun anggota keluarga yang dapat menimbulkan. depresi. Depresi merupakan penyakit atau gangguan mental yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

I. PENDAHULUAN. merupakan penyebab peningkatan mortalitas pasien jantung (Maggioni, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terdiagnosis pada masa kanak-kanak dengan bangkitan awal sebelum 18

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

Perilaku Koping pada Penyandang Epilepsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Insiden epilepsi di dunia berkisar antara tiap penduduk tiap

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

KEBAHAGIAAN PADA ORANG DENGAN EPILEPSI (ODE) RINGKASAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi. penerus bangsa memiliki kemampuan yang dikembangkan dalam

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. antaranya mengalami kecacatan. (Markus, et al, 2010). Di Indonesia, 8 dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita. WHO (World Health Organization) tahun 2008, menyebut sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Epilepsi adalah terganggunya aktivitas listrik di otak yang disebabkan oleh beberapa etiologi diantaranya cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, dan tumor otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki maupun wanita tanpa batasan umur, ras, dan sosial ekonomi. Jumlah pasien yang menderita epilepsi sangat banyak di dunia, hal ini dibuktikan oleh data World Health Organization (WHO) yang menunjukkan epilepsi menyerang sekitar 50 juta orang di seluruh dunia, membuatnya menjadi salah satu penyakit saraf yang paling umum secara global. Sekitar tiga perempat dari penderita epilepsi yang hidup di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan (WHO, 2015). Jumlah penderita epilepsi mencapai 12% dari populasi masyarakat Indonesia (Harsono, 2001). Bila jumlah penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah penderita epilepsi baru 250.000 per tahun. Dari berbagai studi diperkirakan prevalensi epilepsi berkisar antara 0,5-4%. Rata-rata prevalensi epilepsi 8,2 per 1000 penduduk (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2011). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan tiga bulan terakhir, yaitu bulan November 2015 Januari 2016 terdapat 107 pasien penderita epilepsi di poliklinik Saraf RSUP DR. M. Djamil Padang. Terjadi peningkatan pasien epilepsi setiap bulannya. 1

Epilepsi menimbulkan stigma sosial yang besar dan orang-orang dengan epilepsi cenderung memiliki kualitas hidup yang rendah (Ronen et.al, 2003). Mereka rentan untuk merasa rendah diri, kecemasan yang lebih tinggi, dan depresi. Mereka lebih cenderung menganggur dan mengisolasi diri (Austin et.al, 2002). Sebuah studi di India melaporkan bahwa 15% responden percaya epilepsi berkembang menjadi kegilaan, 40% percaya bahwa anak dengan epilepsi tidak harus pergi ke sekolah atau anak-anak tidak harus bermain dengan mereka, dan 66% anak-anak mereka menikah dengan orang yang juga menderita epilepsi. (Gambhir et.al, 1995). Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa epilepsi memiliki dampak besar pada pekerjaan, kehidupan sosial, dan tingkat kesejahteraan penderita epilepsi (Birbeck et.al, 1996). Selama beberapa dekade ini, para peneliti mencurahkan perhatiannya untuk meneliti tentang penilaian hubungan kesehatan dengan kualitas hidup untuk penderita epilepsi, serta untuk menguji adanya pengaruh kuat dari karakteristik penderita (usia, jenis kelamin, status sosial-ekonomi), sisi klinis (frekuensi serangan, tipe serangan, lama menderita epilepsi, onset usia, dan jenis obat), sisi kelainan psikiatri (kecemasan dan depresi), dan sisi psiko-sosial (stigma negatif dan dukungan sosial) yang keseluruhannya merupakan faktor yang berperan dalam kualitas hidup penderita epilepsi (Edefonti et.al, 2011). Problem psikososial pada penderita epilepsi ditemukan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya. Problem yang paling sering ditemukan ialah adanya isolasi sosial, kurang percaya diri, kecemasan, dan depresi. Problem sosial ini berdampak sangat penting bagi penderita karena akan 2

menyebabkan berkurangnya kualitas hidup penderita terutama pada penderita yang mengalami kelainan neurologik (Austin, 2008). Pasien epilepsi memperoleh terapi antiepilepsi tunggal atau kombinasi. Epilepsi diterapi dengan obat-obatan anti epilepsi jangka panjang dimana terapi akan dihentikan jika pasien tidak lagi mengalami kejang selama minimal dua tahun. Terapi antiepilepsi memiliki beberapa efek samping, diantaranya kelelahan serta nyeri kepala (PERDOSSI, 2011). Menurut Engel (2000) efek samping yang ditimbulkan oleh obat antiepilepsi menurunkan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, sebagai farmasis yang melaksanakan asuhan kefarmasian yaitu pelayanan terapi obat yang dapat dipertanggung-jawabkan guna mencapai manfaat bagi peningkatan kualitas hidup pasien (Almahdy, 2015). Ketertarikan terhadap pengaruh epilepsi terhadap HRQoL (Health related quality of life) telah menyebabkan terjadinya perkembangan instrumentasi dalam menilai kualitas hidup yang spesifik untuk epilepsi, yang diakui dan digunakan secara luas untuk menilai respon terapi, dan pengaruh jenis karakteristik pasien terhadap kualitas hidupnya. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan merupakan keseluruhan kondisi status kesehatan seorang pasien, termasuk kesehatan fisik, sosial, psikologis, dan ekonomi (Spencer & Hunt, 1996). Penilaian kualitas hidup dipengaruhi oleh keadaan fisik, mental, sosial, dan emosional. Dalam melakukan penilaian kualitas hidup pada penderita epilepsi, dapat digunakan suatu instrument yaitu, Quality of Life in Epilepsy (Qolie-31 ) (Cramer et.al, 1998). Qolie- 31 9merupakan suatu kuesioner yang digunakan untuk menilai kualitas hidup penderita epilepsi. Penilaian dalam kuesioner ini 3

mencakup 7 aspek pertanyaan yang meliputi fungsi emosional, fungsi sosial, kelelahan fisik, fungsi kognitif, efek medikasi, dan kualitas hidup secara keseluruhan (Devinsky, 1993). Penelitian mengenai kualitas hidup pasien epilepsi masih sedikit di Indonesia. Salah satu penelitiannya mengenai kualitas hidup pasien epilepsi dewasa awal di Yogyakarta dilakukan pada dua orang pasien epilepsi d itemukan bahwa adanya perubahan kualitas hidup pasien pasca diagnosis. Hal ini dikarenakan diagnosis epilepsi membuat pasien mengalami perubahan hidup yang mengharuskannya beradaptasi terhadap perubahan dalam hidupnya. Kualitas hidup pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keluarga, ekonomi, kesempatan kerja, kecemasan, dan stigmatisasi. Dalam penelitian ini, kecemasan merupakan faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup pada kedua pasien (Salsabila, 2012). Meskipun penelitian megenai kualitas hidup pasien epilepsi sudah pernah dilakukan, penelitian terkait pengaruh karakteristik pasien dan jenis pemberian antiepilepsi terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pasien epilepsi di Indonesia belum pernah dilakukan. Sebagai seorang farmasis yang melaksanakan asuhan kefarmasian yaitu pelayanan terapi obat yang dapat dipertanggung-jawabkan guna mencapai manfaat bagi peningkatan kualitas hidup pasien (Almahdy, 2015). Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup terkait kesehatan ditinjau dari karakteristik pasien dan pemberian antiepilepsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan perbedaan kualitas hidup pasien epilepsi di Poliklinik Saraf RSUP DR. M. Djamil 4

Padang ditinjau dari karakteristik pasien dan jenis terapi yang digunakan pasien. Penelitian ini memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan, tenaga kesehatan, bagi masyarakat, pasien epilepsi dan peneliti selanjutnya. 5

6