HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Mitha Destyowati ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

23,3 50,0 26,7 100,0

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU (usia, Pendidikan, Pekerjaan, Dan Paritas ) DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS SUKUDONO SIDOARJO

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

HUBUNGAN POLA AKTIVITAS SEKSUAL DENGAN KETERATURAN KONSUMSI PIL KB PADA AKSEPTOR KB PIL. Andri Tri Kusumaningrum ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

Oleh: Ismail dan Sisca Febryani Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Wiralodra Indramayu

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

METODE PENELITIAN. wawancara terstruktur dengan panduan kuisioner. Waktu penelitian : Bulan Desember 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

ABSTRAK. Kata Kunci : Peran suami, Akspektor Mantap (MOW).

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA CAKUPAN KB IUD DI DESA KEBONAGUNG KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

Oleh : Lia Natalia ABSTRAK

Anik Nurhayati. Korespondensi : Anik Nurhayati, d/a Puskesmas Kalibaru Jl. Jember No. 39 Kalibaru Kulon ABSTRAK

HUBUNGAN SIKAP SUAMI TERHADAP GENDER DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI MENJADI AKSEPTOR KB DI RW II CANDISARI BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2009¹

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Pengetahuann dan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih

JURNAL. DiterbitkanOleh. LPPM STKIES AnNurPurwodadi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN METODE MAL DI KELURAHAN RINGIN PUTIH KARANGDOWO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG IMPLANT DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT PADA AKSEPTOR DI BPS NY. HJ. FAROHAH DESA DUKUN GRESIK

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR Dedes Fitria 1, Sinta Nuryati 2 1 Poltekkes Kemenkes Bandung 2 Poltekkes Kemenkes Bandung (Alamat Korespondensi : dedesfitria@gmail.com/ 081253870489) ABSTRAK Keluarga Berencana merupakan salah satu program pemerintah yang disusun pemerintah dalam rangka mengatur jumlah kelahiran, dimana tujuan akhir dari program ini adalah untuk membantu keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Namun hingga saat ini jumlah akseptor KB pria lebih sedikit jika dibandingkan akseptor KB wanita. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode dekskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel diambil dengan Simple Random Sampling yaitu suami pasangan usia subur di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor dengan jumlah 345 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala Guttman. Analisis data menggunakan analisis univariat distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji statistik Chi Square (X 2 ) pada taraf signifikan α=5 % menggunakan komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara Pengetahuan Suami Tentang KB Dengan Partisipasi Suami Dalam Ber-KB Di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor dengan nilai X 2 hitung 5,32 > X 2 tabel 3,841 dengan P value = 0,001, OR = 5.000 dan CI= 95%. Saran kepada responden/masyarakat khususnya suami agar lebih menambah wawasan dan pengetahuannya mengenai alat kontrasepsi bagi pria. Dan bagi pemerintah khususya di bidang kesehatan agar lebih mempromosikan mengenai alat kontrasepsi/kb bagi pria. Kata Kunci : Pengetahuan, Suami, KB, Partisipasi PENDAHULUAN Keluarga Berencana merupakan salah satu program pemerintah yang disusun pemerintah dalam rangka mengatur jumlah kelahiran, dimana tujuan akhir dari program ini adalah untuk membantu keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, sedangkan arti dari Keluarga Berencana itu sendiri adalah mengatur jumlah anak sesuai dengan kehendak pasangan suami istri dan menentukan sendiri pasangan suami istri yang ingin hamil. Setiap tahun terdapat 500.000 perempuan meninggal akibat berbagai masalah, yang melingkupi kehamilan, persalinan, pengguguran kandungan / aborsi yang tidak aman (Sumarjati, 2005). Menurut Christine Henderson (2006;96) Keluarga Berencana efektif berarti dapat dikatakan bahwa seorang individu dapat mengontrol kapan dan apakah mereka bisa memiliki anak; yakni mereka dapat menetapkan pilihan bebas. Selama ini akseptor KB pria lebih sedikit jika dibandingkan akseptor KB wanita. Hal ini dari data BKKBN tahun 2012 dengan perincian pengguna alat kontrasepsei kondom 0,9% dan MOP 0,4 % karena peserta KB pria di Indonesia hanya pada kisaran 1,3 %. Oleh karena itu dalam rancangan sasaran program KB tahun 2013 dan 2015 telah ditetapkan pencapaian peran serta pria dalam ber-kb sekitar 4,5 % hingga 7,5 % ( BKKBN, 2013). Di Provinsi Jawa Barat, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebesar 8.500.421 pasangan, yang menjadi peserta KB aktif sebesar 7.120.319 peserta (83,47%). Dengan pencapaian akseptor KB pada tahun 2012 terdiri dari : suntik sebesar 3.642.600 (51,2 %), pil sebesar 1.904.224 (26,7 %), implant sebesar 328.986 (4,6 %), IUD sebesar 898.261 (12,6 %), Metode Operatif Wanita (MOW) sebesar 182.462 (2,6%), Metode Operatif Pria (MOP) sebesar 63.517(0,9%) dan kondom sebesar 100.341 (1,4%) (BKKBN Prov. Jawa Barat 2012). Sedangkan kabupaten Bogor, jumlah PUS sebesar 932.606 pasangan dan yang menjadi peserta KB aktif sebesar 686.959 peserta (73,66%). Dengan pencapaian akseptor KB pada tahun 2012 terdiri dari : suntik sebesar 371.986 (54.15%), pil sebesar 230.197 (33,51 %), implant sebesar 23.543 (3,43%), IUD sebesar 38.801 (5,65 %), MOW sebesar 12.271(1,8%), MOP sebesar 6.007 (0,9%), dan kondom sebesar 4.528 (0,66%). (BKKBN Prov. Jawa Barat 2012). 627

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah akseptor KB pria lebih sedikit dibandingkan jumlah akseptor KB wanita untuk provinsi Jawa Barat. Rendahnya partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi disebabkan karena terbatasnya alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh pria, adanya rumor bahwa MOP dapat menurunkan kemampuan seksual, kekhawatiran para istri bahwa MOP dapat meningkatkan peluang penyelewengan, adanya stigma (prasangka negatif) yang melekat pada penggunaan kondom, serta adanya hambatan kultural dan psikologis. Pemikiran-pemikiran ini dikarenakan adanya mitos-mitos yang berkembang, hal ini cenderung menjadikan perempuan/istri sebagai sasaran dalam masalah reproduksi. Munculnya anggapan bahwa karena yang hamil dan melahirkan adalah perempuan, maka perempuanlah yang harus menggunakan alat kontrasepsi agar tidak hamil. Tentunya hal ini terasa kontadiktif karena perempuan yang mengalami masa hamil, persalinan dan menyusui masih harus menggunkan alat kontrasepsi yang kadangkala tidak cocok bagi dirinya. Penyebab lainnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS), yang salah satunya terdiri dari suami merasa tidak diikutsertakan dalam program KB, dan memperoleh pengetahuan tentang KB dari membaca artikel di majalah, televisi, dan pengalaman dari istri bukan dari petugas kesehatan (www.bkkbn.go.id. ). Menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan dalam salah satu buku karangannya bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Partisipasi atau keikutsertaan suami dalam KB sangat penting, karena pria adalah partner dalam reproduksi dan seksual, sehingga sangat beralasan apabila laki-laki dan perempuan berbagi tanggung jawab dan peran secara seimbang dalam kesehatan reproduksi. Pertisipasi pria dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi diharapkan mampu mengubah pandangan bahwa KB hanya hak dan tugas perempuan saja, melainkan merupakan hak bersama laki-laki dan perempuan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di kelurahan Kemang Kabupaten Bogor pada bulan Januari 2014, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebesar 2506 pasangan, sedangkan jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif sebesar 1578 peserta(62,9%). Dengan pencapaian akseptor KB adalah sebagai berikut, pemakai suntik sebesar 710 (44,9 %), Pil sebesar 625 (39,6%), implant sebesar 17 (1,3%), IUD sebesar 205 (12,9%),MOW sebesar 6 (0,4%), kondom sebesar 15 (0,9%), MOP sebesar 0 (0 %), hal ini menunjukkan rendahnya pencapaian akseptor KB pria di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor. Berdasarkan uraian di atas peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan suami mengenai KB yang dihubungkan dengan partisipasi suami dalam ber-kb. Oleh karena itu peneliti memilih penelitian dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan Suami Tentang KB Dengan Partisipasi Suami Dalam Ber-KB di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan sampel Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik yaitu melakukan analisis terhadap masing masing variabel dalam bentuk narasi kemudian mencari hubungan sebab akibat dengan pengujian analisis statistik. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel variabel yang termasuk faktor resiko (variabel bebas) dan variabel variabel efek (variabel terikat) diukur atau dikumpulkan sekaligus pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Lokasi Penelitian di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor, yang dilaksanakan pada tanggal 22 April 2014 sampai dengan 22 Mei 2014. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh suami Pasangan Usia Subur (PUS) yang berada di wilayah Kelurahan Kemang berjumlah 2506 orang. Sampel pada penelitian ini adalah diambil secara simple random sampling yaitu semua suami pasangan usia subur yang berada di wilayah Kelurahan Kemang sebanyak 345 orang. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ina adalah sebagai berikut : Kriteria inklusi 1. Semua suami Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada di Kelurahan Kemang 2. Semua Pasangan Usia subur (PUS) yang ada di Kelurahan Kemang yang bersedia menjadi responden. Kriteria Eksklusi 1. Suami Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertempat tinggal di luar kelurahan Kemang. 2. Istri Pasangan Usia Subur yang bertempat tinggal di Kelurahan Kemang sedang hamil Pengolahan Data 1. Editing (Penyunting Data) Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau questioner 628

2. Coding Merubah data dari angka huruf menjadi angka bilangan 3. Processing Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry data questioner ke paket program komputer yaitu SPSS 15 4. Cleaning pengecekan kembali data data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak Analisis Data 1. Analisis univariat Analisis ini untuk menjelaskan dari masing masing variabel, baik variabel terikat yaitu partisipasi suami dalam ber-kb maupun variabel bebas yaitu pengetahuan suami tentang KB. Pada data kategorik peningkatan data hanya menggunakan distribusi frekuensi dengan aturan presentase. 2. Analisis Bivariat analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga ada korelasi. Untuk mengetahui hubungan antara variabel kategorik dan variabel kategorik digunakan uji kai kuadrat HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Umur Jumlah Persentase 21-35 311 90,2% 36-40 34 9,8% bahwa hampir sebagian besar (90,2%) berada pada usia dewasa muda. Dan sebagian kecil (9,8%) responden berusia dewasa menengah. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Pendidikan Jumlah Persentase SD 154 44,6% SMP 34 9,8% SMA 152 44,1% D-III/S1 5 1,5% bahwa lebih dari sebagian (54,4 %) responden berpendidikan rendah dan hampir sebagian (45,6%) berpendidikan tinggi Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Persentase Swasta 317 91,9% Wiraswasta 10 2,8% PNS 4 1,2% Tidak bekerja 14 4,1% bahwa sebagian besar (95,9%) responden adalah bekerja dan sebagian kecil saja yang tidak bekerja (4,1%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan Frekuensi Persentase Tinggi 123 35,7% Rendah 222 64,3% bahwa, hampir sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi (35,7%). Dan lebih dari sebagian responden memiliki rendah (64,3%) terhadap KB pria. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Partisipasi Suami Dalam Ber-KB Partisipasi Suami Dalam Ber-KB Frekuensi Persentase Ya/Akseptor 21 6,1% Tidak/Non- Akseptor 324 93,9% bahwa hanya sebagian kecil responden berpartisipasi dalam ber-kb(6,1%). Dan sebagian besar responden tidak berpartisipasi dalam ber-kb (93,9%). Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemilihan Kontrasepsi KB-Pria Kontrasepsi KB- Pria Frekuensi Persentase MOP 16 4,6% Kondom 5 1,5% Tidak ber-kb 324 93,9% bahwa hanya sebagian kecil responden memilih kontrasepsi MOP (4,6%) dan kondom (1,5%). Sedangkan sebagian besar responden memilih tidak ber-kb (93,9%) Tabel 7. Hubungan pengetahuan dengan partisipasi suami dalam ber KB 629

Pengetahuan Partisipasi Suami suami tentang Tidak Total Ya (%) KB (%) 15 108 Tinggi 123 (4.4%) (31.3%) 6 216 Rendah 222 (1.7%) (62.6%) Total 21 234 345 bahwa lebih dari sebagian responden memiliki pengetahuan yang rendah (64,3%) namun terdapat responden yang berpartisipasi dalam ber-kb yaitu (1,7%). Dan Hampir sebagian dari responden memiliki pengetahuan tinggi(35,7%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpartisipasi (4,4%). Berdasarkan hasil analisis X 2 (Chi square) maka diperoleh hasil P value 0,001 dan X 2 hitung 5,32. Jika dibandingkan dengan harga Chi square (X 2 ) lebih besar daripada (X 2 ) tabel ( X 2 hitung = 5,32 > X 2 tabel = 3,841) dengan sendirinya hipotesa nol ditolak dan menerima hipotesa alternatif yang mengatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan suami tentang KB dengan partisipasi suami dalam ber-kb. Kemudian dari uji statistic juga didapatkan nilai OR = 5 dan CI= 95% (1.887 13.250), yang berarti bahwa faktor rendahnya pengetahuan suami tentang KB 5 kali kejadian suami untuk tidak berpartisipasi dalam ber-kb dibandingkan pengetahuan yang tinggi. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Suami Tentang KB Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengetahuan suami tentang KB di Kelurahan Kemang, maka dari hasil penelitian hampir sebagian responden memiliki pengetahuan yang tinggi dan lebih dari sebagian responden memiliki pengetahuan yang rendah. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan usia. Sebagian besar latar belakang pendidikan adalah rendah (SD dan SMP). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang (Notoatmodjo,2010). Rendahnya pengetahuan suami tentang KB mempengaruhi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena salah satu yang menentukan persepsi seseorang adalah pengetahuan yang ia miliki. Seseorang yang memiliki pengetahuan baik tentang sesuatu akan memiliki persepsi yang lebih positif terhadap hal tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif tentang sesuatu akan membuat individu tersebut memiliki sikap dan prilaku yang positif juga terhadap hal tersebut. (BKKBN, 2012). Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan perilku seseorang. Penerimaan sikap dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka akan menghasilkan perilaku yang akan dapat dipertahankan lebih lama. PUS dikelompokkan pada usia 21-40 tahun. Semakin tua atau bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi keingintahuannya tentang kesehatan. (http:www.bkkbn.go.id.). 2. Partisipasi Suami Dalam Ber-KB Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi jumlah partisipasi suami dalam ber-kb di Kelurahan Kemang, maka dari hasil penelitian sebagiab kecil responden berpartisipasi dalam ber-kb dan sebagian besar responden tidak berpartisipasi dalam ber-kb. Rendahnya tingkat partisipasi pria dalam program KB disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : sasaran program KB yang lebih mengutamakan perempuan, lingkungan sosial budaya yang masih beranggapan bahwa urusan KB dan kesehatan reproduksi adalah urusan perempuan, terbatasnya pengetahuan dan kesadaran pria tentang KB dan kesehatan reproduksi, terbatasnya jenis metode kontrasepsi bagi kaum pria dan rendahnya dukungan terhadap pengembangan jenis metode kontrasepsi pria, serta terdapat kesenjangan dalam pemberian pelayanan KB dan kesehatan reproduksi antara lakilaki dan perempuan. (BKKBN, 2012) 3. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Partisipasi Suami Dalam Ber-KB Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan suami tentang KB dengan partisipasi suami dalam ber-kb di Kelurahan Kemang. Hasil ini dibuktikan oleh hasil analisis bivariat dengan menggunakan metode Chi Square (X 2 ) pada tabel 6. Hal ini berarti bahwa pengetahuan seseorang dapat dinilai dari tingkat pendidikan seseorang, karena semakin rendah pendidikan maka cara memperoleh informasi tentang alat kontrasespsi lebih sedikit, baik dari orang lain maupun dari media massa begitu juga sebaliknya ( Notoatmodjo,2010). Penyebab lainnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS), yang salah satunya terdiri dari 630

suami merasa tidak diikutsertakan dalam program KB, dan memperoleh pengetahuan tentang KB dari membaca artikel di majalah, televisi, dan pengalaman dari istri bukan dari petugas kesehatan (Widodo,A 2006). Hasil Penelitian ini sesuai dengan data dari kelurahan Kemang pada bulan Januari 2014, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebesar 2506 pasangan, sedangkan jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif sebesar 1578 peserta (62,9%). Dengan pencapaian akseptor KB khususnya suami adalah sebagai berikut, kondom sebesar 15 (0,9%), MOP sebesar 0 (0 %). Dan dengan latar belakang pendidikan rata-rata adalah SD dan SMA. hal ini menunjukkan rendahnya pencapaian akseptor KB pria di Kelurahan Kemang. Sehingga dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, peneliti menyatakan bahwa pengetahuan suami tentang KB memiliki hubungan yang signifikan dengan partisipasi suami dalam ber-kb. KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden (90,2%) berada pada usia dewasa muda, dan lebih dari sebagian responden (54,4%) berpendidikan rendah, serta hanya sebagian kecil saja dari responden yang tidak bekerja (4,1%). 2. Lebih dari sebagian responden (64,3%) memiliki pengetahuan yang rendah tentang KB-Pria dan angka partisipasi dalam ber-kb hanya (1,7%). 3. Sebagian besar responden (93,9%) tidak berpartisipasi dalam ber-kb dan angka partisipasi dalam ber-kb (4,4%) 4. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan suami tentang KB dengan partisipasi suami dalam ber-kb, dengan nilai P value 0,001. SARAN 1. Bagi responden/masyarakat khususnya suami agar lebih menambah wawasan dan pengetahuannya mengenai alat kontrasepsi pria yang dapat diperoleh melalui berbagai media massa, media elektronik, media cetak mengikuti penyuluhan dll. 2. Bagi pemerintah terutama bidang kesehatan agar lebih mempromosikan mengenai alat kontrasepsi pria, sehingga para suami dapat berpartisipasi dalam keluarga berencana guna membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. 3. Pihak-pihak terkait terutama PLKB dan tenaga kesehatan dapat mengadakan penyuluhan mengenai alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh para suami sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mereka mengenai KB. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Glasier,A. Gebbie A. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Rustam, Mochtar. 2008. Sinopsis Obstetri Operatif dan Sosial. Jakarta : EGC Nursalam. 2011. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Suyanto & Ummi salamah. 2009. Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogyakarta : Mitra Cendikia Riwidikdo, handoko. 2007. Statistik Kesehatan. Yogyakrta : Mitra Cendekia Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Saifuddin, Abdul Bari, et.al. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : JNPKKR-POGI dan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo http:www.bkkbn.go.id. webs.detail program.html, diunduh 1 Maret 2014. Arjoso,sumarjati.2005. Pengelolaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana. Jurnal Keluarga Informasi KB dan Kependudukan. Singarimbun. 2000. Metode Penelitian Survey. Jakarta : Gadjah Mada University Press Hunneryager, S.G., I.L Heckman.1992. Partisipasi dan Dinamika Kelompok. Semarang : Dahara Prize. Profil Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 631