Perencanaan Jaringan LTE TDD (Time Division Duplex) 2300 MHz di Kota Pekanbaru

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) TIME DIVISION DUPLEX (TDD) 2300 MHz DI SEMARANG TAHUN

ABSTRACT. Keywords : LTE, planning capacity, Planning Coverage, Average Signal Level

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) TIME DIVISION DUPLEX (TDD) 2300 MHz DI SEMARANG TAHUN

PERENCANAAN JARINGAN LTE FDD 1800 MHZ DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN ATOLL

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT.

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

Perencanaan dan Simulasi Jaringan LTE ( Long Term Evolution ) di kota Pekanbaru


BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

Perencanaan Cell Plan di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Menggunakan Software Mapinfo

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

PERANCANGAN CAKUPAN AREA LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI DAERAH BANYUMAS

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung. Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Penelitian

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat

ABSTRACT. : Planning by Capacity, Planning by Coverage, Okumura-Hatta, Software Atoll

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH MODEL PROPAGASI DAN PERUBAHAN TILT ANTENA TERHADAP COVERAGE AREA SISTEM LONG TERM EVOLUTION MENGGUNAKAN SOFTWARE ATOLL

ABSTRAK. Kata kunci : LTE-Advanced, signal level, CINR, parameter, dense urban, urban, sub urban, Atoll. ABSTRACT

LAPORAN SKRIPSI ANALISIS DAN OPTIMASI KUALITAS JARINGAN TELKOMSEL 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI AREA PURWOKERTO

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH DENGAN FRACTIONAL FREQUENCY REUSE SEBAGAI MANAJEMEN INTERFERENSI

Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2,3 GHz

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

HALAMAN PERNYATAAN. : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ANALISA PERENCANAAN LAYANAN DATA JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) INDOOR PADA TERMINAL 3 KEBERANGKATAN ULTIMATE BANDARA SOEKARNO-HATTA

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION MENGGUNAKAN METODE SOFT FREQUENCY REUSE DI KAWASAN TELKOM UNIVERSITY

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perancangan Jaringan LTE (Long Term Evolution) Indoor di Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau

ANALISIS OPTIMASI COVERAGE JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) TDD PADA FREKUENSI 2300 MHZ DI WILAYAH DKI JAKARTA

DAFTAR SINGKATAN. xiv

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan Desember 2016

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

ANALISIS PERFORMANSI PENERAPAN CARRIER AGGREGATION DENGAN PERBANDINGAN SKENARIO SECONDARY CELL PADA PERANCANGAN JARINGAN LTE-ADVANCED DI DKI JAKARTA

EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

PERENCANAAN DAN ANALISA KAPASITAS SKEMA OFFLOAD TRAFIK DATA PADA JARINGAN LTE DAN AH

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 3145

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

PERENCANAAN DAERAH CAKUPAN enodeb JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUESNI 1800 MHz DI KOTA BOGOR

ANALISIS RSCP PADA HSDPA DAN HSUPA DI WILAYAH KOTA MALANG

Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Menggunakan Model Propagasi Cost 231 Hata di Kota Sabang

BAB IV PERHITUNGAN EIRP SISTEM MULTI NETWORK

Indra Surjati, Yuli Kurnia Ningsih & Hendri Septiana* Dosen-Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

2 3


Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENENTUAN CAKUPAN DAN KAPASITAS SEL JARINGAN UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS)

Analisis Jaringan LTE Pada Frekuensi 700 MHz Dan 1800 MHz Area Kabupaten Bekasi Dengan Pendekatan Tekno Ekonomi

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION INDOOR DI STASIUN GAMBIR ANALYSIS OF LONG TERM EVOLUTION INDOOR NETWORK PLANNING IN GAMBIR STATION

Analisis Perencanaan Integrasi Jaringan LTE- Advanced Dengan Wifi n Existing pada Sisi Coverage

Analisis Penggunaan Frequency Band 400 MHz dan 700 MHz untuk Layanan Broadband PPDR di Indonesia

DAFTAR ISTILAH. Besarnya transfer data dalam komunikasi digital per satuan waktu. Base transceiver station pada teknologi LTE Evolved Packed Core

e-proceeding of Engineering : Vol.1, No.1 Desember 2014 Page 111

Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom, Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG


ANALISIS PERENCANAAN LTE-ADVANCED DENGAN METODA CARRIER AGGREGATION INTER-BAND NON-CONTIGUOUS DAN INTRA-BAND NON- CONTIGUOUS DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

BAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A.

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4537

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Kinerja Metode Power Control untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE-Advanced dengan Femtocell

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL

Universitas Kristen Maranatha

III. METODE PENELITIAN

PERANCANGAN JARINGAN INDOOR 4G LTE TDD 2300 MHZ MENGGUNAKAN RADIOWAVE PROPAGATION SIMULATOR

PERANCANGAN ANTENA WAVEGUIDE 6 SLOT PADA FREKUENSI 2,3 GHZ UNTUK APLIKASI LTE-TDD

Handbook Edisi Bahasa Indonesia

BAB III PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS PERFORMANSI PERENCANAAN LTE-UNLICENSED DENGAN METODE SUPPLEMENTAL DOWNLINK DAN CARRIER AGGREGATION DI WILAYAH JAKARTA PUSAT

Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015

ALGORITMA PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK BERBASIS QOS GUARANTEED MENGGUNAKAN ANTENA MIMO 2X2 PADA SISTEM LTE UNTUK MENINGKATKAN SPECTRAL EFFICIENCY

PERENCANAAN FEMTOCELL 4G LTE 1800MHz STUDI KASUS GEDUNG BARU ST3 TELKOM PURWOKERTO

Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Transkripsi:

Perencanaan Jaringan LTE TDD (Time Division Duplex) 2300 MHz di Kota Pekanbaru Rozy Syaputra*, Linna Oktaviana Sari ** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau Email: ozzy.rizhuan@gmail.com Abstract Technological developments, especially in the field of information and telecommunications are grew rapidly. Thus the consumer needs high mobility and able to support services such as VoIP, video conference, upload/download, etc. Therefore, it needs mobile communication services to support the needs of consumers with optimal performance. LTE is an enhanced technology which is developed by 3GPP to support the needs of consumers that has improved the previous technologies. This research proposes the network planning LTE TDD duplexing technique using a frequency of 2300 MHz in the city of Pekanbaru, Riau, with the bandwidth of 10 MHz and 15 MHz, respectively. The network design and simulation was done by radio planning software Atoll v3.1.2. In the design simulation such parameters are measured i.e. coverage dimensioning simulation with signal level prediction. The results shows the signal level coverage including 512 sites with bandwidth of 10 MHz and 351 sites with bandwidth of 15 MHz, respectively. Keywords : LTE, TDD, Bandwidth, Coverage planning, Atoll I. PENDAHULUAN Pada zaman sekarang ini perkembangan teknologi terutama dibidang informasi dan telekomunikasi semakin pesat. Dengan demikian kebutuhan konsumen juga semakin besar dengan mobilitas yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan layanan komunikasi bergerak yang dapat menunjang kebutuhan konsumen dengan kinerja yang optimal. LTE (Long Term Evolution) merupakan pengembangan dari teknologi sebelumnya yaitu UMTS (3G) dan HSPA (3.5G), sedangkan LTE sendiri termasuk ke dalam generasi ke-4 (empat) atau 4G. LTE merupakan teknologi release 8 yang dikembangkan oleh 3 rd Generation Partnership Project (3GPP). LTE mampu memberikan kecepatan downlink mencapai 300 Mbps dan uplink 75 Mbps. Teknologi LTE ini menurut teknik division duplex-nya terdiri dari 2 macam, yaitu FDD (Frequency Division Duplex) dan TDD (Time Division Duplex). Di Indonesia pada umumnya frekuensi yang digunakan untuk LTE FDD yaitu 900 MHz dan 1800 MHz, sedangkan untuk LTE TDD menggunakan frekuensi 2100 MHz dan 2300 MHz. LTE TDD mempunyai karakteristik kecepatan downlink sangat kuat dan kecepatan uplink cenderung lemah. Ini menguntungkan baik bagi operator dan pengguna, karena umumnya penggunaan downlink lebih besar dari pada uplink. Sementara LTE FDD mempunyai karakteristik akses downlink dan uplink yang seimbang. Penelitian mengenai jaringan LTE ini sudah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian pada skripsi Yusuf Septiawan tahun 2016 mengenai perencanaan jaringan LTE di kota Semarang untuk tahun 2015 2020 dengan menggunakan frekuensi 2300 MHz pada sistem TDD. Perencanaan jaringan LTE Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 1

di kota Pekanbaru dengan frekuensi 1800 MHz menggunakan sistem FDD oleh Andes Firmawan pada penelitian skripsinya tahun 2016. Perencanaan jaringan LTE untuk kota Khartoum menggunakan software atoll oleh Marwa Elbagir Mohammed pada penelitiannya tahun 2014. Penelitian yang dilakukan oleh Nafiz Imtiaz Bin Hamid, dkk mengenai perencanaan jaringan LTE untuk kota Dhaka, Bangladesh dengan menggunakan analisa cakupan dan kapasitas. Perencanaan jaringan LTE menggunakan metode propagasi Hata- Okumura dan Cost-231 Hata yang dilakukan oleh N.S Nkordeh, dkk pada tahun 2014. Penelitian mengenai konfigurasi uplink dan downlink secara dinamis dan manajemen interferensi pada jaringan LTE-TDD yang dilakukan oleh Zukang Zhen, dkk pada tahun 2012. Masih banyak lagi penelitian penelitian mengenai teknologi jaringan LTE ini baik mengenai perencanaan perancangan jaringan baru maupun analisa performansi dari jaringan LTE yang sudah ada (existing). Berdasarkan latar belakang dan dari penelitian penelitian yang sudah ada, maka akan dilakukan penelitian mengenai perencanaan jaringan LTE dengan sistem TDD (Time Division Duplex) dengan mengambil study kasus di kota Pekanbaru, yang mana kota Pekanbaru masih memerlukan penerapan jaringan 4G yang optimal dan memadai. Oleh karena itu pada permasalahan ini akan dilakukan penelitian mengenai perancangan suatu simulasi jaringan LTE TDD dengan frekuensi 2300 MHz di Kota Pekanbaru untuk tahun 2016 sampai tahun 2020 dengan menggunakan software Radio Planning Atoll yang biasa digunakan untuk mendesain sebuah jaringan telekomunikasi. II. LANDASAN TEORI 2.1 LTE ( Long Term Evolution ) LTE dikembangkan untuk memperbaiki standar mobile phone generasi ke-3 (tiga). Pada UMTS kecepatan transfer data maksimum adalah 2 Mbps, pada HSPA mencapai 14 Mbps pada downlink, dan 5,6 Mbps pada uplink. Selain itu LTE mendukung berbagai macam layanan yang ada seperti voice, data, video, maupun IPTV. Max DL speed bps Tabel 2.1 Perbandingan antara LTE dengan teknologi sebelumnya [4] WCDMA (UMTS) Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 2 HSPA HSDPA/HSUPA HSPA + LTE 384 K 14 M 28 M 100 M Max UL speed bps 128 K 5,7 M 11 M 50 M Latency 50 ms round trip 150 ms 100 ms (max) time approx. 10 ms 3GPP Rel 99/4 Rel 5/6 Rel 7 Rel 8 Approx. years of intial roll out Access technology 2003/2004 2005/6 HSDPA 2007/8 HSUP CDMA CDMA CDMA 2.2 Mode Akses Radio LTE 2008/9 2009/10 Pada teknologi LTE terdapat 2 mode akses, yaitu Frequency Division Duplex (FDD) dan Time Division Duplex (TDD). FDD merupakan teknik duplex yang menggunakan dua frekuensi yang berbeda untuk melakukan komunikasi dalam dua arah. Pada FDD pengiriman dan penerimaan sinyal secara simultan dengan menggunakan frekuensi yang berbeda-beda untuk masing-masing uplink dan downlink. Dengan teknik ini dibutuhkan guard frequency untuk memisahkan frekuensi pengiriman dan penerimaan secara simultan. Sedangkan TDD menggunakan kanal frekuensi tunggal dan kanal tersebut digunakan untuk melakukan pengiriman (uplink) dan penerimaan data (downlink). Setiap kanal tersebut di-multiplexing dengan menggunakan basis waktu sehingga setiap kanal memiliki time slot yang berbeda. Ada jeda diantara uplink dan downlink yang dinamakan guard period, fungsinya agar tidak terjadi overlapping atau tumpang tindih antara waktu downlink dan uplink. OFDMA/SC- FDMA

Gambar 2.1 Mode operasi FDD dan TDD [2] 2.3 Perencanaan Cakupan / Coverage Dimensioning Perencanaan cakupan dilakukan untuk menghitung estimasi jumlah enodeb yang dibutuhkan dalam perencanaan jaringan LTE disuatu wilayah. Menentukan jenis modulasi dan MCS (Modulation and Coding Scheme) yang dikirimkan oleh user equipment pada sisi uplink. Untuk mendapatkan hasil sesuai yang direncanakan, terlebih dahulu dapat menentukan jenis modulasi yang digunakan, seperti QPSK, 16 QAM, dan 64 QAM, dengan nilai SINR berdasarkan pemilihan jenis MCS yang digunakan. 2.4 RSRP (Reference Signal Received Power Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh 3GPP, pengukuran radio frequency pada LTE ditentukan oleh RSRP (Reference Signal Received Power). RSRP merupakan daya rata-rata pada RE yang membawa RS (Reference Signal) dalam subcarrier. Semakin besar nilai RSRP, maka semakin bagus kualitas sinyal yang dipancarkan oleh transmitter, sebaliknya samakin kecil nilai RSRP, maka kualitas sinyalnya semakin buruk. Berikut tabel nilai RSRP yang dikutip dari buku 4G Handbook jilid 2. Tabel 2.2 RSRP Measurement [3] Kategori RSRP (dbm) Very Good -70 Good -80 Normal -90 Bad -110 Very Bad -120 2.5 Klasifikasi daerah Dense Urban, Urban, Suburban dan Rural Karakteristik suatu daerah dapat dipengaruhi oleh keadaan alami maupun struktur yang dibuat oleh manusia (human made structure), seperti bangunan maupun gedung-gedung bertingkat.berikut karakteristik daerah dense urban, urban, suburban dan rural [6] 1. Dense urban Merupakan daerah perkotaan yang maju dan padat. Memiliki bangunan-bangunan tinggi dan rapat dengan rata-rata ketinggian bangunan lebih dari 30 m, dan jarak antar bangunan adalah 10 m sampai 20 m. 2. Urban Merupakan daerah perkotaan menengah yang memiliki bangunan-bangunan yang cukup tinggi. Rata-rata ketinggian bangunan adalah 20 m, dan rata-rata jarak antar bangunan adalah sama dengan ketinggian bangunannya yaitu sekitar 20 m. 3. Suburban Merupakan daerah berkembang yang memiliki bangunan-bangunan yang letaknya tidak padat dengan ketinggian bangunan ratarata 10 m. Jarak antar bangunan adalah 30 m sampai 50 m. Jalanan cukup luas dan masih memiliki area yang terbuka. 4. Rural Merupakan daerah yang tidak padat yang tidak memiliki bangunan tinggi. Ketinggian bangunan rata-rata 5 m dan masih banyak terdapat lahan kosong maupun pepohonan. Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 3

III. METODOLOGI PENELITIAN Mulai Study Literatur dan Survey Data Perencanaan Simulasi Jaringan Perancangan Simulasi Jaringan dan Analisa Apakah Analisa dan Pengujian Sudah Sesuai? Laporan Akhir Penelitian Selesai Ya Tidak Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada gambar 3.1 diatas menunjukkan proses perencanaan jaringan LTE di kota Pekanbaru. Proses penelitian dimulai dengan study literature dan konfigurasi parameter jaringan. Study literature berupa pengumpulan bahan atau materi mengenai jaringan LTE dan software atoll. Konfigurasi parameter jaringan berupa parameter-parameter link budget yang diperlukan untuk perencanaan jaringan LTE dengan teknik TDD pada frekuensi 2300 MHz berdasarkan perhitungan rumus maupun asumsi yang sesuai dengan standar ketetapan yang diterapkan oleh 3GPP maupun operatoroperator telekomunikasi. Selanjutnya adalah memulai simulasi perancangan jaringan LTE pada software atoll dengan memasukkan parameter link budget yang telah dicari serta melakukan input peta kota Pekanbaru. Setelah itu hasil dari simulasi perancangan akan dianalisa apakah hasilnya sudah sesuai dengan yang diinginkan. 3.1 Coverage Dimensioning Coverage dimensioning merupakan langkah awal dalam perencanaan cakupan. Tujuan dari coverage dimensioning adalah untuk menentukan sel radius dan mengestimasi jumlah enodeb yang diperlukan dalam perencanaan jaringan LTE pada suatu wilayah. Untuk mendapatkan sel radius maka sebelumnya dilakukan perhitungan radio link budget yang bertujuan untuk mendapatkan nilai MAPL (Maximum Allowable Path Loss) antara user equipment dan enodeb. Sel radius yang telah didapatkan nantinya akan menjadi dasar perhitungan dari berapa banyak jumlah enodeb yang diperlukan untuk kota Pekanbaru agar mencakupi seluruh wilayah dikota Pekanbaru. Perencanaan awal dalam perencanaan jaringan LTE ini adalah menentukan skenario bandwidth yang digunakan. Pada penelitian ini menggunakan dua skenario bandwidth, yaitu bandwidth 10 MHz dan 15 MHz. Pemilihan bandwidth pada frekuensi tersebut berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Andes Firmawan, 2016, bahwa pada bandwidth tersebut menghasilkan coverage yang lebih baik. Pada penelitian ini frekuensi yang digunakan dalam perencanaan jaringan LTE ini adalah frekuensi 2300 MHz. 3.2 Konfigurasi Link Budget Pada perencanaan jaringan LTE dibutuhkan perhitungan link budget. Pada perhitungan radio link budget ini akan ditentukan general parameter, transmitter ends, receiver ends yang bertujuan untuk mendapatkan nilai MAPL (Maximum Allow Path Loss). Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 4

Tabel 3.1 Link Budget Skenario 1 Link Budget Operating Band (MHz) Formula General Parameter TDD 10 MHz UL a 2300 Allocated RB c 50 50 Allocated Subcarriers as = c * 12 600 600 Transmitter Transmitter RF Power (enodeb) (dbm) e 23 46 Transmitter Antenna Gain (dbi) f 0 18 Feeder Loss per m (db/m) g 0 0,06 Feeder Length (m) h 0 15 Feeder Loss/Line Loss (db) i = g * h 0 0,9 EIRP (dbm) j = e + f - i 23 63,1 Isotropic Power Required (db) Maximum Allow Path Loss (MAPL) Urban (db) Path loss y = p q + s + t + u + x DL -91-67 z = j y 114 130 Untuk nilai EIRP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut [4] : EIRP (dbm) = Daya Tx (dbm) + Gain Tx (db) Cable Loss (db) Selanjutnya menghitung nilai isotropic power required [5] : Isotropic Power Required (db) = Receiver Sensitivity Rx Antenna Gain + Interference Margin + Body Loss + BPL + Shadowing Margin Selanjutnya baru menghitung nilai MAPL dengan menggunakan persamaan berikut [5] : MAPL (db) = EIRP Isotropic Power Required Tabel 3.2 MAPL skenario 1 masing-masing daerah morfologi Parameter Urban Suburban Rural MAPL Uplink (db) MAPL Downlink (db) 114 130 119 135 123 140 Setelah didapat nilai MAPL untuk masing-masing daerah morfologi, maka selanjutnya menghitung radius sel untuk masing-masing daerah morfologi. Berikut tabel perhitungan radius sel skenario 1 bandwidth 10 MHz. Tabel 3.3 Perhitungan radius sel skenario 1 Parameter Urban Suburban Rural MAPL Uplink 114 119 123 Operating Band (MHz) 2300 2300 2300 enodeb Height (m) 30 35 35 UE Height (m) 1,5 1,5 1,5 Log d -0,73-0,35 0,24 Cell radius/d (km) 0,184 0,623 3,178 Hexagon radius (km) 0,092 0,312 1,589 Tabel 3.5 Hasil radius sel skenario bandwidth 10 MHz dan 15 MHz Cell Radius (km) Urban 0,184 Suburban 0,623 Rural 3,178 10 MHz 15 MHz Luas Hex Hex Luas Area Cell Radi Radi Area Cakup Radi us us Cakupa an us (km) (km) n (km) (km) (km) 0,09 0,11 0,172 0,224 2 2 0,256 0,31 0,38 1,970 0,760 2 0 2,931 1,58 9 51,21 4,141 2,07 1 86,96 Setelah melakukan perhitungan radius sel, maka selanjutnya melakukan perhitungan batas minimum untuk nilai RSRP (Reference Signal Received Power). Berikut tabel hasil perhitungan RSRP untuk skenario 1 bandwidth 10 MHz. Tabel 3.4 Perhitungan RSRP Parameter Formula Urban Suburban Rural EIRP DL (dbm) j 63,1 63,1 63,1 Allocated Subcarrier as 600 600 600 EIRP DL/Subcarrier k = j - 10 (dbm) log (as) 35,32 35,32 35,32 UL MAPL (db) z 114 119 123 Shadowing Margin (db) a1 = σ x 0,67 5,36 5,36 4,69 RSRP (dbm) b1 = k - z - a1-84,04-89,04-92,37 Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 5

3.3 Konfigurasi Parameter Software 3.3.1 Peta Digital Pada perencanaan jaringan LTE yang menggunakan software radio network planning memerlukan peta digital sebagai bahan dari perencanaan, hal ini bertujuan agar hasil yang didapatkan dari perencanaan sesuai dengan kondisi sebenarnya dilapangan. Pada perencanaan ini peta yang diperlukan adalah peta digital kota Pekanbaru. Name 65deg 18dBi 0Tilt 2300MHz Tabel 3.6 Antenna Gain (dbi ) Manufacturer Beamwidth TDD Start Frequenc y (MHz) 18 Kathrein 65 2300 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Jumlah enodeb seluruh skenario Bandwidth Jumlah enodeb Urban Suburban Rural Total 10 Mhz 317 162 33 512 15 MHz 218 112 21 351 4.1 Prediksi Cakupan Signal Level Gambar 3.1 Peta digital kota Pekanbaru Berikut gambar hasil simulasi prediksi signal level skenario 1 untuk bandwidth 10 MHz. 3.3.2 Konfigurasi Parameter Jaringan Konfigurasi parameter jaringan dilakukan sesuai dengan perhitungan link budget pada coverage dimensioning. Pada perencanaan jaringan LTE TDD ini menggunakan feeder yang berukuran 7/8 dengan nilai loss per 100 meter sebesar 0,06 db/m. Type Loss per lenght (db/m) Tabel 3.5 Feeder Connector reception loss (db) Connector transmissio n loss (db) 7/8" 0,06 0,5 0,5 Gambar 4.1 Hasil simulasi signal level skenario 1 Selanjutnya menentukan jenis antena yang akan digunakan. Pemilihan antena mengacu pada standar yang tersedia pada software atoll untuk frekuensi 2300 MHz. Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 6

-105-100 -95-90 -85-80 -75-70 -65-60 km² 78 72 66 60 54 48 42 36 30 24 18 12 6 0 Best Signal Level (dbm) Gambar 4.2 Histogram signal level skenario1 Gambar 4.2 diatas merupakan histogram dari simulasi prediksi signal level. Dimana persentase cakupan sinyal tertinggi berada pada range -80 dbm sampai -75 dbm, yaitu dengan luas cakupan sinyal mencapai 74,33 km 2 atau sebesar 28,4 %. Nilai level sinyal terbaik berada pada range -70 dbm sampai -65 dbm dengan luas cakupan sinyal yang lebih kecil, yaitu sekitar 32,25 km 2 atau sebesar 12,34 %. Selanjutnya pada tabel 4.2 akan menunjukan data persentase area cakupan untuk keseluruhan, luas area cakupan per-km 2, persentase luas area cakupan berdasarkan level sinyal dan persentase focus zone. Tabel 4.2 Hasil prediksi signal level skenario 1 bandwidth 10 MHz % % of Surface Focu Signal level (dbm) (km 2 coverag ) s e area Zone Signal Level (dbm) >= -70 35,25 12,34 5,1 Signal Level (dbm) >= -75 79,41 30,38 12,7 Signal Level (dbm) >= -80 153,74 58,83 24,5 Signal Level (dbm) >= -85 197,09 75,41 31,5 Signal Level (dbm) >= -90 239,31 91,56 38,2 Signal Level (dbm) >= -95 261,35 100 41,7 Signal Level (dbm) >= -100 Signal Level (dbm) >= -150 261,35 261,35 100 100 41,7 41,7 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Jumlah site yang dibutuhkan untuk perancangan LTE TDD 2300 MHz berdasarkan hasil simulasi prediksi level sinyal dengan bandwidth 10 MHz sebanyak 512 site, dan untuk bandwidth 15 MHz sebanyak 351 site. Persentase cakupan sinyal tertinggi untuk skenario 1 bandwidth 10 MHz berada pada range -80 dbm sampai -75 dbm, dengan luas cakupan sinyal 74,33 km 2 atau sebesar 28,4 %. Nilai level sinyal terbaik berada pada range -70 dbm sampai -65 dbm dengan luas cakupan sinyal yang lebih kecil, yaitu sekitar 32,25 km 2 atau sebesar 12,34 %. 5.2 Saran Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan optimasi jaringan LTE TDD dan juga menganalisa pengaruh penggunaan antena MIMO, SIMO maupun SISO terhadap kualitas cakupan sinyal, sehingga dapat menjadi pembanding kemampuan dan kualitas jaringan. DAFTAR PUSTAKA [1] Andes Firmawan, 2016. Perencanaan Jaringan LTE FDD 1800 MHz di Kota Pekanbaru. Skripsi Sarjana, Teknik Elektro, Universitas Riau, Pekanbaru. [2] Harri Holma, LTE for UMTS: Evolution to LTE Advanced, Second Edition. Finland: Jhon Wiley & Sons, Ltd, United Kingdom, 2009. [3] Lingga Wardhana, Brian Fernando, Alfin Hikmaturokhman, Gita Mahardika, Satriyo Dharmanto, 4G Handbook edisi Bahasa Indonesia, Jilid 2. [4] LTE Planning Tool, Technical Report, 2012. Faculty of Engineering, Ain Shams University, Cairo, Mesir. [5] LTE RPESS, LTE Link Budget. Nokia Siemens Network. Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 7

[6] Long Term Evolution (LTE) Radio Access Network Planning Guide. 2011. Huawei Technologies. [7] Marwa E. Mohammed, Khalid H. Bilal, 2014. Coverage And QoS Analysis of LTE Radio Network Planning Considering Khartoum City. International Journal of Science and Research (IJSR) Vol. 3, No. 10, October 2014. [8] Nafiz Imtiaz Bin Hamid, Mohammad T. Kawser, Md. Ashraful Hoque, 2012. Coverage and Capacity Analysis of LTE Radio Network Planning Considering Dhaka City. International Journal of Computer Application (IJCA) Vol. 46, No. 15, May 2012. [9] N.S Nkordeh, A.A.A Atayero, F.E Idachaba, O.O Oni, 2014. LTE Network Planning Using The Hata-Okumura And The Cost-231 Hata Pathloss Models. Proceedings of The World Congress on Engineering (WCE) Vol. 1, July 2014. London, U.K. [10] Zukang Zhen, A. Khoryaev, E. Erikson, Xueming Pan, 2012. Dynamic Uplink- Downlink Configuation and Interference Management in TD LTE. Journal, IEEE Communication Magazine. Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 8