PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN MODEL GSTAR DAN ARIMA. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PERAMALAN DBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN METODE GSTAR DAN ARIMA

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

APLIKASI GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) PADA PEMODELAN VOLUME KENDARAAN MASUK TOL SEMARANG. Abstract

PERBANDINGAN HASIL ESTIMASI PARAMETER GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) DENGAN VARIABEL EKSOGEN BERTIPE METRIK

Pemodelan Inflasi di Kota Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta dengan pendekatan GSTAR

Kurniawati, Sri Sulistijowati Handajani, dan Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika FMIPA UNS

PEMODELAN GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SEASONAL PADA DATA JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA EMPAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

1 Novita Dya Gumanti, 2 Sutikno, 3 Setiawan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE. Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk

Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 1.

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN 4 KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

SKRIPSI JURUSAN STATISTIKA PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN 4 KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

Model Generalized Space Time Autoregressive

Model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) dengan Analisis Data Menggunakan Software R

PEMODELAN INFLASI DI KOTA SEMARANG, YOGYAKARTA, DAN SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN GSTAR. Oleh : Laily Awliatul Faizah ( )

PERAMALAN OUTFLOW UANG KARTAL DI BANK INDONESIA WILAYAH JAWA TENGAH DENGAN METODE GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

PEMODELAN SEASONAL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE

PERAMALAN PASANG SURUT AIR LAUT DI PULAU JAWA MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

PEMODELAN GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SEASONAL PADA DATA JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA EMPAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

Tugas Akhir. Peramalan Penjualan Produk Minuman TB Wilayah Pemasaran Jawa Timur dengan Menggunakan Metode VARIMA. Oleh : C. Ade Kurniawan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

Meytaliana F Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc. Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes.

Model Vector Autoregressive-Generalized Space Time Autoregressive

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

HASIL DAN PEMBAHASAN

ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

BAB I PENDAHULUAN. Data yang mempunyai keterkaitan dengan kejadian-kejadian sebelumnya

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q)

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

PERAMALAN OUTFLOW UANG KARTAL DI BANK INDONESIA WILAYAH JAWA TENGAH DENGAN METODE GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q)

Model Space Time Autoregressive (STAR) Orde 1 Dan Penerapannya Pada Prediksi Harga Beras Di Kota Manado, Tomohon Dan Kabupaten Minahasa Utara

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-300

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peramalan merupakan alat bantu yang penting dalam penyusunan rencana yang efektif dan efisien. Pada

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

ABSTRAK. Kata kunci: laju inflasi, GSTAR, invers jarak, normalisasi korelasi silang. iii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali dijumpai data dari suatu kejadian

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAMALAN CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

BAB II LANDASAN TEORI

PEMODELAN ARIMA DAN DETEKSI OUTLIER DATA CURAH HUJAN SEBAGAI EVALUASI SISTEM RADIO GELOMBANG MILIMETER

Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia

PEMODELAN ARIMA DAN DETEKSI OUTLIER DATA CURAH HUJAN SEBAGAI EVALUASI SISTEM RADIO GELOMBANG MILIMETER

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

MODEL STAR DENGAN BOBOT SERAGAM SEBAGAI PENDETEKSI DEBIT AIR SUNGAI CITARUM

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN MODEL STAR DAN GSTAR UNTUK PERAMALAN INFLASI DUMAI, PEKANBARU, DAN BATAM

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK

Analisis Peramalan Banyaknya Permintaan Darah di Surabaya Menggunakan Metode

Peramalan Penjualan Pipa di PT X

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

PEMODELAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS TERKAIT KUNJUNGAN WISATAWAN DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA MADYA DENPASAR DENGAN METODE TRANSFER FUNCTION

PERBANDINGAN MODEL ARCH/GARCH MODEL ARIMA DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER

Peramalan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke Bali Tahun 2019: Metode ARIMA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PESAWAT TERBANG DOMESTIK DI BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUNGSI TRANSFER MULTI INPUT

PERAMALAN DERET WAKTU MULTIVARIAT SEASONAL PADA DATA PARIWISATA DENGAN MODEL VAR-GSTAR

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PEMODELAN VECTOR AUTOREGRESSIVE X (VARX) UNTUK MERAMALKAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP

ESTIMASI DATA YANG HILANG DENGAN MENGGUNAKAN PROSES PENYARINGAN DALAM PEMODELAN DATA TIME SERIES

PEMODELAN DAN PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG DAN PESAWAT DI TERMINAL KEDATANGAN INTERNASIONAL BANDARA JUANDA SURABAYA DENGAN METODE VARIANSI KALENDER

ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP (Studi Kasus Pada Jumlah Pengiriman Benda Pos Ke Semarang Pada Tahun )

Transkripsi:

PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN MODEL GSTAR DAN ARIMA Oleh: Henny Dwi Khoirun Nisa 25 44 Dosen Pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya 2 Abstrak Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita jumpai data yang tidak hanya mengandung keterkaitan dengan kejadian pada waktu sebelumnya, tetapi juga mempunyai keterkaitan dengan lokasi atau tempat yang lain. Data seperti ini disebut data spasial, salah satu data yang diduga mempunyai keterkaitan antar waktu dan lokasi adalah data debit air sungai. Untuk mendapatkan hasil peramalan yang baik maka dilakukan perbandingan dua model yaitu model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) dan model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). Dalam penilitian ini akan diterapkan model GSTAR dengan dua bobot lokasi yaitu bobot seragam, dan bobot inverse jarak. Pemodelan ARIMA dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yang mungkin muncul yaitu dugaan tidak adanya hubungan keterkaitan antar lokasi. Dari analisis yang telah dilakukan, didapatkan model yang sesuai dengan data yaitu model GSTAR(2 ) I() untuk ketiga lokasi, model ARIMA(,,) untuk Z, model ARIMA(,,) untuk Z2, dan model ARIMA([,],,[,]) untuk Z. Dari model GSTAR dan ARIMA yang terbentuk akan dipilih model terbaik yang menghasilkan kesalahan ramalan terkecil. Pemilihan model terbaik didasarkan pada nilai RMSE dari model. Berdasarkan nilai rata-rata RMSE dari peramalan dengan menggunakan one step forecast, didapatkan kesimpulan bahwa model yang paling sesuai dengan kondisi data adalah model GSTAR(2 ) I() dengan bobot lokasi inverse jarak. Kata kunci: GSTAR, ARIMA, RMSE, Debit air, one step forecast.. Pendahuluan Sungai Brantas, terletak di propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah sungai 26,5% dari wilayah propinsi Jawa Timur. Sebagai sumber air yang sangat potensial bagi usaha pengelolaan dan pengembangan sumber daya air, Sungai Brantas digunakan untuk kebutuhan domestik, air baku air minum dan industri, irigasi, dan lain lain. Seiring dengan semakin banyaknya kajian-kajian mengenai analisis time series, muncul pemikiran adanya dugaan bahwa ada beberapa data dari suatu kejadian yang tidak hanya mengandung keterkaitan dengan kejadian pada waktu-waktu sebelumnya, tetapi juga mempunyai keterkaitan dengan lokasi atau tempat yang lain. Dengan adanya keheterogenan debit air sungai pada setiap lokasi pengukuran maka untuk melakukan pemodelan hendaknya tidak hanya memperhatikan masalah waktu, akan tetapi juga memperhatikan masalah lokasi. Model space-time ini pertama kali diperkenalkan oleh Pfeifer dan Deutsch (98a, 98b). Model space-time yang dikembangkan oleh Pfeifer dan Deutsch mempunyai kelemahan dan kelemahan ini diperbaiki oleh Borovkova, Lopuhaa, dan Ruchjana (22) melalui model yang dikenal dengan model Generalized Space-Time Autoregressive (GSTAR). Model GSTAR ini muncul atas ketidakpuasan terhadap pengasumsian karakteristik lokasi yang seragam (homogen) pada model STAR yang membuat model ini menjadi tidak fleksibel, khususnya pada saat dihadapkan pada lokasi-lokasi yang memiliki karakteristik yang heterogen. Ruchjana (22) melakukan pemodelan dengan GSTAR untuk data produksi minyak bumi, model yang didapatkan yaitu GSTAR ( ) dengan matrik bobot spasial serta estimasinya menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Square). Penelitian lainnya dilakukan oleh Borovkova dkk. (28) mengenai hasil produksi teh bulanan di Jawa Barat. Pada penelitian ini diambil 24 lokasi dengan 94 pengamatan dan estimasinya menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Square). Pada tahun 29 Mir Atus Shofiyah menerapkan model GSTAR pada data produksi gas, model yang didapatkan yaitu model

GSTAR ( ) I() dengan bobot lokasi inverse jarak dan menggunakan one step forecast. Amstrong (26) serta Kostenko dan Hydman (28) menyatakan bahwa variabel yang tidak dapat digunakan untuk melakukan peramalan. Model GSTAR ini dapat diterapkan pada data debit air sungai Brantas. Dengan diperoleh model GSTAR, diharapkan akan diketahui hasil debit air sungai Brantas, yang menjadi masalah utama dalam model GSTAR adalah pada pemilihan bobot lokasi. Pemilihan bobot lokasi yang optimal akan menghasilkan model yang lebih tepat sehingga diperoleh hasil peramalan yang tepat pula. Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan normal. Dengan diketahuinya peramalan debit air sungai Brantas maka akan diketahui kapan banjir itu akan datang. Sehingga perlu kiranya untuk melakukan peramalan debit air sungai Brantas pada periode yang akan datang. 2. Model ARIMA dan GSTAR Model ARIMA merupakan model yang biasa digunakan pada data deret waktu yang univariat. Model ini dapat menjelaskan keterkaitan suatu pengamatan pada suatu waktu dengan pengamatan pada waktu-waktu sebelumnya. Secara umum model ARIMA(p,d,q) dirumuskan sebagai berikut (Wei, 26) : d B)( B) Z(t ) (B)e(t ) () p ( q dengan : p, d, q orde AR nonmusiman, orde differencing non-musiman, orde MA nonmusiman p B koefisien komponen AR nonmusiman dengan derajat p θ q B koefisien komponen MA nonmusiman dengan derajat q B backward shift operator nonmusiman Salah satu metode yang digunakan dalam pemodelan ARIMA adalah metode Box-Jenkins. Metode ini menggunakan nilai-nilai sekarang dan nilai-nilai waktu sebelumnya dari suatu variabel untuk menghasilkan model ramalan jangka pendek dengan pendekatan yang iteratif. Model GSTAR merupakan suatu model yang lebih fleksibel sebagai generalisasi dari model STAR. Secara matematis, notasi dari model GSTAR(p ) adalah sama dengan model STAR(p ). Perbedaan utama dari model GSTAR(p ) ini terletak pada nilai-nilai parameter pada lag spasial yang sama diperbolehkan berlainan. Dalam notasi matriks, model GSTAR(p ) dapat ditulis sebagai berikut : Z(t ) p k W Z(t k ) e(t ) (2) k k Dengan: Φ k = diag φ N k,, φ k Φ k = diag φ N k,, φ k pembobot dipilih sedemikian hingga w ii = dan i j w ij = Penaksir parameter model GSTAR dapat dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dengan cara meminimumkan jumlah kuadrat simpangannya. Pemilihan atau penentuan bobot lokasi merupakan salah satu permasalahan utama pada pemodelan GSTAR. Beberapa cara penentuan bobot lokasi yang sering digunakan dalam aplikasi model GSTAR telah disebutkan dalam Suhartono dan Atok (26). Dua bobot lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :. Bobot seragam (uniform) wij n dengan n i i = jumlah lokasi yang berdekatan dengan lokasi i. Bobot lokasi jenis ini seringkali digunakan pada data yang lokasinya homogen atau mempunyai jarak antar lokasi yang sama, 2. Bobot invers jarak. Root Mean Squared Error (RMSE) adalah Ukuran perbedaan antara nilai prediksi dari model atau penaksir dengan nilai sebenarnya dari observasi. RMSE dirumuskan sebagai berikut : n Z n Ẑn(l ) 2 RMSE MSE () n l dengan n merupakan banyak ramalan yang dilakukan. Nilai RMSE berkisar antara sampai. Semakin kecil nilai RMSE maka model semakin bagus 2

Akaike s Information Criteria (AIC) merupakan salah satu kriteria pemilihan dalam penentuan model terbaik pada data in-sample. Model terbaik adalah model dengan nilai AIC paling kecil. Berikut cara perhitungan nilai AIC (Lutkepohl, 25): 2 2 (4) AIC( p) logdet( ( p)) K ~ u p Log adalah notasi logaritma natural, det(.) merupakan notasi determinan, dan ~ T ( p) T u t û t û ' t adalah matriks taksiran kovarian residual dari model VAR(p), T merupakan jumlah residual, dan K merupakan jumlah variabel. Dalam hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah, tinggi permukaan air atau elevasi muka air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Pengukuran dilakukan tiap hari, pada jam-jam tertentu. Mrican, Kertosona, dan Ploso merupkan salah satu tempat pengukuran debit air di sepanjang aliran sungai Brantas. Peta ketiga tempat pengukuran debit air sungai Brantas dapat dilihat pada gambar gambar berikut: Gambar peta lokasi pengukuran debit air di Mrican, Kertosono, dan Ploso. Metodelogi Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari Biro Pengelolaan Dat dan Lingkungan. Data yang digunakan sebanyak 2 dibagi menjadi dua yaitu sebagai data in-sample dan data out-sample. Untuk data insample digunakan 9 data yaitu bulan Januari-Maret 2, sedangkan yang out-sample sebanyak data yaitu bulan April 2. Data in-sample digunakan untuk membentuk model dan data out-sample digunakan untuk mengecek ketepatan model. Terdapat tiga variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:. Jumlah debit air sungai di out mrican (Z ). 2. Jumlah debit air sungai di kertosono (Z 2 ).. Jumlah debit air sungai di ploso (Z ). Metode time series yang digunakan pada penelitian ini adalah pemodelan ARIMA dan pemodelan GSTAR dengan dua bobot lokasi yaitu bobot lokasi seragam dan bobot lokasi inverse jarak. Pemodelan dilakukan pada data in-sample. Pemilihan model terbaik pada data in-sample berdasarkan pada nilai AIC. Selanjutnya dilakukan peramalan untuk data out-sample. Dari hasil ramalan tersebut dapat diketahui model terbaik yaitu model dengan nilai RMSE terkecil. 4. Hasil Penelitian Data debit air sungai yang dijadikan sebagai data in-sample pada penelitian ini adalah dari bulan Januari- Maret 2. Deskripsi secara statistik dari data in-sample dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel Statistika Deskriptif Debit Air sungai Variabel Mean Varians Minimum Maximum Z 86,96 5,457 42,875 584,8 Z 2 295,827 7,5 97, 787,8 Z 6, 6,62 79, 85,28

Pola data dari masing-masing variabel dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Plot Time Series untuk Z, Z 2, dan Z Besarnya pengaruh satu variabel terhadap variabel lain pada suatu waktu dapat dilihat melalui nilai korelasi antar lokasi pada matriks korelasi antar lokasi. Tabel 2 Matriks Korelasi Antar Lokasi Lokasi Z Z 2 Z Z.96.862 Z 2.96.95 Z.862.95 Besarnya nilai korelasi antar lokasi menggambarkan besarnya hubungan keterkaitan antar lokasi. Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat antar lokasi Z dengan Z, Z dengan Z 2 dan Z 2 dengan Z mempunyai nilai korelasi yang besar, hal ini menunjukkan adanya keterkaitan yang besar pada waktu yang sama. Nilai korelasi ini pada sebesar,5. Model GSTAR Dalam pemodelan data time series ada dua asumsi yang harus dipenuhi yaitu data harus stasioner dan residual harus white noise. Untuk langkah awal identifikasi model asumsi yang harus dipenuhi adalah data harus stasioner dalam varian dan mean. Stasioneritas data dalam varian dapat dilihat dari plot Box-Cox. sedangkan stasioneritas data dalam mean dapat dilihat dari skema matriks korelasi silang antar variabel dan matriks parsial korelasi silang antar variabel. Hasil identifikasi stasioneritas dalam varian dengan metode Box-Cox Transformation disajikan dalam plot Box-Cox Gambar. Gambar Plot Box-Cox Variabel Z, Z 2, Z Dari Gambar diketahui bahwa batas bawah, batas atas, rounded value, dan lambda estimate masingmasing variabel tidak sama. Jika akan dilakukan transformasi, maka transformasi yang dipakai berbeda-beda sesuai dengan lambda estimate masing-masing variabel. Oleh karena itu transformasi tidak perlu dilakukan dan data dapat dianggap stasioner dalam varian (Shofiyah, Dwiatmono, dan Suhartono. 29). Selanjutnya dilakukan identifikasi stasioneritas dalam mean. Hasil dari identifikasi ini disajikan dalam Gambar 4. Gambar 4 Skema Matriks Korelasi Silang Z, Z 2, dan Z 4

Skema matriks korelasi silang pada Gambar 4 terlihat bahwa pada semua lag terdapat nilai korelasi silang yang keluar. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya simbol (+) yang dapat diartikan bahwa adanya hubungan memiliki korelasi positif, sehingga dapat dikatakan bahwa data Z, Z 2, dan Z tidak stasioner dalam mean. Karena data belum stasioner dalam mean maka dilakukan differencing. Setelah dilakukan differencing tingkat, didapatkan skema matriks korelasi seperti pada Gambar 5. Gambar 5 Skema Matriks Korelasi Silang Z, Z 2, dan Z sesudah Differencing Gambar 5 menujukkan bahwa data sudah stasioner dalam mean. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya simbol (.) yang mengindikasikan bahwa tidak adanya korelasi. Sedangkan simbol (+) dan (-) pada skema hanya keluar pada lag tertentu. Kondisi ini berarti bahwa data telah stasioner setelah dilakukan differencing. Karena data telah stasioner dalam varian dan mean maka dapat dilanjutkan dengan pembentukan model GSTAR. Pencarian orde dilakukan dengan menggunakan model VARIMA, yaitu dengan memeriksa skema matriks korelasi silang (MACF) dan skema matriks korelasi silang parsial (MPACF). Skema matrik korelasi silang dapat dilihat pada Gambar 5, sedangkan skema matriks korelasi silang parsial dapat lihat pada Gambar 6. Gambar 6 Skema Matriks Korelasi Silang Parsial Z, Z 2, dan Z sesudah Differencing Nilai korelasi silang dari lag-lag yang berada diluar nilai standar deviasi dipilih sebagai orde model VARIMA. Orde VARIMA yang mempunyai nilai AIC terkecil merupakan orde yang dianggap paling sesuai dengan karakteristik data. Adapun nilai AIC untuk setiap lag dapat dilihat pada Tabel. Tabel Nilai AIC untuk Menentukan Orde GSTAR Model Dugaan Nilai AIC GSTAR( ) I() 24,2252 GSTAR(2 ) I() 24,54788* GSTAR( ) I() 24,224 GSTAR(4 ) I() 24,28977 * Nilai AIC terkecil Identifikasi terhadap nilai AIC dari model dugaan menghasilkan kesimpulan bahwa model GSTAR yang paling sesuai untuk data in-sample adalah model GSTAR(2 ) I() karena model dugaan ini mempunyai nilai AIC terkecil diantara model dugaan lainnya. Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan penerapan tiga macam bobot lokasi pada model GSTAR(2 ) I(). Dua bobot lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Bobot seragam Bobot invers jarak,5,5 W,5,5,5,5,5726,496274 W,549,49995,4962,5677 5

Penerapan kedua bobot lokasi pada model GSTAR(2 ) I() menghasilkan nilai taksiran parameter yang berbeda-beda. Hasil dari estimasi parameter dengan metode least square tersebut ditampilkan dalam Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Taksiran Parameter Model CSTAR(2 )-I() Paramet er Bobot lokasi seragam Bobot lokasi invers jarak t hitung Nilai taksiran t hitung Nilai taksiran t tabel Kriteria Pengujian,47.64,47.67.96 H diterima 2,25.568,25.568.96 H ditolak -4,8 -.5688-4,8 -.569.96 H diterima -,7 -.46 -,7 -.48.96 H diterima 2 -,4 -.5 -,4 -.4.96 H diterima 4,45.886 4,44.885.96 H ditolak 2,2.5,2.54.96 H diterima 2 2 -,44 -.58 -,44 -.58.96 H diterima 2 2,26.29 2,26.25.96 H ditolak Kemudian dilakukan uji-f dan uji-t. Uji Serentak dengan Uji-F Hipotesis : 2 2 2 H : 2 2 2 H : sekurang-kurangnya ada, dengan k,,2, dan i,2, Satistik Uji : F = MSR = 2,7 hitung MSE F =,88 F = tabel,5 ;9,26 i k Kesimpulan tidak tidak tidak tidak tidak tidak Dengan = 5%, karena F hitung > F,5;9,26, maka H ditolak artinya secara bersama-sama parameter terhadap model. 2. Uji Individu dengan Uji-t Hipotesis: H :, dengan k,, 2 dan i,2, (parameter tidak ) i k i : k H, dengan k,, 2 dan i,2, (parameter ) Statistik Uji : bk thitung Sbk Hasil t-hitung dari pengujian masing-masing parameter dapat dilihat pada kolom kedua Tabel 4 ttabel t,25; 26. 96 Kriteria Pengujian : Dengan = 5%, jika t hitung > t,25;26 maka H ditolak artinya parameter. Hasil keputusan pengujian masing-masing parameter model dapat dilihat pada kolom 5 Tabel 4 dan dapat disimpulkan seperti yang ada dalam kolom 6 Tabel 4 6

Karena ada parameter yang tidak, maka dilakukan pemilihan model regresi terbaik dengan prosedur eleminasi langkah mundur. Parameter yang belum dihilangkan. Sehingga parameter yang sudah dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Taksiran Parameter Model CSTAR(2 )-I() yang Param eter Bobot Lokasi Seragam Bobot Lokasi Invers jarak t hitung Nilai taksiran t hitung Nilai taksiran -4,22 -,57-4,22 -,57.96 H ditolak 4,49,88 4,49,88.96 H ditolak 2 2,28,2 2,28,2.96 H ditolak Dari perhitungan parameter diatas hanya di dapat persamaan pada lokasi saja, Parameter yang tidak tersebut seharusnya tidak dimasukkan dalam persamaan model, namun untuk mengetahui ramalan dari model GSTAR dengan bobot lokasi seragam maka semua parameterakan dimasukkan ke dalam model. Seperti yang dijelaskan oleh Amstrong (26) serta Kostenko dan Hydman (28) bahwa variabel yang tidak dapat digunakan untuk melakukan peramalan. Sehingga dalam penelitian ini, untuk model GSTAR parameter yang tidak akan tetap digunakan. Setelah didapatkan nilai taksiran untuk semua parameter, selanjutnya dilakukan cek diagnosa untuk mengetahui apakah model yang terbentuk telah sesuai dengan kondisi data. Cek diagnosa dilakukan terhadap residual dari model. Model GSTAR yang terbentuk dikatakan sesuai jika residualnya telah white noise dan mengikuti distribusi multivariate normal. Identifikasi white noise dapat dilihat melalui skema matriks korelasi silang residual pada Gambar 7. t tabel Kriteria Pengujian Kesimpulan Gambar 7 MACF residual GSTAR(2 )-I() dengan Bobot Lokasi (a) Seragam, (b) Inverse Jarak. Selanjutnya residual diuji apakah berdistribusi multivariate normal dengan menggunakan q-q plot dan hasilnya ditampilkan pada Tabel 6 Tabel 6 Hasil Uji Multivariate Normal untuk Residual Bobot Lokasi t Seragam.7 Inverse Jarak.7 Residual dari model GSTAR(2 ) I() dengan bobot lokasi seragam telah memenuhi asumsi white noise dan multivariate normal. Terpenuhinya asumsi white noise dapat dilihat dari Gambar 7 dimana pada skema matriks korelasi silang residual tidak ada lag yang keluar secara bersama. Sedangkan terpenuhinya asumsi multivariate normal dibuktikan oleh t-value dari masing-masing residual yang lebih besar dari.5 sehingga dapat dikatakan residual dari bobot lokasi seragam dan inverse jarak sudah berdistribusi multivariate normal. Karena dua asumsi untuk residual telah terpenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa model GSTAR(2 ) I() sudah baik dan sesuai dengan kondisi data. Model ARIMA Penaksiran parameter pada pemodelan GSTAR(2 ) I() dengan dua macam bobot lokasi menghasilkan parameter yang tidak. Sehingga muncul dugaan bahwa tidak terdapat korelasi antar lokasi dan antar waktu. Oleh karena itu perlu untuk dilakukan pemodelan pada tiap-tiap lokasi dengan menggunakan 7

model ARIMA. Seperti pada pemodelan GSTAR(2 ) I() yang telah dilakukan sebelumnya, sebelum menduga model ARIMA perlu diketahui terlebih dahulu apakah data telah stasioner dalam varian dan mean. Kestasioneran dalam varian telah dibuktikan oleh hasil identifikasi dengan menggunakan Box-Cox Transformation yang dilakukan sebelumnya yaitu pada saat pembentukan model GSTAR(2 ) I(). Identifikasi tersebut membuktikan bahwa data pada tiap-tiap lokasi telah stasioner dalam varian. Sedangkan pengujian kestasioneritasan dalam mean untuk tiap-tiap lokasi dapat dilihat dari plot ACF tiap-tiap lokasi pada Gambar 8. Gambar 8 Plot ACF Variabel Z, Z 2, Z Dari Gambar 8 terlihat bahwa plot ACF dari lokasi Z turun lambat. Hal ini berarti bahwa data pada lokasi tersebut belum stasioner dalam mean sehingga perlu dilakukan differencing. Sedangkan plot ACF dari lokasi Z dan Z 2 turun cepat. Kondisi ini mengindikasikan bahwa data pada lokasi Z dan Z 2 telah stasioner dalam mean sehingga tidak perlu dilakukan differencing. Data telah stasioner setelah dilakukan differencing sebanyak satu kali pada variabel Z. Selanjutnya dilakukan penaksiran parameter model time series. Untuk mengetahui parameter yang, dilakukan pengujian parameter dengan taraf si 5%. Berikut ini uji individu dengan uji-t. Uji Individu dengan Uji-t Hipotesis: H : k dan k, dengan k,,2, (parameter tidak ) H : k dan k, dengan k,,2, (parameter ) Statistik Uji : t b k hitung Sbk Hasil t-hitung dari pengujian masing-masing parameter dapat dilihat pada kolom 4 Tabel 7 ttabel t,25; 9. 99 Kriteria Pengujian : Dengan = 5%, jika t hitung > t,25;9 maka H ditolak artinya parameter. Hasil keputusan pengujian masing-masing parameter model dapat dilihat pada kolom 6 Tabel 7 dan dapat disimpulkan seperti yang ada dalam kolom 7 Tabel 7. Tabel 7 Hasil Estimasi Parameter Dugaan Model ARIMA dan Hasil Uji-t untuk Signifikansi Lokasi Model Parameter t hitung t tabel Kriteria pengujian kesimpulan Z ARIMA(,,),49,99 H ditolak Z 2 ARIMA(,,) 4,,99 H ditolak Z ARIMA ([,],,[,]),25,99 H ditolak -,6,99 H ditolak 7,,99 H ditolak -2,69,99 H ditolak Dari Tabel 7 diketahui bahwa parameter untuk masing-masing model sudah. Langkah selanjutnya adalah melakukan cek diagnosa terhadap residual untuk mengetahui apakah residual telah white noise dan berdistribusi normal. 8

Tabel 8. Ljung-Box Model ARIMA Lokasi Model Lag 6 Lag 2 Lag 8 Z ARIMA (,,) 2,68 8,84 4,67 Z 2 ARIMA (,,) 2,2 6,79 4,8 Z ARIMA ([,],,[,]),82 5,22 4,99 Gambar 9 Plot Probabilitas Residual untuk Z, Z 2, Z Dari pengujian dengan Ljung-Box yang telah dilakukan didapatkan p-value seperti pada Tabel 6, p-value dari masing-masing model lebih dari.5 yang itu berarti bahwa residual dari model ARIMA telah white noise. Sedangkan dari Gambar 9 dapat diketahui bahwa residual dari model ARIMA tidak berdistribusi normal. Hal ini disebabkan oleh banyaknya outlier yang ada pada data. Perbandingan Pemodelan GSTAR dan ARIMA Model terbaik adalah model dengan kesalahan ramalan terkecil. Oleh karena itu, dilakukan perbandingan hasil ramalan dari tiap-tiap model yang terbentuk. Perbandingan hasil ramalan dilakukan dengan melihat nilai RMSE dari tiap-tiap model. Penerapan masing-masing model pada data in-sample menghasilkan ramalan yang mendekati data asli namun pada data out-sample menghasilkan ramalan yang nilainya relatif konstan dan tidak sesuai dengan pola data asli. Kondisi ini berati bahwa model yang ada sudah cukup sesuai dengan kondisi asli namun perlu dilakukan pemilihan metode peramalan yang lebih sesuai dengan kondisi data asli. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengatasi kondisi semacam ini adalah one step forecast. Nilai RMSE dari hasil peramalan dengan menggunakan one step forecast dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. RMSE Model pada one step Forecast Model Z Z 2 Z Rata-rata GSTAR(2 )-I() bobot lokasi Seragam 68,699 92,52 9,2224 66,5758 GSTAR(2 )-I() bobot lokasi Inverse jarak 76,267 75,49 44,858 65,578* ARIMA 69,566 9,4 65,26 75,988 * nilai RMSE yang terkecil di setiap lokasi Hasil perbandingan pada Tabel 9 menunjukkan bahwa model GSTAR(2 )-I() bobot lokasi invers jarak mempunyai rata-rata nilai RMSE out-sample yang lebih kecil. Pola ramalan dari model GSTAR(2) I() dengan bobot lokasi inverse jarak ditampilkan dalam Gambar. Gambar. Hasil Peramalan One Step Model GSTAR dengan Bobot Invers Jarak 9

5. Kesimpulan Dari analisis yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa model yang sesuai untuk data debit air sungai pada penelitian ini adalah model GSTAR(2 ) I() untuk ketiga lokasi, model ARIMA(,,) untuk Z, model ARIMA(,,) untuk Z 2, dan model ARIMA([,],,[,]) untuk Z. Model terbaik yang dihasilkan adalah model GSTAR(2 ) - I() dengan bobot lokasi inverse jarak. Nilai rata-rata RMSE dari model ini dengan metode peramalan one step forecast adalah 65,578. Pola ramalan dari model ini dengan metode peramalan one step forecast sudah cukup baik dan mengikuti pola data out-sample. 6. Daftar Pustaka Armstrong, J.S. (26). Significance Test Harm Progress in Forecasting. International Journal of Forecasting, vol 2, pp. 2-27. Borovkova, S.A. (22). Generalized STAR model with experimental weights. In M. Stasionopoulos and G. Toulomi (Eds.). Proceedings of the 7 th International Workshop on Statistical Modeling, Chania, pp. 9-47. Borovkova, S.A. (28). Consistency and asymptotic normality of least square estimators in generalized STAR models. Journal compilation Statistica Neerlandica, Neerlandica, pp. 482-58. Box, G.E.P. (994). Time Series Analysis: Forcasting and Control. rd edition, Englewood Cliffs: Prentice Hall. Kostenko, A.V. (28). Forecasting without significance test?. RobJHynman.com/papers/sst2.pdf. Lutkepohl, H. (25). New Introduction to Multiple Time Series Analysis, New York: Springger. Pfeifer, P.E. (98a). A Three Stage Iterative Procedure for Space-Time Modeling. Technometrics, 22 (), 5-47. Pfeifer, P.E. (98b). Identification and Interpretation of First Orde Space-Time ARMA Models. Technometrics, 22 (), 97-48. Ruchjana, B.N. (22). Pemodelan Kurva Produksi Minyak Bumi Menggunakan Model Generalisasi S-TAR. Forum Statistika dan Komputasi, IPB, Bogor. Shofiyah, M.A. (29). Peramalan Data PdoduksinGas di Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ) dengan Model GSTAR dan ARIMA. Suhartono (26). Pemilihan bobot lokasi yang optimal pada model GSTAR. Prosiding Konferensi Nasional Matematika XIII, (h. 57-58). Semarang, Indonesia: Universitas Negeri Semarang. Wei, W.W.S. (26). Time Series Analysis Univariate and Multivariate Methods, second edition, Pearson Education, Inc.