29 Oktober Pertemuan

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN STANDAR AKUNTANSI KOPERASI

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, pengertian dari Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian UMKM menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2008, yaitu :

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Akuntansi Keuangan Koperasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2012, No.755 LAMPIRAN

BAB 5. SISA HASIL USAHA PENGERTIAN SHU INFORMASI DASAR RUMUS PEMBAGIAN SHU PRINSIP-PRINSIP PEMBAGIAN SHU KOPERASI PEMBAGIAN SHU PER ANGGOTA

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usa

BAB AKUNTANSI KOPERASI. orang-orang bukan kumpulan modal sehingga peranan anggota sama menentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mengandung makna kerjasama. Definisi koperasi Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah Koperasi Berasal dari bahasa asing co-operation ( co artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

SISA HASIL USAHA. Evan Purnama Ramdan

Bab 1 Ruang Lingkup UKM.1. Hak Cipta 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyusunan Laporan Keuangan Pada Stars Auto Care 99 Periode Januari 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

SISA HASIL USAHA KOPERASI (SHU KOPERASI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

ASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teknik analisis deskriptif kualitatif. dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam

Contoh laporan keuangan koperasi

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

LAMPIRAN A. 1.1 Data Responden. : Irwan Syafrudin. : Tax Accounting Manager. 1.2 Hasil Wawancara

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

BAB II BAHAN RUJUKAN

2017, No pengendalian pelaksanaan anggaran negara; c. bahwa mengacu ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.02/2015 tentang

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Pengelolaan Keuangan. Permodalan. Modal Sendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

Pelaporan Keuangan Organisasi Nir Laba (Pelaporan Keuangan Perguruan Tinggi) Oleh: Yanto,M.Acc.,Ak.

ANALISIS KEPATUHAN LAPORAN KEUANGAN KOPERASI BERDASARKAN SAK ETAP

BAB II LANDASAN TEORI

CHAPTER 2 PSAK DALAM MANAJEMEN KEUANGAN KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

AKUNTANSI UMKM DAN KOPERASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ketentuan Undang-Undang Dasar Koperasi harus diberi. yang seluas-luasnya dan ditingkatkan pembinaannya

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk komunikasi bisnis sesuai dengan kebutuhan setiap pihak. Untuk

STRUKTUR DASAR AKUNTANSI BAB 2

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kebijakan Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

f 2010 Debet Kredit April 2 Kas Simpanan Pokok

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 13/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ISSN ANALISIS STATEMENT OF CASHFLOW UNTUK MENGEVALUASI KEMAMPUAN KOPERASI DALAM MENGHASILKAN KAS DAN SETARA KAS

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keuangan dari beberapa ahli, antara lain sebagaiberikut:

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

Transkripsi:

Salah satu indikator pengelolaan koperasi yang menjalankan prinsip akuntabilitas yang dilandasi transparansi dan kepatuhan sesuai dengan Pilar Pengelolaan Koperasi yang telah diuraikan dalam pertemuan sebelumnya, sekaligus upaya mewujudkan suatu keunggulan kompetitif organisasi secara berkelanjutan yang akan memperlancar jalan masa depan koperasi adalah melalui penyusunan laporan keuangan secara jujur, tertib dan wajar. Mengingat koperasi merupakan suatu entitas khas maka penerapan standar akuntansi dan penyampaian laporan keuangannya juga menunjukkan kekhususan dibanding dengan standar akuntansi dan laporan keuangan pada umumnya. Pemerintah, melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia, yang berperan dalam membangun dan mengembangkan koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, telah mengatur suatu pedoman akuntansi koperasi, yaitu: 1. PermenKopUKM No. 12/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Sektor Riil 2. PermenKopUKM No. 13/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pedoman Akuntansi Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi Dalam tulisan ini akan diungkap secara ringkas poin 1 sebagai materi pembelajaran untuk pertemuan sebelum Ujian Tengah Semester nantinya. Sebagai tambahan, akan disampaikan pula hal-hal terkait Sisa Hasil Usaha yang dipandang perlu untuk dipahami karena merupakan pembeda utama dengan sistem ekonomi lainnya.

PEDOMAN UMUM AKUNTANSI KOPERASI SEKTOR RIIL Pedoman ini merupakan penyempurnaan atas Pedoman Umum Akuntansi Koperasi sebelumnya, yang berisi praktik standar akuntansi pada koperasi dengan memperhatikan perubahan pada perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan tidak berlakunya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2 (PSAK 2) mengenai akuntansi koperasi oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 8 April 2011 melalui Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 8 (PPSAK-8) atas pencabutan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2 (PSAK-2) mengenai Akuntansi Koperasi. Pedoman ini menetapkan bentuk, isi penyajian dan pengungkapan laporan keuangan koperasi sektor riil untuk kepentingan internal koperasi maupun pihak lain selaku pengguna laporan keuangan koperasi. Pedoman ini dibuat sebagai acuan bagi koperasi sektor riil yang tidak memiliki akuntabilitas publik, maka penerapan akuntansi keuangannya mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Sedangkan koperasi sektor riil yang memiliki akuntabilitas publik, wajib menggunakan Standar Akuntansi Keuangan Umum (SAK- Umum), seperti sektor riil yang telah menerbitkan surat utang koperasi, obligasi koperasi, menerima modal penyertaan dan koperasi yang membentuk badan hukum lain (Perseroan Terbatas). Tujuan pedoman ini adalah untuk menyediakan pedoman baku tentang penyajian laporan keuangan koperasi sektor riil (koperasi jasa, koperasi konsumen, koperasi pemasaran dan koperasi produsen) yang mempunyai kegiatan usaha bidang jasa perdagangan dan industri, sehingga membantu pengurus memahami prinsip-prinsip yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan koperasi kepada anggota dalam rapat anggota tahunan maupun untuk tujuan interpretasi oleh pihak lain yang berkepentingan. Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) adalah entitas yang: 1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan 2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purposes financial statement) bagi pengguna eksternal - misalnya pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat kredit. Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika: 1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau 2. Entitas menguasau aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.

PENGERTIAN UMUM Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Sektor Riil Panduan yang memberikan arahan untuk penyusunan akuntansi koperasi sektor riil yang mengatur akuntansi bagi badan hukum koperasi sektor riil atas transaksi yang timbul dari hubungan kegiatan usaha koperasi dengan anggota, non anggota, dan atau koperasi lain. Akuntansi Koperasi Sektor Riil Sistem pencatatan yang sistematis yang mencerminkan pengelolaan koperasi sektor riil yang transparan dan bertanggungjawab sesuai dengan nilai, norma dan prinsip koperasi dan tata kelola manajemen yang baik. Pelayanan Kepada Anggota Transaksi koperasi sektor riil dengan anggota yang merupakan hubungan pelayanan jual/beli barang/jasa dan atau memberikan pinjaman kepada anggota. Penjualan Kepada Non Anggota Transaksi koperasi sektor riil dengan non anggota yang merupakan hubungan bisnis atas penjualan barang/jasa. KETENTUAN UMUM LAPORAN KEUANGAN KOPERASI Laporan keuangan koperasi harus memenuhi ketentuan dalam penyajian kualitatif laporan keuangan, antara lain: 1. Karakter spesifik dari laporan keuangan koperasi sektor riil diantaranya: a. Laporan keuangan merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus selama satu periode akuntansi yang dapat dipakai sebagai bahan untuk menilai hasil kerja pengelolaan koperasi; b. Laporan keuangan sektor riil merupakan bagian dari sistem pelaporan koperasi yang ditujukan untuk pihak internal maupun eksternal koperasi sektor riil. c. Laporan keuangan koperasi sektor riil harus berdaya guna bagi para anggotanya, sehingga pihak anggota dapat menilai manfaat ekonomi yang diberikan koperasi sektor riil dan berguna juga untuk mengetahui:

1) Prestasi unit kegiatan koperasi sektor riil yang secara khusus bertugas memberikan pelayanan kepada para anggotanya selama satu periode akuntansi tertentu. 2) Prestasi unit kegiatan koperasi sektor riil yang secara khusus ditujukan untuk tujuan bisnis dengan non anggota selama satu periode akuntansi tertentu. 3) Informasi penting lainnya yang mempengaruhi keadaan keuangan koperasi jangka pendek dan jangka panjang. 2. Kepatuhan terhadap standar akuntansi Koperasi harus menyatakan secara eksplisit dan secara penuh atas kepatuhan terhadap SAK-ETAP yang dinyatakan dalam catatan atas laporan keuangan. Pernyataan ini tidak boleh dimasukkan dalam catatan atas laporan keuangannya jika tidak memenuhi semua ketentuan SAK-ETAP. 3. Kelangsungan Usaha (Going Concern) Laporan keuangan harus disusun atas dasar kelangsungan usaha dan asumsi menurut seorang pembaca laporan keuangan, bahwa koperasi sektor riil akan meneruskan operasionalnya di masa depan kecuali apabila laporan keuangannya disusun untuk tujuan tertentu, seperti rencana pembubaran, penggabungan, peleburan dan pemisahan, maka harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 4. Komponen laporan keuangan sektor riil Koperasi sektor riil harus menyajikan laporan pertanggungjawaban keuangan koperasi dalam bentuk laporan keuangan yang sekurang-kurangnya diterbitkan sebanyak 1 (satu) bulan sebelum kegiatan Rapat Anggota Tahunan (RAT) diselenggarakan, berupa: 1) Neraca 2) Perhitungan Hasil Usaha 3) Laporan Perubahan Ekuitas 4) Laporan Arus Kas 5) Catatan Atas Laporan Kauengan Penyajian laporan harus lengkap dan disertai dengan lembar pernyataan tanggung jawab pengurus yang ditandatangani di atas meterai cukup oleh pengurus. Transaksi koperasi dengan anggota merupakan hubungan khusus disebut hubungan pelayanan. Transaksi koperasi dengan non anggota disebut hubungan bisnis.

KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN KOPERASI Penyajian informasi laporan keuangan koperasi harus memperhatikan ketentuan SAK-ETAP yang merupakan informasi kualitatif antara lain: 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk dipahami oleh pengguna. 2. Relevan Informasi keuangan harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan keputusan dan membantu dalam melakukan evaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan. 3. Materialitas Informasi yang disajikan dalam jumlah yang cukup material. Pos-pos yang jumlahnya material disajikan tersendiri dalam laporan keuangan. Sedangkan yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan sepanjang memiliki sifat atau fungsi sejenis. Informasi dianggap material jika kelalaian untuk mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement) mempengaruhi keputusan yang diambil. 4. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias (jika dimaksudkan untuk mempengaruhi suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil tertentu). 5. Substansi mengungguli bentuk Transaksi dan peristiwa dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. 6. Pertimbangan Sehat Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan asset atau penghasilan lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban lebih tinggi.

. Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan, karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukup jika ditinjau dari segi relevansi. 8. Dapat Dibandingkan Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan koperasi antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar koperasi atau koperasi dengan badan usaha lain, untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 9. Tepat Waktu Informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. 10. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat Evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal. SISA HASIL USAHA UU No 25 Tahun 1992 Pasal 45 telah mengatur Sisa Hasil Usaha (SHU) dimana: 1. Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 2. Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.

3. Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota. Lebih detail dalam PermenKopUKM No. 12/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Sektor Riil menjelaskan bahwa SHU adalah penjualan barang/jasa sebagai pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu periode akuntansi dikurangi dengan biaya operasional, penyusutan dan biaya-biaya lain, termasuk pajak dalam satu periode akuntansi bersangkutan. SHU setelah dikurangi dengan cadangan pengembangan usaha dibagikan kepada anggota, pengurus, pengawas, karyawan dan pembagian lainnya sebagaimana diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga seperti dana pendidikan anggota dan dana pembangunan daerah. Dalam hal jumlah pembagian SHU telah diatur dengan jelas, maka bagian SHU yang bukan menjadi hak koperasi, diakui sebagai kewajiban lancar setelah mendapat persetujuan rapat anggota tahunan. Bagian SHU yang merupakan hak koperasi diakui sebagai cadangan dan merupakan ekuitas koperasi. Apabila jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas, maka SHU dicatat sebagai SHU tahun berjalan serta harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Perhitungan Hasil Usaha adalah laporan yang menggambarkan hasil usaha koperasi dalam satu periode akuntansi. Penyajian akhir dari perhitungan hasil usaha disebut SHU. Ini bukan semata-mata mengukur besaran laba melainkan juga menggambarkan pelayanan kepada anggota dan transaksi bisnis dengan non anggota. Komponen dalam Perhitungan Hasil Usaha 1. Pendapatan dari Pelayanan Anggota a. Adalah pendapatan atau penghasilan yang bersumber dari aktivitas utama usaha koperasi dengan anggota. Pelayanan ini terdiri dari: 1) Pelayanan Bruto Anggota yaitu pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi pelayanan ekonomi kepada anggota.

2) Beban Pokok Pelayanan yaitu nilai beli yang dikeluarkan ditambah biaya perolehan hingga barang/jasa siap dijual dengan anggota dalam satu periode akuntansi. b. Total pelayanan anggota dikurangi dengan beban pokok pelayanan merupakan pelayanan neto anggota (cost of goods sold). 2. Pendapatan dari Bisnis dengan Non Anggota a. Adalah pendapatan yang bersumber dari aktivitas usaha koperasi dengan non anggota, terdiri dari: 1) Penjualan barang/jasa kepada non anggota, yaitu pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi bisnis dengan pihak non anggota. 2) Harga Pokok Penjualan dengan Non Anggota untuk koperasi konsumen atau koperasi pemasaran yaitu nilai beli yang dikeluarkan ditambah biaya perolehan hingga barang/jasa siap dijual dengan non anggota dalam periode akuntansi. Sedangkan perhitungannya sebagai berikut: persediaan awal ditambah pembelian dan dikurangi persediaan akhir. 3) Beban pokok penjualan non anggota untuk koperasi produsen yaitu harga pokok produk yang dikeluarkan ditambah dengan biaya perolehan hingga barang/jasa siap dijual dengan non anggota dalam satu periode akuntansi. b. Total penjualan barang/jasa kepada non anggota dikurangi beban pokok penjualan pada non anggota merupakan SHU Kotor (gross profit) non anggota. c. Ilustrasi komponen perhitungan beban pokok penjualan bagi koperasi konsumen/pemasaran: Persediaan barang awal periode Rp xxx Pembelian barang periode bersangkutan Rp xxx Retur pembelian barang (Rp xxx) Persediaan barang tersedia untuk dijual Rp xxx Persediaan barang akhir periode (Rp xxx) Beban Pokok/Harga Pokok Penjualan Rp xxx d. Ilustrasi komponen perhitungan beban pokok penjualan bagi kegiatan produksi barang/jasa: 1) Bahan Langsung Persediaan bahan baku awal periode Rp xxx Pembelian bahan baku periode Rp xxx bersangkutan

Persediaan bahan baku tersedia untuk digunakan Rp xxx Persediaan bahan baku akhir periode (Rp xxx) Biaya Pemakaian Bahan Baku Dalam Produksi Rp xxx 2) Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx 3) Biaya Overhead Pabrik Rp xxx TOTAL BIAYA PRODUKSI Rp xxx Persediaan barang dalam proses awal periode Rp xxx Jumlah bahan dalam proses Rp xxx Persediaan barang dalam proses akhir periode (Rp xxx) BEBAN POKOK PRODUKSI Rp xxx Persediaan barang jadi awal periode Rp xxx Persediaan barang jadi akhir periode (Rp xxx) BEBAN POKOK PENJUALAN Rp xxx 3. Sisa Hasil Usaha Kotor Adalah penjumlahan dari peredaran usaha neto anggota dan non anggota dikurangi harga pokok penjualan. 4. Beban Operasional a. Adalah biaya yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas operasional koperasi yang secara langsung maupun tidak langsung dengan aktivitas usaha koperasi. b. Komponen Beban Operasional meliputi: 1) Beban Usaha, adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh koperasi yang berkaitan langsung dengan aktivitas usaha koperasi, meliputi beban penjualan diantaranya: Beban Penjualan Beban Promosi Beban Distribusi Beban Penjualan lainnya 2) Beban Administrasi dan Umum, adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh koperasi yang berkaitan dukungan administrasi untuk mendukung aktivitas operasional koperasi, meliputi: Beban Gaji Karyawan Beban Alat Tulis Kantor Beban Sewa Beban Premi Asuransi Beban Transport Beban Perawatan dan Perbaikan Aset Tetap Beban Penyusutan dan Amortisasi

Biaya Listrik; Telepon; Air Biaya Administrasi Umum lainnya Beban Pendidikan Karyawan Beban Serba-serbi 3) Beban Perkoperasian, adalah biaya yang dikeluarkan oleh koperasi yang tidak berkaitan dengan pengembangan koperasi, diantaranya: Beban Gaji Pengurus/Pengawas dan biaya lain yang berkaitan dengan perkoperasian Beban Rapat Organisasi Beban Pendidikan dan Latihan Anggota Koperasi Beban Rapat Anggota Beban Perkoperasian 5. Pendapatan dan atau Beban Lainnya a. Pendapatan Lainnya, adalah pendapatan yang diterima sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan usaha yang bukan merupakan aktivitas utama koperasi, diantaranya: pendapatan bunga bank dari simpanan koperasi di bank, pendapatan dividen, keuntungan penjualan aset dan pendapatan di luar usaha lainnya. b. Beban Lainnya, adalah beban yang dikeluarkan oleh koperasi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan usaha yang bukan merupakan aktivitas utama koperasi, diantaranya: beban pajak atas bunga, beban administrasi bank, provisi kerugian penjualan aset dan beban di luar usaha lainnya. 6. Beban Pajak Badan Adalah beban pajak penghasilan badan yang dikeluarkan koperasi berkaitan dengan ketentuan perpajakan.. Sisa Hasil Usaha Setelah Pajak Pos ini mencantumkan besaran sisa hasil usaha bersih setelah pajak penghasilan badan. Terkait dengan pembagian SHU, Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001) memberikan beberapa prinsip-prinsip pembagian SHU sebagai berikut: 1. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota. Pada hakikatnya, SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber dari anggota sendiri. Sedangkan SHU yang bukan berasal dari hasil transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada anggota, melainkan dijadikan

sebagai cadangan koperasi. Dalam kasus koperasi tertentu, bila SHI yang bersumber dari non anggota cukup besar, maka rapat anggota dapat menetapkannya untuk dibagi secara merata sepanjang tidak membebani likuiditas koperasi. Oleh karena itu, langkah pertama dalam pembagian SHU adalah memilahkan yang bersumber dari hasil transaksi usaha dengan anggota dan yang bersumber dari non anggota. 2. SHU Anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri. SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota. Dari SHU bagian anggota harus ditetapkan berapa persentase untuk jasa modal misalkan 30% dan sisanya sebesar 0% untuk jasa transaksi usaha. Sebenarnya belum ada formula baku mengenai penentuan proporsi jasa modal dan jasa transaksi usaha, tetapi hal ini dapat dilihat dari struktur permodalan koperasi itu sendiri. Apabila total modal koperasi sebagian besar bersumber dari simpanan anggota (bukan donasi ataupun dana cadangan) maka disarankan agar proporsinya terhadap pembagian SHU bagian anggota diperbesar, tetapi tidak akan melebihi 50%. Hal ini perlu diperhatikan untuk tetap menjaga agar karakter koperasi itu sendiri, dimana partisipasi usaha masih lebih diutamakan. 3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan. Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan usaha, dan pendidikan dalam proses demokrasi. 4. SHU anggota dibayar secara tunai. SHU per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.

SHU yang diterima oleh anggota bersumber dari 2 (dua) kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu: 1. SHU Atas Jasa Modal Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik maupun investor, karena jasa atas modalnya (simpanan) tetap diterima dari koperasinya sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU pada tahun buku yang bersangkutan. 2. SHU Atas Jasa Usaha Jasa ini menegaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai pemakai atau pelanggan. SHU Koperasi dibagi sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Koperasi itu sendiri, umumnya dapat terdiri dari: 1. Cadangan Koperasi 2. Jasa Anggota 3. Alokasi Pengurus 4. Alokasi Pendidikan Anggota 5. Alokasi Sosial 6. Alokasi Pembangunan Lingkungan/Daerah Komponen di atas bukanlah aturan baku yang harus diikuti. Setiap koperasi dapat menentukan sendiri komponen untuk ditetapkan dalam Anggaran Dasar yang disepakati oleh Rapat Anggota, termasuk alokasi proporsi kuantitatif masing-masing komponen. Untuk menghitung pembagian SHU per Anggota dapat digunakan rumus (Sitio & Tamba, 2011): SHU per anggota = SHU Jasa Usaha Anggota + SHU Jasa Modal Anggota SHU pa = Va VUK x JUA + Sa TMS x JMA SHU Usaha per anggota = Va VUK x JUA SHU Modal per anggota = Sa TMS x JMA

Keterangan: SHU pa = SHU per Anggota Va = Volume [Usaha] Anggota VUK = Volume Usaha Koperasi JUA = Jasa Usaha Anggota Sa = Simpanan Anggota TMS = Total Modal Simpanan JMA = Jasa Modal Anggota Dari rumus di atas, dapat dipahami bahwa SHU yang diterima masing-masing anggota akan sangat berbeda, terkadang perbedaan tersebut akan sangat menyolok. Ini semua kembali kepada karakteristik koperasi dimana partisipasi anggota merupakan hal yang penting, anggota merupakan pemilik sekaligus pelanggan dari koperasinya. Semakin aktif partisipasi dan kontribusi anggota terhadap koperasi maka nilai SHU yang diperoleh akan semakin besar, demikian pula sebaliknya. Inilah yang membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya. DAFTAR BACAAN Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 12/Per/M.UMKM/IX/2015 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Sektor Riil Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 13/Per/M.UMKM/IX/2015 tentang Pedoman Akuntansi Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi Sitio, Arifin & Tamba, Halomoan (2001). Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Erlangga. ISBN 99-688-14-8

CONTOH PERHITUNGAN 1. Diketahui data-data akun dari Koperasi WEPE MANDIRI berikut ini: URAIAN 30 Sept 2015 30 Sept 2014 Pelayanan Bruto Anggota 24.568.102 20.85.14 Beban Pokok Pelayanan Anggota (6.192.014) (3.01.843) Penjualan pada non anggota 10.39.301 4.05.963 Beban Pokok Penjualan (2.016.835) (982.650) Beban Usaha 1.06.034 1.52.561 Beban Administrasi dan Umum 36.094 1.68.230 Beban Perkoperasian 9.023.185 15.83.900 Pendapatan Lain 182.089 12.530.891 Beban Lain (62.012) (9.56.083) Beban Bunga (310.64) (30.821) Pajak Penghasilan (924.519) (251.636) Buatlah laporan PERHITUNGAN HASIL USAHA berdasarkan data-data tersebut! JAWABAN PERHITUNGAN HASIL USAHA KOPERASI WEPE MANDIRI Posisi 30 Sept 2015 & 2014 URAIAN 30 Sept 2015 30 Sept 2014 PENDAPATAN Pelayanan Bruto Anggota 24.568.102 20.85.14 Beban Pokok Pelayanan Anggota (6.192.014) (3.01.843) Pelayanan Neto Anggota (a) 18.36.088 1.85.331 Pendapatan dari Non Anggota Penjualan pada non anggota 10.39.301 4.05.963 Beban Pokok Penjualan (2.016.835) (982.650) Laba/Rugi Non Anggota (b) 8.380.466 3.093.313 SHU KOTOR (a+b) 26.56.554 20.950.644 BEBAN OPERASIONAL Beban Usaha 1.06.034 1.52.561 Beban Administrasi dan Umum 36.094 1.68.230 Beban Perkoperasian 9.023.185 15.83.900 Total Beban Operasional (c) 10.45.313 18.989.691

SHU OPERASIONAL ((a+b)-c) 16.299.241 1.960.953 PENDAPATAN & BEBAN LAIN Pendapatan Lain 182.089 12.530.891 Beban Lain (62.012) (9.56.083) SHU Sebelum Bunga & Pajak 15.19.318 4.924.61 Beban Bunga (310.64) (30.821) SHU SEBELUM PAJAK 15.408.644 4.193.940 Pajak Penghasilan (924.519) (251.636) SHU SETELAH PAJAK 14.484.125 3.942.304 2. Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, Rapat Anggota Tahunan sepakat membagi SHU 2015 tersebut dengan komposisi pembagian sebagai berikut: Cadangan Koperasi 30% Jasa Pelayanan Anggota 25% Jasa Modal Anggota 20% Alokasi Pendidikan Anggota 10% Alokasi Sosial 10% Alokasi Pengurus 5% Hitunglah alokasi SHU-nya berdasarkan data dari no. 1! JAWABAN Komposisi SHU sesuai AD Koperasi WEPE MANDIRI: Cadangan Koperasi 30% 4.345.238 Jasa Pelayanan Anggota 25% 3.621.031 Jasa Modal Anggota 20% 2.896.825 Alokasi Pendidikan Anggota 10% 1.448.413 Alokasi Sosial 10% 1.448.413 Alokasi Pengurus 5% 24.206 14.484.125 3. Dalam Anggaran Dasar Koperasi ditetapkan bahwa Cadangan Koperasi, selain diambil dari komposisi SHU, juga diambil dari hasil transaksi non anggota. Hitunglah berapa total Cadangan Koperasi WEPE MANDIRI berdasarkan hasil dari no. 1 & 2!

JAWABAN Cadangan Koperasi = Transaksi Non Anggota + Alokasi SHU = 8.380.466 + 4.345.238 = 12.25.04 4. Berikut ini adalah perincian transaksi dari para anggota koperasi WEPE MANDIRI: Nama Anggota Total Simpanan Pelayanan Usaha Tuan Pewe 1.100.000 5.512.826 Nona Wupi 8.850.000 4.594.022 Nyonya Powi 800.000 3.65.218 Tuan Piwe 500.000 1.83.609 Nona Wapo 00.000 1.83.609 Nyonya Piwe 19.350.000 918.804 Hitunglah berapa SHU yang diterima oleh tiap-tiap anggota, berdasarkan komposisi SHU pada soal no. 1 dan 2! JAWABAN SHU yang diterima oleh tiap-tiap anggota sebagai berikut: Tuan Pewe SHU Modal Tuan Wepe = 1.100.000 31.300.000 = 101.805 x 2.896.825 SHU Usaha Tuan Wepe = 5.512.826 18.36.088 x 3.621.031 = 1.086.309 Total SHU Tuan Wepe = 101.805 + 1.086.309 = 1.188.115 Untuk anggota lainnya, ayo silakan dihitung sendiri ya... A