KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD LUWUK PERIODE JANUARI MARET 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

KAJIAN INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HEMODIALISIS DI BANGSAL RAWAT INAP RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

Prosiding Farmasi ISSN:

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PENYAKIT GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

Dian Oktianti, Etika Sulistyaningrum, Nita Prasetiyowati, Dara Dwipa Tuwuh Safitri. ABSTRACT

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN PEDIATRI STUDI RETROSPEKTIF DI 3 APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2014 SKRIPSI

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan

TINJAUAN INTERAKSI OBAT ANTIDIABETIK ORAL & ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DM TIPE 2 KOMPLIKASI HIPERTENSI DI RSUD TOTO KABILA

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI RS SANTA CLARA MADIUN TAHUN 2011 FRANSISKA MADE RATNA KUMALA DEWI

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Primer Usia 45 Tahun Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDEPRESAN DI RUMAH SAKIT JIWA Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG PERIODE JANUARI SEPTEMBER TAHUN 2015 SKRIPSI

Farmaka Vol. 14 No Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

Prosiding Farmasi ISSN:

Farmaka Volume 14 Nomor 2 19

Diajukan oleh RA Oetari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PENGOBATAN DIABETES MELITUS (DM) DENGAN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD UNDATA PERIODE MARET-JUNI TAHUN 2014

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-JUNI 2014

PERIODE JANUARI 2012 JUNI 2012

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh LALU MUHAMMAD RIADHUL FIKRI

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

Jurnal Farmasi Indonesia, November 2015, hal Vol. 12 No. 2

INTISARI. Endah Dwi Janiarti; Erna Prihandiwati; Anna Apriyanti

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah

STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah

Yeni Dwi Haryanti, et al, Analisis Pengaruh Biaya Obat terhadap Kepatuhan Kontrol Pasien... Fakultas Farmasi Universitas Jember 2

EVALUASI DOSIS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2010 DAN 2011 NASKAH PUBLIKASI

PROFIL PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK GINJAL-HIPERTENSI.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

Analisis Efektivitas Biaya dan Monitoring Penggunaan Calcium Channel Blocker pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Profil Data Pada Kegiatan Konseling obat pasien pulang Bulan Juli-September Tahun 2015

PENGARUH PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER

Transkripsi:

KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD LUWUK PERIODE JANUARI MARET 2016 Yesia Stevani Mahamudu 1), Gayatri Citraningtyas 1), Henki Rotinsulu 1) 1) Program studi farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT Drug interaction is an interaction, which occurs when the effect of a drug was modified by the presence of other drugs. Drug interaction is a drug related problems, which can affect treatment outcomes of patients. Hypertensive patients require two or more antihypertensive medications to achieve the targeted blood pressure. Primary hypertension is ranked fifth highest outpatient in hospitals Luwuk 2015 with the number of cases at 714. This study aims to understand the interaction of antihypertensive drugs based on the number of patients, the mechanism and significance levels against patients with primary hypertension in outpatient installations of Luwuk Hospital period of January to March 2016. Data were retrospectively based on medical records. Samples were taken as many as 44 medical records that met the inclusion criteria. Data were analyzed descriptively using literature Stockley's Drug Interaction and Drug Interaction Facts. Forty-four patients with primary hypertension, which may experience drug interactions by 19 patients (43.2%) with the number of 20 cases of interaction. Based on the mechanisms, pharmacodynamic interactions were 18 cases (90%) and pharmacokinetic interactions were 2 cases (10%). Based on the level of significance, 2 out of 20 cases of drug interactions stated the level of significance of 1 and 3. Keywords: Drug interactions, antihypertensives, outpatient installation ABSTRAK Interaksi obat adalah suatu interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain. Interaksi obat merupakan masalah terkait obat (drug related problem) yang dapat mempengaruhi outcome terapi pasien. Pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah. Hipertensi primer menduduki peringkat kelima tertinggi rawat jalan tahun 2015 di RSUD Luwuk dengan jumlah kasus sebesar 714. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi obat antihipertensi berdasarkan jumlah pasien, mekanisme dan level signifikansi pada pasien hipertensi primer di instalasi rawat jalan RSUD Luwuk periode Januari Maret 2016. Pengambilan data secara retrospektif yang didasarkan pada data rekam medik. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 44 rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan literatur Stockley s Drug Interaction dan Drug Interaction Facts. Dari 44 pasien hipertensi primer, yang berpotensi mengalami interaksi obat sebesar 19 pasien (43,2%) dengan jumlah 20 kasus interaksi. Berdasarkan mekanisme, interaksi farmakodinamik 18 kasus (90%) dan interaksi farmakokinetik 2 kasus (10%). Berdasarkan level signifikansi, 2 dari 20 kasus interaksi obat yang menyatakan level signifikansi 1 dan 3. Kata Kunci: interaksi obat, antihipertensi, instalasi rawat jalan 1

PENDAHULUAN Interaksi obat dengan obat merupakan kejadian interaksi obat yang dapat terjadi bila penggunaan bersama dua macam obat atau lebih (Katzung, 2007). Pemberian obat antihipertensi lebih dari satu dapat menimbulkan interaksi obat (Fitriani, 2007). Interaksi obat merupakan Drug Related Problem (DRP) yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan. Hasilnya berupa peningkatan atau penurunan efek yang dapat mempengaruhi outcome terapi pasien (Kurniawan, 2009). Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius yang mengakibatkan mortalitas dan morbiditas utama. Sebanyak 6% kematian orang dewasa di seluruh dunia disebabkan oleh hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular. Hipertensi menyebabkan 7,1 juta kematian dini diseluruh dunia dan 4,5% dari beban penyakit (WHO, 2003). Berdasarkan pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 32,2% (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Berdasarkan laporan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), hipertensi merupakan penyakit ketiga tertinggi dari sepuluh penyakit terbesar di Kabupaten Banggai tahun 2013 dengan jumlah kasus sebesar 9.549 (Dinkes Kab. Banggai, 2013). METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 Januari 2017 di Rekam Medik RSUD Luwuk. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan pendekatan deskriptif dengan pengambilan data diambil secara retrospektif yang didasarkan pada data rekam medik rawat Berdasarkan data dari Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk, hipertensi essensial atau primer menduduki peringkat kelima tertinggi dari sepuluh penyakit terbanyak rawat jalan tahun 2015 di RSUD Luwuk dengan jumlah kasus sebesar 714. Rahmiawati et al., (2006) dalam penelitian tentang kajian retrospektif interaksi obat di RS pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta melaporkan bahwa interaksi obat yang terjadi pada pasien rawat jalan sebesar 69% (47 kasus interaksi obat obat). Interaksi obat antihipertensi yang paling banyak terjadi adalah kombinasi kaptopril dan furosemid. Penggunaan kombinasi kaptopril dan furosemid dapat menyebabkan interaksi farmakodinamik dimana efek hipotensi meningkat (Fitriani, 2007; Rahmiati dan Supadmi, 2012), mengurangi efek dari furosemid, dan meningkatkan resiko hiperkalemia berat (Rahmiati dan Supadmi, 2012). Efek interaksi obat yang terjadi pada penggunaan kombinasi obat antihipertensi dapat mempengaruhi outcome terapi pasien sehingga peneliti terdorong melakukan penelitian tentang Kajian Potensi Interaksi Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Primer di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk Periode Januari Maret 2016. jalan pasien hipertensi primer periode Januari Maret 2016 di RSUD Luwuk. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien rawat jalan dengan diagnosis hipertensi primer periode bulan Januari Maret 2016 yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah populasi dalam Januari Maret 2016 diperoleh sebanyak 78 pasien. Kriterian inklusi, sebagai berikut: 2

1) Usia minimal 20 tahun dan maksimal 75 tahun. 2) Pasien dengan diagnosa tunggal hipertensi primer dan/tanpa penyakit penyerta. 3) Pasien rawat jalan di RSUD Luwuk pada bulan Januari Maret 2016. 4) Pasien mendapat terapi 2 jenis obat atau lebih. 5) Mempunyai data rekam medik dengan kelengkapan data: nomor rekam medik, jenis kelamin, umur, diagnosis, tekanan darah, dan terapi pengobatan. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah data rekam medik pasien hipertensi primer. Banyaknya sampel diperoleh dengan menggunakan rumus slovin, sebagai berikut: untuk mengumpulkan data status pasien. Kemudian data berupa nomor rekam medik, jenis kelamin, umur, diagnosis, tekanan darah, dan terapi pengobatan dimasukkan dalam lembar pengumpulan data yang telah disiapkan. Analisis Data Data dianalisis dengan metode deskriptif non analitik untuk memperoleh gambaran mengenai kemungkinan adanya interaksi obat menggunakan literatur Stockley s Drug Interaction Eighth Edition dan Drug Interaction Facts. Data diolah dalam bentuk tabel persentase antara lain: 1) Karakteristik pasien, meliputi jenis kelamin dan umur. 2) Jumlah kejadian interaksi obat berdasarkan jumlah pasien. 3) Jumlah interaksi obat menurut mekanisme berdasarkan jumlah kasus, meliputi interaksi obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lain dan interaksi (Sevilla, obat 2007). antihipertensi dengan obat lain. 4) Jumlah interaksi obat berdasarkan level signifikansi. Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = batas toleransi kesalahan Jadi, jumlah sampel yang diambil sebanyak 44 rekam medik. Pengumpulan Data Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari catatan medik pasien di ruang rekam medik RSUD Luwuk yang memenuhi kriteria inklusi. Dilakukan pencarian nomor rekam medik pasien hipertensi primer pada bulan Januari Maret 2016 dengan memasukkan kode diagnosis I10. Daftar nomor rekam medik digunakan 3

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pasien Tabel 1. Distribusi Pasien Hipertensi Primer di Instalasi Rawat Jalan RSUD Luwuk Periode Januari Maret 2016 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur No. Karakteristik Pasien Jumlah pasien Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Laki laki 29 65,9 Perempuan 15 34,1 Total 44 100 20 39 2 4,5 2 Umur 40 59 26 59,1 60 16 36,4 Total 44 100 Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat bahwa lebih banyak prevalensi hipertensi primer pada laki laki dibandingkan dengan perempuan. Hasil yang diperoleh sesuai dengan yang dilaporkan oleh Battegay et al., (2005) dalam buku Hypertension Principles and Practice bahwa tekanan darah rata rata biasanya lebih tinggi pada laki laki dibandingkan pada perempuan. Laki laki lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada perempuan, seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol), dan depresi (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Karakteristik berdasarkan umur diperoleh sebanyak 2 pasien (4,5%) berumur 20 39 tahun, 26 pasien (59,1%) berumur 40 59 tahun dan 16 pasien (25%) diatas umur 60 tahun. Umur merupakan salah satu faktor resiko yang tidak dapat dikontrol. Seiring bertambahnya umur, tekanan darah meningkat dan hipertensi sering terjadi pada usia lanjut (Saseen and Carter, 2005). Rahajeng dan Tuminah (2009) melaporkan bahwa faktor umur mempunyai resiko terhadap hipertensi. Semakin meningkat umur semakin tinggi resiko hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sehingga meningkatnya tekanan darah sistolik. Jumlah Kejadian Interaksi Obat Berdasarkan Jumlah Pasien 4

Tabel 2. Persentase Interaksi Obat pada Pasien Hipertensi Primer di Instalasi Rawat jalan RSUD Luwuk Periode Januari Maret 2016 Berdasarkan Jumlah Pasien Kejadian Interaksi Jumlah Pasien Persentase (%) Terjadi Interaksi 19 43,2 Tidak Terjadi Interaksi 25 56,8 Total 44 100 Dari Tabel 2 dilihat bahwa persentase pasien yang mengalami interaksi obat sebanyak 19 pasien (43,2%) dan 25 pasien (56,8%) tidak mengalami interaksi obat. Sehingga dapat dilihat bahwa jumlah pasien yang terjadi interaksi obat lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pasien yang tidak terjadi interaksi obat. Jumlah Interaksi Obat Menurut Mekanisme Berdasarkan Jumlah Kasus Tabel 3. Persentase Interaksi Obat pada Pasien Hipertensi Primer di Instalasi Rawat Jalan RSUD Luwuk Periode Januari Maret 2016 Menurut Mekanisme Berdasarkan Jumlah Kasus Mekanisme Interaksi Jumlah Kasus Persentase (%) Farmakokinetik 2 10 Farmakodinamik 18 90 Total 20 100 Dari Tabel 3 terlihat bahwa kejadian interaksi farmakodinamik lebih tinggi sebesar 18 kasus (90%) dibandingkan dengan kejadian interaksi farmakokinetik sebesar 2 kasus (10%). Distribusi interaksi obat dibagi menjadi 2 yaitu distribusi interaksi obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lain, tersaji pada Tabel 4; dan distribusi interaksi obat antihipertensi dengan obat lain, tersaji pada Tabel 5. Tabel 4. Distribusi Interaksi Obat Antihipertensi dengan obat Antihipertensi lain pada Pasien Hipertensi Primer di Instalasi Rawat Jalan RSUD Luwuk Periode Januari Maret 2016 Menurut Mekanisme Berdasarkan Jumlah Kasus Mekanisme Jumlah Persentase Obat A Obat B Interaksi Kasus (%) Farmakokinetik - - - - Furosemid Ramipril 1 7,1 Farmakodinamik Amlodipin Telmisartan 12 85,8 Candesartan Spironolakton 1 7,1 Total 14 100 5

a. Furosemid dan Ramipril Interaksi yang terjadi antara furosemid dan ramipril yaitu farmakodinamik sinergis. Kombinasi ramipril (ACE Inhibitor) dan furosemid (Loop Diuretic) umumnya aman dan efektif, tetapi first dose hypotension (pusing hingga pingsan) dapat terjadi. Pada semua pasien yang mengkonsumsi diuretik, terapi dengan inhibitor ACE harus dimulai dengan dosis yang sangat rendah. Interaksi yang menyebabkan first dose hypotension belum sepenuhnya dipahami. Interaksi antara furosemid dan ramipril juga dapat menyebabkan hipokalemia. Penyebab hipokalemia akibat dari efek diuretik yang bekerja memperbanyak pengeluaran kalium dan air (Stockley, 2008). b. Amlodipin dan Telmisartan Tidak terjadi interaksi farmakokinetik yang signifikan antara amlodipin dan telmisartan. Dalam sebuah penelitian pada 12 subjek sehat, diberikan telmisartan 120 mg dan amlodipin 10 mg setiap hari selama 9 hari dan tidak terjadi interaksi farmakokinetik di antara kedua obat tersebut. Meskipun tidak ada efek samping yang serius, ringan hingga sedang (paling sering sakit kepala) dapat terjadi pada kombinasi amlodipin dan telmisartan (Stockley 2008). Littlejohn et al., (2009) dalam jurnal clinical hypertension mengemukakan bahwa telmisartan 80 mg dan amlodipin 10 mg merupakan kombinasi yang paling efektif. Pengontrolan tekanan darah perlu dilakukan untuk menghindari hipotensi. Sehingga interaksi yang terjadi antara amlodipin dan temisartan yaitu interaksi farmakodinamik sinergis. c. Candesartan dan Spironolakton Interaksi antara candesartan dan spironolakton yaitu interaksi farmakodinamik sinergis dimana terjadi hipotensi. Kombinasi candesartan (Angiotensin II receptor antagonis) dan spironolakton (Diuretic) memiliki efek aditif dalam mengendalikan hipertensi. Untuk mengurangi atau menghindari hipotensi, disarankan untuk mengurangi dosis spironolakton dan/atau menggunakan dosis awal lebih rendah dari dosis candesartan. Selain hipotensi, ada peningkatan resiko hiperkalemia jika candesartan (Angiotensin II receptor antagonis) diberikan dengan spironolakton yang merupakan diuretik hemat kalium. Angiotensin II receptor antagonis mengurangi kadar aldosteron, yang menghasilkan retensi kalium. Sehingga menjadi aditif dengan spironolakton yang berefek penahan kalium. Disarankan untuk monitoring kadar kalium (Stockley, 2008). Tabel 5. Distribusi Interaksi Obat Antihipertensi dengan Obat Lain pada Pasien Hipertensi Primer di Instalasi Rawat Jalan RSUD Luwuk Periode Januari Maret 2016 Menurut Mekanisme Berdasarkan Jumlah Kasus Mekanisme Jumlah Persentase Obat A Obat B Interaksi Kasus (%) Farmakokinetik Amlodipin Simvastatin 2 33,3 Gliseril Amlodipin 1 16,7 Trinitrat Farmakodinamik Isosorbit Amlodipin 2 33,3 Dinitrat 6

Amlodipin Ibuprofen 1 16,7 Total 6 100 a. Amlodipin dan Gliseril Trinitrat; Isosorbit Dinitrat Interaksi yang terjadi antara amlodipin dan gliseril trinitrat serta amlodipin dan isosorbit dinitrat yaitu interaksi farmakodinamik sinergis. Peningkatan efek hipotensi dapat terjadi ketika calcium channel blocker diberikan bersamaan dengan nitrat. Peningkatan efek hipotensi dan pingsan akibat efek yang bersifat aditif dari calcium channel blocker dan nitrat. Produsen amlodipin mengatakan bahwa penggunaan bersama gliseril trinitrat dan amlodipin bersifat aman. Pada pasien yang menggunakan kombinasi ini memerlukan penyesuaian dosis serta memonitor tekanan darah (Stockley, 2008). b. Amlodipin dan Ibuprofen Interaksi yang terjadi antara amlodipin dan ibuprofen yaitu interaksi farmakodinamik antagonis. Ada beberapa bukti bahwa OAINS dapat meningkatkan tekanan darah pada pasien hipertensi yang diobati dengan obat antihipertensi. OAINS menghambat sintesis prostaglandin ginjal sehingga menyebabkan retensi garam dan air. Hal ini dapat meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi terapi antihipertensi (Stockley, 2008). c. Amlodipin dan Simvastatin Interaksi yang terjadi antara amlodipin dan simvastatin yaitu interaksi farmakokinetik. Amlodipin secara signifikan meningkatkan AUC HMG-CoA reductase inhibitors setelah pemberian simvastatin. Karena obat ini sering digunakan bersamaan untuk pasien dengan hipertensi dan hiperkolesterolemia. Amlodipin dapat digunakan lebih aman dengan simvastatin dari diltiazem (Nishio et al., 2005). Penggunaan kombinasi simvastatin dan amlodipin tidak perlu dihindari, namun disarankan agar pengobatan dengan statin pada pasien hipertensi dimulai dengan dosis statin serendah mungkin. Produsen simvastatin menyarankan untuk membatasi dosis sampai 20 mg setiap hari. (Stockley, 2008). Jumlah Interaksi Obat Menurut Level Signifikansi Berdasarkan Jumlah Kasus Tabel 6. Distribusi Interaksi Obat pada Pasien Hipertensi Primer di Instalasi Rawat Jalan RSUD Luwuk Periode Januari Maret 2016 Berdasarkan Level Signifikansi Significance Obat A Obat B Jumlah Kasus Persentase (%) 1 Candesartan Spironolakton 1 50 2 - - - - 3 Furosemid Rampiril 1 50 4 - - - - 5 - - - - Total 2 100 7

Interaksi candesartan dan spironolakton memiliki tingkat keparahan major yaitu efek yang berpotensi mengancam nyawa atau mampu menyebabkan kerusakan permanen. Tingkat kepercayaan dikategorikan suspected yaitu interaksi obat diduga terjadi tetapi butuh penelitian lebih lanjut. Sedangkan interaksi kombinasi kedua obat ini memiliki onset delayed dimana efek klinis timbul dalam beberapa hari atau beberapa minggu (Tatro, 2009). Interaksi furosemid dan ramipril memiliki tingkat keparahan minor yaitu efek yang timbul biasanya ringan atau mungkin tidak timbul dan tidak mempengaruhi outcome terapi. Tingkat kepercayaan dikategorikan suspected yaitu interaksi obat diduga terjadi tetapi butuh penelitian lebih lanjut. Sedangkan interaksi kombinasi kedua obat ini memiliki onset delayed dimana efek klinis timbul dalam beberapa hari atau beberapa minggu (Tatro, 2009). KESIMPULAN 1. Dari 44 pasien hipertensi primer, terdapat 19 pasien (43,2%) yang berpotensi mengalami interaksi obat dengan jumlah 20 kasus interaksi. 2. Berdasarkan mekanisme interaksi obat, interaksi farmakodinamik sebesar 18 kasus (90%) dan interaksi farmakokinetik sebesar 2 kasus (10%). Berdasarkan level signifikansi, terdapat 2 dari 20 kasus interaksi obat yang menyatakan level signifikansi 1 dan 3. DAFTAR PUSTAKA Battegay, E. J., G. Y. H., Lip., and G. L. Bakris. 2005. Hypertension Principles and Practice. Taylor and Francis Group, New York. Dinkes Kab. Banggai. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Banggai. Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, Luwuk. Fitriani. 2007. Profil Peresepan dan Evaluasi Interaksi Obat Antihipertensi pada Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005 [skripsi]. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Yogyakarta. Katzung, B. G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 10 th Edition. Mc Grow Hill, USA. Kurniawan, R. 2009. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Potensial Kategori Interaksi Obat pada Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta [skripsi]. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Littlejohn T. W., C. R. Majul., R. Olvera., M. Seeber., M. Kobe., R. Guthrie., and W. Oigman. 2009. Results of Treatment With Telmisartan- Amlodipine in Hypertensive Patients. The Journal of Clinical Hypertension. 11 (8). John Wiley & Sons, New York. Nishio S., H. Watanabe., K. Kosuge., S. Uchida., H. Hayashi., And K. Ohashi. 2005. Interaction between Amlodipine and Simvastatin in Patients with Hypercholesterolemia and Hypertension. Hypertens Res. 28 (3). Department of Clinical Pharmacology and Therapeutics 8

and Department of Internal Medicine III, Hamamatsu University School of Medicine, Hamamatsu, Japan. Rahajeng, E., dan S. Tuminah. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Maj Kedokt Indon. 59(12): 580-587. Rahmiati, F., R. Handayani., dan V. Gosal. 2006. Kajian Retrospektif Interaksi Obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia. 17(4): 177-183. Saseen, J. J., and B. L. Carter. 2005. Hypertension in Dipiro, J. T., R. L. Talbert., G. C. Yee., G. R. Matzke., B. G. Wells., and L. M. Posey (Eds). Pharmacotherapy: A Pathophysiiologic Approach. 6 th Edition. Appleton and Lauge, USA. Sevilla, C.G. 2007. Research Methods. Rex Printing Company, Quezon City. Stockley, I. H. 2008. Stockley s Drug Interaction. 8th Edition. Pharmaceutical Press, Great Britain. Tatro, D. S. 2009. Drug Interaction Facts. A Wolters Kluwer Company, St Louis Missouri. WHO. 2003. International Society of Hypertension (ISH) statement on management of hypertension. Journal of Hypertension. 21(11): 1983-1992. Lippincott Williams and Wilkins. 9