BAB I PENDAHULUAN Tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Dalam perancangan struktur gedung perkantoran dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System)

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SHERWALL PADA GEDUNG BANK BCA CABANG RUNGKUT SURABAYA

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

TUGAS AKHIR RC

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

TONNY RIZKYA NUR S ( ) DOSEN PEMBIMBING :

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) DAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM)

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU.

Kata kunci : Dinding Geser, Rangka, Sistem Ganda, Zona Gempa Kuat. Latar Belakang

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

menggunakan ketebalan 300 mm.

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG HOTEL NAWASAKA SURABAYA DENGAN SISTEM GANDA

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

Perancangan Modifikasi Struktur Gedung Hotel Nawasaka Surabaya dengan Sistem Ganda

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR FLAT SLAB DENGAN SISTEM STRUKTUR SRPMM DAN SHEAR WALL PADA GEDUNG RSUD KEPANJEN MALANG

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

Reza Murby Hermawan Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM GANDA DI WILAYAH GEMPA TINGGI

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

PERENCANAAN MENARA SAINS FMIPA ITS DENGAN METODE PRACETAK

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI DESAIN GEDUNG HOLYDAY INN EXPRESS SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM STRUKTUR PRACETAK

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit

Gedung Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Barwijaya merupakan gedung yang terdiri dari 9 lantai yang dibangun dalam rangka untuk memenuhi

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

Gedung yang dibangun dengan sistem rangka pemikul momen (SRPM) dengan balok masih mempunyai kekurangan bila ditinjau dari segi tinggi gedung dan

Disusun Oleh : ZAINUL ARIFIN

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN PANDAN WANGI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA UNTUK DIBANGUN DI BENGKULU

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WILAYAH I JAWA TIMUR MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Gambar 4.9 Tributary area C 12 pada lantai Gambar 5.1 Grafik nilai C-T zona gempa Gambar 5.2 Pembebanan kolom tepi (beban mati)... 7

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KPKNL SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN BALOK PRACETAK UNTUK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA AKIBAT BEBAN STATIK

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG TUNJUNGAN PLAZA V SURABAYA DENGAN METODE SISTEM GANDA. Huriyan Ahmadus ABSTRAK

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG UNIVERSAL MEDICAL CENTER DI PANDAAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA (DUAL SISTEM) Alexander Vedy Christianto ABSTRAK

SEMINAR TUGAS AKHIR 5 LOADING. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITS SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

PERENCANAAN DAN EVALUASI KINERJA GEDUNG A RUSUNAWA GUNUNGSARI MENGGUNAKAN KONSTRUKSI BAJA BERBASIS KONSEP KINERJA DENGAN METODE PUSHOVER ANALYSIS

MAKALAH TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR DIREKTORAT JENDRAL BEA DAN CUKAI KEDIRI DENGAN SISTEM GANDA MENGGUNAKAN BASEMENT

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sekolah dengan fasilitas yang lengkap, maka dibangunlah Sekolah Santa Clara yang terletak di Jalan Ngagel

Arah X Tabel Analisa Δs akibat gempa arah x Lantai drift Δs drift Δs Syarat hx tiap tingkat antar tingkat Drift Ke (m) (cm) (cm) (cm)

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

MAHASISWA ERNA WIDYASTUTI. DOSEN PEMBIMBING Ir. HEPPY KRISTIJANTO, MS.

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 7 LANTAI DAN 1 BASEMENT DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 5 LANTAI DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KEPANJEN MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS UNTUK DIBANGUN DI ACEH

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

TUGAS AKHIR RC

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 5 LANTAI + 1 BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4

DESAIN PERMODELAN DINDING BETON RINGAN PRECAST RUMAH TAHAN GEMPA BERBASIS KNOCKDOWN SYSTEM

PERENCANAAN PETRA SQUARE APARTEMENT AND SHOPPING ARCADE SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM NON-KOMPOSIT

MODIFIKASI PERENCANAAN APARTEMEN BALE HINGGIL DENGAN METODE DUAL SYSTEM BERDASARKAN RSNI XX DI WILAYAH GEMPA TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. bahan yang dipakai pada penulisan Tugas Akhir ini, untuk beton dipakai f c = 30

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

PERENCANAAN STRUKTUR STADION MIMIKA MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH DENGAN STRUKTUR ATAP SPACE FRAME

PERHITUNGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG ASRAMA KEBIDANAN LEBO WONOAYU DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

PERENCANAAN TRIBUN STADION UTAMA PALARAN KOTA SAMARINDA DENGAN BETON PRACETAK. Oleh : Maya Silva Dora

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR PENUNJANG MEDIS RSUD BOJONEGORO DENGAN SISTEM FLAT-SLAB

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG THE SQUARE APARTEMEN DI WILAYAH ZONA GEMPA TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM GANDA BERDASARKAN PERATURAN SNI

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG HOTEL MENUR SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK BERPELAT HOLLOW CORE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang dituntut untuk meningkatkan pembangunan di segala bidang baik di bidana ekonomi, social maupun infrastruktur. Khusus di bidang infrastruktur, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan permintaan kebutuhan akan gedung seperti rumah tinggal, gedung perkantoran dan lain-lain ikut meningkat. Oleh karena itu peningkatan pembangunan di Indonesia ini telah mendorong berkembangnya metode kontruksi di dunia teknik sipil. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut, tuntutan akan pekerjaan kontruksi yang efektif dan efisien dalam segi waktu, kemudahan pelaksanaan dan ekonomis makin besar. Dan salah satu metode kontruksi yang sedang marak digunakan adalah metode pracetak. Pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen struktur bangunan pada suatu lokasi yang berbeda tempat atau lokasi dimana elemen struktur tersebut akan digunakan menjadi satu kesatuan dalam sebuah bangunan. Teknologi pracetak ini dapat diterapkan pada berbagai jenis material, dan salah satunya adalah material beton. Beton pracetak dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan beton yang memakai system pengecoran di tempat. Keuntungan tersebut antara lain adalah tidak memerlukan bekisting dan penopang bekisting yang terlalu banyak dan memakan tempat, dapat menghasilkan komponen bangunan dengan ketepatan dimensi yang lebih baik, mengurangi kesalahan atau ketidaksesuaian mutu beton karena proses pembuatan beton pracetak dilakukan di pabrik, serta mempermudah proses pelaksanaan di lapangan sehingga dapat meminimalis pekerja yang ada di lapangan. Akan tetapi ada beberapa kelemahan dari metode pracetak ini apabila tidak tepat pengalikasiannya. System pracetak ini lebih efektif dan efisian apabila diaplikasikan pada beberapa hal. Diantaranya adalah pengaplikasian pada gedung yang tidak terlalu tinggi (15 lantai atau sekitar 40 meter), berada pada daerah dengan zona gempa relatif rendah ( zona gempa 1 dan 2) serta pada gedung yang bertipe tipikal (struktur antara lantai dengan lantai yang lain hamper sama). Zona gempa relative rendah memiliki frekuensi gempa yang tidak terlalu dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi. Oleh karena pada metode pracetak, iktan atau hubungan antar komponen struktur tidak terlalu kaku. Dan juga karena hal tyersebut, gedung yang dibangun dengan system ini tidak boleh terlalu tinggi. Sedangkan pengaplikasian pada gedung yang tipikal ini lebih efisien karena lebih mudah dalam pengerjaan dan pelaksanaannya. Dari uraian di atas, maka dalam penulisan ini saya memodifikasi gedung dengan Bank BCA di Surabaya tinggi 15 lantai dan tiap lantai mempunyai tinggi 4 m eter dengan menggunakan metode pracetak. 1.2. Perumusan Masalah Dalam penulisan ini, permasalahan yang timbul pada metode beton pracetak meliputi beberapa hal, antara lain: 1. Bagaimana mendesain dimensi elemen elemen beton pracetak untuk struktur gedung yang kuat menahan beban beban yang ada serta gaya gaya yang timbul akibat proses pelaksanaan selama pengangkatan dan pemasangan elemen beton pracetak? 2. Bagaimana merencanakan struktur bangunan penahan gaya lateral (shearwall) dan merencanakan pondasi? 3. Bagaimana merencanakan sambungan pada komponen pracetak yang memenuhi criteria perancangan struktur, yaitu kekuatan, kekakuan dan stabilitas? 4. Bagaimana cara untuk menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan ke dalam gambar teknik? 1.3. Tujuan Adapun tujuan yang diharapkan dari perencanaan struktur gedung ini, antara lain adalah : 1. Mendapatkan desain elemen-elemen beton pracetak yang mampu menahan beban-beban yang ada serta gaya-gaya yang timbul akibat proses pelaksanaan selama pengangkatan dan pemasangan. 2. Merencanakan struktur bangunan penahan gaya lateral (shearwall) dan merencanakan pondasi.. 1

2 3. Merencanakan detail sambungan pada komponen pracetak yang memenuhi kriteria perancangan struktur. 4. Mendapatkan hasil dari perancangan struktur secara keseluruhan dan dituangkan dalam bentuk gambar teknik. 1.4. Batasan Masalah Permasalahan dalam menggunakan beton pracetak sebenarnya cukup banyak yang harus diperhatikan, akan tetapi mengingat keterbatasan waktu, maka perancangan gedung ini mengambil batasan : 1. Tidak menghitung analisa biaya dan manajemen kontruksi. 2. Tidak membandingkan kecepatan waktu pelaksanaan proyek antara metode pracetak dengan metode cor di tempat. 3. Beton pracetak yang digunakan adalah beton pracetak biasa (non prestress). 4. Komponen struktur yang menggunakan beton pracetak adalah balok dan pelat saja. Komponen lain menggunakan metode cor ditempat. 5. Perencanaan tidak termasuk sistem utilitas, kelistrikan, dan sanitasi. 1.5. Manfaat Adapun manfaat dari tugas akhir ini adalah : Dengan penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan contoh konkret penggunaan metode pracetak dalam pembangunan suatu gedung mengingat metode ini memiliki berbagai kelebihan dibandingkan metode konvensial dan telah banyak diterapkan dalam berbagai pekerjaan struktur dalam bidang teknik sipil di Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Teknologi pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan komponenkomponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat khusus, terkadang komponen-komponen tersebut disusun dan disatukan terlebih dahulu (pre-assembly), dan selanjutnya dipasang di lokasi (installation). Dengan demikian, sistem pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi beton cor ditempat pada aspek perencanaan yang tergantung atau ditentukan oleh metoda pelaksanaan dari fabrikasi, penyatuan, dan pemasangannya, serta ditentukan pula oleh cara penyambungan antar komponen(joint). Beberapa prinsip beton pracetak tersebut dapat memberikan manfaat lebih dibandingkan beton monolit antara lain terkait dengan pengurangan waktu dan biaya, serta peningkatan jaminan kualitas (Gibb, 1999). 2.2. Elemen Struktur Pracetak Seperti yang telah dibahas pada sub-bab sebelumnya, pembuatan beton pracetak dilakukan di pabrik. Untuk itu, agar elemen pracetak yang dibuat dapat sesuai dengan yang direncanakan dan tidak mengalami kesulitan dalam proses fabrikasi, hendaknya perencana mengetahui macam-macam elemen struktur pracetak yang umum digunakan dan diproduksi saat ini. 2.2.1 Pelat Dalam PCI Design Handbook 5 th Edition Precast and Prestressed Concrete, ada tiga macam pelat yang umum diproduksi dan digunakan sebagai elemen pracetak, antara lain : 1. Pelat Pracetak Berlubang (Hollow Core Slab) Pelat ini merupakan pelat pracetak dimana ukuran tebal lebih besar dibanding dengan pelat pracetak tak berlubang. Biasanya pelat tipe ini menggunakan kabel pratekan. Pelat jenis ini memiliki tebal 4 15 inchi. 2. Pelat Pracetak tak Berlubang (Solid Flat Slab) Adalah pelat pracetak dimana tebal pelat lebih tipis dibandingkan dengan pelat pracetak dengan lubang. Pelat pracetak tak berlubang ini bisa berupa pelat pratekan atau pelat beton bertulang biasa. Umumnya tebal dari pelat ini antara 4 hingga 8 inchi. 3. Pelat pracetak Double Tees Pada pelat ini ada bagian berupa dua buah kaki sehingga tampak seperti dua T yang terhubung. 2.2.2 Balok Untuk balok pracetak (Precast Beam), ada tiga jenis balok yang sering atau umum digunakan menurut PCI Design Handbook 5 th Edition Precast and Prestressed Concrete : 1. Balok berpenampang persegi (Rectangular Beam) 2

3 Keuntungan dari balok jenis ini adalah sewaktu fabrikasi lebih mudah dengan bekisting yang lebih ekonomis. Gambar 2.1. Balok Berpenampang Persegi 2. Balok berpenampang L (L-Shaped Beam) Desain sambungan yang dipakai dalam perancangan Gedung Bank Mega ini adalah sambungan Basah (topping) yang relatif lebih mudah dalam pelaksanaan jika dibandingkan dengan sambungan kering (non topping) seperti mechanical connection dan welding connection yang cukup komplek. Sambungan basah seperti cor ditempat maupun dengan cara grouting sudah banyak dilaksanakan atau dipergunakan sebagai salah satu pemecahan masalah dalam mendesain konstruksi pracetak yang setara dengan konstruksi cor ditempat. 2.3.1 Sambungan Balok dengan Pelat Gambar 2.2. Balok Berpenampang L 3. Balok berpenampang T terbalik (Inverted Tee Beam) STUD PELAT STUD BALOK PELAT PRACETAK BALOK INDUK PRACETAK OVERTOPPING Gambar 2.3. Balok Berpenampang T 2.3 Perencanaan Sambungan Salah satu bagian yang terpenting dalam perencanaan struktur pracetak adalah perencanaan desain sambungan. Sambungan dalam perencanaan elemen pracetak disamping sebagai penghubung antar elemen pracetak, juga berfungsi sebagai penyalur gaya-gaya yang bekerja dari elemen struktur yang satu dengan elemen struktur yang lain yang nantinya akan diteruskan ke pondasi. Selain itu, desain sambungan juga dibuat untuk menciptakan kestabilan. Kesalahan dalam perencanaan desain sambungan akan berakibat keruntuhanm struktur yang sangat besar. Gambar Sambungan Balok dan Pelat dengan Overtopping 2.3.2 Sambungan Balok Induk dengan Kolom Dalam tugas akhir ini direncanakan konsol pendek pada kolom sebagai tumpuan untuk meletakkan balok induk pracetak yang bias di lihat di Gambar 2.6. P ada pelaksanaannya, pengecoran dari corbel bersama-sama dengan pengecoran kolom. Jadi antara kolom dan konsol pendek direncanakan bersifat monolit. Pada setiap kolom tempat menumpu balok pracetak, dimensi dari corbel direncanakan sama semua. Sebuah sambungan akan dikatakan baik jika sambungan tersebut dapat memenuhi kroteria praktis dan ekonomis. Praktis dalam hal ini sambungan mudah dilaksanakan serta tidak memerlukan teknik tertentu dalam pemasangan sambungan tersebut. Sedangkan ekonomis merupakan kelanjutan dari praktis, dimana semakin mudah dalam pelaksanaan serta tidak membutuhkan teknik tertentu maka akan mengurangi biaya-biaya dari produksi. Plat Tumpu Nuc h d Vu rangka untuk mengangkur sengkang tertutup a As (tulangan utama) 2 3 d Ah (sengkang tertututp) Gambar Penampang Konsol Pendek (SNI 03-2847-2002 Gambar 11) 3

4 2.3.3 Sambungan Balok Induk dengan Balok Anak Sambungan antara balok induk dan balok anak juga menggunakan konsol pendek. Dalam hal ini, fungsi dari konsol pendek hampir sama seperti pada sambungan antara kolom dengan balok, yaitu sebagai dudukan atau tumpuan balok anak. 2. Titik angkat dan sokongan untuk balok pracetak Gambar Sambungan Antara Balok Induk dengan Balok Anak 2.4 Tinjauan Komponen Pracetak Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan produk pracetak adalah pada saat proses pengangkatan dan penyimpanan. Untuk menjamin agar produk pracetak tidak mengalami kerusakan / keretakan, maka kita harus memperhatikan hal-hal yang telah tertera pada PCI Design Handbook 5 th Edition Precast and Prestressed Concrete Chapter 5. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memperlakukan elemen beton pracetak adalah : Gambar Titik angkat dan sokongan sementara untuk balok pracetak BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Perancangan Langkah -langkah yang perlu dilakukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Titik Angkat dan Sokongan untuk pelat pracetak 4

5 3.2.2 Pencarian Data dan Penentuan Kriteria Desain yaitu penentuan gedung sebagai obyek perancangan, tinggi gedung, peruntukan gedung dan lokasi dibangunnya gedung tersebut beserta wilayah gempanya. Adapun rincian dari data tersebut antara lain : Data Umum Bangunan Nama gedung Kelas Situs KDS Jumlah lantai Tinggi Bangunan Ketinggian tiap lantai Jenis tanah : Gedung Bank BCA Surabaya : SC : C : 15 lantai : ± 60 m : 4 m : tanah keras 3.2 Penjelasan Metodologi 3.2.1 Studi literatur Mempelajari literatur mengenai perancangan elemen pracetak dan mengenai perencanaan struktur yang menjadi acuan dalam pengerjaan tugas akhir ini. Adapun beberapa literatur serta peraturan gedung tersebut antara lain adalah sebagai berikut : Edward G. Nawy, 1985, Beton Bertulang SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung PPIUG 1983 Tata Cara Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan Gedung PCI Design Handbook 5 th Edition, Precast and Prestressed Concrete Rahmat Purwono, 2006, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Wulfram I. Ervianto, 2006, Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Data Bahan : Kekuatan tekan beton (f c) = 35 Mpa Tegangan leleh baja (fy) = 400 Mpa Data Tanah Data tanah digunakan untuk merencanakan pondasi gedung tersebut. 3.2.3 Preliminary Design Preliminary design merupakan awal dari perancangan. Pada preliminary design ini kita menentukan dimensi elemen struktur gedung untuk digunakan dalam tahap perancangan selanjutnya.yang meliputi: 1. Perencanaan struktur sekunder (Pelat, balok anak, dan tangga) 2. Perencanaan Dimensi Balok 3. Perencanaan Dimensi Kolom 4. Perencanaan Shearwall 3.2.4 Analisa Beban Analisa beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan atas, meliputi beban gravitasi dan beban lateral. 3.2.5 Pemodelan Struktur Pemodelan strktur dan analisa gaya-gaya akibat pembebanan menggunakan software ETABS v9.7.1. 3.2.6 Analisa Struktur Utama Yang meliputi Balok, kolom, sambungan, dinding geser, dan pondasi. 5

6 3.2.7 Hasil Dari Perancangan Hasil dari perancangan akan dituangkan dalam gambar teknik. Dalam penggambaran ini menggunakan program AutoCAD 2007. Tabel 5.1 Tulangan Terpasang pada Pelat BAB IV PRELIMINARY DESIGN Data dan bahan Data-data yang ada sebagai berikut : type bangunan : perkantoran fy : 400 f c : 35 Mpa Peraturan 1. Peraturan RSNI 03-1727-1989 2. PBI 1971 3. SNI 03-2847-02 Perencanaan Balok Induk Balok Induk Memanjang (L=900 cm) Dimensi 50/75 cm Balok Induk Melintang (L = 900 cm) Dimensi 50/75 cm Perencanaan Balok Anak Balok Anak (L = 900 cm) Dimensi 40/60 cm Perancangan Tebal Pelat Pelat atap 10 cm o Pelat pracetak 7 cm o Overtoping 3 cm Pelat lantai 12 cm o Pelat pracetak 7 cm o Overtoping 5 cm Perencanaan Kolom Kolom (L = 400 cm) Dimensi 100 x 100 cm Perencanaan Dinding Geser Tebal Dinding Geser = 40 cm Panjang bentang : 1200 cm Tinggi total : 60 m Tebal shearwall 40 cm BAB V PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER Perencanaan Pelat Dimensi pelat : 300cm 300cm Tebal pelat : 70 mm (sebelum komposit) Tebal decking : 50 mm Diameter tulangan rencana : 10 mm Mutu tul baja (f y ): 400 Mpa Mutu beton (f c ) : 35 Mpa 1 = 0,85 0,008 (35-30) = 0,81 dx = 70-20-(1/2)10 = 45 mm (sebelum komposit) 0,75m 1,5m 0,75m 0,75m 1,5m 0,75m Perencanaan Tangga Syarat kemiringan tangga 20 α 40 Mutu beton (f c ) = 35 Mpa Mutu baja (f y ) = 400 Mpa Tinggi antar lantai = 400 cm Panjang bordes = 120 cm Panjang tangga = 225 cm Lebar tangga = 112,5 cm Tebal pelat miring = 15 cm Tebal pelat bordes = 15 cm Tinggi injakan ( t ) = 20 cm Lebar injakan ( i ) = 25 cm Diameter tulangan lentur =16 mm (arah memanjang) Diameter tulangan lentur = 8 mm (arah melintang) Tebal selimut beton = 20 mm Perencanaan Balok Anak 30/ 45 Tebal selimut beton = 40 mm φ tulangan utama = 16 mm φ tulangan sengkang = 8 mm f c = 35 MPa f y = 400 Mpa 5cm 7cm 48cm Overtopping Balok Induk 40cm 5D22 3D22 Pelat Pracetak Ø8-150 Tulangan tumpuan balok anak 6

7 Overtopping 2D22 5cm 7cm Pelat Pracetak 48cm Balok Induk Ø8-150 40cm 4D22 Tulangan lapangan balok anak BAB VI PERENCANAAN PEMBEBANAN GEMPA Data-Data Perencanaan Perancangan Gedung Perkantoran PT. Alstom Power Esi Perak Surabaya adalah sebagai berikut : Mutu beton ( fc' ) = 35 Mpa Mutu baja tulangan ( fy ) = 400 Mpa Mutu tulangan sengkang = 400 Mpa Fungsi bangunan = Perkantoran Tinggi bangunan = 60 m Jumlah tingkat = 15 Tinggi tiap tingkat = 4 m Jenis bangunan = beton bertulangg Dimensi balok induk = 50 x 75 cm 2 Dimensi kolom = 100 x 100 cm 2 Tebal shearwall = 40 cm Balok anak = 40 x 60 cm 2 Kelas situs = SC Pembagian wilayah gempa diatas, diperoleh Ss = 0,45 g untuk daerah Madura Pembagian wilayah gempa diatas, diperoleh S 1 = 0,175g untuk daerah Madura Fa = 1,2 Fv = 1,625 SDS = 0,36 SD1 = 0,19 Ta = 1,86 s Cs = 0,0232 V = 293920 kg Tabel Gaya lateral untuk masing-masing lantai Tingkat hx (m) Wx (kg) Wx hx^(k) Cvx Fx-y (kg) Tingkat 1 4 865308 5067540 0,0047 1381 Tingkat 2 8 865308 12263388 0,0114 3341 Tingkat 3 12 865308 20564910 0,0191 5602 Tingkat 4 16 865308 29677253 0,0275 8085 Tingkat 5 20 865308 39444274 0,0366 10746 Tingkat 6 24 865308 49766838 0,0461 13558 Tingkat 7 28 865308 60575528 0,0561 16503 Tingkat 8 32 865308 71818601 0,0666 19565 Tingkat 9 36 865308 83455777 0,0774 22736 Tingkat 10 40 865308 95454676 0,0885 26005 Tingkat 11 44 865308 107788612 0,0999 29365 Tingkat 12 48 865308 120435161 0,1116 32810 Tingkat 13 52 865308 133375169 0,1236 36335 Tingkat 14 56 865308 146592062 0,1359 39936 Tingkat 15 60 554664 102606016 0,0951 27953 Total 12668976 1078885805 293920 Tabel Kontrol kinerja batas struktur akibat beban gempa (Respon Spektrum) arah sumbu X Syarat h i δ xe δ x Drift ( Δ s ) Tingkat Drift Δs Ket (m) (mm) (mm) (mm) (mm) 15 4 23,54 84,74 4,53 60 OK 14 4 22,28 80,21 4,92 60 OK 13 4 20,91 75,29 5,37 60 OK 12 4 19,42 69,92 5,76 60 OK 11 4 17,82 64,16 6,10 60 OK 10 4 16,13 58,05 6,38 60 OK 9 4 14,35 51,67 6,61 60 OK 8 4 12,52 45,06 6,76 60 OK 7 4 10,64 38,30 6,84 60 OK 6 4 8,74 31,46 6,87 60 OK 5 4 6,83 24,60 6,73 60 OK 4 4 4,96 17,87 6,32 60 OK 3 4 3,21 11,55 5,53 60 OK 2 4 1,67 6,02 4,17 60 OK 1 5 0,52 1,85 1,85 60 OK 7

8 Tabel Kontrol kinerja batas struktur akibat beban gempa (Respon Spektrum) arah sumbu Y Syarat h i δ xe δ x Drift ( Δ s ) Tingkat Drift Δs Ket (m) (mm) (mm) (mm) (mm) 15 4 11,75 42,28 3,39 60 OK 14 4 10,80 38,89 3,42 60 OK 13 4 9,86 35,48 3,46 60 OK 12 4 8,89 32,01 3,48 60 OK 11 4 7,93 28,53 3,48 60 OK 10 4 6,96 25,05 3,46 60 OK 9 4 6,00 21,59 3,39 60 OK 8 4 5,05 18,19 3,29 60 OK 7 4 4,14 14,91 3,12 60 OK 6 4 3,27 11,78 2,91 60 OK 5 4 2,47 8,87 2,63 60 OK 4 4 1,73 6,24 2,29 60 OK 3 4 1,10 3,96 1,86 60 OK 2 4 0,58 2,09 1,37 60 OK 1 5 0,20 0,72 0,72 60 OK Tabel Kemampuan Shearwall dan rangka gedung terhadap beban gempa Prosentasi Penahan Gempa (%) Kombinasi Arah X Arah Y Shearwall Frame Shearwall Frame RSPX 83,2 16,8 83 17 RSPY 84 16 84,5 16,5 5cm 7cm 68cm Overtopping Balok Induk 50cm 6D22 3D22 Pelat Pracetak Ø10-150 Penulangan tumpuan pada balok induk Perancangan Kolom Dimensi kolom = 1000 x1000 mm 2 Tinggi kolom = 4000 mm Mutu Beton (fc ) = 35 Mpa Mutu Baja (fy) = 400 Mpa Decking = 40 mm Tulangan Utama = 20D 22 Beugel = Ø 12-150 BAB VII PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA Perancangan Balok Induk (L = 900cm) Mutu beton : 35 Mpa Mutu baja : 400 Mpa Dimensi Balok induk : 50/75 cm Tebal decking : 40 mm Diameter tulanagan utama : 22 mm Diameter sengkang : 10 mm Diagram interaksi desain kolom lantai 1 eksterior 5cm 7cm Overtopping 2D22 Pelat Pracetak Tabel Rekapitulasi tipe-tipe kolom Balok Induk 68cm Ø10-150 5D22 50cm Penulangan lapangan pada balok induk Dinding Geser Tinggi tiap lantai Tinggi total dinding Tebal Dinding Mutu Beton (fc ) Mutu Baja (fy) Lw = 4 m = 6000 cm = 40 cm = 35 Mpa = 400 Mpa = 1200 cm 8

9 Denah perencanaan pondasi Kolom dan shearwall Gambar diagram interaksi shearwall BAB VIII ANALISA PONDASI Dalam perancangan pondasi digunakan tiang pancang Wika Pile tipe 600 C, diameter 50 dan 60 cm dengan menggunakan data tanah hasil uji SPT dari data tanah Lab. Mekanika Tanah ITS. Dari hasil perhitungan, untuk pondasi kolom digunakan 9 tiang pancang berdiameter 50 cm pada kedalaman 14 m, sedangkan untuk shearwall tipe C digunakan 40 tiang pancang berdiameter 60 cm pada kedalaman 20 m. Poer Kolom Dimensi poer = 4 m x 4 m x 1m Diameter Tulangan = 25 mm Selimut beton = 50 mm Dari hasil perhitungan, didapatkan : Tulangan arah X = D25-100 Tulangan arah Y = D25-100 Poer Shearwall Tipe C Dimensi poer = 15,5 m x 6,5 m x 1m Diameter Tulangan = 25 mm Selimut beton = 50 mm Dari hasil perhitungan, didapatkan : Tulangan arah X = D25-125 Tulangan arah Y = D25-125 Perancangan Sloof (TIE BEAM) Struktur sloof dalam hal ini digunakan dengan tujuan agar terjadi penurunan secara bersamaan pada pondasi atau dalam kata lain sloof mempunyai fungsi sebagai pengaku yang menghubungkan antar pondasi yang satu dengan yang lainnya. Adapun beban-beban yang ditimpakan ke sloof meliputi : berat sendiri sloof, berat dinding pada lantai paling bawah, beban aksial tekan atau tarik yang berasal dari10% beban aksial kolom. 8.4.1. Data Perancangan Data-data perancangan perhitungan sloof adalah sebagai berikut : Panjang Sloof = 4,0 m Mutu Beton fc = 35 MPa Mutu Baja fy = 400 MPa Decking dc = 50 mm Diameter Tulangan Utama = 25 mm Diameter Sengkang = 12 mm Dimensi Sloof =(400 x 600) mm² Tinggi Efektif = 600 50 12 (1/2. 25)= 525,5 m BAB X PERENCANAAN SAMBUNGAN Kriteria perencanaan sambungan disesuaikan dengan desain, karena ada perbedaan criteria untuk masing-masing type sambungan. Persyaratan suatu sambungan dapat menjadi syarat yang tidak terlalu penting untuk sambungan lain. Hal ini diakibatkan karena perbedaan asumsi /anggapan atau perbedaan spesifikasi dari pihak perancang dan pemilik struktur. Kekuatan Suatu sambungan harus mempunyai kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang diterapkan sepanjang umur dari sambungan. Beberapa dari gaya ini disebabkan oleh gaya gravitasi, angin, gempa dan perubahan volume. Daktilitas Daktilitas sering didefinisikan sebagai kemampuan relatif struktur untuk menampung deformasi yang besar tanpa mengalami runtuh. Untuk material struktur, daktilitas diukur dengan total deformasi yang terjadi saat leleh awal terhadap leleh batas (ultimate failure). 9

10 Daktilitas pada portal sering digabungkan dengan ketahanan terhadap momen, hal ini dipakai dalam perencanaan gempa. Pada elemen sambungan tahan momen, tegangan tarik lentur biasanya ditahan oleh komponen baja. Dan kondisi runtuh akhir dapat terjadi karena kondisi putusnya baja, hancurnya beton atau kegagalan dari sambungan baja dan beton. Pada perhitungan kali ini menggunakan daktilitas parsial. Daya Tahan Sambungan perlu diawasi dan dipelihara. Sambungan yang diperkirakan akan langsung dapat bersentuhan dengan cuaca harus dilakukan tindakan perlindungan dengan beton atau dengan cat (galvanis). Daya tahan yang buruk dapat diakibatkan oleh retak, spelling beton dan yang paling sering diakibatkan oleh korosi dari komponen baja elemen beton pracetak. Ketahanan Terhadap Kebakaran Beberapa sambungan beton pracetak tak mudah terpengaruh akibat api, seperti pada perletakan antara pelat dan balok yang secara umum tidak memerlukan perlindungan secara khusus terhadap api. Apabila pelat diletakkan di atas bearing pads yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar, maka perlindungan khusus dari bearing pads tersebut tidak perlu karena keadaan terburuk dari pads tidak akan menyebabkan runtuh, tetapi sesudah kebakaran pads harus diganti. Untuk sambungan yang tidak tahan api memerlukan perlindungan khusus seperti dengan melapisi beton, gypsum wallboard atau bahan lain yang tahan api. Perubahan Volume Kombinasi pemendekan akibat dari rangkak, susut dan penurunan suhu dapat menyebabkan beberapa tegangan pada elemen beton pracetak ataupun perletakannya ditarik pergerakannya. Tegangan ini harus dimasukkan oleh desain dan akan lebih baik bila sambungan diijinkan untuk berpidah tempat untuk mengurangi besarnya tegangan tersebut. Kesederhanaan Sambungan Semakin sederhana sambungan maka diharapkan akan semakin ekonomis. Kriteria penyederhanaan sambungan adalah : Memakai bahan-bahan standar Menggunakan detail yang sama (berulang) Mengurangi bagian-bagian yang perlu ditancapkan pada elemen sehingga memerlukan presisi tinggi untuk menempatkannya. Mempersiapkan cara-cara pergantian. Konsep Desain Sambungan Mekanisme pemindahan beban Tujuan dari sambungan adalah memindahkan beban dari satu elemen pracetak ke elemen lainnya atau sebaliknya. Pada setiap sambungan, beban akan ditransfer melalui elemen sambungan dengan mekanisme yang bermacam-macam. Untuk menjelaskan mekanisme pemindahan beban, diambil contoh seperti gambar 8.1. di mana pemindahan beban diteruskan kekolom dengan melalui tahap sebagai berikut: Gambar Mekanisme Pemindahan Beban 1. Beban diserap pelat dan ditransfer ke perletakan dengan kekuatan geser 2. Perletakan ke haunch melalui gaya tekan pads 3. Haunch menyerap gaya vertical dari perletakan dengan kekuatan geser dan lentur dari profil baja. 4. Gaya geser vertical dan lentur diteruskan ke pelat baja melalui titik las. 5. Kolom beton memberikan reaksi terhadap profil baja yang tertanam. Mekanisme pemindahan gaya tarik akibat susut, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Balok beton ke tulangan dengan lekatan / ikatan. 2. Tulangan baja siku di ujung balok diikat dengan las. 3. Baja siku di ujung balok ke haunch melalui gesekan di atas dan di bawah bearing pads. Sebagian gaya akibat perubahan volume dikurangi dengan adanya deformasi pada pads. 4. Sebagian kecil dari gaya akibat perubahan volume dipindahkan melalui las ke pelat baja. 5. Gaya tersebut ditahan oleh perletakan dan diteruskan oleh stud ke kolom beton melalui ikatan / lekatan. 10

11 Pola-pola kehancuran Sebagian perencanaan diharuskan untuk menguji masing-masing pola kehancuran. Pada dasarnya pola kehancuran kritis pada sambungan sederhana akan tampak nyata. Sebagai contoh pada kehancuran untuk sambungan sederhana dapat dilihat pada gambar 6.2 1 4 Nh Vh 3 2 5 Gambar Model Model Keruntuhan Gedung PCI Design Hanbook memberikan lima pola kehancuran yang harus diselidiki pada waktu perencanaan dapped-end dari balok, yaitu sebagai berikut : 1. lentur dan gaya tarik aksial pada ujung 2. tarik diagonal yang berasal dari sudut ujung 3. geser langsung antar tonjolan dengan bagian utama balok 4. tarik diagonal pada ujung akhir 5. perletakan pada ujung atau tonjolan Dalam tugas akhir ini, penulis merencanakan system balok pracetak yang mampu menumpu pada kolom dengan bantuan konsol pendek pada saat proses pencapaian kekuatan penyambungan sebelum komposit sehingga mencapai kekuatan yang benar benar monolith. Perencanaan konsol pada kolom Pada perencanaan sambungan antara balok induk dan kolom dipergunakan sambungan dengan menggunakan konsol pendek. Balok induk diletakan pada konsol yang berada pada kolom yang kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan. Bentuk konsol pendek yang dipakai dapat dilihat pada gambar 8.3 berikut ini: V u ( termasuk 2 3 V vt ) 2 3 V vt 2 3 d a V u N u bidang geser d 2 d h 11 Gambar Sistem Penulangan Konsol Pendek Dipakai pelat landasan 250 x 300 mm² BAB X KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Dengan penggunaan elemen pracetak pada gedung betingkat akan didapat banyak keuntungan, diantaranya adalah kualitas beton, waktu pelaksanaan dapat dipercepat yang pada akhirnya dapat menghemat biaya total konstruksi bangunan. Dari perancangan struktur yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Dari hasil modifikasi perancangan struktur gedung Perkantoran Bank BCA cabang Rungkut Surabaya didapatkan data-data perencanaan sebagai berikut : a. Tebal plat atap: 10 cm dan plat lantai : 12 cm b. Dimensi kolom : 100 x 100 cm (tulangan utama D25 mm dan sengkang Ø 12 mm) c. Dimensi balok induk : 50 x 7 5 cm (tulangan utama D22 mm dan sengkang Ø10 mm) d. Dimensi balok anak : 30 x 40 c m (tulangan uatama D16 mm dan sengkang Ø 8 mm) e. Tebal shearwall : 40 cm (tul D 25-300) 2. Perencanaan pondasi direncanakan dengan tiang pancang diameter 60 cm. 3. Pengaplikasian elemen pracetak pada suatu gedung dapat dibuat mendekati sifat monolit, bergantung dari perencanaan sambungannya. 4. Sistem pracetak dapat diterapkan pada pemodelan Sistem Ganda, dengan menggunakan elemen pracetak pada elemen framenya. 5. Pelaksanaan metode pracetak sangat dimungkinkan untuk

12 dilaksanakan, namun membutuhkan ketelitian dan keahlian dalam proses pembuatan hingga pemasangannya. 10.2. Saran 1. Masih perlu lagi pengembangan teknologi pracetak agar lebih mudah dalam pengaplikasiannya. 2. Masih perlu dibuat standardisasi dan peraturan mengenai beton pracetak yang sesuai dengan keadaan lingkungan dan alam Indonesia. 3. Demi efektifitas dan efisiensi dari metode pracetak, pembatasan jumlah elemen seragam yang dibuat perlu diperhatikan. DAFTAR PUSTAKA Purwono, Rachmat., Tavio., Iswandi Imran., dan I Gusti Putu Raka. 2007. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) Dilengkapi Penjelasan. Surabaya : itspress. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002). Bandung : DPPW. Departemen Pekerjaan Umum. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983. Jakarta : DPU. Departemen Pekerjaan Umum. 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Purwono, Rachmat. 2006, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya : itspress. Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS. PCI. 1992. PCI Design Handbook Precast and Prestress Concrete 5 th Edition. Chicago : Illinois. 12