1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG

dokumen-dokumen yang mirip
2. KERABAT DUGONG. Gambar 2.1. Taksonomi dugong dan kerabatnya

6/7/2012. Mamalia Laut adalah hewan menyusui yang telah beradaptasi sepenuhnya untuk hidup di laut.

M.K. Biologi Laut (ITK-211)

JMSC Tingkat SD/MI2017

Pergerakan. Perilaku Makan

Mengamati Kehidupan Hewan

RIBBON SEAL (ANJING LAUT PITA) HISTRIOPHOCA FASCIATA. Di susun oleh: Nandia Putri Aulia Nida Nurhanifah

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SHARIF C. SUTARDJO

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea)

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Evolusi Kelas Agnatha

Family Neobalaenidae. Ordo Odontoceti

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

Seperti mamalia pada umumnya, mamalia laut memiliki ciri:

Bab IV Memahami Tubuh Kita

HIU TERBESAR JINAK DAN BUKAN KARNIVORA, 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus

Uji Organoleptik Ikan Mujair

TEORI FENOMENA ORGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MELACAK PENGEMBARAAN DUGONG DENGAN SATELIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

Kompetensi. created by darmadi ahmad MAMALIA. Memahami perbedaan dan persamaan pencirian serta pengelompokan pada Mamalia CIRI-CIRI UMUM PENYEBARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

DI UNDUH DARI YUDHISTIRA LEARNING CENTER. Anggota Ikapi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Judul Buku : Silo Singa Laut Perkasa Penulis Cerita : Renny Yaniar Penulis Pengetahuan : Christien Ismuranty Penyunting : Niken suryatmini Desain dan

Judul : PAUS BELUGA Penulis Cerita : Renny Yaniar Penulis Pengetahuan : Christien Ismuranty Kiki Anggraini Editor Bahasa : Niken suryatmini Desain dan

BAB 1: ASAL MULA KEJADIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

Judul : PAUS BELUGA Penulis Cerita : Renny Yaniar Penulis Pengetahuan : Christien Ismuranty Editor Bahasa : Niken suryatmini Desain dan Layout : Imam

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

ANATOMI DAN FISIOLOGI

BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH

LAMUN. Project Seagrass. projectseagrass.org

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

3. Diantara pertnyataan berikut ini yang merupakan contoh adaptasi tingakah laku adalah...

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

Ordo Pinnipedia. Ordo Pinnipedia

8 hewan pra sejarah yang paling terkenal

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

HEWAN YANG HIDUP DI AIR. 1. Hiu Kepala Martil

SAMUEL FALLOURS: PELUKIS BIOTA LAUT YANG IMAJINATIF DARI AMBON

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C. SUTARDJO

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

PEMOTONGAN TERNAK (KAMBING)

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu :

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian umum cetacean Lumba-lumba hidung botol ( Tursiops sp.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Killer Whale (Paus Pembunuh) Intan Aghniya Safitri Irani Maya Safira

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pro: Justicia Rahasia

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

Oleh: Retno Wulantari ( ) Rizka Oktavia ( )

1b. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yangjelas;pangkal bibir atas tertutup oleh lipatan kulit moncong 5

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk segilima, mempunyai lima pasang garis

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

Penggolongan Hewan. Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang tubuh. Beranak. Bertelur. Bagan penggolongan hewan.

Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

[Amazing] Inilah 50 Keunikan Tubuh Manusia yang Mengagumkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16. Biasa

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

Sistem Otot (Urat Daging)

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

: LATIF BERTY ISTIAJI NIP :

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas)

Beruang Kutub. (Ursus maritimus) Nana Nurhasanah Nabiilah Iffatul Hanuun

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

Transkripsi:

1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG Istilah dugong sering dikacaukan dengan istilah lain seperti ikan duyung dan putri duyung. Dalam khasanah ilmiah, istilah dugong adalah satwa mamalia yang hidup di perairan laut dangkal yang makanannya boleh dikatakan eksklusif lamun (seagrass). Nama ilmiahnya adalah Dugong dugon. Istilah dugong itu diambil dari bahasa Tagalog, dugong, yang bersumber dari bahasa Melayu, duyung atau duyong yang berarti perempuan laut. Istilah ini mungkin didasarkan pada banyaknya cerita atau dongeng lama tentang mahluk laut yang bentuknya setengah manusia (biasanya putri cantik) dan setengah ikan. Kisah tentang putri duyung sudah sangat populer di masyarakat kita. Banyak dongeng yang menceritakan bahwa satwa dugong itu leluhurnya adalah manusia. Di mancanegara pun banyak dongeng tentang mahluk laut yang setengah gadis dan setengah ikan. Dalam bahasa Inggris istilah yang populer untuk manusia setengah ikan ini adalah mermaid. Konon dongeng tentang mermaid ini bersumber dari para pelaut zaman dahulu yang melihat satwa dugong di permukaan laut dari kejauhan, dengan sedikit imajinasi, tampak mirip seperti seorang perempuan yang bisa memeluk dan menyusui anaknya seperti manusia. Kekacauan istilah yang juga banyak terjadi ialah anggapan dugong itu adalah ikan, seperti sering kita jumpai istilah ikan duyung. Padahal dugong bukanlah ikan yang mempunyai ciri bernapas dengan insang, dan umumnya bersisik. Gambar 1.1. Dugong dugon. (Engel 1970) Karena banyaknya kekacauan istilah ini, maka penulis menyarankan agar istilah dugong digunakan hanya dalam pengertian satwa mamalia laut. Sedangkan istilah ikan duyung dan putri duyung digunakan untuk merujuk pada tokoh dalam kisah dongeng yang dalam istilah Inggrisnya dikenal dengan mermaid. Di Indonesia dugong diberi nama beragam di berbagai daerah. Di masyarakat Melayu disebut duyung atau duyong. Di tempat lain di Sumatra disebut juga babi laut. Di Sulawesi

Selatan disebut ruyung, sedangkan di masyarakat Suku Bajo di Torosiaje (Gorontalo) disebut dio. Dalam klasifikasi hewan, dugong termasuk dalam Class Mamalia yang dicirikan dengan hewan yang menyusui anaknya, dan di bawah Ordo Sirenia yang dicirikan dengan mamalia laut yang herbivor. Di bawah Ordo Sirenia hanya ada dua kelompok yakni Familia Dugongidae dan Trichechidae. Di bawah Familia Dugongidae sekarang hanya terdapat satu spesies yakni Dugong dugon. Kerabat terdekatnya sesama Dugongidae adalah Hydrodamalis gigas telah punah di abad 18. Kerabat lainnya di bawah Trichechidae adalah genus Trichechus yang lebih dikenal dengan nama Manatee yang hidup dari perairan pantai hingga di perairan tawar, dan mkanannya pun lebih beragam dibandingkan dengan Dugong. Gambar 1.2. Detail mata dugong yang kecil. Sebelah kiri atas adalah lubang telinga. Gambar 1.3. Lubang hidung dugong yang mempunyai katup yang dapat kedap Dugong pertama kali diklasifikasi oleh Műller di tahun 1776 dengan nama Trichechus dugon, dan kemudian direvisi oleh oleh Lacépède yang mengubah namanya menjadi Dugong dugon. Dugong dugon dalam tampilan fisiknya bentuknya seperti ikan yang tambun, tanpa sirip punggung, dilengkapi dengan ekor yang pipih, horizontal dan bentuknya bercabang seperti ekor paus dan lumba-lumba. Bila ekornya diayunkan naikturun akan memberi daya dorong baginya untuk berenang maju ke depan, sedangkan bila dipelintir untuk gerakan membelok. Panjang dugong dewasa jarang melebihi 3 meter dengan berat sampai sekitar 420 kg. Tetapi rekor dugong terberat tercatat sebesar 1.016 kg dengan panjang 4,06 m di pantai Saurashtra, di bagian sebelah barat India. Dugong betina cenderung sedikit lebih besar dari yang jantan. Kulit dugong tebal dan halus dengan warna pucat ketika masih bayi, dan berubah menjadi warna abu-abu gelap kecoklatan di bagian punggungnya menjelang dewasa dan bagian perut dengan warna yang lebih terang. Warna dugong dapat berubah dengan pertumbuhan alga di kulitnya. Kadang-kadang teritip (Balanus) ikut pula menempel di permukaan kulitnya. Sekujur tubuhnya diliputi dengan rambut-rambut halus dan pendek.

Moncongnya yang tebal berbentuk bagai tapal kuda, menghadap ke bawah dengan bibir tebal yang ditumbuhi bulu-bulu kasar bagai sikat (bristles). Bulu-bulu kasar ini merupakan organ yang sangat sensitif yang digunakannya untuk mencari makan. Gambar 1.4. Kiri: Moncong dugong dengan bibir atas yang tebal dipenuhi bulu sikat (bristles) yang sensitif. Kanan: Detail bulu sikat pada moncong dugong. (www.arkive.org) Dugong mempunyai sepasang sirip yang tebal dan bertulang bagai lengan dan jari-jari, yang dapar berfungsi sebagai dayung penyeimbang bila berenang. Bila dugong mencari makan di dasar laut, sirip tebalnya dapat menopang tubuhnya untuk merayap ketika mencari makan. Di ketiak kedua siripnya terdapat puting susu, yang sangat penting untuk menyusui anaknya. Lubang hidungnya terdapat di bagian atas kepalanya, dan mempunyai katup yang dapat menutup dengan kedap bila dugong menyelam. Bila dugong naik ke permukaan untuk menarik napas, hanya ujung lubang hidungnya yang muncul di permukaan. Dugong dapat menyelam selama 3 5 menit untuk kemudian naik lagi ke permukaan untuk bernapas. Gambar 1.5. Puting susu pada dugong betina yang darahnya sedang diambil untuk pemeriksaan kesehatan (www.uq.edu.au) Mata dugong berukuran kecil, dan di dalam air yang acapkali keruh, pandangannya sangat terbatas. Bila diangkat keluar dari air, dugong dapat mengeluarkan cairan yang dikenal sebagai air mata duyung. Telinga dugong tidak mempunyai cuping dan

berukuran kecil yang terletak di bagian kiri dan kanan kepalanya. Dugong dapat mendengar suara dengan baik di dalam air. Gambar 1.6. Perbedaan dugong betina dan jantan dilihat dari pososi relatif antara umbilicus, celah genital (celah vagina atau celah penis) dan dubur (anus). Dari tampak luarnya, sukar membedakan dugong betina dan jantan, karena bentuk luarnya boleh dikatakan sama (monomorphic). Salah satu petunjuk untuk membedakan jenis kelaminnya adalah posisi celah kelaminnya ( genital aperture) terhadap anus dan pusar (umbilicus). Pada yang betina, celah kelaminnya ( vagina) terletak lebih dekat ke anus. Otak dugong mempunyai berat maksimum 300 g, atau sekitar 0,1 % dari berat total tubuhnya. Paruparunya berukuran sangat panjang, yang dapat melanjut sampai dekat ginjalnya. Ginjalnya sendiri juga sangat memanjang yang sesuai untuk fisiologinya menghadapi lingkungan yang berkadar garam. Bila terluka, darah dugong akan cepat membeku. Kerangka dugong mempunyai 57 sampai 60 tulang belakang (vertebrae). Tengkoraknya berbentuk unik, gigi seri depan bagi yang jantan dapat memanjang, mencuat keluar dan membentuk gading. Susunan gigi-geliginya sangat sesuai untuk mencari makan dan mencabut lamun makanannya dari dasar laut. Siripnya mempunyai tulang dengan susunan bagai jari-jari. Dugong mengalami pachyostosis, yakni kondisi dimana tulang-tulang iga dan tulang-tulang panjang lainnya biasanya padat dan hanya Gambar 1.7. Detail gading dugong mengandung sedikit sumsum. Tulang-tulang berat ini (y ang merupakan terberat di antara semua hewan), berfungsi sebagai ballast atau pemberat yang memudahkannya menyelam dan mencari makan di dasar laut.

Dugong dapat mempunyai usia yang panjang sampai lebih 70 tahun. Dugong mulai dapat melahirkan anak pada usia 10 17 tahun, namun ada juga yang menyebutkan dapat sedini 6 tahun. Usia kehamilan dugong adalah sekitar 13 15 bulan. Setiap melahirkan akan menghasilkan hanya satu anak. Bayi dugong berukuran besar, ketika baru dilahirkan panjangnya berukuran 1,1 1,2 m dengan berat sekitar 27 35 kg. Anak dugong menyusu pada ibunya sampai usia usia 14 18 bulan. Selain menyusu, dugong juga sudah dikenalkan oleh ibunya untuk memakan lamun sesaat setelah dilahirkan Dugong sering dijumpai hidup soliter (sendiri), tetapi kadangkala juga dalam kelompok kawanan (herd) kecil sebanyak 5 10 individu. Di Australia, satu kawanan dugong bisa sampai puluhan individu. Tetapi tidak terdapat ikatan sosial yang kuat di antara mereka. Tiap individu dapat bebas keluar dari kawanannya. Ikatan yang kuat hanyalah antara ibu dan anak. Gambar 1.8. Kerangka dugong. (www.arkive.org)