KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA MB.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS V11 F SMP 1 MUHAMMADIYAH KARTASURA

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

REFERENSI DEMONSTRATIF PADA RUBRIK KISAH SAHABAT DALAM MAJALAH NURANI EDISI SEPTEMBER 2011 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA

REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI

KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA MB.

PRATIWI AMALLIYAH A

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BENTUK PENGACUAN EKSOFORA PADA BAGIAN LATAR BELAKANG SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI UMS, UNS DAN UNIVET

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

ANALISIS KETERANGAN ASPEK PADA CERPEN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN DESEMBER 2012 (TINJAUAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA KORAN REPUBLIKA

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

PENGACUAN PRONOMINA PERSONA

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM CERITA PENDEK PADA SURAT KABAR JAWA POS EDISI JANUARI PEBRUARI 2012

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENGACUAN BERDASARKAN JENISNYA SEBAGAI PENANDA KOHESI PADA TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL FATH

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012

BENTUK UNIK DALAM WACANA IKLAN PROVIDER SELULER PADA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI APRIL-MEI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS

TRANSFORMASI PELESAPAN PADA TEKS TERJEMAHAN AL-QURAN YANG MENGANDUNG ETIKA BERBAHASA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSIAL DALAM WACANA BERITA SITUS EDISI DESEMBER 2015 JANUARI 2016

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. dengan petunjuk-petunjuk, keterangan-keterangan dan konsep-konsep, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL AHZAB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan

ASPEK GRAMATIKAL KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINAIF DALAM KARANGAN ARGUMENTATIF SISWA X TKJB SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Seperti yang dinyatakan (Sumarlam, 2008:1) Sarana yang

Transkripsi:

KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA MB. ALAMSYAH Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun : TRIHARTANTO A.310080239 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ABSTRAK KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA MB. ALAMSYAH Tri Hartanto, NIM A310080239, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini mengangkat tentang penggunaan kohesi gramatikal pengacuan demonstratif pada kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisahkisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Tujuan penelitian ini untuk (1) memaparkan pengacuan demonstratif tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. (2) memaparkan pengacuan demonstratif waktu pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah.(3) mengidentifikasi letak pengacuan demonstratif waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacan Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Data dalam penelitian ini adalah sebuah pengacuan demonstratif waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Sumber data dalam penelitian ini kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat. Data yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasi berdasarkan demonstratif waktu dan tempat. Setelah teknik pengumpulan data kemudian menentukan teknik analisis data dengan menggunakan metode agih. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : (a) pemakaian demonstratif waktu berjumlah empat data, terdiri dari (30) demonstratif waktu kini, (29) demonstratif waktu lampau, (1) demonstratif waktu yang akan datang, dan (7) waktu netral. (b) pemakian demonstratif tempat berjumlah empat, terdiri dari (91) menunjuk temat secara eksplisit, (32) demonstratif yang menunjuk tempat dekat dengan penutur, (31) demonstratif yang agak jauh dengan penutur, dan (1) demonstratif tempat yang jauh denngan penutur. Kata kunci: Demonstratif Waktu dan Tempat 1

A. Pendahuluan Buku bacaan Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul termasuk sebuah wacana tulis. Walaupun buku bacaan ini tidak terlalu tebal, kita harus membacanya dengan memperhatikan aspek gramatikal supaya dapat memahami bentuk atau struktur lahir yang terdapat di dalam wacana tersebut. Dengan memahami struktur lahir dalam wacana dapat memudahkan memahami maksud yang terkandung di dalam sebuah wacana. Struktur lahir dalam wacana yaitu bentuk kata yang dipakai untuk menyusun sebuah kalimat sehingga dapat membentuk wacana. Pembaca pada umumnya belum begitu paham tentang pengacuan demonstratif yang digunakan dalam sebuah wacana tulis. Hal tersebut menjadikan pembaca tidak memperhatikan kata ganti. Padahal dengan memahami pengacuan demonstratif, maka akan memperoleh pemahaman yang terarah mengenai pesan-pesan yang disampaikan penulis melalui wacana. Tidak sedikit dan bahkan pembaca kesulitan menemukan maksud yang terkandung di dalamnya. Ada juga yang membaca sampai berulang-ulang untuk memperoleh makna atau maksud dari penulis. Maka dari permasalahan tersebut, pemahaman tentang beberapa pengacuan demonstratif perlu dipelajari supaya memudahkan dalam menemukan maksud atau pesan yang dibaca. Tidak sedikit bentuk pengacuan demonstratif yang digunakan pada kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah, yaitu pengacuan waktu dan tempat. Penelitian ini dilakukan untuk mengulas bentuk pengacuan tersebut supaya memudahkan pembaca menemukan maksud yang terdapat dalam wacana yang dibaca. Metode agih digunakan peneliti untuk mengulas pengacuan demonstratif waktu dan tempat dalam kisah Nabi Muhammad saw. Teknik lanjutan dari metode ini dengan teknik bagi unsur langsung. Teknik bagi unsur dilakukan dengan membagi unsur-unsur satuan lingual yang dimaksud dari data yang sudah dikumpulkan dengan cara menyimak dan mencatat data-data yang termasuk pengacuan demonstratif waktu dan tempat. Dari metode penelitian 2

yang dilakukukan bertujuan untuk (1) memaparkan pengacuan demonstratif tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah (2) memaparkan pengacuan demonstratif waktu pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah dan (3) mengidentifikasi letak pengacuan demonstratif waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacan Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. B. Landasan Teori 1. Pengertian Wacana Wacana adalah satuan bahasa yang paling besar yang digunakan dalam dalam komunikasi. Satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi (Rani 2006: 3). Menurut Mulyana (2005: 1) wacana adalah unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Kebahasaan dalam wacana meliputi fonem, morfem, kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana. 2. Klasifikasi Wacana Menurut Mulyana (2005: 47) klasifikasi atau pembagian wacana sangat tergantung pada aspek dan sudut pandang yang digunakan. Wacana dapat dikelompokkan atas beberapa segi, yaitu: (1) bentuk, (2) media, (3) jumlah penutur, dan(4) sifat. Berdasarkan bentuknya, Wedhawati (dalam Mulyana, 2005: 47-51) membagi wacana menjadi 7 (tujuh) jenis, yaitu: (1) wacana naratif, (2) wacana prosedural, (3) wacana ekspositori, (4) wacana hortatori, (5) wacana dramatik, (6) wacana epistoleri, dan (7) wacana seremonial Berdasarkan media penyampaiannya, wacana dibedakan menjadi dua, yaitu wacana lisan dan tulis. Menurut Rani (2005: 26) wacana tulis merupakan teks yang berupa rangkaian kalimat yang menggunakan ragam bahasa tulis. Sehingga antara sang penyampai pesan dengan pesapa tidak berinteraksi secara langsung. Wujud wacana tulis dapat berupa makalah, 3

artikel, cerpen, buku bacaan, berita koran, dan sebagainya. Wacana lisan merupakan jenis wacana yang disampaikan secara langsung menggunakan alat ucap manusia dan tanpa menggunakan perantara (tulisan). Berdasarkan jumlah penuturnya, Mulyana (2005: 53) mengelompokkannya menjadi dua, yaitu wacana monolog dan dialog. Wacana monolog dituturkan oleh satu orang. Bentuk wacana monolog dapat berupa pembacaan puisi, pidato dan khtbah jum at. monolog bersifat satu arah. Wacana dialog dilakukan oleh dua orang atau lebih. Jenis wacana dialog dapat berbentuk lisan dan tulisan. Wacana Berdasarkan Sifat Berdasarkan sifat, wacana dapat berupa fiksi dan fiksi. Menurut Mulyana (2005: 54-55) wacana fiksi merupakan wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada imajinasi. Wujut wacana fiksi ialah wacana prosa, puisi, dan drama. Wacana nonfiksi merupakan wacana yang berisi tentang suatu informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan bahasa yang digunakan denotatif, lugas, dan jelas. 3. Analisis Wacana Pendapat Stubbs (dalam Rani, 2006: 9) analisis wacana adalah suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiahh, baik dalam bentuk tulis maupun lisan 4. Pengertian Kohesi Menurut Rani (2006: 88) menyatakan bahwa kohesi adalah hubungan antar bagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa. Wacana dapat dikatakan kohesif apabila terdapat hubungan antar bagianbagian kalimat yang runtut. Mulyana (2005: 26) menyatakan kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktial 5. Jenis Kohesi Menurut Halliday dan Hassan (dalam Rani, 2006: 94) menyatakan bahwa unsur kohesi terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatiakal dan leksikal. 4

Menurut Mulyana (2005: 26) unsur kohesi meliputi aspek-aspek leksikal, gramatikal, dan fonologis. 6. Pengacuan Menurut Sumarlam (2005: 23) pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Referensi anafora dan katafora dapat berupa pronomina persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti petunjuk), dan komparatif (perbandingan). C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisis kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan supaya peneliti mampu memahami makna atau maksud yang terdapat dalam objek penelitian. Analisis kualitatif fokusnya pada penunjukkan makna, deskripsi penjernihan, dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan sering kali melukiskannya dalam bentuk kata-kata daripada dalam angka-angka (Mahsun, 2005: 257). Objek penelitian ini adalah kohesi gramatikal pengacuan demonstratif yang membentuk keutuhan wacana pada kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Sumber data merupakan informasi mengenai data yang diperoleh. Sumber data diperoleh dengan menemukan asal-usul dari apa, siapa, dan di mana. Jika peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau tulisan yang menjadi sumber data. Sumber data dalam penelitian ini adalah kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-Kisah 25 nabi dan Rasul Karya MB. Alamsyah. Menurut Mahsun (2005: 18) sebagai bahan penelitian, maka di dalam data terkandung objek penelitian dan unsur lain yang membentuk data, yang disebut konteks (objek penelitian). Mengacu dari pendapat di atas, data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung objek penelitian yaitu pengacuan demonstratif waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad 5

saw dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul Karya MB. Alamsyah. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak catat. Teknik simak adalah penyediaan data yang dilakukan dengan menyimak data pengguna bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Dalam hal ini yang disimak adalah penggunaan aspek gramatikal pengacuan demonstratif waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul. Teknik catat merupakan teknik penyediaan data dilakukan dengan pencatatan pada kartu data (Sudaryanto, 1993: 133). Analisis data dilakukan untuk menemukan kaidah yang menjadi sumber sumber sekaligus titik sasaran dalam suatu penelitian. Selain itu, menurut (Moleong, 2007: 151) analisis data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan penelitian ini menggunakan metode dan teknik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode padan adalah metode yang alat penentunya berada di luar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 15). Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode agih. Metode agih adalah alat penentunya justru dari bahasa itu sendiri. Teknik lanjutan dari metode agih dengan menggunakan teknik bagi unsur langsung. Teknik ini dilakukan dengan membagi satuan lingual dari data yang sudah dikumpulkan menjadi beberapa unsur, dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang membentuk satuan lingual yang dimaksud. Mengacu dari teknik di atas, maka peneliti dapat menemukan unsur-unsur satuan lingual yang akan diteli. Penelitian ini menganalisis penggunaan aspek gramatikal pengacuan tempat dan waktu. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahap: 1. Mengumpulkan data dari aspek gramatikal pengacuan demonstratif tempat dan waktu. 6

2. Mengklasifikasikan data yakni penulisan kata ditinjau dari efektivitas kalimat dalam Bahasa Indonesia. 3. Analisis aspek gramatikal pengacuan demonstratif tempat dan waktu. 4. Mendeskripsikan hasil penelitian yang diperoleh. D. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Buku Kisah-kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah terdapat berbagai aspek demonstratif tempat dan waktu. Peneliti memperoleh data yang akan diteliti dengan menggunakan teknik simak dan catat. Data yang sudah terkumpul kemudian dikelompokkan menurut aspek demonstratif tempat dan waktu. Dari hasil klasifikasi, data yang termasuk demonstratif waktu mengacu pada waktu kini (kini, sekarang, saat ini) berjumlah (31), waktu lampau (kemarin, dahulu, yang lalu) berjumlah (29), waktu yang akan datang (besok, yang akan datang) berjumlah (1), dan waktu netral (pagi, siang, sore, malam, pukul 12) berjumlah (7). Demonstratif tempat mengacu pada tuturan yang dekat dengan penutur (sini dan ini) sebanyak (37) data, tempat yang agak jauh dengan penutur (situ dan itu) sebanyak (35) data, tempat yang jauh dengan penutur ( sana) sejumlah (1) data, dan menunjukkan tempat secara eksplisit (sala, Semarang, Yogyakarta dll) sebanyak (91) data. Data yang sudah diklasifikasi kemudian satu persatu dideskripsikan berdasarkan tempat dan waktu. Tujuan dari analisis data dalam penelitian ini adalah memecahkan masalah yang berkaitan latar belakang yang terdapat di bab I, yaitu mendeskipsikan pengacuan demonstratif waktu, tempat, dan letak pronomina pengacuan waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. 7

2. Pembahasan Penelitian tentang wacana berdasarkan aspek gramatikal pengacuan demonstratif sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Beberapa penelitian sebelumnya yang cukup relevan dengan penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian, yaitu tentang pengacuan demonstratif tempat yang dilakukan Siti Harsuci (2010) menemukan beberapa piranti kohesi gramatikal dalam tulisan deskripsi siswa SMP kelas VIII Negeri 2 Jatinom, yaitu salah satu piranti kohesi gramatikal yang digunakan adalah referensi demonstratif tempat. Dalam tulisan deskripsi siswa SMP kelas VIII Negeri 2 Jatinom ditemukan pronomina di sini dan di sana. Hal itu menunjukkan bahwa tulisan deskripsi siswa SMP kelas III Negeri 2 Jatinom menggunakan referensi demonstratif yang mengacu pada tempat yang jauh dengan penutur maupun dekat dengan dengan penutur. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini mengenai demonstratif waktu, yakni dilakukan oleh Amaliyah Pratiwi (2010) meneliti tentang aspek demonstratif dialog Jawa Gayeng Kiyi dalam surat kabar harian Solopos. Amaliyah menemukan penggunaan referensi demonstratif waktu yang mununjuk waktu kini, lampau, dan waktu netral dalam dialog Jawa tersebut. Penelian yang relevan mengenai letak pengacuan demonstratif tempat dan waktu, yakni dilakukan oleh Winiar Faizah Arrum (2010) meneliti sebuah wacana yang berbahasa Jawa dalam surat kabar Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, dan Solopos bulan Mei 2010. Winiar Faizah Arrum menemukan beberapa penanda referensial berdasarkan acuan dalam wacana berbahasa Jawa di surat kabar, yakni pengacuan endofora dan eksofora. Hal itu ditunjukkan dengan pronomina kepungkur yang menununjuk masa lampau serta kalimat yang diacu berada di sebelah kiri dan pronomina mengko yang menunjuk watu yang akan datang serta kalimat yang diacu berada di sebelah kanan. 8

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas peneliti menyajiakan beberapa analisis berdasarkan aspek demonstratif tempat dan waktu serta letak pengacuannya yang dapat dilihat pada analisis berikut. a). Aspek Demonstratif Waktu 1. Demonstratif waktu kini (1). Dalam masa pemerintahan Khuza ah inilah Bani Ismailberkembang. (Halaman 103). Pada data (1) terdapat satuan lingual inilah yang mengacu pada waktu kini, yaitu dalam masa pemerintahan Khuza ah. Kalimat tersebut dituturkan atau dituliskan untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa Bani Ismail berkembang pada masa tersebut. Pengacuan tersebut berada di dalam teks dan acuannya berada di sebalah kiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa kalimat tersebut merupakan mengandung jenis pengacuan endefora yang anaforis. 2. Demostratif waktu yang mengacu waktu lampau (2). Di tempat itulah mereka berkumpul menunggu Nabi. Jumlah mereka 73 orang laki-laki dan 2 0rang wanita, Rasulullah pun datang didampingi oleh Abbas, paman beliau, yang di masa itu masih belum menganut agama Islam (halaman 120). Dalam kalimat (44) terdapat satuan lingual itu yang menunjukkan waktu lampau. Pengacuan yang terdapat pada data (44) termasuk jenis pengacuan endefora yang anaforis, karena satuan lingual yang diacu berada di sebelah kiri dan terdapat di dalam teks, yaitu satuan lingual yang menunjukkan peristiwa masa lalu. 3. Demonstratif waktu yang akan datang (3). Akhirnya mereka memutuskan bahwa Nabi Muhammad harus dibunuh demi keselamatan masa depan mereka (halaman 121). Satuan lingual masa depan yang terdapat dalam kalimat (68) merupakan pronomina demonstratif yang mengacu pada waktu yang 9

akan datang. Pengacuan yang terdapat dalam data (68) merupakan jenis pengacuan eksofora karena acuannya tidak berada di dalam teks. 4. Demonstratif waktu netral (4). Dengan sembunyi-sembunyi pada waktu malam hari, mereka mengirim makanan dan keperluan lainnya kepada kaum kerabat mereka yang terasing di luar kota (halaman 117). Pada data (61) terdapat satuan lingual malam yang mengacu pada waktu netral. Pengacuan tersebut termasuk jenis pengacuan endofora yang kataforis kerena acuannya berada di dalam teks dan satuan lingual malam mengacu pada antaseden yang berada di sebelah kanan. Satual lingual malam termasuk waktu netral karena satuan lingual tersebut merupakan waktu yang sudah jelas dan tidak mengacu pada waktu kini, lampau, dan yang akan datang. b). Aspek Demonstratif Tempat 1. Demonstratif tempat agak jauh dengan penutur (5). Maksud membawa Nabi ke Madinah, pertama untuk memperkenalkan ia kepada keluarga neneknya Bani Hajjar dan kedua untuk menziarahi makam ayahnya. Maka di situ diperlihatkan kepadanya rumah tempat ayahnya dirawatdi waktu sakit sampai meninggal, dan pusara tempat ayahnya dimakamkan. (halaman 105). Kata situ pada data (203) merupakan pronomina demonstratif mengacu tempat yang agak jauh dari penutur. Dengan kata lain, tempat yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah Madinah yang letaknya agak jauh dari penutur. Tampak satuan lingual situ pada data tersebut mengacu pada satuan lingual lain yang berada di sebelah kiri dan terdapat di dalam teks. Pengacuan demikian termasuk jenis pengacuan endofora yang anaforis. 10

2. Demonstratif tempat dekat dengan penutur (6). Hanya yang tinggal di kota ini dari Bani Ismail ialah suku Quraisy. Mereka sama sekali tidak punya kekuasaan kota Mekah ini dan juga atas Ka bah. (halaman 103) Pronomina ini pada data (166) merupakan pronomina demonstratif yang mengacu pada tempat yang dekat dengan penutur. Pembicara saat menuturkan kalimat itu berada dekat dengan tempat yang dimaksudkan pada tuturan tersebut, yaitu berada di kota Mekah. Pengacuan yang terdapat dalam data (166) termasuk jenis pengacuan endofora yang anaforis karena satuan lingual yang diacu berada di dalam teks dan berada di sebelah kiri. 3. Demonstratif tempat jauh dengan penutur (7). Tatkala Nabi Muhammad saw melihat tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib itu, disuruhnyalah para sahabat-sahabatnya berpindah ke sana. (halaman 120) Satuan lingual sana pada data (232) merupakan pronomina demonstratif mengacu pada tempat yang jauh dengan penutur. Dengan kata lain, pembicara (dalam hal ini Nabi Muhammad) saat menuturkan kalimat tersebut sedang berada di tempat yang jauh dari tempat yang dimaksudkan dalam kalimat itu, yaitu berada di tempat yang jauh dari Yatsrib. Tampak satuan lingual sana pada data (232) mengacu pada satuan lingual lain yang berada di sebelah kiri. Pengacuan demikian berjenis pengacuan endofora yang anaforis. 4. Demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit (8). Mekah pada zaman kuno terletak di garis lalu lintas perdagangan antara Yaman (Arab Selatan) dan Syam dekat Lautan Tengah. (halaman 103) Satuan lingual Mekah pada data (69) merupakan pronomina demonstratif menunjuk pada tempat secara eksplisit. Dikatakan demikian karena satuan lingual Mekah tidak menunjuk pada tempat 11

yang dekat dengan penutur saja, tempat agak jauh dengan penutur saja, tempat yang jauh dengan penutur saja, melainkan menunjuk pada nama suatu tempat yaitu Mekah. Pengacuan demikian termasuk pengacuan endofora yang kataforis karena mengacu pada satuan lingaul lain yang berada di sebelah kanan. c). Letak Aspek Demonstratif Waktu dan Tempat Letak pengacuan demonstratif waktu dan tempat dalam suatu wacana mengacu pada antaseden di sebelah kiri disebut pengacuan endofora yang anaforis, sedangkan pengacuan yang mengacu pada antaseden disebelah kanan disebut pengacuan endofora yang kataforis. Pengacuan tersebut dapat dilihat pada data berikut. (9). Dalam masa pemerintahan Khuza ah inilah Bani Ismailberkembang. (Halaman 103). Pada data (1) terdapat satuan lingual inilah yang mengacu pada waktu kini, yaitu dalam masa pemerintahan Khuza ah. Pengacuan tersebut berada di dalam teks dan acuannya berada di sebalah kiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa kalimat tersebut merupakan jenis pengacuan endefora yang anaforis. (10). Mekah pada zaman kuno terletak di garis lalu lintas perdagangan antara Yaman (Arab Selatan) dan Syam dekat Lautan Tengah. (halaman 103) Pronomina Mekah pada kalimat di atas merupakan pengacuan yang menunjuk suatu tempat. Pengacuan demikian termasuk pengacuan endofora yang kataforis karena mengacu pada satuan lingaul lain yang berada di sebelah kanan, yaitu mengacu pada kalimat di garis lalu lintas perdagangan antara Yaman dan Syam. 12

Kisah Nabi Muhammad saw terdapat empat pengacuan waktu, yaitu waktu kini, lampau, yang akan datang, dan netral. Waktu kini dalam kisah tersebut lebih mendomonasi daripada pengacuan waktu yang lain. Pengacuan tempat yang digunakan dalam kisah Nabi Muhammad berjumlah empat, yaitu tempat yang dekat dengan penutur, agak jauh dengan penutur, jauh dari penutur, dan tempat yang menunjuk secara eksplisit. Pengacuan tempat yang sering digunakan dalam penelitian tersebut adalah pengacuan yang menunjuk tempat secara eksplisit. Demonstratif waktu kini menggunakan pronomina (kini, sekarang, dan saat ini) yang menunjukkan bahwa waktu tersebut sedang dialami oleh penutur dalam wacana tersebut. Demonstratif waktu lampau menggunakan pronomina (itu dan dulu) yang menujuk waktu yang sudah terjadi. Demonstratif waktu yang akan datang menunjukkan waktu yang akan datang, yaitu waktu yang belum terjadi. Demonstratif waktu netral dengan pronomina (malam dan siang) yang digunakan dalam wacana tersebut menunjuk waktu netral yang sudah pasti dan tidak mengacu waktu kini saja, lampau saja, dan yang akan datang saja. Demonstratif tempat dekat dengan penutur dengan pronomina (di sini dan ini) pada wacana tersebut menunjukkan bahwa penutur saat mengucapkan kalimat tersebut sedang berada pada tempat yang dimaksud. Demonstratif tempat agak jaug dengan penutur menggunakan pronomina (situ dan itu) menunjukkan bahwa penutur saat mengucapkan kalimat tersebut sedang berada di tempat yang agak jauh dari tempat yang dimaksud. Demonstratif tempat yang jau dengan penutur menggunakan pronomina (sana) yang bermaksud menunjukkan tempat yang jauh dari penutur. Demonstratif tempat secara eksplisit menunjukkan nama tempat yang mudah dimengerti atau ditemukan oleh orang lain, misalnya menggunakan pronomina ( Mekah, Madinah, Yatsrib, dll). 13

E. Simpulan Berdasarkan aspek demonstratif pada Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah khususnya kisah Nabi Muhammad saw dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan aspek demonstratif yang mengacu pada waktu kini lebih banyak digunakan daripada pengacuan waktu yang menunjuk waktu lampau, yang akan datang, dan waktu netral. 2. Penggunaan bentuk demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit lebih banyak digunakan daripada pengacuan tempat yang menunjuk dekat dengan penutur, agak jauh dengan penutur, dan jauh dengan penutur. 3. Pengacuan eksofora, endofora yang anaforis, dan endofora yang kataforis terdapat pada aspek gramatikal waktu dan tempat. F. Saran 1. Bagi para pembaca saat membaca buku Kisah-kisah Teladan 25 Nabi Karya MB. Alamsyah harus memperhatikan aspek demonstratif supaya tidak salah memahami maksud yang tekandung dalam buku tesebut. Dengan membaca secara teliti maka dapat menambah keimanan terhadap Allah swt karena di dalam buku tersebut mengisahkan para Nabi yang diutus untuk umat Islam. 2. Bagi para peneliti lain buku Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang aspek gramatikal pengacuan demonstratif tempat dan waktu yang ada di dalam buku tersebut. 14

Daftar Pustaka Arrum, Winiar Faizah. 2010. Referensi dalam Wacana Berbahasa Jawa di Surat Kabar. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Brown, Gillian dan Yule, George. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia. Harsuci, Siti. 2010. Analisis Pianti Kohesi pada Tulisan Deskripsi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatinom Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Jorgensen, Mariane W dan Philips, Louise J. 2007. Analisis Wacana Teori dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahsun, 2005. Metode Penelitian Bahasa Tahap Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya. Mulyana, 2005. Kajian Wacana, Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wana. Pratiwi, Amaliyah. 2010. Kohesi Gramatikal Pengacuan Demonstratif pada Wacana Dialog Jawa dalam Kolom Gayeng Kiyi Harian Solopos Edisi Bulan Januari-April 2010. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rani, Abdul dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing. Subagyo, Bangkit Sugeng. 2011. Analisis Kohesi dan Koherensi Rubrik Tajuk Rencana pada Surat Kabar Solopos dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sumarlam. 2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.