BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara yang digunakan agar memperoleh data yang

(Sugiyono, 2012: 79) Gambar3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretes-Postes

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pengembangan Multimedia Pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan

Gambar 3.1 Proses Analisis Multimedia dalam Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Metode pembelajaran aktif (active learning) yang dimaksud dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. berbeda dengan metode eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Setyosari (2012:168) mengungkapkan bahwa: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian komparasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat kuasi eksperimen menggunakan design Pretest-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan kelompok yang lainnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diskriptifkomparatif

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pembelajaran melalui penerapan tutor sebaya merupakan pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian memandu peneliti tentang urutan bagaimana penelitian itu dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SDN Gegerkalong KPAD yang tepatnya terletak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bendungan Uwai, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu Quasi Experimental Design. Menurut Sugiyono (2010:13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. metode kuasi eksperimen adalah metode yang dalam pelaksanaannya tidak

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Experimental Design. Penelitian ini dilakiikan pada satu kelompok yaitu kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian eksperimen murni, kelompok subjek penelitian ditentukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 31 Banjaran-Bandung. Dengan alamat Jalan Pajagalan no.115 Banjaran-Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan subyek siswa kelas X program keahlian Agribisnis Perikanan sebanyak satu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

Learning berbasis Moodle sebagai media pembelajaran. : Tes akhir (posttest) dilakukan setelah digunakannya E-Learning

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini diuji suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian menurut Sugiyono (2012: 3) adalah cara ilmiah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (Quasi Experiment). Menurut Syaodih (2011:59), bahwa :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam mencapi satu tujuan. Penetapan metode yang digunakan merupakan hal

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

Transkripsi:

41 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian eksperimen kuasi untuk mengkaji pengaruh model Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa Sekolah Dasar ini mengambil lokasi SD Negeri Sindangsari Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013 atas dasar pertimbangan sebagai berikut: a. Kualifikasi guru-guru yang bertugas rata-rata sudah berkualifikasi D2 dan S1 sehingga diharapkan dapat membantu peneliti dalam memberikan arahan dan masukan-masukan yang bersifat membangun. b. SD Negeri Sindangsari merupakan salah satu SD yang memiliki kelas IV sebanyak tiga rombongan belajar, yaitu kelas IVA dan IVB dan IVC, sehingga memudahkan peneliti untuk menentukan ke dua kelas tersebut sebagai kelas kontrol (KK) dan kelas eksperimen (KE) 2. Populasi Arikunto (2010: 173) mengungkapkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari pendapat Arikunto tersebut dapat diketahui bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah kelas 4, 5, dan 6 SD Negeri Sindangsari yang merupakan kelas tinggi yang mendapatkan pelajaran membaca pemahaman. 3. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu. (Sugiyono, 2009: 81). Cara pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 68). Pengambilan sampel ini tidak 41

42 memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi anggota populasi, tetapi berdasarkan pada pertimbangan tertentu dan berdasarkan kebutuhan peneliti. Adapun yang ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah kelas IVA sebagai kelas kontrol, dan kelas IVC sebagai kelas ekaperimen. B. Desain dan Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group Design yaitu suatu kelompok subyek sebagai kelompok eksperimen dan kelompok yang kedua sebagai kelompok kontrol, dan pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan peneliti (Sugiyono, 2009: 79). Kelompok eksperimen menggunakan model Cooperative Learning Jigsaw, yaitu membaca, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok inti dan evaluasi berupa tes. Sebelum diberi perlakuan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, akan dilakukan pretes (tes awal) membaca pemahaman terhadap kelas eksperimen maupun terhadap kelas kontrol. Setelah dilakukan pretes, kemudian kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw sebagaimana tersebut di atas, sementara itu kelompok kontrol tidak diperlakukan sama seperti kelompok eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan model konvensional atau mengikuti standar yang berlaku di sekolah tersebut. Setelah kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, kemudian dilakukan postes (tes akhir) terhadap materi membaca pemahaman yang telah disampaikan pada periode pelaksanaan eksperimen. Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan terikat yang dapat dibedakan sebagai berikut. 1. Variabel bebas : model Cooperative Learning tipe Jigsaw 2. Variabel terikat : membaca pemahaman Gambaran dari desain penelitian ini dapat dinyatakan dalam tabel sebagai berikut: O₁ X O₂ O₃ O₄ tipe

43 Keterangan: O₁ dan O₃ = Pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen O₂ dan O₄ = Postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen X = Penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw pada kelas eksperimen Pengaruh penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah (O₂ - O₁) (O₄ - O₃). (Sugiyono, 2009: 79). C. Metode Penelitian Penelitian ini bermaksud mengkaji sebab akibat penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran membaca pemahaman di Sekolah Dasar. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu (Quasi-experimental research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat diperoleh yang sebenarnya dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. (TR, 2010: 15). Penelitian ini memiliki kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, di mana kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, sedangkan kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapat perlakuan model Cooperative Learning tipe Jigsaw. D. Definisi Operasional Penelitian Dalam kajian terdapat istilah-istilah yang perlu dijelaskan maknanya guna memenuhi rambu-rambu penelitian dan juga memahami makna yang dimaksud di dalam naskah penelitian. Istilah-istilah dimaksud adalah: 1. Kemampuan membaca pemahaman Membaca pemahaman adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan bertujuan untuk memahami, menafsirkan dan memperoleh isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Dalam penelitian ini membaca pemahaman yang akan

44 dikaji adalah pada tingkat Sekolah Dasar, yaitu di kelas tinggi, yang bertujuan agar siswa mampu memahami, menafsirkan serta menghayati isi bacaan. 2. Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Model Cooperative Learning tipe Jigsaw merupakan model Cooperative Learning dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, proses pembelajaran yang berlangsung dapat lebih bermakna. Dalam kelas Jigsaw, siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang disebut dengan kelompok inti (asal), masing-masing anggota kelompok dalam kelompok inti diberikan teks bacaan dengan topik yang berbeda tetapi dalam tema yang sama. Kemudian siswa yang mendapatkan teks bacaan dengan tema yang sama bergabung menjadi satu kelompok yang disebut dengan kelompok ahli, dalam kelompok ahli siswa mempelajari teks bagiannya tersebut dan mendiskusikan dengan sesama temannya di kelompok ahli tersebut. Setelah itu, siswa kembali lagi ke kelompo inti, di dalam kelompok inti siswa dengan ahli yang berbeda-beda secara bergiliran menjadi tutor untuk mengajari teman-temannya, mengungkapkan pemahamannya dan meyampaikan informasi dari yang di dapat setelah mereka memperolehnya di kelompok ahli. E. Instrumen Penelitian 1. Tes Tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui prestasi belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman. Tes ini berupa tes perolehan hasil membaca pemahaman siswa. Arikunto (2010: 193) menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

45 individu atau kelompok. Pada penelitian ini, tes diberikan untuk mengukur pencapaian pemahaman siswa terhadap isi teks bacaan yang telah dibaca. Tes yang digunakan adalah posttest, yaitu tes yang diberikan setelah perlakuan diberikan. Tipe tes yang akan diberikan berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. 2. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen. Observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas, kinerja, partisipasi dan keterampilan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. (Arikunto, 2010: 199). Dari pengertian tersebut observasi sebagai alat pengumpul data memusatkan perhatian pada objek yang diteliti dengan menggunakan seluruh indra. Pada proses pengamatan, peneliti menggunakan observasi sistematis, di mana pengamat mengamati objek penelitian dengan menggunakan pedoman pengamatan observasi atau sistem tanda (sign system), yang berisi daftar jenis kegiatan yang akan diamati. Observator (pengamat) tinggal memberikan tanda pada kolom tempat kegiatan atau peristiwa tersebut muncul. F. Prosedur Penelitian Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap perencanaan; (2) tahap pelaksanaan; (3) tahap refleksi dan evaluasi. Tahapan-tahapan di atas terperinci sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan Terdapat beberapa hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: a. Identifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merecanakan pembelajaran serta alat dan bahan yang digunakan.

46 b. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian. c. Menentukan dan memilih sampel dari populasi yang telah ditentukan. d. Menyusun instrumen penelitian. e. Menyusun instrumen evaluasi berupa tes objektif. f. Melakukan uji coba instrumen evaluasi yang akan digunakan agar diketahui kualitasnya. Uji coba instrumen evaluasi diberikan kepada siswa yang bukan merupakan sampel penelitian tetapi dalam populasi yang sama, dan mempunyai kemampuan yang setara dengan siswa yang dijadikan sampel penelitian. g. Analisis kualitas atau kriteria instrumen evaluasi, dengan menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda 18 soal yang akan diujikan. 2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas pelaksanaan pretest, perlakuan dan pelaksanaan posttest, yang akan dijabarkan sebagai berikut: a. Pelaksanaan pretes (tes awal) Pretes dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap teks membaca pemahaman yang akan diujikan dengan tes berjumlah 12 soal. Pretest dilakukan di kedua kelas yang dijadikan sampel penelitian, yaitu di kelas kontrol dan di kelas eksperimen. b. Perlakuan Perlakukan dilaksanakan selama 1 kali pertemuan. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan terlampir dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun (lihat lampiran 1). Kelas IVC sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran membaca menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, sedangkan kelas IVA sebagai kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran membaca sebagaimana biasanya dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

47 c. Pelaksanaan postes (tes akhir) Postes dilaksanakan untuk menguji pengetahuan siswa terhadap teks membaca pemahaman setelah diberikan perlakuan tertentu dengan tes berjumlah 12 soal, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Hasil postes tersebut selanjutnya dibandingkan dengan hasil pretes di kedua kelas yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian data-data hasil pretes dan postes diolah dalam pengolahan data. 3. Tahap Evaluasi Pada tahap ini, data pretes dan postes siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dikumpulkan untuk diolah kemudian dilakukan uji normalitas, homogenitas dan pengujian hipotesis penelitian. G. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji validitas Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010: 348). Uji validitas dapat ditentukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment, yang dikemukakan oleh Person. Adapun rumus validitas yang digunakan yaitu dengan angka kasar, sebagai berikut (Arikunto, 2010: 72): r XY = NΣXY ΣX (ΣY) (NΣX 2 ΣX) 2 (NΣY 2 ΣY) 2 Keterangan: r XY : Koefisiensi korelasi antara X dengan Y X : Hasil tes membaca yang dicari validitasnya. Y : Nilai rata-rata harian.

48 Tabel 3.1. Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment Angka korelasi Makna 0,800 < r xy 1,000 Sangat Tinggi 0,600 < r xy 0,799 Tinggi 0,400 < r xy 0,599 Cukup Tinggi 0,200 < r xy 0,399 Rendah 0,000 < r xy 0,199 Sangat Rendah (Riduwan, 2012: 98) Hasil analisis uji validitas instrumen dari 18 soal yang telah diuji coba pada siswa kelas IV B SDN Sindangsari adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Tingkat Validitas Instrumen Tes Membca Pemahaman No. Nilai Interpretasi t hitung t tabel Keterangan Soal Koefisien Validitas 1 0,443 Cukup tinggi 2,856 > 1,697 Valid 2 0,170 Sangat rendah 1,006 < 1,697 Tidak Valid 3 0,576 Cukup tinggi 4,153 > 1,697 Valid 4 0,337 Rendah 2,108 > 1,697 Valid 5 0,218 Rendah 1,316 < 1,697 Tidak Valid 6 0,222 Rendah 1,316 < 1,697 Tidak Valid 7 0,417 Cukup tinggi 2,696 > 1,697 Valid 8 0,478 Cukup tinggi 3,192 > 1,697 Valid 9 0,60 Tinggi 4,374 > 1,697 Valid 10 0,481 Cukup Tinggi 3,192 > 1,697 Valid 11 0,022 Sangat Rendah 0,530 < 1,697 Tidak Valid 12 0,428 Cukup tinggi 2,885 > 1,697 Valid 13 0,426 Cukup tinggi 2,885 > 1,697 Valid 14 0,547 Cukup tinggi 3,839 > 1,697 Valid

49 15 0,498 Cukup tinggi 3,365 > 1,697 Valid 16 0,284 Rendah 1,670 < 1,697 Tidak Valid 17 0,600 Tinggi 4,374 > 1,697 Valid 18 0,548 Cukup tinggi 3,839 > 1,697 Valid Dari 18 soal untuk menguji kemampuan membaca pemahaman tersebut telah dihitung hasilnya dan diperoleh 5 soal (soal nomor 2, 5, 6, 11 dan 16) tidak valid dan memiliki validitas rendah. Soal nomor 4 adalah soal yang valid tapi memiliki validitas rendah sehingga tidak akan digunakan dalam penelitian sebagai soal tes. 10 soal (soal nomor 1, 3, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, dan 18) mempunyai validitas cukup tinggi dan 2 soal (soal nomor 9 dan 17) memiliki validitas tinggi. Jadi soalsoal yang akan digunakan dalam penelitian sebagai soal pretes dan postes adalah soal yang memiliki validitas cukup tinggi dan tinggi terdapat 12 soal (soal nomor 1, 3, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15 17, dan 18). Perhitungan lengkap terdapat dalam lampiran 4 halaman 106-115. 2. Uji Reliabilitas Arikunto (2010: 86) mengungkapkan bahwa, reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau memiliki keajegan. Seandainya ada perubahan pada hasil tes, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Adapun dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas menggunakan metode Belah Dua (Split Half Method) Spearman Brown dengan rumus (Akdon dan Hadi, 2005: 148) : Keterangan: r 11 : reliabilitas yang dicari r 11 = 2. rb 1 + rb rb: korelasi product moment antara belahan ganjil genap atau awal akhir

50 Tabel 3.3. Interpretasi Derajat Reliabilitas Nilai r 11 Interpretasi r 11 < 0,20 Sangat Rendah 0,20 r 11 < 0,40 Rendah 0,40 r 11 < 0,70 Sedang 0,70 r 11 < 0,90 Tinggi 0,90 r 11 < 1,00 Sangat Tinggi Guilford (Suherman, 2003 : 139) Perhitungan reliabilitas terdapat pada lampiran halaman 116-117. Hasil pengujian reliabilitas 18 item soal membaca pemahaman diperoleh nilai uji reliabilitas sebagai berikut: Tabel 3.4. Tingkat Reliabilitas Instrumen Tes Membaca Pemahaman No r 11 Makna r tabel Keterangan Soal 1 0,611 Sedang > 0,339 Reliabel 2 0,253 Rendah < 0,339 Tidak Reliabel 3 0,734 Tinggi > 0,339 Reliabel 4 0,404 Sedang > 0,339 Reliabel 5 0,360 Rendah > 0,339 Reliabel 6 0,360 Rendah > 0,339 Reliabel 7 0,591 Sedang > 0,339 Reliabel 8 0,649 Sedang > 0,339 Reliabel 9 0,750 Tinggi > 0,339 Reliabel 10 0,649 Sedang > 0,339 Reliabel 11 0,043 Rendah < 0,339 Tidak Reliabel 12 0,601 Sedang > 0,339 Reliabel 13 0,601 Sedang > 0,339 Reliabel 14 0,710 Tinggi > 0,339 Reliabel 15 0,666 Sedang > 0,339 Reliabel 16 0,437 Sedang > 0,339 Reliabel 17 0,750 Tinggi > 0,339 Reliabel 18 0,709 Tinggi > 0,339 Reliabel

51 Dari 18 soal yang diujikan telah dihitung reliabilitasnya, dari perhitungan diperoleh 5 soal (soal nomor 3, 9, 14, 17 dan 18) memiliki reliabilitas tinggi, 9 soal (soal nomor 1, 4, 7, 8, 10, 12, 13, 15 dan 16) memiliki reliabilitas sedang, dan 4 soal (soal nomor 2, 5, 6, dan 11) memiliki reliabilitas rendah. 3. Uji Daya Pembeda Daya pembeda digunakan untuk mengukur apakah soal dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah (kurang). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus (Arikunto, 2007: 213) : Keterangan: DP = daya pembeda J = jumlah peserta tes DP= BA - BB JB JB = PA -PB JA = banyaknya peserta tes kelompok atas JB = banyaknya peserta tes kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan adalah: D : 0,00 0,20 : jelek D : 0,20 0,40 : cukup D : 0,40 0,70 : baik D : 0,70 1,00 : baik sekali D : negatif, semuanya tidak baik

52 Tabel 3.5. Tingkat Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Nomor Item Soal Nilai Interpretasi 1 0,60 Baik 2 0,00 Jelek 3 0,70 Baik Sekali 4 0,30 Cukup 5 0,20 Cukup 6 0,10 Jelek 7 0,40 Baik 8 0,40 Baik 9 0,50 Baik 10 0,50 Baik 11 0,00 Jelek 12 0,60 Baik 13 0,40 Baik 14 0,40 Baik 15 0,60 Baik 16 0,20 Cukup 17 0,80 Baik Sekali 18 0,70 Baik Sekali Dari 18 soal untuk menguji kemampuan membaca pemahaman tersebut diperoleh 9 soal (soal nomor 1, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, dan 15) memiliki daya pembeda baik. Soal nomor 3, 17, dan 18 memiliki daya pembeda baik sekali. sedangkan untuk soal nomor 4, 5, dan 16 memiliki daya pembeda cukup dan soal nomor 2, 6 dan 11 memiliki daya pembeda cukup, sehingga nomor-nomor soal yang meiliki daya pembeda cukup dan jelek, tidak digunakan dalam penelitian. Jadi soal-soal yang akan digunakan dalam penelitian sebagai soal pretes dan postes adalah soal yang memiliki daya pembeda baik dan baik sekali, yaitu terdapat 12 soal (soal nomor 1, 3, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15 17, dan 18). Perhitungan lengkap tersaji pada lampiran halaman 118-119.

53 4. Analisis Tingkat Kesukaran Arikunto (2007: 207) mengungkapkan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal, digunakan rumus (Arikunto, 2007: 208): Rumus: P = B JS Keterangan: P : tingkat kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2007: 208): a) Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar b) Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang c) Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah Tabel 3.6. Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Membaca Pemahaman Nomor Item Soal Nilai Interpretasi 1 0,47 Sedang 2 0,75 Mudah 3 0,55 Sedang 4 0,30 Sukar 5 0,61 Sedang 6 0,08 Sukar 7 0,70 Mudah 8 0,55 Sedang 9 0,36 Sedang 10 0,58 Sedang

54 11 0,11 Sukar 12 0,44 Sedang 13 0,47 Sedang 14 0,11 Sukar 15 0,58 Sedang 16 0,14 Sukar 17 0,58 Sedang 18 0,58 Sedang Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari analisis tingkat kesukaran soal membaca pemahaman terdapat dua soal mudah, 12 soal sedang dan lima soal sukar. Soal dengan kriteria sukar, sedang maupun mudah dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan lengkap tersaji pada lampiran halaman 120-121. H. Analisis Data Data hasil tes yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diolah. Teknik yang digunakan yaitu pengolahan kuantitatif dari hasil pretes dan postes untuk kemudian diteliti dan ditabulasikan untuk mengetahui rata-rata, standar deviasi, dan variansi. Setelah itu dilakukan uji normalitas, homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata. 1. Uji Normalitas Uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara, dalam penelitian ini digunakan Uji Liliefors untuk menguji normalitas sebab instrumen tes yang digunakan adalah pilihan objektif atau data tunggal, dengan rumus sebagai berikut: L o = F (z) S (z) Syah (Ratna, 2012: 38)

55 Keterangan: Lo : Liliefors F (z) : Proporsi kumulatif S (z) : Frekuensi kumulatif Adapun langkah-langkah penghitungan normalitas data dengan menggunakan Liliefors adalah sebagai berikut: a. Membuat tabel dengan kolom nilai (x), z, F(x), S(x), dan F(x)-S(x). b. Menentukan z-score dengan rumus: Keterangan : z : skor z x i : batas atas kelas interval x : nilai rata rata s : simpangan baku z = x i x s Ruseffendi (Wulansuci, 2012: 59) c. Menentukan luas daerah z atau proporsi kumulatif F(x) dengan cara : z tabel + 0,5 (untuk z-score positif) dan 0,5 z tabel (untuk z-score negatif). d. Menentukan S(x) dengan rumus: S x = Nomor Data N (Banyak subjek) e. Menentukan nilai F(x)-S(x). f. Cari nilai F(x)-S(x) terbesar sebagai penguji normalitas. g. Bandingkan F(x)-S(x) dengan nilai kuantil liliefors pada tabel, dengan taraf signifikansi =0,05 dan nilai N yang sesuai.

56 2. Uji Homogenitas Setelah melakukan uji normalitas data, maka akan diketahui bahwa data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal, pengolahan data dapat dilanjutkan dengan menguji homogenitas. Uji homogenitas mengindikasikan kehomogenan data dalam mewakili populasi yang sama. Namun apabila salah satu data dari populasi tidak berdistribusi normal, maka pengolahan data dapat dilanjutkan dengan perhitungan statistik non-parametrik. Uji homogenitas sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Varians terbesar F hitung = Varians terkecil Riduwan (2009: 158) Kriteria pengujian: Jika: F hitung > F tabel, tidak homogen. Jika: F hitung < F tabel, homogen. 3. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Jika populasi berdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan menggunakan statistik parametrik dengan rumus uji-t. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut. Hipotesis Nol : Tidak ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen (tidak ada pengaruh). H 0 : 1 = 2 (Tidak berbeda) Hipotesis Alternatif : Terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen H 1 : 1 2 (berbeda) Tolak H 0 dan Terima H 1 : t h > t b

57 Jumlah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda (n 1 n 2 ) dan kedua populasi homogen, maka uji perbedaan rata-rata menggunakan rumus uji-t Polled Varian, yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 138) : t = X 1 X 2 (n 1 1)s 2 2 1 + (n 2 1)s 2 n 1 + n 2 2 1 n 1 + 1 n 2 Sedangkan jika varian tidak homogen, maka dilakukan uji-t dengan rumus separated varian, yaitu sebagai berikut : t = X 1 X 2 s 1 2 2 n 1 + s 2 n 2 Populasi tidak selalu berdistribusi normal, Jika populasi tidak berdistribusi normal maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji nonparametrik, yaitu uji Mann Withney U-Test, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Kedua sampel digabungkan dan diberi peringkat. b. Hitung U 1 dan U 2, dengan cara: U 1 = n 1 n 2 + n1(n1+1) 2 U 12 = n 1 n 2 + n2(n2+1) 2 n 1 R 1 n 1 R 2 Keterangan : n 1 : Jumlah sampel 1 n 2 : Jumlah sampel 2 R 1 : Jumlah peringkat 1 R 2 : Jumlah peringkat 2 Sugiyono (2010: 153)

58 c. Jika n 1 dan n 2 kurang dari sama dengan 20 maka hipotesis dapat langsung diuji dengan melihat tabel uji Mann Withney U-Test. Jika n 1 dan n 2 lebih besar dari 20, maka digunakan rumus z sebagai berikut, Ruseffendi (Wulansuci, 2012: 62): z = U 1 2 n 1n 2 n 1 n 2 n 1 + n 2 + 1 12 Nilai U yang digunakan pada rumus z di atas dipilih dari nilai U yang terkecil dari hasil penghitungan sebelumnya yaitu U 1 atau U2. Kemudian menetapkan taraf signifikansi, dan membandingkan hasil dari z hitung dengan z tabel. Jika z hitung < z tabel, maka H 0 ditolak, dan H 1 diterima. 4. Analisis Data Indeks Gain Perhitungan data indeks gain dilakukan untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan membaca pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil skor pretes dan postes siswa dianalisis untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca pemahaman. Skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dianalisis dengan cara membandingkan dengan skor pretes dan postes siswa kelas kontrol. Peningkatan kemampuan membaca pemahaman sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut, Meltzer (Putri, 2006: 79): Gain ternormalisasi (g) = skor postes skor pretes skor maksimum skor pretes Kategori gain ternormalisasi (g) menurut Meltzer (Putri, 2006: 79) adalah : g < 0,3 : rendah 0,3 < g < 0,7 : sedang 0,7 > g : tinggi

59 Setelah menghitung indeks gain, kemudian dilakukan uji normalitas, homogenitas dan uji perbedaan rata-rata terhadap indeks gain untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan membaca pemahaman antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 5. Analisis Data Non Tes a. Analisis data lembar observasi Data yang diperoleh dari hasil observasi dikelompokkan fokus pertanyaan untuk mempermudah pembacaan dan penafsiran data. Kemudian dideskripsikan untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw.