BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS. (Jurnal Skripsi) Oleh NUR RAFIANA A. SUDIRMAN SISWANTORO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

II. KAJIAN PUSTAKA. dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Joyce (Trianto, 2010: 74)

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan. masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global.

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bagaimana bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Trianto. dalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

SKRIPSI OLEH NURUL FITRI A1D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Istilah pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fungsi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

J. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SMALB AUTIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION PADA KELAS IV SD NEGERI 2 METRO SELATAN.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. IPS merupakan ilmu yang mempelajari disiplin ilmu-ilmu sosial, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan suatu gambaran keseluruhan urutan atau langkah-langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru (Komalasari, 2010: 57). Menurut Dahlan (dalam Isjoni, 2007: 49) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di dalam kelas. Begitu pula yang dinyatakan oleh Joyce (dalam Trianto, 2011: 142) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Berdasarkan pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan model pembelajaran adalah cara yang sangat berguna untuk mendesain proses

9 pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran mempunyai tujuan memudahkan siswa menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran tercapai. 2. Jenis-jenis Model Pembelajaran Seiring dengan perkembangan zaman guru harus memperhatikan model pembelajaran yang cocok untuk mengajar agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran di kelas. Menurut Majid (2013: 19) menyatakan terdapat 5 model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu: (1) Belajar tuntas (Mastery learning) (2) Belajar kontrol diri (Learning self control) (3) Latihan pengembangan keterampilan dan konsep diri (Training for skill and concept development) (4) Latihan assertif (Assertive Training) (5) Pengajaran langsung (Explicit instruction) Penjelasan setiap model yaitu sebagai berikut. Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat serta siswa dituntut untuk menguasai hampir seluruh bahan ajaran. Belajar kontrol diri (Learning self control) adalah model pembelajaran ini mengandalkan pada bagaimana siswa harus berprilaku dan siswa belajar dari dampak perilaku tersebut, serta mengendalikan lingkungannya sehingga perilaku tersebut dapat produktif. Latihan pengembangan keterampilan dan konsep diri (Training for skill and concept development) adalah model pembelajaran yang memadukan suatu keterampilan dengan penampilan, praktik, umpan

10 balik dan latihan sampai dengan tahap dikuasainya keterampilan itu. Dalam model ini banyak pula dipakai dalam bidang pengajaran yang menitikberatkan pada latihan keterampilan, dan berlaku bagi peserta didik dari berbagai usia. Latihan assertif (Assertive Training) adalah pendekatan ini ialah terciptanya komunikasi yang integratife dan jujur. Karena itu, pendekatan ini berangkat dari masalah-masalah komunikasi. Pendekatan ini dapat dipakai untuk menciptakan lingkungan belajar yang produktif dalam berbagai tingkatan kelas. Pembelajaran langsung (Explicit instruction) merupakan suatu model yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedur yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Berdasarkan model-model pembelajaran yang telah dijelaskan di atas maka peneliti memilih model pembelajaran explicit instruction karena model ini menekankan pada pendekatan guru dan siswa sehingga siswa dapat lebih mengerti tentang materi yang diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. 3. Pengertian Model Explicit Instruction Model explicit instruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung. Menurut Aunurrahman (2009:169) mengemukakan bahwa explicit intruction atau yang dikenal sebagai pengajaran langsung merupakan

11 suatu model dimana kegiatan terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula. Menurut Roshenshina & Stevens (dalam Tampubolon, 2014: 103) model pembelajaran kooperatif tipe explicit instruction adalah metode pembelajaran langsung yang khusus dirancang untuk mengembangkan cara belajar siswa didik tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa yang berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang tersruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah (Majid, 2013: 72). Keutamaan pembelajaran langsung ini adalah menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran yang disampaikan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Explicit Instruction, menurut Kardi (dalam Huda, 2013: 186) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Model ini merupakan model pembelajaran secara langsung agar siswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran. Hal ini dapat lebih mendekatkan siswa dengan guru secara internal sehingga siswa tidak malu lagi dalam bertanya tentang hal yang belum mereka pahami.

12 Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model explicit instruction adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk pendekatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran 4. Kelebihan dan Kelemahan Model Explicit Instruction Model-model pembelajaran selalu memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan model explicit instruction. Menurut Kardi (dalam Huda 2013: 187 189) mengungkapkan explicit instruction memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut. a. Kelebihan Model Explicit Instruction 1. Guru bisa mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga guru dapat mempertahankan fokus apa yang harus dicapai oleh siswa. 2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. 3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan. 4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur. 5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah. 6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relative singkat dan dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa. 7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan antusias siswa. b. Kelemahan Model Explicit Instruction 1. Terlalu bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilikasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat, sementara tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, sehingga guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.

13 2. Kesulitan untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa. 3. Kesulitan siswa untuk mengembangkan keterampilan social dan interpersonal yang baik. 4. Kesuksesan strategi ini hanya bergantung pada penilaian dan antusiasme guru di ruang kelas 5. Adanya berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik strategi explicit instruction, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, keingintahuan siswa. Berdasarkan kutipan di atas, kelebihan model explicit instruction yaitu dalam model pembelajaran yang mampu mengendalikan isi materi dan urutan informasi, menekankan poin-poin penting atau kesulitankesulitan yang mungkin dihadapi siswa, menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan konsep serta mengajarkan pengetahuan faktual,dan keterampilan, serta memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan. Walaupun kelemahannya terdapat pada kesulitan untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa, tidak mengembangkan keterampilan sosial siswa tetapi itu tidak menjadi penghalang karena guru akan berperan aktif dalam proses pengembangan diri setiap siswa untuk memperoleh hasil yang baik dengan menggunakan model ini. 5. Langkah-langkah Model Explicit Instruction Model pembelajaran explicit instruction memiliki langkah-langkah dalam penggunaannya seperti halnya model pembelajaran lainnya.

14 Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran explicit instruction adalah sebagai berikut: Menurut Roshenshina & Steven (dalam Saur Tampubolon, 2014: 103) mengungkapkan, langkah-langkah pembelajaran ini sebagai berikut: a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan proses c. Membimbing pelatihan d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan-balik e. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan Langkah-langkah pembelajaran model explicit instruction menurut Huda (2013:187) adalah: a. Tahap 1: Orientasi Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar. b. Tahap 2: Presentasi Guru mendemontrasikan materi pelajaran, baik berupa keterampilan maupun konsep atau menyajikan informasi tahap demi tahap. c. Tahap 3: Latihan Terstruktur Guru merencanakan dan memberikan bimbingan intruksi awal kepada siswa. d. Tahap 4: Latihan Terbimbing Guru memeriksa apakah siswa telah berhasil malaksanakan tugas dengan baik dengan memberinya kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan, lalu melihat apakah mereka berhasil memberi umpan balik yang positif atau tidak. e. Tahapan 5: Latihan Mandiri Guru merencanakan kesempatan untuk melakukan intruksi lebih lanjut dengan berfokus pada situasi yang lebih kompleks atau kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti akan menggunakan langkah-langkah menurut Roshenshina & Steven yaitu: a. Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. b. Guru mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan proses. c. Guru membimbing latihan untuk pemahaman konsep. d. Guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan-balik.

15 e. Guru memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan. Peneliti menggunakan langkah-langkah menurut Roshenshina & Steven dikarenakan langkah-langkah tersebut mudah dipahami serta dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kecil. Selain itu apabila dilakukan dengan baik, akan menunjang keberhasilan proses pembelajaran. B. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya. Seseorang dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama. Perubahan tingkah laku itu tidak muncul begitu saja, tetapi sebagai akibat dari usaha orang tersebut. Menurut Rusman (2012: 134) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Selanjutnya Suyono & Hariyanto (2013: 9) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

16 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku, akibat hasil dari pengalaman yang diperoleh dari interaksi individu dengan lingkungan dan dunia nyata. Melalui proses belajar seseorang akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik. 2. Aktivitas Belajar Aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Oleh karna itu, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Keaktifan siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan penting, sebab aktivitas belajar siswa merupakan faktor utama penentu keberhasilan dalam proses belajar. Menurut Dimyati & Mudjiono (2006: 236) aktivitas belajar yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam belajar di sekolah untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam belajar. Selanjutnya, Kunandar (2010: 227) menyatakan bahwa aktivitas siswa merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan belajar. Menurut Sardiman (2001: 99) belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada melakukan aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interkasi belajar mengajar. Aspek yang dinilai dalam aktivitas siswa yaitu mendengarkan penjelasan guru, tertib

17 terhadap instruksi yang diberikan oleh guru, antusias/semangat mengikuti pembelajaran, melakukan kerjasama dengan anggota kelompok Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam belajar di sekolah yang melibatkan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan yang menunjang keberhasilan belajar. Adapun indikator dari aktivitas dalam penelitian ini adalah: 1. Mendengarkan penjelasan guru 2. Tertib terhadap instruksi yang diberikan oleh guru 3. Antusias/semangat mengikuti pembelajaran 4. Melakukan kerjasama dengan anggota kelompok 3. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan dampak yang diperoleh dari kegiatan belajar yang ditandai dengan adanya perubahan sikap, perilaku dan kemampuan keterampilan siswa setelah menerima pembelajaranan yang disampaikan oleh guru sehingga dapat menerapkan dan mengimplementasikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hamalik (2011: 30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Seiring pendapat tersebut, Susanto (2013: 5) mengungkapkan bahwa hasil belajar yaitu

18 perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Lebih lanjut Bloom (dalam Sudjana, 2010: 22-23) mengungkapkan bahwa: 1. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. Berdasarkan model explicit instruction, hasil belajar siswa diperoleh dari hasil nilai tes tertulis siswa. 2. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, percaya diri dan santun. a) Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. b) Disiplin adalah tindakan nyang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan. c) Tanggung jawab adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk social, individu dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. d) Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap suatu perbedaan. e) Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berkuat atau bertindak. f) Kerja sama adalah sikap tolong menolong dalam pergaulan dalam kegiatan sehari-hari. 3. Ranah Psikomotor adalah menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan anak yang beriman dan berakhlak mulia. Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan individu setelah melalui proses belajar. Perubahan kemampuan itu meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Indikator hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari hasil belajar siswa dalam menjawab soal tes yang diberikan oleh guru. Indikator hasil belajar ranah afektif adalah disiplin, tanggungjawab dan jujur. Sedangkan, Indikator hasil belajar pada ranah psikomotor adalah

19 1) Menulis dengan tulisan yang jelas dan rapih 2) Mengangkat tangan pada saat mengemukakan pendapat 3) Mengumpulkan tugas sesuai dengan yang diinstruksikan 4) Menanggapi pendapat teman 5) Melakukan komunikasi untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran antara siswa dan guru C. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian IPS IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan sosial baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Secara umum pengertian IPS memusatkan pada aktivitas kehidupan manusia dan lingkungannya yang meliputi masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan interaksinya dengan aspek keadaan geografis wilayahnya. Materi pendidikan IPS berasal dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial yang kemudian diorganisasi dan disederhanakan untuk kepentingan pendidikan. Pendidikan IPS memiliki karakteristik tersendiri setiap jenjang pendidikannya yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia siswa. Seperti yang tertuliskan dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, diantaranya adalah: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.

20 Menurut Sapriya (2007: 24) menyatakan bahwa pendidikan IPS di SD dikembangkan dan digali dari kehidupan sehari-hari masyarakat, yaitu berpijak pada kenyataan kehidupan yang riil dengan mengangkat isu-isu yang sangat berarti dari mulai kehidupan yang dekat dengan siswa sampai dengan kehidupan yang luas darinya. Selanjutnya, Sapriya dkk. (2006: 3) menjelaskan bahwa IPS adalah perpaduan dari pilihan konsepkonsep ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi dan lain sebagainya yang diperuntukan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan, IPS adalah pembelajaran ilmu sosial yang disederhanakan untuk pembelajaran pada tingkat persekolahan. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial yang mempelajari tentang aktivitas dan interaksi sosial manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial manusia dan peradabannya serta mempelajari serta menelaah gejala dan masalah sosial di masyarakat dari berbagai kehidupan yang disajikan secara ilmiah untuk mencapai tujuan pendidikan. 2. Tujuan Pembelajaran IPS Pembelajaran IPS memiliki tujuan utama untuk mendidik dan memberikan pengetahuan serta informasi tentang keadaan sosial budaya serta perkembangan dan peradaban serta interaksi sosial yang terjadi di lingkungan sekitar dan seluruh kehidupan manusia. Menurut Solihatin & Raharjo (2009: 15) menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal

21 kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selanjutnya, Isjoni (2007: 43) menyatakan bahwa tujuan umum pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat dalam kehidupan sehari-hari.

22 D. Hasil Penelitian yang Relevan Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model explicit instruction dalam pembelajaran, antara lain penelitian yamg dilakukan oleh. Hidayatullah (2014) yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik Menggunakan Model Explicit Instruction kelas IV C SD Negeri 8 Metro Timur dan Selvie Emmie Rangian (2014) Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Mengenal Pecahan Sederhana di Kelas III SD GMIM I Tinoor. Persamaan kedua penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah model yang digunakan yaitu model ixplicit Instruction. Persamaan berikutnya adalah pada peningkatan yang diharapkan, yaitu peningkatan hasil belajar siswa. Sementara perbedaannya adalah subjek yang diteliti, penilaian yang dilakukan, waktu dan tempat penelitian. Kedua penelitian di atas cukup relevan kerena penelitian tersebut mengungkap keberhasilan penerapan model explicit instruction yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian mengenai model explicit instruction lebih lanjut. E. Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah input (kondisi awal), tindakan, dan output (kondisi akhir). Input dari penelitian ini yaitu guru masih belum optimal mengadakan variasi model, kurangnya perhatian guru dalam memahami kesulitan yang dihadapi siswa secara personal sehingga yang miliki

23 daya tangkap lebih yang mampu memahami pembelajaran, saat tanya jawab ada beberapa siswa yang terlihat diam saja ada juga yang terlihat ragu dan takut untuk mengemukakan pendapatnya dan guru belum optimal dalam membangun komunikasi antar siswa sehingga komunikasi dalam pembelajaran kurang efektif, kurangnya minat dan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan. Salah satu alternatif untuk memperbaiki pembelajaran tersebut yaitu dengan menerapkan model explicit instruction suatu pembelajaran yang dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran pentingnya mempelajari materi pelajaran, guru mendemostrasikan materi pelajaran serta menyajikan informasi secara konkrit dan spesifik hingga siswa memahami materi yang disampaikan dalam pembelajaran, guru memberikan latihan dan membimbing siswa dalam memahami soal dan tata cara pengerjaan, guru mengecek hasil tugas dan memberi umpan balik, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan lanjutan agar siswa lebih memahami pelajaran yang telah disampaikan. Hasil yang diharapkan yaitu meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator yang ditetapkan yaitu: 1. Persentase aktivitas siswa yang memperoleh kategori aktif mencapai 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. 2. Persentase hasil belajar kognitif siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan sehingga mencapai 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.

24 Input (Kondisi awal) 1. Guru kurang bervariasi menggunakan model atau metode dalam pembelajaran, sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. 2. Kurangnya perhatian guru dalam memahami kesulitan yang dihadapi siswa sehingga yang miliki daya tangkap lebih yang mampu memahami pembelajaran yang diberiakn guru. 3. Guru belum optimal menerapkan pembelajaran informasi dan pengetahuan berdasarkan kenyataan dalam kehidupan seharihari. 4. Saat tanya jawab ada beberapa siswa yang terlihat diam saja ada juga yang terlihat ragu dan takut untuk mengemukakan pendapatnya. 5. Guru belum optimal dalam membangun komunikasi antar siswa sehingga komunikasi dalam pembelajaran kurang efektif. 6. Kurangnya minat dan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan. Tindakan 1. Guru menjelaskan tujuan dan mempersiapakan siswa 2. Guru mendemostrasikan materi pelajaran serta menyajikan informasi secara konkrit dan spesifik hingga siswa memahami materi yang disampaikan dalam pembelajaran. 3. Guru memberikan latihan pemahaman konsep 4. Guru mengecek hasil tugas dan memberi umpan balik 5. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan lanjutan agar siswa lebih memahami pelajaran yang telah disampaikan. Output (kondisi akhir) 1. Persentase aktivitas siswa yang memperoleh kategori aktif mencapai 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. 2. Persentase hasil belajar kognitif siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan sehingga mencapai 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

25 F. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian sebagai berikut Apabila dalam pembelajaran IPS menerapkan model explicit instruction sesuai langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 10 Metro Timur Tahun Pelajaran 2014/2015.