KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN ACARA MENJELANG TAHUN BARU 2005

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENYELENGGARAAN DISKOTIK

ZâuxÜÇâÜ cüéñ Çá WtxÜt{ ^{âáâá \uâ~éàt ]t~tüàt

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MADIUN

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG WAKTU PENYELENGGARAAN INDUSTRI PARIWISATA DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA IMPRESARIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 166 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANJAR

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 6 TAHUN 2002 (6/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA PERJALANAN WISATA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 8 Tahun 2002 Seri: C

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SALINAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJALENGKA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN PENYEBAB KEBAKARAN. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KOTA SORONG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSU IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG IZIN MENDIRIKAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS NOMOR 94 TAHUN 2004 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONVENSI, PERJALANAN INSENTIF DAN PAMERAN

WALIKOTA PALANGKA RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

WALIKOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 14TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI D

Transkripsi:

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 118 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN INDUSTRI PARIWISATA DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang a. bahwa petunjuk pelaksanaan pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan Usaha Pariwisata di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana ditetapkan dengan Krputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 190 Tahun 1998 sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut huruf a, dan sebagai pelaksanaan lebih lanjut ketentuan Pasal 42 eraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan serta dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Perlwisata, perlu menetapkan kembali petunjuk pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan industri pariwisata di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan keputusan Gubernur. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan; 2. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tenfc:ng Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta; 3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 4. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khu^u? Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 5. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan; 6. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1101 Tahun 1993 tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Kepala Suku Dinas Pariwisata Kotamadya untuk melaksanakan sebagian tugas di Bidang Kepariwisataan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

7. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta; 5. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 13 Tahun 2002 tentang Susunan Orgaj^sasl dan Tata Kerja Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN INDUSTRI PARIWISATA DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. BAB I KETENTUAN UMLM Pasal 1 Dalam keputusan ini, yang dimaksud dengan : 1. Pemerintahan Daerah adalah Pemerirviah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Gubernur adalah Gubernur Propinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta. 3. Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 4. Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat adalah Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 5. Kepala Dinas Pariwisata adalah Kepali- Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat adalah Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 7. Suku Dinas Pariwisata adalah Suku Dinas Pariwisata Kotamadya dan Kabupaten Administrasi di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 8. Suku Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat adaiah Suku Dinas Ketenteraman Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Kotamadya dan Kabupaten Administrasi di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 9. Kepala Suku Dinas Pariwisata adalah Kepala Suku Dinas Pariwisata Kotamadya dan Kabupaten Administrasi di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

10 Kepala Suku Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat adalah Kepala Suku Dinas Keonteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Kotamadya dan Kabupaten Administrasi di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 11. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha atraksi wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut. 12. Industri Pariwisata adalah kumpulan jenis usaha yang meliputi akomodasi, penyediaan makanan dan minuman, jasa pariwisata serta rekreasi dan hiburan. 13. Pengawasan adalah serangkaian tindakan petugas pengawasan untuk memperoleh data dan informasi mengenai penyelenggaraan industri pariwisata, aktivitas tenaga kerja pariwisata serta mencegah terjadinya pelanggaran. 14. Tenaga Kerja Pariwisata adalah tenaga kerja pada industri di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. BAB II PENGAWASAN Bagian Pertama Lingkup Pengawasan Pasal 2 ; Pengawasan terhadap penyelenggaraan industri pariwisata meliputi : a. perizinan yang berkaitan dengan penyelenggaraan industri pariwisata; b. kegiatan tenaga kerja pariwisata; c. sarana, prasarana dan peralatan yang digunakan dalam penyelenggaraan industri pariwisata; d. lingkungan tempat penyelenggaraan industri pariwisata; e. kegiatan, peralatan dan tenaga kerja lain yang bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku pada tempat penyelenggaraan industri pariwisata. Bagian Kedua Pelaksanaan Pengawasan Pasal 3 H (1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan industri pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dilaksanakan oleh Tim Pengawasan berdasarkan penugasan Kepala Suku Dinas Pariwisata secara : a. Rutin; b. Khusus.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan pada hari besar keagamaan, malam pergantian tahun masehi/tahun baru dan adanya laporan mengenai terjadinya pelanggaraan atau musibah dalam oenyelengggaraan industri pariwisata. Pasal 4 (1) Tim pengawasan Industri Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), terdiri dari : Pengarah : 1. Kepala Dinas Pariwisata 2. Walikotamadya/Bupati Kabupaten Administrasi Penanggungjawab : Kepala Suku Dinas Pariwisata Ketua Sekretaris Anggota : Kepala Seksi Pengawasan pada Suku Dinas Pariwisata : Unsur Suku Dinas Pariwisata ; 1. Unsur Suku Dina:; Pariwisata 2. Unsur Suku Dim;,s Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat 3. Unsur instansi terkait Sekretariat : Unsur Suku Dinas Pariwisata (2) Kepala Suku Dinas Pariwisata menetapkan sekretaris, anggota dan sekretariat Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan kebutuhan. (3) Untuk pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Kepala Suku Dinas Pariwisata dapat berkoordinasi/bantuan pengamanan kepada Kepolisian Negara. Pasal 5 Setiap pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 harus dicatat dalam Berita Acara Pengawasan dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran I keputusan ini. BAB III SANKSI ADMINISTRASI Pasal 6 Apabila dalam pelaksanaan pengawasan ditemukan pelanggaran, terhadap pemilik/pongolola/pcnonggung jawab penyelenggaraan industri pariwisata dikenakan sanksi administrasi berupa :

a. teguran lisan atau pemanggilan; b. teguran tertulis; c. penghentian atau penutupan penyelenggaraan industri pariwisata; d. pencabutan atas : 1. Izin Sementara Usaha Pariwisata (ISUP); 2. izin Tetap Usaha Pariwisata (ITUP); 3. Izin Pertunjukan Temporer (IPT); 4. rekomendasi perubahan bangunan industri pariwisata; 5. rekomendasi perpanjangan izin kerja tenaga kerja warga negara asing pendatang (TKWNAP); 6. sertifikat Profesi Kepariwisataan dan Tanda Identitas Profesi Kepariwisataan; 7. pemberian penghargaan Adikarya Wisata. Pasal 7 (1) Teguran lisan terhadap pemilik/pengelola/penanggung jawab penyelenggaraan industri pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, dilakukan oleh Tim Pengawasan apabila terbukti melakukan pelanggaran. (2) Teguran lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicatat dalam Berita Acara Teguran Lisan dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran II Keputusan ini. Pasai 8 (1) Terhadap pemilik/pengelola/penanggung jawab penyelenggaraan industri pariwisata yang terbukti melakukan pelanggaran berdasarkan laporan tertulis dari Tim Pengawasan dilakukan pemanggilan. (2) Pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditindaklanjuti untuk membuat pernyataan tertulis yang berisi kesanggupan untuk tidak mengulangi pelanggaran. (3) Pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala Suku Dinas Pariwisata dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran III keputusan ini. Pasal 9 (1) Terhadap pemilik/pengelola/penanggung jawab penyelenggaraan industri pariwisata yang tidak memenuhi panggilan atau tidak menaati pernyataan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dikenakan teguran tertulis,

(2) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Kepala Suku Dinas Pariwisata dencran menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran IV keputusan ini. (3) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sebanyak-banyaknya 3 kali dengan ketentuan sebagai berikut. a. teguran tertulis pertama dengan tenggang waktu selama 7 hari sejak surat teguran tertulis pertama diterima oleh yang bersangkutan; b. apabila teguran tertulis pertama tidak dipatuhi, dikenakan teguran tertulis kedua dengan tenggang waktu selama 5 hari terhitung sejak teguran tertulis pertama berakhir; c. apabila teguran tertulis kedua tidak dipatuhi, dikenakan teguran tertulis ketiga dengan tenggang wvktu 3 hari terhitung sejak teguran tertulis kedua berakhir. Pasal 10 (1) Apabila teguran tertulis ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf c tidak dipatuhi, Kepala Suku Dinas Pariwisata mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pariwisata untuk dilakukan tindakan penutupan dengan melampirkan : a. berita acara teguran lisan; b. surat teguran tertulis; c. surat pernyataan kesanggupan untuk tidak mengulangi pelanggaran; d. bukti-bukti lain yang diperlukan. (2) Apabila permohonan dimaksud telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu paling lama 1 hari Kepala Dinas Pariwisata meneruskan kepada Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat. (3) Setelah diterima permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam waktu paling lama 2 hari Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat harus melakukan tindakan penutupan. Pasal 11 (1) Apabila Tim Pengawasan menemukan peristiwa tindak pidana kejahatan dalam penyelenggaraan indusln pariwisata yang dilakukan oleh pemiiik/pengelola/penanggungjawab dan atau tenaga kerja dan atau pemain dan atau pengunjung, segera melaporkan peristiwa dimaksud kepada Kepolisian Negara dan melakukan tindakan penghentian kegiatan penyelenggaraan industri pariwisata yang bersangkutan.

(2) Penghentian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara : a. memerintahkan kepada pemilik/pengeloia/penanggung jawab untuk menghentikan kegiatan dengan memberitahukan alasan-alasan penghentian kegiatan dimaksud; b. mengumumkan kepada pengunjung perlunya dilakukan penghentian kegiatan serta meminta untuk meninggalkan tempat; c. menghentikan fungsi alat-alat yang digunakan untuk kegiatan dan dapat memadamkan atau menyalakan lampu penerangan pada tempat/ruangan penyelenggaraan industri pariwisata; d. menertibkan dan menjaga keamanan pengunjung, tenaga kerja dan pemilik/pengelola/penanggung jawab serta lingkungan sekitarnya; e. tidak meninggalkan lokasi sebelum pengunjung meninggalkan tempat dan situasi dalam keadaan aman; f. membuat Berita Acara penghentian kegiatan. (3) Penghentian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku 1 hari terhitung sejak penghentian kegiatan. Pasal 12 Untuk kepentingan penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil serta penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian Negara, maka terhadap industri pariwisata yang dihentikan kegiatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dilakukan penutupan oleh Tim Pengawasan. Pasal 13 Penutupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 12 dilakukan oleh Tim Penutupan Penyelenggaraan Industri Pariwisata berdasarkan penugasan Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat. Pasal 14 (1) Tim Penutupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, terdiri dari: Pengarah i 1. Gubernur Propinsi DKI Jakarta 2. Wakil Gubernur Propinsi DKI Jakarta 3. Sekretaris Daerah Propinsi DKI Jakarta 4. Kepala Dinas Pariwisata Propinsi DKI Jakarta

Penanggungjawab Ketua Sekretaris Anggota : Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Propinsi DKI Jakarta : Kepala Sub Dinas Ketenteraman. Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Propinsi DKI Jakarta : Unsur Dinas Ketenteraman. Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat : 1. Unsur Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat 2. Unsur Dinas Pariwisata 3. unsur Suku Dinas Pariwisata 4. Unsur Suku Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat 5. Unsur instansi terkait Sekretariat : Unsur Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat. (2) Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat menetapkan sekretaris, anggota dan sekretariat Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan kebutuhan. Pasal 15 Penutupan penyelenggaraan industri pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilakukan dengan cara : a. terlebih dahulu memberitahukan Icepada pemilik/pengelola/ penanggung jawab secara lisan alasan-alasan penutupan; b. dilaksanakan pada saat tidak ada pengunjung; c. apabila harus dilakukan pada saat ada pengunjung, tim mengumumkan akan dilakukan penutupan kepada pengunjung dan memerintahkan untuk meninggalkan tempat; d. menertibkan dan menjaga keamanan pengunjung tenaga, kerja dan pemilik/pengelola/penanggung jawab sertf; lingkungan sekitarnya; e. apabila keadaan sudah dinyatakan aman, penutupan dilaksanakan dengan cara : 1) menghentikan fungsi, mengumpulkan dan mengikat atau mengunci peralatan yang digunakan untuk penyelenggaraan industri pariwisata; 2) menempelkan lembar pengumuman penutupan pada pintu masuk yang di kunci atau pada tempat lain yang mudah dibaca oleh pengunjung; 3) membuat Berita Acara Penutupan Penyelenggaraan Industri Pariwisata.

Pasal 18 Dalam pelaksanaan penutupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat dapat berkoordinasi bantuan pengamanan kepada Kepolisian Negara. Pasal 17 (1) Penutupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 paling lama 30 hari sejak tanggal penutupan dan dapat dibuka kembali setelah pemilik/pengelola/penanggung jawab memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam peraturan perundangan dan menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk tidak mengulangi pelanggaran. (2) Pembukaan sebagaimana dimaksud pae,a ayat (1) dilakukan oleh Tim Penutupan berdasarkan penugasan Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat. 3. Setiap pembukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicatat dalam Berita Acara Pembukaan Atas Penutupan Penyelenggaraan Industri Pariwisata. Pasal 18 Apabila dalam jangka waktu 30 hari sejak dilakukan penutupan tidak mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), dikenakan tindakan pencabutan Izin Usaha Pariwisata (itup) oleh Kepala Dinas Pariwisata atau Suku Dinas Pariwisata sesuai dengan kewenangan tugas dan fungsinya. Pasal 19 j Terhadap penyelenggaraan pertunjukan temporer yang tidak memiliki Izin Pertunjukan Temporer (IPT) dan/atau menya.ahgunakan izin tersebut dapat dikenakan tindakan penghentian kegiatan/pertunjukan oleh tim pengawasan. Pencabutan atas ; Pasal 20 a. Izin Sementara Usaha Pariwisata (ISUP) dapat dilaksanakan apabila pemegang ISUP melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang ditetapkan dalam ISUP. b. Rekomendasi perubahan bangunan industri pariwisata dapat dilaksanakan apabila : 1. tidak melaksanakan perubahan bangunan industri pariwisata dalam jangka waktu 90 hari sejak dikeluarkan rekomendasi dimaksud; 2. melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang ditetapkan dalam rekomendasi perubahan industri pariwisata dimaksud.

c. Rekomendasi perpanjangan izin kerja tenaga Kerja Warga Negara A3ing Pendatang (TKWNAP) bidang Pariwisata dapat dilaksanakan apabila melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. d. Sertifikat Profesi Kepariwisataan dan Tanda Identitas Profesi Kepariwisataan dapat dilaksanakan apabila pemegang sertifikat melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. e. Pemberian penghargaan Adikarya Wisata dapat dilaksanakan apabila melanggar ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian penghargaan Adikarya Wisata. BAB IV LAPORAN Pasal 21 Tim pengawasan melaporkan secara tertulis hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 kepada Kepala Suku Dinas Pariwisata secara rutin/berkala. Pasal 22 Kepala Suku Dinas Pariwisata melakukan evaluasi kegiatan pengawasan serta melaporkan hasilnya secara tertulis kepada Dinas Pariwisata dan Walikotamadya/Bupati Kabupaten Administrasi paling lambat tanggal 10 setiap bulan. Pasal 23 Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat melaporkan secara tertulis setiap tindakan penutupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 kepada Gubernur selambat-lambatnya 5 hari kerja terhitung sejak tanggal penutupan dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Pariwisata serta Walikotamadya/Bupati Kabupaten Administrasi. Pasal 24 Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat melakukan evaluasi pelaksanaan penutupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, serta melaporkan hasilnya secara berkala kepada Gubernur dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Pariwisata serta Wallkotamadya/Bupatl Kabupaten Administrasi.

BAB V PEMBIAYAAN Pasal 25 Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan keputusan ini ditetapkan sebagai berikut. a. untuk kegiatan pengawasan dibebankan pada Anggaran Suku Dinas Pariwisata; b. untuk kegiatan penutupan dibebankan pada anggaran Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 26 (1) Tim pengawasan dan tim penutupan memakai pakaian Polisi Khusus (Polsus) dan atau seragam Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) atau pakaian seragam dinas lapangan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (2) Untuk kelancaran pelaksanaan pengawasan dan penutupan harus didukung sarana transportasi, komunikasi, dokumentasi dan peralatan sesuai dengan kebutuhan. Pasal 27 Setiap kegiatan yang dilakukan oleh instansi lain pada industri pariwisata harus berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata dan atau Suku Dinas Pariwisata. BAB VI! KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Hal-hal yang merupakan pelaksanaan kegiatan lebih lanjut dari keputusan ini akan ditetapkan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 29 Dengan berlakunya keputusan ini. maka Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 100 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Penyelenggaraan Usaha Pariwisata di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan ketentuan lain yang bertentangan dengan keputusan Ini, dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 30 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Desember 2004 GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS KOTA JAKARTA, - UT1Y0S0 Tembusan : 1. Menteri Dalam Negeri 2. Ketua DPRD Propinsi DKI Jakarta 3. Wakil Gubernur Propinsi DKI Jakarta 4. Para Wakil Ketua DPRD Propinsi DKI Jakarta 5. Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya 6. Kepala Kejaksaan Tinggi Propinsi DKI Jakarta 7. Sekretaris Daerah Propinsi DKI Jakarta 8. Para Asisten Sekda Propinsi DKI Jakarta 9. Kepala Bapeda Propinsi DKI Jakarta 10. Kepala Bawasda Propinsi DKI Jakarta 11. Para Walikotamadya Propinsi DKI Jakarta 12. Bupati Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta 13. Para Kepala Dinas Propinsi DKI Jakarta 14. Para Kepala Biro Setda Propinsi DKI Jakarta 15. Para Camat Propinsi DKI Jakarta 16. Para Lurah Propinsi DKI Jakarta