BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Gangguan depresi berhubungan dengan status gizi pasien psikogeriatri di RSJ DR. Radjiman Wediodiningrat, Malang

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 1 No. 1 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi malnutrisi pada pasien di rumah sakit masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kelahiran, penurunan kematian bayi dan peningkatan usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Populasi usia lanjut (usila) meningkat cepat, baik di negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN INSTRUMEN SKRINING GIZI DI RUMAH SAKIT. Dr. Susetyowati DCN,M.Kes Universitas Gadjah Mada 2014

KONTRIBUSI PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. diprediksikan terdapat peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

: asupan energi, protein, tingkat depresi dan status gizi, pasien, Prop Kalbar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. sedih bagi individu maupun anggota keluarga yang dapat menimbulkan. depresi. Depresi merupakan penyakit atau gangguan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

DAFTAR PUSTAKA Alibhai, S. M., Greenwood, C., & Payette, H. (2005) An approach to the management of unintentional weight loss in elderly people.

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

IDENTIFIKASI STATUS NUTRISI DAN RESIKO MALNUTRISI PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

SCREENING AND ASSESSMENT OF NUTRITIONAL STATUS ON ELDERLY IN PAMPANG, MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Siti Zulaekah dan Dyah Widowati Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

MANUSKRIP UNIVERSITAS ESA UNGGUL HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP STATUS GIZI LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI BANGSAL RAWAT INAP

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

asuhan gizi, penyelenggaraan makanan, kegiatan penelitian dan pengembangan gizi (Depkes, 2006). Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap

BAB I PENDAHULUAN. 202 juta di tahun 1950 menjadi 831 juta di tahun Jumlah ini diperkirakan akan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya keberhasilan dalam program kesehatan dan pembangunan. sosial ekonomi dapat dilihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Gangguan psikiatri pada masa muda dapat berlangsung terus sampai usia lanjut/timbul kembali. (Maramis, 2009). Program Epidemiological Catchment Area (ECA) dari National Institute of Mental Health menemukan bahwa gangguan mental tersering pada lanjut usia adalah gangguan depresi, gangguan kognitif, fobia dan gangguan penggunaan alkohol (Damping, 2010; Puri et al., 2011). Prevalensi gangguan mental pada lansia tinggi sebesar ± 20%, pada orang tanpa demensia berusia 65 tahun dan lebih tua. Studi epidemiologi melaporkan bahwa hampir sepertiga orang tanpa demensia memenuhi kriteria untuk gangguan kejiwaan: 17% mengalami depresi, kecemasan 9%, dan 7% gangguan psikotik (Skoog, 2011). Masalah Psychogeriatric di Indonesia meningkat karena usia harapan hidup lebih tinggi dan semakin banyak orang tua. Diperkirakan bahwa Indonesia memiliki 16 juta orang lanjut usia (7%) pada tahun 2000 dan akan meningkat (28%) pada tahun 2020. Indonesia memiliki penduduk yang paling cepat berkembang dari usia tua di dunia (414%) pada periode 1990-2025. Hal yang perlu mendapat perhatian juga adalah malnutrisi (gizi kurang, defisiensi) yang sering menimpa lansia tanpa disadari (Nasrun, 2002; Soejono, 2000). Masalah gizi pada pasien psikogeriatri kurang mendapat perhatian dalam penelitian psikiatri geriatri. Dimana malnutrisi cenderung memiliki dampak yang besar terhadap kondisi mental dan fisik para lansia (Ravi et al., 2005). Menurut Asplund et al. (1981) bahwa 30% pasien psychogeriatric memiliki kekurangan energi protein dan 4% memiliki obesitas. Berdasarkan data status gizi (IMT) pasien psikogeriatri di ruang rawat inap psikogeriari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang pada bulan Januari s/d Agustus 2012 didapatkan status gizi kurang 42%, normal 54% dan status gizi lebih 4%. Lansia dengan depresi beresiko sangat tinggi mengalami malnutrisi (Visvanathan et al., 1

2 2004; German et al., 2008; Torres et al., 2011). Penelitian pada lansia di rumah sakit menunjukkan bahwa depresi meningkatkan risiko status gizi kurang dan status gizi kurang memiliki skor depresi yang lebih tinggi (OR = 2.23) (German et al., 2008). Salah satu faktor utama terjadinya status gizi kurang adalah depresi, dimana depresi mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak disengaja sekitar 9% - 42% (Alibhai et al., 2005). Ada hubungan independen antara kekurangan gizi dan depresi, dimana adanya depresi sebagai faktor utama yang memicu penurunan berat badan yang tidak disengaja pada lansia (Hajjar et al., 2004: Sampson, 2009). Adanya depresi mempunyai kontribusi yang besar dalam menentukan asupan makanan dan zat gizi seorang lansia (Muis & Puruhita, 2011). Asupan makanan berubah adalah gejala depresi yang menyebabkan penurunan berat badan dan malnutrisi pada lansia (Hickson, 2006). Akibatnya lansia kehilangan nafsu makan yang berdampak pada penurunan status gizi lansia (Fatmah, 2010). Interaksi obat, keterbatasan fungsional, masalah asupan, masalah psikologis, penurunan aktifitas sosial dan penghasilan rendah dapat memberikan kontribusi penurunan berat badan yang tidak disengaja (Stajkovi et al., 2011). Keadaan status gizi kurang ini didapatkan pada pendidikan rendah, depresi, penurunan fungsi kognitif dan status fungsional (Feldblum et al., 2007). Kurangnya pengetahuan mengenai asupan makanan yang baik bagi lansia, kesepian karena terpisah dari sanak keluarga dan kemiskinan juga menentukan status gizi lansia (Muis & Puruhita, 2011). Malnutrisi pada umum menjadi masalah serius dan sering terdiagnosis pada lansia. Diagnosis yang tepat bergantung pada sensitifitas dan spesifikasi alat skrining untuk mendeteksi masalah (Hajjar et al., 2004). European Society of Parenteral and Enteral Nutrition (ESPEN) merekomendasikan Mini Nutritional Assessment (MNA) untuk menilai status gizi lansia terutama bagi pasien di rumah sakit (Kondrup et al., 2003). Modifikasi Mini Nutritional Assessment (Taiwan version-1, MNA-T1) secara efektif dapat menilai status gizi pasien gangguan jiwa yaitu status gizi kurang 7,6% dan berisiko malnutrisi 22% (Tsai et al., 2009). MNA-T1 juga mampu memprediksi malnutrisi pada tiga subtipe dari gangguan jiwa (skizofrenia, depresi

3 berat dan gangguan bipolar) sebesar 15% status gizi kurang dan 74% berisiko malnutrisi, dimana pasien dengan depresi berat berisiko gizi kurang sedangkan pasien dengan skizofrenia atau gangguan bipolar lebih cenderung berisiko gizi lebih (Tsai et al., 2011). Di ruang rawat inap psikogeriatri RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang selama ini dalam mengukur status gizi lansia menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Namun, IMT tidak dapat diandalkan jika ada faktor perancu seperti ascites dan tidak dapat mengidentifikasi secara signifikan penurunan berat badan jika digunakan sebagai penilaian status gizi tunggal (Harris & Haboubi, 2005). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan antara gangguan depresi dengan status gizi pasien psikogeriatri menggunakan metode MNA-T1 di ruang rawat inap RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan gangguan depresi dengan status gizi pasien psikogeriatri menggunakan metode MNA-T1 di ruang rawat inap RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. 2. Tujuan khusus : a. Mengetahui prosentase pasien psikogeriatri yang mengalami gangguan depresi. b. Mengetahui prosentase pasien psikogeriatri yang mengalami malnutrisi. c. Mengetahui hubungan gangguan depresi dengan status gizi pasien psikogeriatri.

4 D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi bagi rumah sakit tentang hubungan gangguan depresi dengan status gizi psikogeriatri dan pentingnya penilaian status gizi pasien psikogeriatri secara tepat untuk diterapkan di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. 2. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang hubungan gangguan depresi dengan status gizi psikogeriatri dan pentingnya penilaian status gizi sebagai salah satu untuk menentukan keberhasilan terapi medis sehingga dapat berpengaruh terhadap mutu pelayanan rumah sakit. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai depresi dengan status gizi berdasarkan Mini Nutritional Assessment (MNA) pada pasien psikogeriatri belum banyak dilakukan oleh peneliti lain. Beberapa penelitian yang ada kemiripannya dengan penelitian ini adalah : 1. German et al. (2008) berjudul Depressive Symptom and Risk for Malnutrition among hospitalized Elderly People. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan risiko malnutrisi di rumah sakit lansia. Jenis penelitian cross sectional. Hasilnya Prevalensi depresi pada populasi yang diteliti adalah 28%. Skor MNA secara signifikan lebih rendah di antara pasien depresi dibandingkan dengan non-depresi (22,86 vs 24,96, p <0,001), menunjukkan risiko yang lebih tinggi untuk kekurangan gizi di kalangan orang-orang depresi. Setelah mengontrol umur, status kognitif, kemampuan fungsional, dan sejumlah penyakit, status gizi kurang secara bermakna dikaitkan dengan depresi (OR = 2,23, 95% CI: 1,04-4,8). Persamaan penelitian adalah jenis penelitian dan instrumen penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian dilaksanakan di rumah sakit jiwa, teknik pengambilan sampel (total populasi) dan subyek penelitian pasien psikogeriatri.

5 2. Khairani et al. (2009), berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lansia di Panti Sosial Meuligoe Jroeh Naguna Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Kesimpulannya, status gizi lansia mempunyai kecenderungan normal. Faktor yang mempengaruhi status gizi lansia adalah asupan energi dan faktor ekonomi. Kesamaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional, teknik pengambilan sampelnya adalah total populasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian dilaksanakan di rumah sakit jiwa dan menggunakan subyek penelitian pasien psikogeriatri. 3. Prasetyo et al. (2010) yang berjudul Pengaruh Hasil Skrining berdasarkan Metode MNA terhadap Lama Rawat Inap dan Status Pulang Pasien Lansia di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil skrining awal berdasarkan metode MNA terhadap lama rawat inap dan status pulan pasien lansia. Penelitian ini menggunakan rancangan studi kohor prospektif. Hasilnya bahwa hasil skrining dengan menggunakan MNA terhadap lama rawat inap dengan RR 1,63 dan RR 1,29 berdasarkan hasil skrining awal masuk rumah sakit terhadap status pulang. Persamaan dengan penelitian ini menggunakan metode MNA. Perbedaannya jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional, subyek penelitian dan teknik pengambilan sampel. 4. Haripamilu et al. (2011) berjudul Perbedaan Status Gizi pada Lansia Depresi dan tidak Depresi di Panguyuban Among Yuswa Banteng Baru Kabupaten Sleman. Penelitian bersifat observasional dengan rancangan cross sectional. Hasilnya 69% subyek berstatus gizi overweight dan 34% yang mengalami depresi. Kesamaan penelitian ini adalah jenis penelitian cross sectional, instrumen depresi menggunakan GDS 15 dan teknik pengambilan sampelnya adalah total populasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian dilaksanakan di rumah sakit, subyek penelitian dan variabel penelitian (status gizi) menggunakan metode MNA.