2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

dokumen-dokumen yang mirip
b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik

NELLY AGUSTINI SIMANJUNTAK NIM : FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

KONSELING ZAT BESI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS NY. E SUMUR PANGGANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

MAKALAH GIZI ZAT BESI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB 1 PENDAHULUAN. lahir dalam waktu yang cukup (Andriana, 2007). fisiologi, anatomi dan hormonal yang berbeda-beda. Salah satunya adalah

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dr. Indra G. Munthe, SpOG DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN TEORI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HB IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN SENEN TAHUN Nur Romdhona Putri Nabella.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disepakati disebut Low Birth Weigth Infant atau Berat Bayi Lahir Rendah. Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

HUBUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka mencegah bayi lahir BBLR. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat mengenai hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian bayi BBLR. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dibedakan dalam dua kategori, yaitu bayi berat lahir rendah karena premature (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau bayi berat lahir rendah karena intrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat badan kurang untuk usianya (Depkes RI, 2003). Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas (Prawirohardjo, 2002) : a. Bayi dengan berat badan normal, yaitu > 2500 gram. b. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu antara 1500 gram 2500 gram. c. Bayi dengan berat badan sangat rendah (BBLSR), dimana berat lahirnya adalah < 1500 gram.

d. Bayi dengan berat lahir ekstrem rendah (BBLER), dimana berat lahirnya adalah < 1000 gram. Ada beberapa faktor faktor yang dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah yaitu : 1. Faktor ibu a. Gizi saat hamil yang kurang (anemia). Kurang gizi pada saat hamil apabila tidak mendapatkan penanganan dengan baik secara intensif akan mengakibatkan anemia. Kebanyakan ibu hamil mengalami anemia gizi. Oleh sebab itu pada saat hamil ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi (Depkes RI, 2003b). b. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun, dibawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinannya (Depkes RI, 2003b). Umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukkan rahim dan panggul ibu belum berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini masih dalam masa pertumbuhan sehingga panggul dan rahim masih kecil. Disamping itu, usia diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan seperti hipertensi, DM, anemia, TB paru dan dapat menimbulkan persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan serta risiko terjadinya cacat bawaan pada janin (Hartanto, 2004). c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.

Banyaknya anak yang dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan ibu dan merupakan faktor risiko terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi lebih lambat, pendidikan anak lebih rendah dan nutrisi kurang (Depkes RI, 2003b). d. Penyakit menahun ibu seperti gangguan pembuluh darah, perokok, penyakit kronis (TBC, malaria). Faktor risiko lain pada ibu hamil adalah riwayat penyakit yang diderita ibu. Adapun penyakit yang diderita ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinannya adalah penyakit yang bersifat kronis seperti hipertensi, cacat congenital, jantung dan asma, anemia, TB paru dan malaria (Rochjati, 2003). e. Faktor pekerjaan. Pekerjaan terkait pada status sosial ekonomi dan aktifitas fisik ibu hamil. Dengan keterbatasan status sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap keterbatasan dalam mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat, pemenuhan gizi, sementara itu, ibu hamil yang bekerja cenderung cepat lelah sebab aktifitas fisiknya meningkat karena memiliki tambahan pekerjaan/kegiatan diluar rumah (Depkes RI, 2003b). 2. Faktor kehamilan a. Hamil dengan hidramnion, yaitu keadaan dimana cairan ketuban melebihi dari normal. b. Hamil ganda, yaitu kehamilan dimana jumlah janin yang dikandung lebih dari satu.

c. Perdarahan ante partum, yaitu perdarahan yang terjadi pada masa hamil. d. Komplikasi hamil : pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini, preeklampsia/eklampsia yaitu kondisi ibu hamil dengan tekanan darah meningkat keadaan ini sangat mengancam jiwa ibu dan bayi yang dikandung. Ketuban pecah dini adalah kondisi dimana air ketuban keluar sebelum waktunya dan biasanya faktor penyebab paling sering adalah terjainya benturan pada kandungan. 3. Faktor janin a. Cacat bawaan, yaitu keadaan janin yang cacat sabagai akibat pertumbuhan janin didalam kandungan tidak sempurna. b. Infeksi dalam rahim, yaitu janin mengalami infeksi sebagai akibat penyakit yang diderita ibu. Seperti ibu yang menderita HIV/AIDS sangat rentan mengakibatkan infeksi dalam rahim. 4. Faktor yang belum diketahui. 5. Faktor obat-obatan seperti ibu hamil yang keracunan obat (Manuaba, 1998). 2.2 Anemia pada Ibu Hamil 2.2.1 Pengertian Anemia pada Ibu Hamil Menurut World Health Organization (WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0 g%. Sedangkan menurut Saifuddin anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11,0 g% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 g% pada trimester II (Depkes RI, 2003b).

Dalam kehamilan jumlah darah bertambah banyak (hiperemia/hipervolumia) sehingga terjadi pengenceran darah karena jumlah sel-sel darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma darah. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan (Wiknjosastro, 2002). 2.2.2 Penyebab Anemia Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800 mg besi, diantaranya 300 mg untuk janin dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2 3 mg besi/hari (Saifuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diit, malabsorpsi, kehilangan darah banyak pada persalinan yang lalu, dan haid yang terlalu berlebihan, penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus dan malaria. Secara umum, faktor utama penyebab anemia gizi adalah: (Wirahadikusuma, 1999) a. Banyaknya kehilangan darah karena pendarahan, haid terlalu banyak, gangguan pencernaan (keganasan dan infeksi cacing tambang, kerusakan/kelainan lambung).

b. Rusaknya sel darah merah, seperti penyakit malaria dan thalasemia yang merusak asam folat yang berada di dalam sel darah merah. c. Kurangnya produksi sel darah merah karena kurang mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi terutama zat besi, asam folat, vitamin B12, protein, vitamin C dan zat gizi penting lainnya. 2.2.3 Gejala Anemia pada Ibu Hamil Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda (Sohimah, 2006). Keluhan anemia yang paling sering dijumpai dimasyarakat adalah yang lebih dikenal dengan 5L, yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan lalai. Disamping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2003b). Rasa cepat lelah disebabkan karena pada penderita anemia gizi besi, pengolahan (metabolisma) energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna karena kurang oksigen. Anemia gizi besi dengan keluhan dampak yang paling jelas adalah cepat lelah, rasa ngantuk, malaise dan mempunyai wajah yang pucat (Sukirman, 1999). 2.2.4 Klasifikasi Anemia pada Ibu Hamil. berikut: Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai 1. Anemia Defisiensi Besi Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. 2. Anemia Megaloblastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folat. 3. Anemia Hipoplastik Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. 4. Anemia Hemolitik Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. 2.2.5 Diagnosis Anemia pada Kehamilan Untuk menegakkan diagnosis anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan hemoglobin dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut (Manuaba,1998): a. Hb 11,0 g% disebut tidak anemia. b. Hb 9,0 g%-10,9 g% disebut anemia ringan. c. Hb 7,0 g%-8,9 g% disebut anemia sedang. d. Hb 7,0 g% disebut anemia berat.

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibuibu hamil di puskesmas. Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2005, bahwa anemia berdasarkan hasil pemeriksaan digolongkan menjadi: a. Hb 11,0 g% disebut tidak anemia. b. Hb 9,0 g%-10,9 g% disebut anemia sedang. c. Hb 8,0 g% disebut anemia berat. 2.2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Ibu Hamil Pencegahan dan penanggulangan anemia pada ibu hamil, antara lain : (Wirahadikusuma, 1999) 1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, seperti mengkonsumsi pangan hewani (daging, ikan, hati dan telur), mengkonsumsi pangan nabati (sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan dan padi-padian) buah-buahan yang segar dan sayuran yang merupakan sumber utama vitamin C yang diperlukan untuk penyerapan zat besi didalam tubuh. Hindari mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat inhibitor saat bersamaan dengan makan nasi seperti teh karena mengandung tannin yang akan mengurangi penyerapan zat besi.

2. Supplemen zat besi yang berfungsi dapat memperbaiki Hb dalam waktu singkat. 3. Fortifikasi zat besi yaitu penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan pangan untuk meningkatkan kualitas pangan. Suatu penelitian di Asia 22,6% kematian ibu melahirkan dikarenakan anemia, artinya apabila ibu hamil dapat dicegah dari anemia maka 20-30 % kematian ibu karena melahirkan dapat dicegah (Sukirman, 1999). 2.3 Bahan Makanan Sumber Zat Besi Zat gizi yang paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi adalah besi. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi dibanding defisiensi zat gizi lain, seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin dan elemen lainnya. Pembuatan sel darah merah akan terganggu apabila zat gizi yang diperlukan tidak mencukupi. Selain itu dapat disebabkan karena tidak berfungsinya pencernaan dengan baik atau kelainan lambung sehingga zat-zat gizi penting tidak dapat diserap dengan baik dan terbuang bersama kotoran. Apabila ini berlangsung lama maka tubuh akan mengalami anemia (Wirahadikusuma, 1999). Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan yaitu 3-5 gr di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi essensial di dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paruparu ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan (Almasier, 2001). Zat besi yang terdapat dalam bahan makanan dapat berasal dari hewan maupun dari tumbuhan. Zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan memiliki daya serap antara 1-6 % lebih rendah dibanding zat besi yang berasal dari hewan yang mempunyai daya serap 7-22 % (Almasier, 2001). Ada 2 bentuk zat besi dalam makanan, yaitu hem dan non hem. Zat besi hem berasal dari hewan seperti daging dan ikan yang mengandung zat besi 5-10 % dengan penyerapan 25 %. Zat besi non hem terdapat pada pangan nabati seperti sayuran, bijibijian, kacang-kacangan dan buah-buahan dengan penyerapan zat besi hanya 5%. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi non hem sampai empat kali lipat (Wirahadikusuma, 1999). Protein hewani, walaupun tidak semua juga dapat mendorong penyerapan zat besi non hem. Protein selular yang berasal dari daging sapi, kambing, domba, hati, ayam, menunjang penyerapan zat besi non hem. Namun protein yang berasal dari susu sapi, keju dan telur tidak dapat meningkatkan penyerapan zat besi non hem (Wirahadikusuma, 1999).

2.4 Hubungan Anemia dengan kejadian BBLR Anemia pada saat hamil dapat mengakibatkan efek buruk baik pada ibu maupun kepada bayi yang akan dilahirkannya. Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu karena kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen yang dapat mengakibatkan efek tidak langsung pada ibu dan bayi antara lain kematian bayi, bertambahnya kerentanan ibu terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur (Setyawan, 1996). Pada anemia ringan mengakibatkan terjadinya kelahiran prematur dan BBLR. Sedangkan pada anemia berat selama masa hamil dapat mengakibatkan risiko morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi yang dilahirkan. Selain itu anemia juga dapat mengakibatkan hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, ketuban pecah dini (KPD) (Manuaba, 1998). 2.5 Kerangka Konsep Variabel Bebas Anemia Faktor kesehatan ibu : Umur ibu Paritas Penyakit yang diderita ibu Pekerjaan Faktor kehamilan: Hamil hidramnion Hamil ganda Komplikasi hamil Variabel Terikat: Kejadian BBLR : Berat Badan Lahir Normal (BBLN) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

2.6 Definisi Operasional 1. Ibu anemia adalah kadar Hb ibu yang tercantum dalam berkas rekam medis pasien < 11,0 g%. 2. Umur ibu adalah usia ibu pada saat melahirkan yang tercantum dalam berkas rekam medis. 3. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu, termasuk juga jarak hamil dan bersalin. 4. Penyakit yang diderita ibu adalah riwayat penyakit yang pernah diderita ibu hamil yang bersifat kronis (menahun) seperti hipertensi, asma, malaria, TB paru, jantung, hipertensi. 5. Pekerjaan adalah dibagi menjadi dua yakni bekerja apabila ibu bekerja dan mendapatkan upah atau gaji dan tidak bekerja apabila tidak mendapatkan upah atau gaji. 6. Hamil hidramnion adalah keadaan air ketuban ibu pada saat melahirkan yang tercantum dalam berkas rekam medis. 7. Hamil ganda adalah keadaan kehamilan ibu dimana jumlah janin yang dikandung lebih dari 1 yang tercantum dalam berkas rekam medis. 8. Komplikasi hamil adalah pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini dan pendarahan antepartum. Pada kondisi pre-eklampsia/eklampsia adalah kondisi ibu pada saat hamil mengalami peningkatan tekanan darah yang tercantum dalam rekam medis.

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban sebelum waktunya yang disebabkan oleh banyak hal salah satunya adalah terjadinya benturan pada kandungan. Perdarahan ante partum adalah kondisi ibu saat hamil mengalami perdarahan yang hebat dan tercantum dalam berkas rekam medis. 9. Berat badan lahir adalah berat badan bayi pada saat dilahirkan, dibagi menjadi 2 yaitu : a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu jika berat bayi pada saat lahir < 2500 gr. b. Bayi berat badan lahir normal (BBLN) yaitu jika berat badan bayi pada saat lahir 2500 gr. 2.7 Aspek Pengukuran Ukuran variabel penelitian yang digunakan yaitu dalam bentuk kategori dan mentransformasikan setiap variabel menjadi variabel satu-nol (1-0) Kategori variabel adalah sebagai berikut: a. Variabel terikat Berat lahir dibagi dalam 2 kategori yaitu BBLR dan BBLN dinyatakan sebagai variabel BL. BL : 1 jika BBLR (< 2500 gr) 0 jika BBLN ( 2500 gr) b. Variabel bebas 1. Anemia Kadar Hb ibu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu <11,0 g% dan 11,0 g% yang dinyatakan dalam variabel Hb. Hb = 1 jika kadar Hb kurang dari 11,0g% 2. Umur ibu 0 jika kadar Hb lebih atau sama dengan 11,0 g%. Umur ibu dibagi dalam 3 kelompok umur yaitu umur < 20 tahun, 20-35 tahun dan umur > 35 tahun yang dinyatakan sebagai variabel Ui. Ui= 1 jika umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun. 3. Paritas 0 jika umur ibu 20-35 tahun.

Paritas dibagi dalam 3 kelompok yaitu paritas 1, paritas 2-4 dan paritas >4 yang dinyatakan dalam variabel P. P= 1 jika paritas 1 dan > 4. 0 jika paritas 2-4. 4. Penyakit yang diderita ibu Penyakit yang diderita ibu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu mempunyai riwayat penyakit seperti asma, malaria, TB paru, jantung. Dimana data diperoleh berdasarkan data dari rekam medis. Dan yang tidak mempunyai riwayat penyakit yang dinyatakan dalam variabel Pi. Pi= 1 jika memiliki riwayat penyakit tertentu. 0 jika tidak memiliki riwayat penyakit tertentu. 5. Pekerjaan Pekerjaan dibagi dalam 2 kelompok yaitu bekerja dan tidak bekerja yang dinyatakan dalam variabel PK. PK= 1 jika ibu hamil bekerja. 0 jika ibu hamil tidak bekerja 6. Hamil dengan hidramnion Hamil dengan hidramnion dibagi dalam 2 kelompok yaitu hamil hidramnion dan hamil tidak hidramnion yang dinyatakan dalam variabel HH. HH= 1 jika ibu hamil hidramnion. 0 jika ibu hamil tidak hidramnion. 7. Hamil ganda Hamil ganda dibagi dalam 2 kolompok yaitu hamil ganda dan tidak hamil ganda yang dinyatakan dalam variabel HG. HG=1 jika ibu mengalami hamil ganda 0 jika ibu tidak mengalami hamil ganda. 9. Komplikasi hamil Komplikasi hamil dibagi dalam 2 kelompok yaitu ibu yang mengalami komplikasi hamil dan ibu yang tidak mengalami komplikasi hamil yang dinyatakan dalam variabel KH. KH= 1 jika ibu mengalami komplikasi. 0 jika ibu tidak mengalami komplikasi. 2.8 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara anemia dengan kejadian BBLR 2. Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR 3. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR 4. Ada hubungan antara penyakit yang diderita ibu dengan kejadian BBLR 5. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian BBLR 6. Ada hubungan antara kehamilan hidramnion dengan kejadian BBLR 7. Ada hubungan antara kehamilan ganda dengan kejadian BBLR. 8. Ada hubungan antara komplikasi hamil dengan kejadian BBLR. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional untuk melihat hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian bayi BBLR. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu pada bulan April - Desember 2008.