BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam aktivitas sehari-hari kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKTOR RISIKO KANDUNGAN TIMBAL DI DALAM DARAH RISK FACTORS OF BLOOD LEAD LEVEL ABSTRACT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAMPAK AKTIVITAS TRANSPORTASI TERHADAP KANDUNGAN Pb (Timbal) DIDALAM RAMBUT POLISI LALU LINTAS KOTA BESAR SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya, terlihat dari kebutuhan alat transportasi sebagai. penunjang perokonomian, hal ini dapat dilihat dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HEMOBLOBIN (Hb) DALAM DARAH PADA TUKANG BECAK DI PASAR MRANGGEN DEMAK.

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan. tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENUJU PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BENSIN BEBAS TIMAH HITAM

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN.

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. dari Korlantas Polri tahun 2012 (Tabel 1.1), diketahui bahwa jumlah kendaraan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan yaitu meningkatnya polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM :

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN MINYAK SERAIWANGI SEBAGAI BAHAN BIO-ADITIF BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. data tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Tabel Jumlah Kendaraan Bermotor. Tahun Sepeda Mobil

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Penduduk Indonesia diprediksi akan meningkat antara tahun 2000 dan 2025 dari sekitar 206 juta menjadi sekitar 274 juta. Rata-rata penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan di pulau Jawa mencapai 60% pada tahun 2020 sementara di tahun 2025 rata-rata penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan di seluruh Indonesia mencapai 59,5%. Sehingga perubahan kualitas hidup di perkotaan selain memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memberikan dampak negatif. Salah satu dampak negatif tersebut adalah meningkatnya pencemaran udara secara signifikan, terutama di perkotaan yang menjadi lokasi pembangunan kawasan perdagangan dan industri. Meningkatnya kegiatan pemindahan barang dan orang dari kawasan industri menyebabkan kemacetan lalu lintas dan meningkatkan konsumsi energi, yang pada gilirannya akan meningkatkan pencemaran udara (Aminah, 2006). Selain itu, perkembangan dan kemajuan dibidang transportasi tampak dengan semakin tingginya jumlah dan jenis kendaraan yang melintasi ruas jalan perkotaan. Kepadatan arus lalu lintas disebabkan oleh tingginya volume kendaraan yang tidak sesuai dengan ketersediaan ruas jalan yang ada. Dampak negatif yang didapatkan adalah tingginya tingkat polusi udara lingkungan kota, sebagai hasil emisi gas pembuangan kendaraan bermotor. Dilihat dari sumbernya, pencemaran udara terbesar memang berasal dari asap buangan kendaraan bermotor. Adapun unsur yang terdapat dari hasil emisi gas buangan yang berbahaya diantaranya adalah unsur Pb. Unsur Pb ini sendiri sebenarnya sudah ada di dalam bahan bakar bensin. Oleh karena mesin kendaraan tidak sempurna dalam proses pembuangannya, maka unsur Pb menjadi unsur yang terlepas bebas di udara (Riyadina et al., 2002). Pertumbuhan ekonomi juga mendorong perubahan gaya hidup penduduk perkotaan sebagai dampak dari meningkatnya pendapatan. Era 80-an sektor domestik masih merupakan konsumen energi paling tinggi, tetapi seiring dengan berjalannya 1

2 waktu terlihat peningkatan kebutuhan energi untuk sector industry dan sector transportasi merupakan konsumen energi terbesar, dimana kebutuhan premium saja mencapai 28% dari total konsumsi atau sekitar 48% untuk total kebutuhan sektor transportasi (Dartanto, 2005). Tingkat kepadatan lalu lintas di kota-kota metropolitan dan besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan sampai saat ini menjadi masalah khususnya upaya pengendalian pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor. Pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi di kota-kota besar ini tidak saja menimbulkan masalah polusi udara tetapi juga menimbulkan masalah lain seperti kemacetan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas, dan kebisingan. Sekitar 70% kontribusi pencemaran udara berasal dari sektor transportasi. Saat ini jumlah dan penggunaan kendaraan bermotor bertambah dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 12% per tahun. Komposisi terbesar adalah sepeda motor (73% dari jumlah kendaraan pada tahun 2002-2003 dan pertumbuhannya mencapai 30% dalam 5 tahun terakhir). Rasio jumlah sepeda motor dan penduduk diperkirakan 1:8 pada akhir tahun 2005. (Asri et al., 2005). Kendaraan bermotor sebagai produk teknologi dalam operasinya memerlukan bahan bakar minyak. Timah timah hitam atau timbal, yang juga dikenal dengan nama Plumbum (Pb) merupakan salah satu polutan utama yang dihasilkan oleh aktivitas pembakaran bahan bakar minyak kendaraan bermotor. Timah hitam ditambahkan ke dalam bensin untuk meningkatkan nilai oktan dan sebagai bahan aditif anti-ketuk, dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL) atau Tetra Methyl Lead (TML). Timbal yang ditambahkan ke dalam bahan bakar minyak ini merupakan sumber utama pencemaran timbal di udara perkotaan. Selain itu sumber timbal yang lain yaitu dari buangan industri, pembakaran batubara yang mengandung timbal. Sumber alamiah timbal berasal dari penguapan lava, batu-batuan, tanah dan tumbuhan, namun kadar timbal dari sumber alamiah ini sangat rendah dibandingkan dengan timbal yang berasal dari pembuangan gas kendaraan bermotor. Dari sekian banyak sumber pencemaran udara yang ada, kendaraan bermotor (transportasi) merupakan sumber pencemaran udara terbesar (60%), sektor industri 20% dan lain-lain 20%. Timbal dalam jaringan tubuh mula-mula dianggap sebagai kontaminasi lingkungan. Belakangan terbukti bahwa

3 timbal pada tikus meningkatkan pertumbuhan dan termasuk dalam golongan zat gizi mineral mikro (Almatsier, 2002). Data dari Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) tahun 2006 tentang survey kandungan timbal pada bensin di kota Semarang dan Surabaya dimana sebagian besar sampel bensin telah bebas timbal, tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk kota kota besar lainnya seperti Bandung dan Yogyakarta serta kota kota besar lainnya di luar Jawa seperti Manado, Medan dan Makasar dimana kandungan timbal dalam bensinnya rata rata 0,273 g/l, 0,529 g/l dan 0,214 g/l atau jauh diatas ketentuan bensin tanpa timbal yang berlaku yaitu sebesar 0,013 g/l. Pajanan Pb dapat berasal dari makanan, minuman, udara, lingkungan umum, dan lingkungan kerja yang tercemar Pb. Pajanan non okupasional biasanya melalui tertelannya makanan dan minuman yang tercemar Pb. Pajanan okupasional melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan terutama oleh Pb karbonat dan Pb sulfat. Masukan Pb 100 hingga 350 g/hari dan 20µg diabsorbsi melalui inhalasi uap Pb dan partikel dari udara lingkungan kota yang polutif (De Roos, 2003). Timbal biasa digunakan sebagai bahan campuran bahan bakar bensin. Fungsinya meningkatkan daya pelumasan dan efesiensi pembakaran, sehingga kinerja kendaraan bermotor meningkat. Bahan kimia ini bersama bensin dibakar dalam bensin, sisanya keluar bersama emisi gas buang hasil pembakaran. Timbal yang terbuang lewat knalpot merupakan satu diantara pencemar udara terutama di kota kota besar. Knalpot ini setiap tahunnya membuang 600 ton polutan timbal. Kelompok masyarakat yang paling rentan tentu saja para pekerja yang mempunyai risiko tinggi terpajan timbal, seperti sopir, pedagang asongan, pengamen, polisi lalu lintas, petugas tol, dan petugas Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) (KPBB, 2008). Dampak timbal (Pb) merusak berbagai organ tubuh manusia, terutama sistem syaraf, sistem pembentukan darah, ginjal, sistem jantung, dan sistem reproduksi. Timbal juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan anemia. Dampak negatif dari bahaya timah hitam adalah bahwa pencemaran timah hitam

4 dalam udara menurut penelitian merupakan penyebab potensial terhadap peningkatan akumulasi kandungan timah hitam dalam darah. Akumulasi timah hitam dalam darah yang relatif tinggi akan menyebabkan sindroma saluran pencernaan, kesadaran, anemia, kerusakan ginjal, hipertensi, neuromuskular, dan konsekuensi pathophysiologis serta kerusakan syaraf pusat dan perubahan tingkah laku (Amaral et al., 2010). Beberapa penelitian menjelaskan beberapa faktor akan menyebabkan kandungan timbal dalam darah. Faktor tersebut dapat berasal dari lingkungan yang terkontaminasi, inhalasi ataupun digesti. Kandungan timbal dalam darah pada umumnya adalah indikator bahwa telah terjadi pemaparan timbal yang cukup lama (Pala et al., 2002). Kementerian ESDM baru mengeluarkan aturan bensin tanpa timbal pada 2006 melalui Keputusan Dirjen Migas Nomor 3674/K/24/DJM/2006 tentang standar dan mutu BBM jenis bensin yang dipasarkan dalam negeri. Peraturan tersebut telah berlaku sejak tahun 2006 dimana penghapusan bensin bertimbal diberlakukan. Pemberlakuan peraturan tersebut tidak menjadi ukuran bahwa udara di Indonesia bebas dari timbal. Penelitian yang dilakukan oleh Pala et al. (2002) di Bursa menunjukkan bahwa polisi lalu lintas akan mempunyai kandungan timbal di dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan polisi yang tidak bekerja di unit lalu lintas. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Mormontoy et al. (2006) di Lima dan Callao menyimpulkan bahwa polisi lalu lintas akan beresiko 4,8 kali untuk mempunyai kandungan timbal yang lebih tinggi dibandingkan polisi non-lalu lintas. Salah satu kota besar di Indonesia yang tingkat pertumbuhan kendaraannya cukup tinggi adalah Provinsi DIY. Ini disebabkan banyaknya mahasiswa dari luar DIY yang membawa atau membeli motor atau mobil untuk kuliah di Yogyakarta. Data kendaraan bermotor dari Direktorat Lalu Lintas, Kepolisian Negara Republik Indonesia DIY, menunjukkan bahwa jumlah total kendaraan bermotor berplat AB di Provinsi DIY adalah 1.777.316. Rincian jenis kendaraannya adalah sepeda motor sebagai jenis kendaraan terbanyak dengan jumlah 1.560.915 unit, mobil penumpang berjumlah 155.673 unit, mobil barang berjumlah 49.161 unit, bus

5 berjumlah 11.065 unit, dan kendaraan khusus 502 unit dan Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki jumlah pemakai kendaraan bermotor terbanyak dengan 35,65% atau 633.441 unit kendaraan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta berasal dari Sleman dan sisanya berasal dari kota dan kabupaten lainnya (Satlantas, 2013). Data survei Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal menemukan bahwa kota kota besar seperti Yogyakarta, Surabaya serta beberapa kota besar di Sumatera masih memiliki kandungan timbal yang tinggi pada bensinnya (KPBB, 2008). Hasil penelitian oleh Kawatu (2008) mengenai kandungan timbal di dalam darah pada pekerja SPBU di Kota Manado menunjukkan kandungan timbal terendah sebesar 11,04 µg/dl dan tertinggi 35,29 µg/dl atau dapat disimpulkan bahwa 100% responden memiliki kadar timbal diatas baku mutu yang digunakan di Indonesia yaitu 10 µg/dl. Adapun, penelitian di Yogyakarta yang dilakukan oleh (Zukhri, 2007) terhadap anak anak jalanan di Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa 100% responden memiliki kadar timbal diatas baku mutu yang ditentukan. Selain itu, hasil pemantauan timbal pada pedagang di terminal Jombor Sleman Yogyakarta yang merupakan kelompok yang sering terpapar emisi kendaraan menunjukkan bahwa keseluruhan sampel memiliki kandungan timbal dalam darah diatas baku mutu kandungan timbal dalam darah di Indonesia (KLH, 2010). Pekerjaan Polisi lalu lintas yang dituntut untuk berada di lokasi dimana ada paparan Pb. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan timbal dalam darah polisi lalu lintas sekaligus sebagai bahan rujukan evaluasi penerapan peraturan penghapusn bensin bertimbal di Indonesia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah kandungan Timbal (Pb) dalam darah pada polisi lalu lintas Kabupaten Sleman Yogyakarta.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mencegah dampak buruk kandungan timbal di dalam darah pada polisi lalu lintas Polres Sleman Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Memperoleh data faktor resiko kandungan timbal dalam darah pada polisi lalu lintas Polres Sleman Yogyakarta. b. Mengukur kandungan timbal di udara di pos pos polisi lalu lintas Polres Sleman Yogayakarta. c. Mengukur kandungan timbal dalam darah pada polisi lalu lintas Polres Sleman Yogyakarta. d. Menganalisis faktor - faktor resiko kandungan timbal dalam pada polisi lalu lintas Polres Sleman Yogyakarta. e. Menganalisis faktor resiko yang paling dominan dalam mempengaruhi kandungan timbal dalam darah pada polisi lalu lintas Polres Sleman Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi pendidikan Dapat dijadikan bahan referensi dan menambah kepustakaan dalam penelitian di bidang kesehatan khususnya mengenai determinan kandungan kadar timbal dalam darah pada Polisi Lalu Lintas. 2. Bagi pemegang kebijakan Sebagai masukan yang dapat dijadikan sebagai dasar penentuan terkait dengan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. 3. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan di bidang penelitian yang telah didapat selama menimbah ilmu, memberikan pengalaman secara langsung dalam penelitian dan meningkatkan

7 pemahaman peneliti mengenai determinan kandungan timbal dalam darah pada Polisi Lalu Lintas. 4. Bagi subjek penelitian Dapat menambah pemahaman mengenai kandungan timbal dalam darah dan melakukan pencegahan untuk efek yang lebih buruk karena paparan timbal sehari hari. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang pernah diteliti yang berkaitan dengan kandungan timbal dalam darah dirangkum dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Penelitian Terkait Kandungan Timbal Dalam Darah No 1 2 Judul Pengaruh konsentrasi Pb di udara Ambien terhadap kadar Pb darah dengan kejadian Anemia pada polisi lalu lintas di kota Sleman (Kesuma, 2004). A case-control study on the relationship of hearing function and blood concentrations of lead, manganese, arsenic, and selenium(chuang et Persamaan 2. Disain studi Perbedaan 1. Analisis data 2. Varaibel Hasil Ada (masa kerja & APD) terhadap Pb dalam darah 2. Analisis data Only lead that is significant relation 1. Analisis data Ada perbedaan 2. Beberapa variabel 3. Analisis data al., 2007). 3 4 5 Timah Hitam (Pb) di Udara dan dalam Darah Subjek yang terpapar di Denpasar Bali) (Adiputra and HIS, 2005). Kadar Timbal (Pb) dalam Darah dan Hubungannya dengan Kadar Hb Darah Akibat Emisi Kendaraan Bermotor pada Petugas DLLAJ di Kota Surakarta (Mardani et al., 2005). Kadar timbal dalam darah polisi Lalu lintas dan nya dengan Kadar hemoglobin (Suciani, 2007). 1.variabel 2. analisi data Ada antara Pb darah dan Hb tetapi korelasinya kecil Tidak ada lama kerja & kebiasaan merokok dg Pb darah dan tidak ada

8 6 7 8 9 10 Faktor risiko yang ber dengan kadar timah hitam Dalam darah (Nurbaya and Wijayanti, 2010). Blood lead levels among police officers in Lima and Callao, 2004 (Mormontoy et al., 2006). 3. Variabel 2. Analisis data 3. Beberapa variabel Blood lead levels of traffic policemen in Bursa, Turkey 2002 (Pala et al., 2002). Hubungan Antara Kadar Pb Dalam Darah Dengan Kejadian Hipertensi Pada Operator SPBU Di Kota Yogyakarta (Rosyidah and Djannah, 2013). Hubungan Kadar Timbal di Udara dengan dalam Darah pada Pegawai Dinas Per Terminal antar Kota Medan (Girsang, 2008). 2. Analisis data 3. Variabel depende 2. Disain studi antara kadar hemoglobin dan Pb darah 1. Analisis data Ada antara, masa kerja, status gizi, kebiasaan merokok. Traffic officer had higher risk BLL (OR 4,8) There is difference among traffic officer and indoor officer No difference for all variables 1. Analisis data RP 2.6 Pb dalam darah dg kejadian hipertensi 1. Analisis data 2. Beberapa variabel Tidak ada antara masa kerja, kadar timbal di udara dan umur terhadap kadar timbal di darah.