BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri


BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. bermotor, pembangkit tenaga listrik, dan industri. Upaya pemerintah Indonesia untuk

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

DAMPAK PEMANFAATAN BATUBARA TERHADAP KESEHATAN. Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP & PL DEPKES

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I BAHAN BAKAR MINYAK

Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

I. PENDAHULUAN. dilepaskan bebas ke atmosfir akan bercampur dengan udara segar. Dalam gas

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat

ANALISIS KUALITAS UDARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk bernapas, karbon dioksida (CO 2 ) untuk proses fotosintesis, dan ozon (O 3 ) untuk menahan sinar ultraviolet dari sinar matahari (Sunu, 2001). Komposisi udara bersih tersusun oleh nitrogen 78,09%, oksigen 21,94%, argon 0,93%, dan karbon dioksida 0,032%. Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen oksida, hidrogen, methana, belerang dioksida, amonia dan lain-lain. Apabila susunan udara mengalami perubahan dari keadaan normal dan menggangu kehidupan manusia dan hewan maka udara tersebut telah tercemar (Wardhana, 2004). Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Polutan udara primer, yaitu polutan yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya, dapat dibedakan menjadi lima kelompok yaitu karbon monoksida (CO), nitrogen okside (NO x ), hidrokarbon (HC), sulfur diokside (SO x ), dan partikel (Fardiaz, 2012). Toksisitas kelima kelompok polutan tersebut 1

2 berbeda-beda. Polutan yang paling berbahaya adalah partikel-partikel dengan toksisitas relatif 106,7; diikuti berturut-turut dengan NO x dengan toksisitas relatif 77,8; SO x dengan toksisitas relatif 28,0; hidrokarbon dengan toksisitas 2,07; dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbon monoksida dengan toksisitas relatif 1,00 (Babcock dalam Fardiaz 2012). Ditinjau dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Lebih dari 90% polusi udara di kota-kota yang ada di negara berkembang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Hal ini dikarenakan tingginya jumlah kendaraan yang tua ditambah dengan pemeliharaan kendaraan yang buruk, infrastruktur yang tidak memadai dan kualitas bahan bakar yang rendah (UNEP, 2015). Gas buang kendaraan bermotor yang menambah beban pencemaran udara berupa gas CO, CO 2, NO 2, HC, partikel, Pb, dan asap foto kimia (Mukono, 2008). Berdasarkan data Profil dan kinerja perhubungan darat Provinsi Sumatera Utara tahun 2013, dijelaskan bahwa jumlah kendaraan bermotor di Sumatera Utara terus meningkat sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 dengan total presentase peningkatan diatas 15%. Jumlah terbesar adalah pada moda sepeda motor dengan presentase peningkatan sekitar 17% pada tahun 2012. Sementara data terakhir dari Dinas Perhubungan Kota Medan tahun 2010, jumlah sarana transportasi jalan raya di Kota Medan pada tahun 2009 adalah sebanyak 2.708.511 kendaraan. Dari tahun 2004 sampai tahun 2009 menunjukkan kenaikan 23,82%

3 per tahun. Pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu pada sepeda motor dengan rata-rata pertumbuhan 31,23% per tahun. Dampak pencemaran udara sangat luas mulai dari hal yang bersifat lokal, hingga sistemik. Paru adalah target organ utama. Beberapa gangguan terhadap paru-paru adalah asma, bronkitis, pneumonia (beberapa bahan pencemar memberikan dampak melemahkan sistem pertahanan tubuh lokal saluran napas, sehingga mudah terinfeksi), COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) (Achmadi, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nurbiantara (2010), ada pengaruh polusi udara terhadap fungsi paru polisi lalu lintas di Surakarta. Hasil pengukuran autospirometer menunjukkan dari 41 orang, 23 orang memiliki %FVC < 80 % dan 18 orang memiliki nilai %FVC 80. Sebanyak 18 orang dari 23 polisi lalu lintas yang memiliki %FVC < 80 % merupakan polisi lalu lintas yang bekerja di lapangan sedangkan 5 orang bekerja di kantor. Partikulat 10 mikrometer adalah partikel yang berukuran kurang dari atau sama dengan 10 mikrometer, ukuran ini sangat kecil sehingga dapat masuk ke paru-paru, berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Sejumlah penelitian ilmiah menghubungkan paparan polusi partikel dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk iritasi mata, hidung dan tenggorokan, batuk, dada sesak dan sesak napas, fungsi paru-paru berkurang, denyut jantung tidak teratur, serangan asma, serangan jantung, dan kematian dini pada orang dengan penyakit jantung atau penyakit paru-paru (US.EPA, 2015). Sulfur dioksida adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida sulfur (SO x ). Gas ini sangat mudah terlarut dalam air, memiliki bau namun tidak berwarna. Gas

4 SO 2 dikenal sebagai gas yang dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan, seperti pada tenggorokan dan saluran udara di paru-paru. Efek kesehatan ini menjadi lebih buruk pada penderita asma (KLH, 2013). NO 2 terbentuk dengan cepat dari emisi kendaraan bermotor, pembangkit listrik, dan proses industri. Pajanan NO 2 di dekat jalan raya perlu perhatian khusus untuk kelompok rentan yaitu penderita asma, anak-anak, dan manula (U.S. EPA, 2015). Konsentrasi NO 2 lebih tinggi dari 100 ppm bersifat letal terhadap kebanyakan hewan, dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala edema pulmonari. Konsentrasi NO 2 sebesar 800 ppm atau lebih mengakibatkan 100% kematian pada hewan-hewan yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemberian sebanyak 5 ppm NO 2 selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan sedikit kesukaran dalam bernapas (Fardiaz, 2012). Pengukuran kualitas udara ambien di jalan raya yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007, diperoleh hasil pengukuran kadar NO 2 yang jauh melebihi baku mutu yaitu dengan konsentrasi 874,49 μg/nm 3 tepatnya pada lokasi perbatasan Kota Bekasi - Kabupaten Bekasi di Jalan Raya Narogong. Begitu pula dengan parameter PM 10, di Kabupaten Indramayu nilai PM 10 sangat tinggi yaitu sebesar 920 μg/nm 3, 6 kali melebihi baku mutu dengan lokasi pemantauan di Desa Majakerta. Semua lokasi yang melebihi nilai ambang batas tersebut berada di lokasi padat lalu lintas (BPLHD Jabar, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Avrianto (2011), diperoleh hasil pengukuran kadar PM 10 di jalan raya yang melebihi baku mutu. Pengukuran dilakukan di kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Kota Medan dengan hasil

5 pengukuran sebesar 176 µg/m 3 di Jalan Gatot Subroto dan 163 µg/m 3 di Jalan Binjai-Medan. Konsentrasi ini sudah melebihi baku mutu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 yaitu baku mutu kadar PM 10 di udara adalah sebesar 150 µg/m 3. Penelitian lainnya yaitu yang dilakukan oleh Sandra (2013), diperoleh kadar debu dan gas NO 2 yang melebihi baku mutu pada wilayah kerja Polwitabes Surabaya, yaitu rata-rata berkisar antara 0,2287 ppm sampai dengan 0,9565 ppm untuk kadar debu, dan rata-rata berkisar antara 0,0802 ppm sampai dengan 0,0903 ppm untuk kadar NO 2 di udara ambien. Kualitas udara ini memberikan pengaruh terhadap kondisi kesehatan polisi lalu lintas berupa keluhan gangguan saluran pernapasan yaitu batuk berdahak yang dirasakan oleh polisi lalu lintas 2 kali lebih banyak daripada yang dirasakan oleh polisi yang bekerja di dalam ruangan. Fly over atau disebut juga sebagai jembatan layang adalah jembatan yang dibangun diatas jalan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas perlintasan sehingga dapat mengatasi masalah kemacetan lalu lintas. Kondisi jalan raya di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja sangat padat dengan kendaraan bermotor. Hal ini dipicu oleh adanya Terminal Terpadu Amplas yang merupakan salah satu terminal yang besar di Kota Medan yang letaknya berdekatan dengan fly over sehingga banyak kendaraan bermotor yang melintasi jalan di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja ini. Selain itu, kepadatan lalu lintas di sekitar fly over juga disebabkan karena jalan ini merupakan jalan masuk maupun keluar dari Kota Medan menuju Kabupaten Deli Serdang yaitu Kecamatan Tanjung Morawa dan Kecamatan Patumbak. Jalan raya di sekitar fly over ini juga merupakan titik-titik

6 terjadinya kemacetan di setiap hari, khususnya saat pagi dan sore hari. Tingginya volume lalu lintas di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan menyebabkan udara di wilayah ini sangat berpotensi mengandung zat pencemar dari emisi gas buang kendaraan bermotor dalam konsentrasi yang tinggi. Di tepi jalan raya terdapat toko, kios, warung, dan juga pedagang kaki lima yang sangat berdekatan dengan jalan raya. Pedagang ini terpapar dalam waktu yang cukup lama yaitu sejak pagi hingga malam. Para pedagang ini juga telah menjalani kesehariannya di tepi jalan raya selama bertahun-tahun. Menurut US.EPA (2014), Konsentrasi polusi udara dari emisi gas buang pada mobil, truk dan kendaraan bermotor lainnya ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi di dekat jalan raya. Masyarakat yang tinggal, bekerja atau bersekolah di dekat jalan raya memiliki peningkatan insiden dan keparahan masalah kesehatan yang berhubungan dengan polusi udara dari lalu lintas, diantaranya peningkatan kejadian asma, penyakit kardiovaskular, gangguan pengembangan paru-paru pada anak-anak, prematur dan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), leukimia, dan kematian dini. Kelompok pedagang ini setiap hari terpapar oleh udara yang tercemar oleh asap kendaraan bermotor yang mengandung polutan seperti PM 10, SO 2, dan NO 2. Sehingga, pedagang di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan ini sangat berpotensi untuk mengalami keluhan gangguan pernapasan akibat PM 10, SO 2, dan NO 2 yang terdapat di udara. Berdasarkan hasil survei awal dengan melakukan wawancara terhadap 10 orang pedagang di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan, 8 orang

7 pedagang tersebut mengeluhkan sering batuk berdahak, 5 orang pedagang sering batuk berdahak disertai sesak, dan 2 orang pedagang mengeluhkan sering mengalami batuk berdahak, sesak serta sesekali merasakan nyeri dada. Dalam penelitian ini akan diteliti dan dikaji seberapa besar kadar PM 10, SO 2, dan NO 2 di udara ambien sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja serta keluhan gangguan saluran pernapasan yang dirasakan oleh pedagang yang ada di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan. 1.2 Rumusan Masalah Posisi toko, kios, warung, serta pedagang kaki lima yang sangat berdekatan dengan jalan raya menyebabkan kelompok pedagang ini setiap hari terpapar oleh udara yang tercemar oleh emisi gas buang kendaraan bermotor terutama gas yang sangat berpotensi menimbulkan gangguan saluran pernapasan yaitu PM 10, SO 2, dan NO 2. Hal ini dikarenakan jalan raya di sekitar fly over selalu padat dengan kendaraan bermotor, terutama pada pagi dan sore hari. Berdasarkan hasil survei awal dengan melakukan wawancara terhadap 10 orang pedagang di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan, 8 orang pedagang mengeluhkan sering mengalami batuk berdahak, 5 orang pedagang sering batuk berdahak disertai sesak, dan 2 orang pedagang mengeluhkan sering mengalami batuk berdahak, sesak serta sesekali merasakan nyeri dada. Dengan demikian, maka perlu dilakukan penelitian terhadap kadar PM 10, SO 2, dan NO 2 di udara ambien serta keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan tahun 2016.

8 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui kadar PM 10, SO 2, dan NO 2 di udara ambien dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kadar partikulat 10 mikrometer (PM 10), sulfur dioksida (SO 2 ), dan nitrogen dioksida (NO 2) pada udara ambien di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan. 2. Untuk mengetahui karakteristik responden yang berdagang di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan. 3. Untuk mengetahui keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi bagi masyarakat terutama pedagang yang berdagang di sekitar fly over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan mengenai gangguan saluran pernapasan akibat pajanan PM 10, SO 2, dan NO 2 di udara. 2. Sebagai masukan bagi instansi terkait untuk dapat melakukan upaya dalam hal pengendalian pencemaran udara di jalan raya. 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya.