ANALISA UNJUK KERJA APLIKASI CBQ DAN HTB PADA JARINGAN KOMPUTER UNTUK PEMBATASAN BANDWIDTH BERBASIS IPv6

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANG BANGUN DAN ANALISA QOS AUDIO DAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN MPLS VPN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

MODUL 6 MANAJEMEN BANDWIDTH DENGAN CBQ DAN HTB

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

NETWORK LAYER Cont IP6, FORMAT IP6, JENIS IP6

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA HTB (HIERARCHICAL TOKEN BUCKET ) DAN CBQ (CALSS BASED QUEUING)

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

STUDY ANALISIS QOS PADA JARINGAN MULTIMEDIA MPLS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang

Sistem Manajemen Bandwidth dengan Prioritas Alamat IP Client

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

ANALISA UNJUK KERJA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN IPv6 BERBASIS MPLS

IP ADDRESS VERSI 6. Budhi Irawan, S.Si, M.T

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah studi

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rancang Bangun RTP Packet-Chunk De-encapsulator Data AV Stream Format RTP Sebagai Terminal Access Multi-Source Streaming Server

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG )

DAFTAR ISI. ABSTRAK...vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xiv. DAFTAR LAMPIRAN...

Overview IPv6 (cont )

BAB III METODE PENELITIAN

menggunakan IPv4 dan jaringan komputer yang menggunakan IPv6 menggunakan parameter delay, throughput dan packet loss. 2.

LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

MODUL 9 PENGUKURAN QoS STREAMING SERVER

BAB I PENDAHULUAN. harinya menggunakan media komputer. Sehingga banyak data yang disebar

IP Addressing. Oleh : Akhmad Mukhammad

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IPv6. Arsyad Dwiyankuntoko Pendahuluan. Lisensi Dokumen:

Penggunaan IPv6 Sebagai Solusi Pengganti IPv4 dalam Penanganan Keterbatasan IP Address di Jaringan Internet Masa Depan

ANALISA UNJUK KERJA INTER DOMAIN ROUTING PADA JARINGAN IPV6

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada Next Generation Network (NGN) yang kemungkinan besar

PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

Analisa Kualitas Aplikasi Multimedia pada Jaringan Mobile IP Versi 6

D I S U S U N OLEH : YOHANA ELMATU CHRISTINA ( ) TEKNIK INFORMATIKA / KELAS MALAM SEMESTER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang I 1

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

BAB I PENDAHULUAN. gunung berapi, memantau kondisi rumah, dan event penting lainnya (Harmoko,

ANALISIS KINERJA JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) UNTUK LAYANAN VIDEO STREAMING

7.1 Karakterisasi Trafik IP

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. multicast menggunakan perangkat-perangkat sebagai berikut:

Analisis Quality of Service Video Streaming Berbasis Web

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi dan broadcasting. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

5. QoS (Quality of Service)

RANCANG BANGUN RTP CHUNK PACKET ENCAPSULATOR DATA AV STREAM FORMAT RTP PADA MULTI-SOURCE STREAMING SERVER

BAB 2 DASAR TEORI. Iklan berasal dari sebuah kata dalam bahasa melayu, yaitu i lan atau i lanun

BAB II DASAR TEORI. teknologi informasi belum maksimal diterapkan. Penggunaan Personal Computer

ANALISIS KINERJA TRAFIK VIDEO CHATTING PADA SISTEM CLIENT-CLIENT DENGAN APLIKASI WIRESHARK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. layanan internet bahkan sudah mulai merambah ke daerah-daerah. Ini

PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI VIDEO CONFERENCEVPADA LOCAL AREA NETWORK

Aplikasi SIP Based VoIP Server Untuk Integrasi Jaringan IP dan Jaringan Teleponi di PENS - ITS

MODUL 7 ANALISA QoS pada MPLS

Pendahuluan Tinjauan Pustaka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis

TEORI ANTRIAN MAKALAH. Oleh. Ferry Prianto ( ) Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Manajemen. Hari / Jam Kuliah : Rabu 17:00 19:30

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH (DISTANCE LEARNING) PADA INTERNET PROTOCOL TELEVISI (IPTV)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Statistik Grafik secara Global dari User yang Melakukan Akses ke Google Menggunakan IPv6 pada Musim Semi 2014 [2]

BAB III PERENCANAAN SISTEM

ANALISA UNJUK KERJA AUDIO DAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN MPLS VPN BERBASIS IPSec

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENGEMBANGAN

ANALISIS PERBANDINGAN HTB (HIERARCHICAL TOKEN BUCKET) DAN CBQ (CLASS BASED QUEUING) UNTUK MENGATUR BANDWIDTH MENGGUNAKAN LINUX Abas Ali Pangera

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Implementasi Sinkronisasi Uni-Direksional antara Learning Management System Server dan User pada Institusi Pendidikan Berbasis Moodle

PERANGKAT LUNAK TRAFFIC CONFIGURATOR DAN TRAFFIC MONITOR UNTUK PENGATURAN TRAFIK JARINGAN BERBASIS PROTOKOL TCP/IP DAN LIBRARY PACKET CAPTURE

LAPISAN JARINGAN (NETWORK LAYER) Budhi Irawan, S.Si, M.T

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 3 Metode Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang

BAB III METODOLOGI. beragam menyebabkan network administrator perlu melakukan perancangan. suatu jaringan dapat membantu meningkatkan hal tersebut.

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK. Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3

BAB I PENDAHULUAN. IMPLEMENTASI DAN ANALISIS PERFORMANSI ETHERNET OVER IP (EoIP) TUNNEL Mikrotik RouterOS PADA LAYANAN VoIP DENGAN JARINGAN CDMA 1

Transkripsi:

ANALISA UNJUK KERJA APLIKASI CBQ DAN HTB PADA JARINGAN KOMPUTER UNTUK PEMBATASAN BANDWIDTH BERBASIS IPv6 Akhmad Lukman Al-Hakim 1, M. Zen Samsono Hadi, ST. M.Sc 2, Ir. Nanang Syahroni, M.Kom 3 Jurusan Telekomunikasi - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS, Surabaya 60111 e-mail : aloenk@student.eepis-its.edu Abstrak Manajemen bandwidth menjadi hal yang sangat diperlukan dalam jaringan. Dimana semakin banyak aplikasi yang dapat dilayani oleh suatu jaringan berpengaruh pada penggunaan link dalam jaringan tersebut. Link-link yang ada harus mampu memenuhi kebutuhan user akan aplikasi tersebut, bahkan dalam kondisi apapun, harus ada suatu jaminan bahwa link yang ada tetap dapat bekeja dengan baik. Dalam hal ini, pengaturan bandwidth sangat diperlukan untuk mengatur jenis aplikasi dalam mengakses link, serta memberi jaminan terhadap aplikasi tersebut yang telah dibagi alokasi bandwidth-nya untuk terus mengirimkan data sesuai dengan kapasitas yang telah diberikan, meskipun terjadi kemacetan dalam jaringan. Ataupun dalam kondisi pada saat suatu layanan/aplikasi tidak digunakan, maka alokasi bandwidth yang sedang idle tersebut dapat dialihkan kepada kelas yang mengalami backlog (timbunan) antrian. Sehingga dapat mempercepat hilangnya backlog, serta mengoptimalkan penggunaan bandwidth yang ada. Aplikasi CBQ (Class Based Queuing) dan HTB (Hierarchical Tocken Bucket) merupakan aplikasi untuk manajemen bandwidth yang dijalankan pada Sistem Operasi Linux yang akan dianalisa kelebihan dan kelemahannya berdasarkan beberapa parameter. Dalam penelitian ini, aplikasi CBQ dan HTB akan dijalankan berbasis sistem pengalamatan IPv6 (Internet Protocol version 6). Hasil dari analisa aplikasi CBQ dan HTB diperoleh bahwa aplikasi HTB belum mendukung dengan sistem pengalamatan IPv6, sedangkan aplikasi CBQ masih mampu mendukung sistem IPv6 tersebut. Dan penggunaan CBQ sebagai aplikasi pembatasan bandwidth harus memperhatikan parameter bounded dan isolated, dimana penggunaan parameter isolated pada parent leaf CBQ akan mengakibatkan kegagalan proses pembatasan trafik jaringan. Kata Kunci : CBQ, HTB, bandwidth, link, backlog, IPv6 I. PENDAHULUAN Semakin berkembangnya jaringan komputer pada perusahaan/instansi, diikuti dengan semakin tinggi pula pemakaian koneksi internet ataupun koneksi antar jaringan dalam perusahaan tersebut. Hal ini menyebabkan kapasitas bandwidth pada jaringan menjadi tidak memadai, bahkan cenderung overload, sehingga sebagian besar perusahaan melakukan penambahan bandwidth pada jaringan mereka, dengan harapan agar koneksi antar komputer maupun koneksi internet bisa lebih cepat. Padahal, belum tentu semua komputer dalam jaringan tersebut terkoneksi secara nonstop, mengingat dalam setiap perusahaan pastinya memiliki jam kerja tersendiri yang diatur sesuai kebijaksanaan perusahaan tersebut. Sehingga, bila perusahaan melakukan penambahan bandwidth, tentunya menjadi tidak efisien dan cenderung merugi ketika beberapa komputer dalam jaringan tidak aktif (misalnya, pada saat malam hari, atau ketika hari libur). Untuk itu diperlukan suatu manajemen bandwidth agar penggunaannya lebih efisien dan bisa memaksimalkan bandwidth yang ada. Aplikasi CBQ (Class Based Queueing) dan HTB (Hierarchical Tocken Bucket) merupakan aplikasi yang bekerja pada platform Linux, dan digunakan untuk melakukan manajemen bandwidth pada jaringan. Dengan beberapa parameter, maka didapatkan suatu informasi yang akan menentukan QoS dari kinerja tiap aplikasi dalam hal manajemen bandwidth dan performansinya. Pengalamatan berbasis IPv6 (Internet Protocol version 6) mampu memberikan alokasi alamat yang lebih luas dibandingkan IP versi sebelumnya (IPv4) yang sudah mulai habis. IPv6 juga dapat mengurangi kompleksitas proses routing dan routing table, sehingga jauh lebih efisien untuk diaplikasikan dalam jaringan. 1

II. TEORI PENUNJANG 2.1 CBQ (Class Based Queueing) Teknik klasifikasi paket data yang paling terkenal adalah CBQ. Keunggulan dalam penggunaan CBQ adalah mudah dikonfigurasi, memungkinkan sharing bandwidth antar kelas (class) dan memiliki fasilitas user interface. CBQ adalah suatu algoritma yang didasarkan pada pembagian paket ke dalam kelas-kelas dan menjadwalkan paket di dalam antrian dengan suatu transmisi rate tertentu. Jika suatu antrian tidak digunakan, maka bandwidth disediakan untuk antrian lain. CBQ dapat mencapai penyekatan dan pembagian link bandwidth dengan struktur golongan. Tiap golongan mempunyai antrian tersendiri dan ditandai secara khusus, dimana juga dilakukan pembagian bandwidth. CBQ dapat mengatur penggunaan bandwidth dari suatu golongan. Golongan child dapat di konfigurasi untuk meminjam bandwidth dari golongan induknya selama kelebihan bandwidth masih tersedia. CBQ mengatur pemakaian bandwidth jaringan yang dialokasikan untuk tiap user, pemakaian bandwidth yang melebihi nilai set akan dipotong (shaping). CBQ juga dapat diatur untuk sharing dan meminjam bandwidth antar class jika diperlukan. Parameter yang terdapat dalam aplikasi CBQ adalah : avpkt, jumlah paket rata rata saat pengiriman bandwidth, lebar bandwidth kartu ethernet biasanya 10 100Mbit rate, kecepatan rata rata paket data saat meninggalkan qdisc, ini parameter untuk men-set bandwidth. cell, peningkatan paket data yang dikeluarkan ke kartu ethernet berdasarkan jumlah byte, misalnya 800 ke 808 dengan nilai cell 8. isolated / sharing, parameter isolated mengatur agar bandwidth tidak bisa dipinjam oleh klas (class) lain yang sama tingkatannya / sibling. Parameter sharing menunjukkan bandwidth kelas (class) bisa dipinjam oleh kelas lain. bounded / borrow, parameter borrow berarti kelas (class) dapat meminjam bandwidth dari klas lain, sedangkan bounded berarti sebaliknya. 2.2 HTB (Hierarchical Tocken Bucket) Hierarchical Tocken Bucket (HTB) merupakan jenis aplikasi yang dikembangkan oleh Martin Devera pada tahun 2001 yang digunakan untuk membatasi akses menuju ke port/ip tertentu tanpa mengganggu trafik bandwidth pengguna lain. Aplikasi ini berfungsi sebagai pengganti aplikasi yang masih sering digunakan, yaitu CBQ. HTB diklaim mampu melakukan pembagian trafik yang lebih akurat. Teknik antrian HTB mirip dengan teknik pada CBQ. Hanya perbedaannya terletak pada opsi, dimana pada HTB opsi yang digunakan jauh lebih sedikit dalam konfigurasinya, serta lebih presisi dalam penggunaannya. Teknik antrian HTB memberikan fasilitas pembatasan trafik pada setiap level ataupun klasifikasinya, sehingga bandwidth yang tidak terpakai dapat digunakan oleh klasifikasi lain yang lebih rendah. 2.3 Internet Protocol version 6 (IPv6) 2.3.1 Pendahuluan IPv6 (Internet Protocol version 6) adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan dalam protokol jaringan TCP/IP menggunakan protokol IP versi 6 dengan panjang totalnya 128 bit. IPv6 merupakan kelanjutan dari IPv4 yang telah digunakan sampai sekarang. Tujuan dari Ipv6 adalah untuk meningkatkan jumlah IP address. Dimana IPv4 menggunakan 32 bit, artinya jumlah IP address adalah 2 32 (sekitar 4 miliar), dan sekarang sudah mulai habis. Secara teoritis, pengalamatan dengan IPv6 mencapai 128 bit, dengan perincian 2 128 = 3,4 x 10 38 host di seluruh dunia. IPv6 juga membentuk infrastruktur routing yang disusun secara hierarchies, untuk mengurangi kompleksitas proses routing dan routing table. Perubahan dari IPv4 ke IPv6 pada dasarnya tejadi karena beberapa hal yang dikelompokkan dalam kategori berikut : 1. Kapasitas perluasan alamat IPv6 meningkatkan ukuran dan jumlah alamat yang mampu didukung oleh IPv4 dari 32 bit menjadi 128 bit. Peningkatan kapasitas alamat ini digunakan untuk mendukung peningkatan hirarki atau kelompok pengalamatan, peningkatan jumlah atau kapasitas alamat yang dapat dialokasikan dan diberikan pada node dan mempermudah konfigurasi alamat pada node sehingga dapat dlakukan secara otomatis. Peningkatan skalabilitas juga dilakukan pada routing multicast dengan meningkatkan cakupan dan jumlah pada alamat multicast. IPv6 ini selain meningkatkan jumlah kapasitas alamat yang dapat dialokasikan pada node juga mengenalkan jenis atau tipe alamat baru, yaitu alamat anycast. Tipe alamat anycast ini didefinisikan dan digunakan untuk mengirimkan paket ke salah satu dari kumpula node. 2. Penyederhanaan format header Beberapa kolom pada header IPv4 telah dihilangkan atau dapat dibuat sebagai header pilihan. Hal ini digunakan untuk mengurangi biaya pemrosesan hal-hal yang umum pada penanganan paket IPv6 dan membatasi biaya bandwidth pada header IPv6. Dengan demikian, pemrosesan header pada paket IPv6 dapat dilakukan secara efisien. 2

3. Peningkatan dukungan untuk header pilihan dan header tambahan (Options and extention header) Perubahan yang terjadi pada header-header IP yaitu dengan adanya pengkodean s (pilihan) pada IP dimasukkan agar lebih efisien dalam penerusan paket (packet forwarding), agar tidak terlalu ketat dalam pembatasan panjang header pilihan yang terdapat dalam paket IPv6 dan sangat fleksibel/dimungkinkan untuk mengenalkan header ipilihan baru pada masa akan datang. 4. Kemampuan pelabelan aliran paket Kemampuan atau fitur baru ditambahkan pada IPv6 ini adalah memungkinkan pelabelan paket atau pengklasifikasian paket yang meminta penanganan khusus, seperti kualitas mutu layanan tertentu (QoS) atau real-time. 5. Autentifikasi dan kemampuan privasi Kemampuan tambahan untuk mendukung autentifikasi, integritas data dan data penting juga dispesifikasikan dalam alamat IPv6. 2.3.2 Arsitektur pengalamatan IP versi 6 Alamat IPv6 adalah pengidentifikasi sepanjang 128 bit untuk interface dan sekumpulan interface. Ada tiga tipe dari alamat IPv6 : 1. Unicast : Pengidentifikasi untuk interface tunggal. Paket yang dikirimkan ke alamat unicast adalah paket yang dikirimkan ke sebuah interface yang diidentifikasi oleh alamat tersebut. 2. Anycast : Pengidentifikasi untuk sekumpulan interface (umumnya milik node yang berbeda). Paket yang dikirimkan ke alamat anycast adalah paket yang dikirimkan ke salah satu dari sekumpulan interface yang diidentifikasi oleh alamat tersebut (alamat yang paling dekat, mengacu pada pengukuran jarak dari protokol routing). 3. Multicast : Pengidentifikasian untuk sekumpulan interface (umunya milik node yang berbeda). Paket yang dikirimkan ke alamat multicast adalah paket yang dikirimkan ke semua interface yang diidentifikasi oleh alamat tersebut. Tabel 2-1 berikut akan menjabarkan perbedaan IPv4 dengan IPv6 secara keseluruhan. Tabel 2-1 Perbedaan IPv4 dengan IPv6 IPv4 IPv6 Panjang alamat 32 bit (4 Panjang alamat 128 bit (16 bytes) bytes) Tidak harus dikonfigurasi Dikonfigurasi secara secara manual, bias manual atau DHCP IPv4 menggunakan address autoconfiguration. Dukungan terhadap IPSec Dukungan terhadap IPSec opsional dibutuhkan Fragmentasi dilakukan oleh pengirim dan pada Fragmentasi dilakukan router, menurunkan hanya oleh pengirim. kinerja router. Tidak mensyaratkan ukuran paket pada link layer dan harus bisa menyusun kembali paket berukuran 576 byte. Checksum termasuk pada header. Header mengandung option. Menggunakan ARP Request secara broadcast untuk menterjemahkan alamat IPv4 ke alamat link-layer. Untuk mengelola keanggotaan grup pada subnet lokal digunakan Internet Group Management Protocol (IGMP). Paket link-layer harus mendukung ukuran paket 1280 byte dan harus bisa menyusun kembali paket berukuran 1500 byte Cheksum tidak masuk dalam header. Data opsional dimasukkan seluruhnya ke dalam extensions header. ARP Request telah digantikan oleh Neighbor Solitcitation secara multicast. IGMP telah digantikan fungsinya oleh Multicast Listener Discovery (MLD). Saat ini IPv6 melanjutkan model IPv4 dimana prefix subnet diasosiasikan dengan satu link (link tunggal). Prefix subnet yang mungkin diberikan pada link yang sama dapat lebih dari satu. 2.4 Audio dan Video Streaming Audio Streaming merupakan suatu layanan yang memungkinkan suatu server untuk membroadcast suatu audio yang bisa diakses oleh clientnya. Layanan audio streaming memungkinkan penggunanya untuk mengakses audionya secara real time ataupun sudah direkam sebelumnya. Video Streaming merupakan suatu layanan yang memungkinkan suatu server untuk membroadcast suatu video yang bisa diakses oleh clientnya. Layanan video streaming memungkinkan penggunanya untuk mengakses videonya secara real time ataupun sudah direkam sebelumnya. Isi dari video ini dapat dikirimkan dengan tiga cara dibawah ini : Live Video > Server dilengkapi dengan web camera yang memungkinkan untuk memperlihatkan suatu kejadian secara 3

langsung. Walaupun hal ini dikaitkan dengan broadcast video, tetapi video ini ditransmisikan menggunakan protokol IP multicast. Scheduled Video > Video yang sudah direkam sebelumnya dikirimkan dari suatu server pada waktu yang sudah ditentukan. Scheduled Video ini juga menggunakan protocol IP multicast. Video-on-demand > Pengguna yang sudah diauthorisasi bisa mengakses video yang sudah direkam sebelumnya dari server kapan saja mereka mau melihatnya. 2.5 QoS (Quality of Service) Quality of Service (QoS), sebagaimana dijelaskan dalam rekomendasi CCITT E.800 adalah : Efek kolektif dari kinerja layanan yang menentukan derajat kepuasan seorang pengguna terhadap suatu layanan. Jika dilihat dari ketersediaan suatu jaringan, terdapat karakteristik kuantitatif yang dapat dikontrol untuk menyediakan suatu layanan dengan kualitas tertentu. Kinerja jaringan VoIP softswitch dievaluasi berdasarkan parameter parameter kualitas layanan VoIP, yaitu : delay, jitter, packet loss dan throughput. Berikut ini adalah definisi singkat dari keempat parameter layanan tersebut. 1. Jitter Merupakan variasi delay yang terjadi akibat adanya selisih waktu atau interval antar kedatangan paket di penerima. 2. Delay a. Waktu yang dibutuhkan untuk mengirim data dari sumber (pengirim) ke tujuan (penerima). b. Delay maksimum yang direkomendasikan oleh ITU untuk aplikasi suara adalah 150 ms, dan yang masih bisa diterima pengguna adalah 250 ms. 3. Packet Loss Kehilangan paket ketika terjadi peak load dan congestion (kemacetan transmisi paket akibat padatnya traffic yang harus dilayani) dalam batas waktu tertentu. 4. Throughput Aspek utama throughput yaitu berkisar pada ketersediaan bandwidth yang cukup untuk suatu aplikasi. Hal ini menentukan besarnya trafik yang dapat diperoleh aplikasi saat melewati jaringan. Aspek penting lainnya adalah error (pada umumnya berhubungan dengan error rate) dan losses (pada umumnya berhubungan dengan kapasitas buffer). III. PERANCANGAN SISTEM Arsitektur perancangan sistem dari pembatasan bandwidth pada jaringan IPv6 dapat ditunjukkan seperti gambar 3.1 berikut : PC Router Switch L A N Client Gambar 3.1 Topologi Jaringan Streaming Server Cara kerja pada perancangan sistem diatas adalah diawali dari instalasi aplikasi pembatasan bandwidth (CBQ dan HTB) beserta aplikasi penunjang yang digunakan untuk melakukan pengamatan parameter unjuk kerja dari jaringan ketika dilakukan pembatasan bandwidth, diantaranya pengamatan throughput, jitter, paket loss serta performansi jaringan. Kemudian, dilakukan perancangan sistem pengalamatan jaringan yang berbasis IPv6, dan diimplementasikan pada jaringan yang selanjutnya dlakukan pengujian pembatasan bandwidth pada jaringan menggunakan aplikasi CBQ dan HTB. Dari pengujian tersebut, dilakukan pengamatan hasil pengujian pembatasan bandwidth berdasarkan parameter yang telah disebutkan, dan digunakan sebagai bahan analisis berdasarkan hasil pengujian pada masing-masing aplikasi, sehingga dapat diketahui perbandingan kinerja pembatasan bandwidth dari aplikasi CBQ dan HTB ketika menggunakan pengalamatan jaringan yang berbasis IPv6. IV. PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam penelitian ini, semua jaringan dibebankan trafik dengan menggunakan aplikasi manajemen bandwidth yaitu CBQ dan HTB tools secara bergantian. Untuk video yang akan distreamingkan adalah dengan format avi, video codec yang digunakan adalah standar MPEG4 dengan bitrate 1024 kbps. Dalam pengambilan data, menggunakan durasi full (sampai habis) untuk setiap sample bandwidth pada video streaming. 4.1 Delay dan Jitter Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya tumpukan antar paket (congestion) pada jaringan. Semakin besar beban trafik, semakin besar pula peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya akan semakin besar. Untuk pengukuran delay dan jitter menggunakan software wireshark dengan durasi peng-capturan sampai video selesai di-stream untuk setiap sample bandwidth. 4

Gambar 4.1 Grafik delay video streaming CBQ Nilai delay pada video streaming dengan CBQ semakin menurun bila nilai bandwidth-nya ditingkatkan. Sehingga nilai QoS semakin rendah pula. Berturut-turut nilai delay ini adalah 799.67 ms pada bandwidth 30 kbps, 373.53 ms pada bandwidth 64 kbps, 154.76 ms pada bandwidth 128 kbps, dan seterusnya mencapai dibawah 50 ms untuk bandwidth diatas 256 kbps. Sedangkan pada HTB, semakin besar bandwidth, maka delay yang terjadi semakin menurun. Sehingga buffer yang terjadi semakin berkurang, dan streaming dapat dilakukan dengan lancar pada bandwidth diatas 512 kbps. Gambar 4.4 Grafik jitter video Streaming HTB 4.2 Paket Loss Pada gambar terlihat bahwa yang memiliki nilai paket loss terbesar yaitu pada saat pengukuran dengan bandwidth 30 kbps dengan nilai mencapai 100%, sedangkan untuk pengukuran dengan bandwidth 512 kbps, 1Mbps, 2 Mbps dan tanpa pembatasan bandwidth, nilai paket loss dapat ditekan hingga mencapai 0%. Menurut ITU-T G.1010 paket loss yang diperbolehkan harus tidak lebih dari 1% loss, jadi untuk sistem manajemen bandwidth CBQ untuk HTB Gambar 4.2 Grafik delay video streaming HTB Gambar 4.5 Grafik paket loss Video Streaming CBQ Jitter yang didapatkan pada pengukuran ini sangat kecil. Hal ini tergantung dari banyaknya buffer yang menumpuk di jaringan. Semakin banyak buffer yang menumpuk, semakin besar pula jitter yang dihasilkan. Namun, secara keseluruhan, hal tersebut tidak berpengaruh pada kualitas streaming, karena dari hasil yang didapatkan, masih adanya nilai paket loss, delay, dan throughput yang wajar, serta nilai bandwidth yang diberikan. Gambar 4.6 Grafik paket loss video Streaming HTB Gambar 4.3 Grafik jitter video Streaming CBQ 4.3 Throughput Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data. Biasanya throughput dikaitkan dengan bandwidth, dikarenakan throughput bisa disebut dengan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya. Sementara throughput sifatnya adalah dinamis, tergantung trafik yang sedang terjadi. Semakin besar bitrate maka akan semakin besar throughputnya. Semakin besar nilai 5

throughputnya menunjukkan semakin bagus pula kemampuan jaringan dalam mentransmisikan file. Gambar 4.7 Grafik throughput video streaming CBQ Gambar 4.8 Grafik throughput video streaming HTB 4.4 File Transfer Dalam pengamatan ini, dilakukan transfer file menggunakan protocol ftp. File yang ditransfer dalam percobaan ini adalah file video dengan format *.flv, sedangkan ukuran file yang ditransfer adalah sebesar 30.7 MB. Gambar 4.8 Grafik waktu file transfer dengan CBQ V. KESIMPULAN Setelah dilakukan pengujian dan analisa pada sistem jaringan yang berbasis IPv6, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Secara keseluruhan, performa jaringan yang berbasis IPv6 jauh lebih baik dan lebih stabil dibandingkan dengan jaringan yang berbasis IPv4. Dimana pada IPv6 mendukung penyusunan address secara terstruktur dan menyediakan kemmpuan routing baru yang tidak terdapat pada system pengalamatan IPv4, serta dapat dilakukan pemilihan route secara efisien. 2. Dari sample data video streaming yang diambil, yaitu sebesar 256 kbps, 512 kbps dan 1Mbps, yang paling baik nilai QoS-nya adalah pada bandwidth diatas 512 kbps dengan pengiriman video streaming yang nilai bitratenya adalah 1024 kbps. 3. Aplikasi bandwidth management HTB tidak bisa support dengan sistem pengalamatan IPv6. Sehingga banyak konfigurasi yang tidak bisa dijalankan ketika HTB bekerja pada sistem pengalamatan IPv6. 4. Adanya buffer yang besar mempengaruhi nilai jitter yang dihasilkan. Semakin besar buffer yang terjadi,semakin besar pula nilai jitter-nya. VI. DAFTAR PUSTAKA [1] Abas Ali P. Analisis Perbandingan HTB (Hierarchical Token Bucket) dan CBQ (Class Based Queuing) Untuk Mengatur Bandwidth Menggunakan Linux, STMIK AMIKOM Yogyakarta. [2] Nur Hayati. Analisa Kualitas Mutimedia Pada Jaringan Mobile IP versi 6, PENS-ITS Surabaya. 2010. [3] Hagino. IPv6 Network Programming, Elsevier Digital Press United Kingdom. 2005. [4] M. Levinson. Bandwidth Trailblazers, CIO Magazine, March 1, 2002. [5] Andi Rusiawan. Dasar IPv6 : Fitur IPv6, Januari 2007. [6] M. Zen Samsono H. Performance & Monitoring Network, PENS-ITS Surabaya. Gambar 4.8 Grafik waktu file transfer dengan HTB 6