BAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

1

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

: SUSANTI ROSMALA DEWI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

MP - ASI dini kepada bayi adalah ASI PENDAHULUAN. Secara nasional cakupan ASI. belum keluar dan alasan tradisi dan. untuk bayi sampai umur 6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

dibawah usia 5 tahun (Anonim, Kompas, Mei 2005). Hal ini juga golongan masyarakat rentan gizi (Sediaoetama,1999).

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. sehat dan berkembang dengan baik (Kemenkes, 2010). sebagai makanan dan minuman utama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI berupa makanan padat atau cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan pencernaan bayi. Pada usia 6-24 bulan ASI hanya menyediakan 1/2 kebutuhan gizi bayi. Dan pada usia 12-24 bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya. Sehingga MP-ASI harus diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan (Kemenkes RI, 2014). Usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan, merupakan masa rawan pertumbuhan bayi/anak. Varghese & Susmitha (2015) menyebut periode ini dengan nama penyapihan (weaning) yang merupakan proses dimulainya pemberian makanan khusus selain ASI, berbentuk padat atau semi padat secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi, maupun tekstur dan konsistensinya sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi. Memulai pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada saat yang tepat akan sangat bermanfaat bagi pemenuhaan kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang anak. 1

2 Tumbuh kembang anak akan terganggu jika makanan pendamping tidak diperkenalkan pada di usia 6 bulan, atau pemberiannya dengan cara yang tidak tepat. Karena di usia 6 bulan, kebutuhan bayi untuk energi dan nutrisi mulai melebihi apa yang disediakan oleh ASI, dan makanan pendamping diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada usia ini perkembangan bayi sudah cukup siap untuk menerima makanan lain (WHO, 2016). Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat sejak umur 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai umut 2 tahun. Penerapan pola pemberian makan ini akan mempengaruhi derajat kesehatan selanjutnya dan meningkatkan status gizi bayi. Penelitian tentang status gizi anak di kemudian hari dan hubungannya dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sudah banyak dilakukan. Salah satunya penelitian Alemayehu dkk (2015) yang menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan terganggunya status gizi balita. Diantaranya adalah inisiasi menyusui dini, jenis kelamin anak, sumber air, status pendidikan orang tua, kemampuan orang tua dalam membuat keputusan serta tipe dan waktu makanan pelengkap awal yang diberikan. Makanan pelengkap awal atau makanan pendamping ASI (MP-ASI ) diberikan sebelum usia 6 bulan mengakibatkan dampak negatif jangka panjang dan jangka pendek. Dampak negatif jangka pendek jika bayi diberikan makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan di

3 antaranya adalah bayi kehilangan nutrisi dari ASI, menurunkan kemampuan isap bayi, memicu diare, dan memicu anemia. Sedangkan dampak negatif jangka panjang bila bayi diberikan makanan pendamping ASI sebelum 6 bulan di antaranya adalah obesitas, hipertensi, arterosklerosis, dan alergi. Tidak tepatnya waktu pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) ini disebabkan oleh beberapa alasan salah satunya adalah karena ibu bekerja (Savitri, 2016). Ibu bekerja adalah seorang ibu yang bekerja di luar rumah untuk mendapatkan penghasilan di samping membesarkan dan mengurus anak di rumah. Seiring dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, dewasa ini banyak perempuan yang terlibat di sektor publik. Bertambahnya jumlah kesempatan kerja, peningkatnya pendidikan, dan perubahan sosial ekonomi dan adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan membuat menyebabkan banyak ibu rumah tangga menjadi ibu bekerja (Schult, 2015). Jumlah angkatan kerja di Sumatera Barat pada Agustus 2014 mencapai 2,33 juta orang. Pada bulan Agustus 2014, jumlah angkatan kerja mencapai 2,33 juta orang, naik sebanyak 110 ribu orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2,22 ribu orang). Jumlah angkatan kerja baik laki-laki maupun perempuan mengalami kenaikan. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2014 bertambah sebanyak 120 ribu orang. Jumlah penduduk laki-laki yang bekerja lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan. Namun selama tahun 2015, kenaikan jumlah

4 penduduk perempuan yang bekerja lebih besar dibanding penduduk laki-laki yang bekerja yaitu sebanyak 7,99% kenaikan penduduk perempuan yang bekerja, berbanding 4,40% kenaikan penduduk laki-laki yang bekerja (Badan Pusat Statistik, 2015). Penelitian kualitatif tentang ibu bekerja dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dilakukan oleh Kabir & Matriot (2017) yang menyimpulkan bahwa pemberian makanan pada bayi dan anak pada ibu yang bekerja, secara luas ditentukan oleh pekerjaan ibu, fasilitas umum dasar, dan keterbatasan keluarga dalam membeli suatu barang. Ibu mengatakan jika harus pergi bekerja di pagi hari, dan anak dititipkan di rumah bersama anak tertua dan keluarga. Ibu mengupayakan anak mendapatkan nutrisi yang bagus walaupun ibu bekerja dengan meninggalkan makanan dan susu untuk bayi, namun pada prakteknya pemberian makanan tersebut diberikan berdasarkan keinginan bayi, bukan berdasarkan kebutuhan nutrisi bayi. Walaupun ibu mempunyai pengetahuan bagus tentang nutrisi, tapi mereka mengesampingkan memberi makan pada anak karna lebih memprioritaskan pekerjaan mereka. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Zahiruddin, Kogade, Kawalkar, Khatib & Gaidhane (2016) pada ibu bekerja yang memiliki anak usia 6-24 bulan, digambarkan bahwa ibu mulai memberikan makanan tambahan seperti makanan makanan lunak dan semi padat usia 4-6 bulan, dan makanan keras yang dihancurkan pada usia 7-9 bulan. Ibu biasa menitipkan anak mereka dengan tetangga atau keluarga ketika jam kerja.

5 Ibu tidak punya waktu untuk memasak makan terpisah dan langsung memberikan makanan keluarga. Kebanyakan ibu memulai makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini karena alasan kembali bekerja. Kembalinya ibu bekerja membuat ibu harus memberikan makanan pendamping ASI secara dini walaupun mereka mempunyai pengetahuan yang baik. Pengetahuan baik, tidak akan menjamin bahwa ibu mampu memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara baik dan tepat waktu pula. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Mehkari dkk (2014) yang menyimpulkan bahwa walaupun tenaga kesehatan mempunyai pengetahuan yang baik tentang memberikan makanan pada bayi, namun pada pelaksanaannya terdapat perbedaan dalam pengetahuan dan prakteknya. Alasan utamanya adalah karena rintangan di tempat bekerja. Rintangan yang dihadapi adalah tidak tersedianya fasilitas yang memadai untuk menyusui bayi, kemudian adanya ketakutan bahwa bayi akan tertular penyakit jika bayi diberikan susu dan makanan di tempat ibu bekerja dengan seragam rumah sakit yang digunakan. Kumar, Gunjan, Ish, & Yogender (2015) dalam penelitian kuantitatifnya tentang kebiasaan makan bayi dan anak pada ibu bekerja menyimpulkan bahwa ibu bekerja mengalami tantangan dan hambatan dalam memberikan makanan yang optimal untuk bayi. Sebesar 70% atau sebanyak 105 orang dari 150 sampel memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini.

6 Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 13 April 2017 bertempat di Puskesmas Padang Pasir. Puskesmas Padang Pasir merupakan Puskesmas yang terletak di pusat kota. Keberadaan kota merupakan pusat kegiatan atau konsentrasi ekonomi (Reksohadiprojo, 2001). Pada tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir, angka baduta 0-23 bulan mencapai jumlah 1739 orang. Dengan 877 jenis kelamin lai-laki dan 862 perempuan. Dengan jumlah terbanyak di Kelurahan Berok Nipah. Peneliti menemui 3 orang ibu untuk diwawancara terkait dengan pengalaman ibu bekerja dalam keberhasilan pemberian makanan pendamping ASI secara tepat waktu. Yaitu P1, P2, dan P3. Peneliti menemukan bahwa ibu bekerja mulai memberikan makanan tambahan tidak sesuai dengan waktu yang tepat. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, 3 partisipan memberikan makanan lembik pada saat bayi berusia < 6 bulan. 1 dari 3 partisipan memberikan makanan tambahan pada saat bayi berusia 2 bulan, 2 lainnya memberikan makanan tambahan pada saat bayi berusia 4 bulan. Partisipan merupakan ibu bekerja yang menghabiskan waktu di luar rumah sekitar 9-12 jam. Ibu biasa menitipkan bayi dengan keluarga dan tetangga. Ibu memberikan susu formula, buah-buahan seperti pisang, dan makanan lembik sebelum bayi berusia 6 bulan. Alasan diberikannya makanan tambahan adalah karena lamanya durasi ibu bekerja, sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi. Dikarenakan kondisi tersebut, ibu menganggap ASI nya kurang dan tidak

7 mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. Oleh sebab itu ibu memutuskan untuk memberikan makanan dan minum tambahan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. Fenomena di atas membuktikan bahwa ibu bekerja menghadapi tantangan dan rintangan dalam pemberian makanan pendamping ASI(MP-ASI) dengan tepat waktu dan cara yang benar. Status pekerjaan dan lamanya waktu bekerja ibu membuat ibu harus memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini. Banyak rintangan dan hambatan yang dihadapi ibu bekerja dalam memberikan makanan pendamping ASI secara tepat waktu, namun masih ada ibu bekerja yang berhasil memberikan makanan pendamping ASI secara tepat waktu. Dibuktikan dengan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang bahwa ada 3380 orang ibu yang sudah berhasil memberikan ASI Ekslusif. Artinya jika ASI Ekslusif sudah diberikan maka pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) juga sudah dimulai secara tepat waktu yaitu ketika bayi berusia 6 bulan. Fenomena ini yang melatarbelakangi peneliti untuk mengeksplorasi pengalaman ibu bekerja yang berhasil memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat waktu. Beberapa penelitian sebelumnya banyak dilakukan secara kuantitatif yang belum bisa menggali bagaimana pengalaman ibu bekerja dalam keberhasilan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat waktu pada anak.

8 Penelitian kualitatif sudah pernah dilakukan, namun penelitian tersebut hanya menjelaskan secara umum faktor penyebab ibu memulai makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini. Belum ada yang mengeksplorasi bagaimana pengalaman ibu bekerja dalam keberhasilan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat waktu. Oleh sebab itu peneliti mengeksplorasi bagaimana pengalaman ibu bekerja dalam keberhasilan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat waktu. B. Rumusan Masalah Mengeksplorasi pengalaman ibu bekerja dalam memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan hal yang penting. Karena ibu bekerja memiliki jam kerja yang terikat sehingga banyak dari ibu yang menitipkan anak mereka. Sedangkan anak umur 0-2 tahun memerlukan perhatian khusus terlebih dalam asupan nutrisi. Waktu awal dan frekuensi pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman ibu bekerja dalam keberhasilan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat waktu.

9 C. Tujuan Penelitian Untuk mengeksplorasi pengalaman ibu bekerja dalam keberhasilan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) di waktu yang tepat. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi profesi kesehatan/institusi pelayanan Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memotivasi dan menjadi alternatif strategi untuk meningkatkan keberhasilan ibu-ibu bekerja agar dapat memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan benar dan tepat waktu. 2. Bagi institusi keperawatan Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berarti terhadap ilmu keperawatan tentang bagaimana ibu mampu memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan benar dan tepat waktu walaupun ibu bekerja. 3. Bagi penelitian selanjutnya Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian sejenis atau lebih spesifik tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI).