III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SWOT. Matriks SWOT Kearns EKSTERNAL INTERNAL. Comparative Advantage. Mobilization STRENGTH WEAKNESS. Sumber: Hisyam, 1998

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

Analisis Strategi Bisnis (SWOT) Kelompok 4: Opissen Yudisius Murdiono Muhammad Syamsul Wa Ode Mellyawanty Kurniawan Yuda

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kampung Baru, Kota Tua, Jakarta Barat. Kota

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pringsewu dan Produk Domestik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari instansi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

Economics Development Analysis Journal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah kampus utama UPI yaitu Kampus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup. per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi selain untuk menaikkan

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

KARAKTERISTIK DAN POTENSI EKONOMI DAERAH Oleh: Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si

Gambar 3.1 Denah Lokasi Alam Wisata Cimahi

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan di

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukuan diwilayah Kota Bandar Lampung dan Provinsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat bagian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Atas Dasar Penyerapan Tenaga Kerja Studi Kasus di Kota Manado Tahun

METODE PENELITIAN. penulisan skripsi ini, penelitian dilakukan di Provinsi Lampung. Secara khusus

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA (STUDI KASUS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar belakang Rumusan Masalah... 6

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

IDENTIFIKASI DAN POTENSI EKONOMI PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DAN POTENSIAL DI KABUPATEN WONOSOBO.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB III METODE PENELITIAN. ekonomi yang ada di Pulau Jawa. Selain mengetahui struktur juga untuk

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TABANAN

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS EKONOMI KOTA TOMOHON TAHUN

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 ( Juta Rupiah) dan Laju Pertumbuhan PDRB Karesidenan Kedu Tahun

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data sesuai tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini adalah wilayah penelitian Kota Metro dengan wilayah administrasi Provinsi Lampung. Sektor basis adalah sektor yang melayani pasar di dalam maupun di luar dan merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan suatu wilayah yang bersangkutan (Arsyad, 1999) Sektor nonbasis adalah sektor yang hanya melayani pasar di dalam wilayah perekonomian yang bersangkutan (Arsyad, 1999) Sektor unggulan adalah sektor yang mampu melayani pasar didalam wilayah dan memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan sektor yang sama Pada wilayah refrensinya (Riadi, 2007) Sektor Potensial adalah sektor yang mampu melayani pasar didalam wilayahnya tanpa memiliki keunggulan komparatif atau memiliki

31 keunggulan komparatif namun belum mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya (Riadi, 2007) Sektor terbelakang adalah sektor yang tidak mampu memenuhi kebutuhan didalam wilayahnya dan tidak memiliki keunggulan komparataif (Riadi, 2007) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah besarnya nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun), atau merupakan nilai barang dan jasa akhir yang digunakan oleh seluruh unit ekonomi untuk kegiatan konsumsi, investasi, dan eksport, satuannya adalah rupiah per tahun (Rp/tahun). Harga konstan adalah harga didasarkan pada harga tahun tertentu, seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun lain. Harga berlaku adalah harga yang digunakan untuk menilai produksi barang dan jasa sesuai harga yang berlaku pada tahun tersebut. Pendapatan total wilayah adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, satuannya adalah rupiah per tahun (Rp/tahun). Pendapatan total wilayah Kota Metro adalah nilai tambah berupa jumlah barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi di Kota Metro dalam waktu tertentu dikalikan dengan harga barang dan jasa yang berdampak

32 pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Pengukurannya dapat dilihat dari PDRB Kabupaten dan Provinsi, satuannya adalah rupiah per tahun (Rp/tahun). Pengganda pendapatan adalah besarnya peningkatan pendapatan suatu wilayah akibat dari peningkatan pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya sebesar satu rupiah. Komponen Share adalah pertambahan PDRB suatu daerah seandainya pertambahannya sama dengan pertambahan PDRB daerah dengan skala yang lebih besar selama periode waktu tertentu. Komponen Net Shift adalah komponen nilai untuk menunjukkan penyimpangan dari komponen Share dalam ekonomi regional (Arsyad, 1999) Komponen Differential Shift adalah komponen untuk mengukur besarnya Shift Netto yang digunakan oleh sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di daerah yang bersangkutan dibandingkan daerah yang skalanya lebih besar (Arsyad, 1999) Komponen Propotional Shift adalah komponen yang digunakan untuk menghasilkan besarnya Shift Netto sebagai akibat dari PDRB daerah yang bersangkutan berubah. Komponen bernilai positif apabila daerah yang diteliti (kota/kabupaten) berspesialisasi dalam sektor yang di tingkat daerah dengan skala lebih besar (propinsi/nasional) tumbuh lebih cepat, sebaliknya bernilai negatif apabila daerah yang diteliti (kota/kabupaten) berspesialisasi pada sektor yang di tingkat daerah dengan skala lebih besar (propinsi/nasional) tumbuh dengan lambat (Arsyad, 1999)

33 Daya saing wilayah adalah potensi atau keunggulan komparatif yang dimiliki suatu wilayah dalam mengembangkan sektor/subsektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya (Arsyad, 1999) B. Data dan Sumber Data Data merupakan semua hasil observasi atau pengukuran untuk keperluan tertentu. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang digunakan untuk mendukung kelengkapan dalam penelitian maupun analisis data merupakan data yang telah diteliti oleh pihak lain dalam hal ini adalah pemerintah. Dalam penelitian ini digunakan data PDRB Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, data PDRB Perkapita Provinsi Lampung yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung periode 2002-2011 dan jarak antar pusat kegiatan ekonomi antara Kota Metro dan Kabupate/Kota lainnya di Provinsi Lampung. C. Metode Pengumpulan Data Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi keberhasilan suatu penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengumpulan data diperlukan guna mendapatkan data-data yang obyektif dan lengkap sesuai dengan permasalahan yang diambil. Selain itu, data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan, validitasi data dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas dari pengambil datanya sendiri cukup valid.

34 Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu suatu cara memperoleh data atau informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan tertulis yang lalu baik berupa angka maupun keterangan. Dokumen yang dibutuhkan adalah data PDRB tahun 2000 sampai dengan tahun 2011 Kota Metro dan Propinsi Lampung. D. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisa kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan keterkaitan antar wilayah. Alat Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Klassen Typology Alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) merupakan suatu teknik sederhana yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kabupaten/kota berdasarkan Tipologi Klassen dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut: 1) Daerah tipe I cepat-maju dan cepat-tumbuh, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata Provinsi Lampung. 2) Daerah tipe II maju tapi tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Lampung.

35 3) Daerah tipe III berkembang cepat, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Lampung. 4) Daerah tipe IV relatif tertinggal, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Lampung. Dikatakan tinggi apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih tinggi dibandingkan rata-rata seluruh kabupaten/kota di Provinsi Lampung dan digolongkan rendah apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih rendah dibandingkan rata-rata seluruh kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Daerah-daerah yang termasuk kategori relatif tertinggal ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang rendah, tingkat pendapatan yang rendah, dan tingkat pengangguran yang tinggi sehingga daerah-daerah seperti ini tidak mampu bersaing dengan daerah - daerah lainnya dan tidak berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional (Arsyad, 2010).

36 Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi provinsi Tingkat pendapatan perkapita daerah dibandingkan dengan tingkat pendapatan perkapita provinsi Y1 > y Y1 < y R1 > r Tipe I Daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh Tipe III Daerah berkembang cepat R1 < r Tipe II Daerah maju tapi tertekan Tipe IV Daerah tertinggal Keterangan: R1=Pertumbuhan Ekonomi Daerah Provinsi Lampung r = Pertumbuhan Ekonomi Kota Metro Y1=Pendapatan Perkapita Provisi Lampung y =Pendapatan Perkapita Kota Metro Gambar 4. Tipologi Klassen untuk Pengidentifikasian Daerah Tertinggal Menurut Klassen, daerah tertinggal kurang dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. Daerah-daerah tersebut tidak dapat bersaing dengan daerah-daerah lainnya paling tidak dalam satu cabang industri. 2. Location Quotien Location Quotient adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relative sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (kabupaten/kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki suatu daerah yaitu membaginya menjadi dua golongan yaitu sektor basis dan sektor non basis.

37 Perhitungan LQ menggunakan rumus sebagai berikut (Ghalib 2005:169) LQ V V V V R i R N i N Keterangan: LQ : Nilai Location Quotient R V i : PDRB Sektor i di Kota Metro R V : PDRB total di Kota Metro N i N V : PDRB total di Propinsi Lampung V : PDRB Sektor i di Propinsi Lampung Berdasarkan hasil perhitungan LQ dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut : a. Jika LQ lebih besar dari satu (LQ > 1), merupakan sektor basis dan berpotensi untuk ekspor, artinya spesialisasi kota/kabupaten lebih tinggi dari tingkat propinsi. b. Jika LQ lebih kecil dari satu (LQ < 1), merupakan sektor non basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat propinsi. c. Jika LQ sama dengan satu (LQ = 1), berarti tingkat spesialisasi di kabupaten sama dengan tingkat propinsi. Asumsi dari teknik ini adalah bahwa semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat nasional, produktivitas tenaga kerja sama dan setiap industri menghasilkan barang yang homogen atau barang sejenis.

38 Secara keseluruhan analisis LQ memberikan petunjuk yang sangat baik untuk melihat keadaan ekonomi wilayah dan potensinya dimasa yang akan datang. Sedangkan kelemahannya antara lain merupakan indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah, ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja di setiap daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya yang bisa dikembangkan di setiap daerah. Namun demikian model ini sangat berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang dibutuhkan masyarakt untuk mengembangkan stabilitas ekonomi. 3. Analisis Shift Share Analisis shift-share menggambarkan kinerja dan produktivitas sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah dengan membandingkannya dengan kinerja sektor-sektor wilayah yang lebih besar (Lincolin Arsyad, 2010) menjelaskan pada dasarnya analisis. Analisis ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi regional (kota/kabupaten) dengan laju pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi tingkatannya (provinsi). Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga bidang yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu : 1) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan menganalisis perubahan kesempatan kerja agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

39 2) Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. 3) Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Bentuk umum dari persamaan shift-share adalah sebagai berikut: Dij = Nij + PP + PPW...(1) Nij = Eij x Ra...(2) PP = (Ri-Ra) x Eij...(3) PPW = (ri-ra) x Eij...(4) Keterangan : Dij = perubahan suatu variabel regional sektor (i) di kabupaten dalam kurun waktu tertentu. Nij = pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung terhadap perekonomian kabupaten/kota. PP = pertumbuhan proporsional atau pengaruh bauran industri PPW = pertumbuhan pangsa wilayah Eij = PDRB sektor (i) kabupaten pada awal tahun periode 4. Model Gravitasi Model Gravitasi adalah model yang menggambarkan tingkat interaksi spasial antar dua entitas atau lebih yang mempunyai gejala fisik. Dalam mdoel gravitasi, daerah dimisalkan sebagai suatu massa. Massa tersebut dibentuk sesuai dengan beberapa prinsip yang menentukan bentuk keseluruhan (Hansen, 2004). Sebagai ilustrasi sederhana suatu daerah X terbagi menjadi beberapa sub daerah. Jumlah penduduk daerah X, yaitu P jiwa. Jumlah perjalanan yang dilakukan penduduk X ialah T. Perbedaan yang ada dalam

40 setiap subdaerah (pendapatan, pembagian penduduk berdasarkan umur, dan lainnya) diabaikan. Pembagian daerah X menjadi sub daerah i, j, k dan seterusnya disesuaikan dengan kepentingan analisis. Berdasarkan teori tersebut kemudian dibuat persamaan yang disebut dengan persamaan Gravitasi atau Model Gravitasi (Gravity Model). Model Gravitasi adalah persamaan atau model yang digunakan untuk menganalisa arus antar dua entitas yang terpisah secara geografis. Secara matematis persamaan Model Gravitasi dirumuskan sebagai berikut: Fij= (W1/P1)(W2/P2)/J 2 12 Dimana: Fij : Arus dari Kabupaten/kota ke Kota Metro W1 : PDRB Perkapita Kota Metro W2 : PDRB Perkapita (Kabupaten /Kota lainnya di Provinsi Lampung ) P1 : Jumlah Penduduk Kota Metro P2 : Jumlah Penduduk (Kabupaten/kota lainnya di Provinsi Lampung) J12 : Jarak Antar Kabupaten/kota (meter) 5. Metode Skoring Untuk penentuan subsektor unggulan dan potensial, dilakukan penggabungan dua alat analisis yaitu Shift Share dan Location Kuotien. Setelah diklasifikasikan subsektor-subsektor manasaja yang termasuk unggul dan subsektor yang termasuk potensial tahap selanjutnya adalah melakukan perankingan dengan menggunakan metode rata-rata (Sekoting).

41 6. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi (S) strengths, (W) weaknesses, (O) opportunities, dan (T) threats. Hal ini melibatkan penentuan tujuan mengidentifikasi faktorfaktor internal dan eksternal yang baik dan menguntungkan untuk mencapai tujuan itu. Sebuah analisis SWOT harus terlebih dahulu memulai dengan mendefinisikan sesuatu yang diinginkan atau tujuan akhir. Sebuah analisis SWOT dapat dimasukkan ke dalam model perencanaan strategis. Contoh dari teknik perencanaan strategis yang menggabungkan objektif digerakkan analisis SWOT Analisis Kreatif Strategis (SCAN). Perencanaan strategis, termasuk analisis SWOT dan SCAN, telah menjadi subyek banyak penelitian (Sawitri, 1997) Analisis SWOT membagi dua garis besar objek yang akan dianalisis yaitu aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal adalah aspek yang masih dapat dikendalikan atau dilakukan kontrol. Sedadangkan aspek eksternal merupakan aspek yang tidak dapat dikendalikan secara langsung atau dilakukan kontrol secara langsung. Aspek internal terbagi menjadi dua yaitu Strange (S) dan Weaknes (W), sedangkan aspek eksternal adalah oportunity (O) dan treats (T). 1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal

42 (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal. Gambar 5. Matrik SWOT Sumber: Hasyman, 1998 Keterangan: Sel A: Comparative Advantages Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat. Sel B: Mobilization Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk Comparative Advantage Divestment/Investment Damage Control Mobilization memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang. Sel C: Divestment/Investment Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi). Sel D: Damage Control Sel ini merupaka kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

43 2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: a. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T. b. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y; c. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT. Gambar 6. Kuadran SWOT Kuadran I (positif, positif)

44 Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Kuadran II (positif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya. Kuadran III (negatif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. Kuadran IV Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan

45 dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.