IMPLEMENTASI PENGUASAAN OBYEK GADAI (MOTOR) DI LEMBAGA PEGADAIAN DENPASAR

dokumen-dokumen yang mirip
SAHAM PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI OBJEK JAMINAN GADAI

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

TANGGUNG JAWAB KREDITOR ATAS HILANGNYA BARANG GADAI

Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

EKSEKUSI TERHADAP SAHAM YANG DIGADAIKAN BERKAITAN DENGAN BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU GADAI DALAM SCRIPLESS TRADING SYSTEM

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA. Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sudah sejak masa

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN BARANG YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SESETAN

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

PERSYARATAN JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PRAKTEKNYA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA ADAT KUTA

JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBERI FIDUSIA ATAS DIJAMINKANNYA OBYEK FIDUSIA OLEH

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUASAAN HAK MILIK ATAS TANAH OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah masalah perekonomian. Dengan sempitnya lapangan

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie.

BAB I PENDAHULUAN. dan menangkap setiap peluang untuk mendatangkan pendapatan. Pendapatan yang

AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

KAJIAN PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PEGADAIAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

UPAYA BANK DALAM PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

PELAKSANAAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL-BELI SMARTPHONE MELALUI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT ADIRA QUANTUM CABANG DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

ASPEK HUKUM PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA (CESSIE) KARENA WANPRESTASI PT. BANK SRI PARTHA KEPADA PT. SRI PARTHA PUSAKA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Negara tersebut. Tetapi dampak positif perekonomian bagi Negara

I. PENDAHULUAN. Seiring meningkatnya perekonomian Indonesia, maka semakin tinggi pula

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDTI TANPA AGUNAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SURYA MAKMUR DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

KEDUDUKAN FIDUSIA SEBAGAI LEMBAGA JAMINAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH OLEH KREDITOR APABILA OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG AKAN DILELANG DIKUASAI OLEH PIHAK KETIGA

SISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan pelaku usaha atau perseorangan untuk menggerakan perekonomiannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BENTUK PENGIKAT JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) CANGGU DI KABUPATEN BADUNG

Oleh Putu Lingga Mahasaskara Suarta ** Marwanto *** A.A. Sri Indrawati **** Program Kekhususan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian masyarakat berdampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

Oleh : I Made Hengki Permadi Dewa Gde Rudy I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata, Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMENANG LELANG TERKAIT KEPEMILIKAN TANAH SECARA ABSENTEE

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2005 BERKAITAN DENGAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Prosedur Dan Sistem Informasi Akuntansi. harus dilakukan untuk menjalankan suatu fungsi tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Transkripsi:

IMPLEMENTASI PENGUASAAN OBYEK GADAI (MOTOR) DI LEMBAGA PEGADAIAN DENPASAR Oleh: Arick Hermawan Cavalera Ida Bagus Surya Dharma Jaya I Made Dedy Priyanto Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The paper titled The Implementation of Object Mastery on Pledge (Motor) in Denpasar Mortgage Institution. In writing this paper is used the empirical juridica method that using thel primary data (field) which is then analyzed or assessed by the legislation, the qualitative analysis is then presented by descriptive analysis. Assurance are the main conditions in mortgage activity. In a pledge that the main principle is the displacement of power over the object to the lien holder, not the right of ownership only this is expressly contained in Article 1150 Civil Code. But mastery pawn object (motor) in Denpasar Mortgage Institutions still found a violation of the principle of fiduciary. Keywords :Implementation, Fiduciary Object, Mortgage Institutions. ABSTRAK Makalah ini berjudul Implementasi Penguasaan Obyek Gadai (Motor) Di Lembaga pegadaian Denpasar. Dalam penulisan makalah ini digunakan metode yuridis empiris yaitu dengan menggunakan data primer (data lapangan) sebagai data utama yang kemudian dianalisi atau dikaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, analisis kualitatif yang kemudian disajikan secara diskriptif analisis. Jaminan merupakan syarat utama dalam kegiatan gadai. Dalam gadai yang menjadi prinsip utama adalah pindahnya kekuasaan atas bendanya kepada pemegang gadai, bukan hak kepemilikannya saja hal ini secara tegas terdapat pada Pasal 1150 KUH Perdata. Namun penguasaan obyek gadai (motor) Di Lembaga Pegadaian Kota Denpasar masih ditemukan adanya pelanggaran terkait prinsip gadai. Kata kunci : Implementasi, Obyek gadai, Lembaga pegadaian. I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan lembaga lembaga pegadaian telah makin penting dan strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, khusunya bagi masyarakat golongan menengah kebawah. Sifat dari lembaga penggadaian ini adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasar atas prinsip pengelolaan perusahaan. 1 1 Abdul Rasyid saliman, 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori Dan Contoh Kasus, Kencana Preneda Media Group, Jakarta, Hal. 37 1

Usaha yang paling menonjol dilakukan oleh Perum Lembaga pegadaian adalah menyalurkan uang (kredit) berdasarkan hukum gadai. Artinya bahwa barang yang digadaikan itu harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada penerima gadai, sehingga barang-barang itu berada di bawah kekuasaan penerima gadai. Asas ini disebut dengan asas inbezitzeteling. 2 Tujuan lembaga ini adalah mencegah rakyat kecil yang membutuhkan agar tidak jatuh ke tangan para pelepas uang yang dalam pemberian pinjaman mengenakan bungan yang sangat tinggi. Biasanya lembaga ini beroperasi dan tersebar di daerah urban maupun daerah rural. Peranannya tetap penting dimasa depan terutama sebagai akibat kebutuhan ekonomis dan finansial dalam masyarakat yang mendesak akan uang tunai dari golongan berpenghasilan rendah dengan tatacara pemberian pinjaman sederhana. 3 Gadai merupakan turunan dari jaminan, sehingga kedudukannya merupakan perjanjian accesoir, yaitu perjanjian yang bersifat tambahan dan selalu dikaitkan dengan perjanjian pokoknya sehingga sifat dari perjanjian accesoir, adalah selalu mengikuti keadaan perjanjian pokok. Terkait jaminan gadai ini, lembaga pegadaian di Kota Denpasar sendiri diduga masih terdapat kerancuan mengenai benda yang menjadi objek jaminan pada gadai apakah bendanya atau hanya hak kepemilikan saja yang diserahkan kepada penerima gadai (kreditur). Kerancuan ini terlihat ketika membandingkan antara gadai dengan objek mas yang diserahkan adalah masnya, namun pada perjanjian gadai dengan objek motor yang diserahkan adalah Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), bukan motornya. 1.2 Tujuan Dari latar belakang diatas dapat dikemukakan rumusan masalah yang juga menjadi tujuan dari makalah ini yaitu: Bagaimana implementasi penguasaan obyek gadai (motor) Di Lembaga pegadaian Denpasar. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yuridis empiris yaitu dengan menggunakan data primer (data lapangan di Lembaga Pegadaian KUMK Centre Cabang Denpasar) sebagai data utama yang kemudian dianalisis atau Bandung, Hal. 8 2 H. Salim, 2008, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, Hal. 37 3 Neni Sri Imaniyati, 2010, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, PT Refika Aditama, 2

dikaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, analisis kualitatif yang kemudian disajikan secara diskriptif analisis. 2.2 Hasil Pembahasan Implementasi Penguasaan Obyek Gadai (Motor) Di Lembaga Pegadaian Denpasar Berdasar pada pasal 1150 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) pengertian gadai adalah: suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya, dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dari barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur lain; dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan putusan atas tuntunan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu diserahkan sebagai gadai dan yang harus didahulukan. Berdasar ketentuan pasal 1150 KUH Perdata ini, jelas bahwa dalam gadai ada kewajiban dari seorang debitur untuk menyerahkan barang bergerak yang dimilikinya sebagai jaminan pelunasan utang, bukan bukti kepemilikan. Hasil wawancara dengan Bapak Gede Wiarsana selaku pegawai terkait implemantasi Penguasaan Obyek Gadai (Motor) Di Lembaga pegadaian KUMK Centre cabang Denpasar. Beliau mengatakan dalam hal jaminan kendaraan bermotor yang di jadikan sebagai jaminan biasanya adalah Hak kepemilikan atau yang biasa disebut dengan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) beserta motornya juga dan yang menangani proses tersebut adalah kantor Lembaga Pegadaian Pusat yang proses penafsiran sampai cairnya dana yang disetujui biasanya memakan waktu yang cukup lama (3hari - 1minggu). Beliau juga mengatakan bahwa lembaga pegadaian biasanya hanya menerima BPKB saja, sedangkan motornya/benda objek gadai masih dapat dikuasai debitur, hal ini ditegaskan pada pintu masuk lembaga pegadaian tersebut terdapat slogan yang berbunyi Menerima Jaminan BPKB dengan syarat dan Ketentuan Berlaku. Dari pemaparan diatas jika dikaitkan dengan hasil wawancara pada jasa Lembaga Pegadaian KUMK Centre cabang Denpasar terkait objek jaminan kendaraan bermotor. Pada kenyataan dilapangan, bahwa dalam hal jaminan gadai yang berobyekkan kendaraan bermotor debitur dibolehkan hanya menyerahkan hak kepemilikan saja atau yang biasa disebut dengan BPKB, jelas hal ini melanggar pasal 3

1150 KUH Perdata. Karena yang seharusnya diserahkan menjadi barang jaminan oleh pemberi gadai kepada penerima gadai adalah barangnya sendiri yaitu berupa motor tersebut bukan hanya hak kepemilikannya saja. Hal ini terlihat dari bunyi pasal 1150 KUHPerdata yang menyatakan bahwa : Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya. Inilah yang seharusnya merupakan kewajiban seorang pemberi gadai (debitur) atas jaminan pelunasan utang dan merupakan prinsip dari kegiatan gadai itu sendiri sesuai dengan asas inbezitsteling yang pada ketentuannya mengharuskan kekuasaan atas bendanya harus pindah atau berada pada pemegang gadai. Terkait hal ini, dapat dikatakan bahwa telah terjadi kesenjangan antara peraturan dan pelaksanaannya pada lembaga pegadaian KUMK centre cabang Denpasar yang dalam penerapannya hanya menyerahkan BPKB dan bukan motor sebagai objek jaminan gadai. Mengenai kemungkinan munculnya kreditur lain, Bapak Gede Wiarsana mengatakan tidak diperbolehkan. Karena dalam Surat Bukti Kredit (SBK) terdapat klausul yang menegaskan bahwa nasabah harus menjamin barang yang akan digadaikan tidak sedang menjadi jaminan sesuatu hutang, tidak dalam sitaan, tidak dalam sengketa atau bukan barang yang diperoleh secara tidak sah atau melawan hukum. Terkait dengan pasal 1150 KUHPerdata, terdapat ketentuan yang menegaskan bahwa kreditur dapat mengambil pelunasan piutangnya dengan mendahului kreditur-kreditur lain, sehingga terdapat kemungkinan adanya kreditur lain dalam perjanjian gadai. Disinilah terdapat kesenjangan antara peraturan dan pelaksanaannya pada lembaga pegadaian KUMK centre cabang Denpasar yang dalam penerapannya melarang debitur untuk menjaminkan kembali objek jaminan gadai pada kreditur lain. Dalam gadai terdapat asas inbezitstelling. Asas ini, mensyaratkan bahwa kekuasaan atas bendanya harus pindah/ berada pada pemegang gadai, sebagaimana yang diatur di dalam pasal 1152 KUH Perdata. Ini merupakan hambatan yang berat bagi gadai atas benda-benda bergerak berwujud, karena pemberi gadai tidak dapat menggunakan benda-benda tersebut untuk keperluannya. Terlebih jika benda tanggungan tersebut kebetulan merupakan alat yang penting untuk mata pencarian sehari-hari, misalnya bus atau truk-truk bagi perusahaan angkutan, alat-alat rumah 4

makan, sepeda bagi penarik rekening atau lover susu dan lain-lain. 4 Terkait dengan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa lembaga gadai di Denpasar yang mewajibkan BPKB sebagai objek gadai dan membiarkan barang bergerak berupa motor masih dalam penguasaan debitur telah melanggar prinsip-prinsip gadai. III. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Implementasi penguasaan obyek gadai (motor) Di Lembaga Pegadaian Kota Denpasar ditemukan adanya pelanggaran pasal 1150 KUH Perdata dimana pada prinsipnya dalam gadai menjadi kewajiban seorang debitur untuk menyerahkan barang bergerak miliknya kepada jasa lembaga pegadaian sebagai jaminan pelunasan utang yang dalam hal ini objek gadai itu adalah kendaraan bermotor bukan BPKB. DARTAR PUSTAKA Abdul Rasyid saliman, 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori Dan Contoh Kasus, Kencana Preneda Media Group, Jakarta H. Salim, 2008, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta Neni Sri Imaniyati, 2010, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung Kitab Undang-Undang Hukum perdata, diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2009, Pradnya Paramitha, Jakarta 4 H. Salim, Op.cit, Hal. 57-58 5