HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. beban yang luar biasa secara global pula.menurut Lawes et al., disability-adjusted life years (DALY) terkait dengan tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KARTASURA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi. kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena

Transkripsi:

0 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Oleh : PRIMA TRISNA AJI NIM : J 210080509 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Penyakit kardiovaskuler adalah nama untuk suatu kelompok penyakit yang mengenai jantung dan pembuluh darah dan penyebab kematian yang utama di seluruh dunia. Penyakit ini merupakan penyakit yang umumnya terbatas pada orang dewasa dan orang tua, namun hal yang mengkwatirkan adalah kecenderungan terdapat semakin banyaknya orang-orang usia muda yang menderita penyakit kardiovaskuler ini di seluruh dunia. Macam penyakit kardiovasculer antara lain penyakit jantung koroner, stroke, trombosis dan hipertensi dll (Budi, 2005). Berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD) tahun 2000, 50% dari penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh hipertensi. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES. Insiden hipertensi sekitar 5% pada dewasa muda, 20% pada usia 50-60 tahun, dan 50% pada usia 80 tahun. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk di Indonesia (Petrus, 2006). 1

2 Di Indonesia hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Hipertensi merupakan faktor yang dapat dicegah bila faktor resiko dikendalikan. Pencegahan dan penanggulangan merupakan kombinasi upaya inisiatif pemeliharaan kesehatan mandiri oleh petugas dan individu yang bersangkutan. Hambatannya sering terjadi dalam pengobatan disebabkan karena penderita lalai, tidak mendengarkan nasehat dokter, kurang pemahaman dalam minum obat dan kurangnya pengetahuan. Selain itu faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi antara lain umur, jenis kelamin, merokok, stress, konsumsi alkohol, konsumsi garam, pendapatan, status gizi dan obesitas. Pada penderita obesitas atau kelebihan berat badan berdasarkan penelitian, beresiko lebih besar menderita hipertensi dibandingkan orang yang kurus. Status gizi juga mempengaruhi tingkat kekambuhan hipertensi klien dikarenakan tanpa diimbangi gizi yang adekuat maka akan terjadi kekurangan energi yang akan menyebabkan peningkatan aliran darah. Obesitas atau kegemukan merupakan faktor resiko yang sering dikaitkan dengan hipertensi. Resiko terjadi hipertensi pada individu yang semula normotensi bertambah dengan meningkatnya berat badan. Individu dengan kelebihan berat badan 20% memiliki risiko 3 8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal (Suarthana, 2001).

3 National Health and Nutrition examination survey (NHAES) penderita berat badan lebih (over weight) yang berumur 20-75 tahun dengan BMI > 27 akan mengalami kemungkinan hipertensi tiga kali lipat dibandingkan dengan tidak mempunyai berat badan lebih atau non over weight (Hendro, 2002). Hasil dokumentasi didapatkan bahwa di Puskesmas Gilingan Surakarta angka kejadian peringkat tertinggi adalah penyakit hipertensi dengan insidensi masyarakat yang memeriksakan diri di Puskesmas Gilingan Surakarta rata-rata per bulan ditahun 2009 sebanyak 75 angka kejadian penyakit Hipertensi. Menurut hasil observasi di lapangan bahwa masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta yang menderita hipertensi yang berkunjung di Puskesmas Gilingan Surakarta kebanyakan bervariasi ada yang obesitas dan ada juga yang kurus. Obesitas juga dapat mempengaruhi tingkat tekanan darah dikarenakan pada orang yang mengalami obesitas pada dinding pembuluh darah banyak terdapat kolesterol yang menyumbat aliran pembuluh darah sehingga aliran darah meningkat (Roehadi, 2008). Pada penyelidikan yang ada terlihat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Pengamatan Antari (2005) didapatkan bahwa jumlah penderita hipertensi yang berobat di puskesmas jauh lebih banyak daripada di penderita hipertensi yang memeriksakan di rumah sakit, salah satunya Puskesmas yang memiliki tingkat kejadian tinggi adalah Puskesmas Gilingan Surakarta.

4 Kekambuhan hipertensi juga dipicu oleh perubahan kondisi lingkungan. Status gizi yang buruk akan cenderung menyebabkan tingkat kekambuhan penyakit hipertensi naik di Puskesmas Gilingan Surakarta dikarenakan asupan makanan yang kurang untuk memenuhi gizi yang baik (Hendro, 2002). Penyakit hipertensi yang diderita masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta sering kambuh karena berdasarkan hasil wawancara mereka mengaku tidak pernah memperhatikan asupan makanan setiap harinya dikarenakan pendapatan yang kurang untuk memperoleh makanan yang bergizi. Dengan pendapatan yang kurang maka masyarakat penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta akan kesulitan untuk memeriksakan tekanan darahnya ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat karena tidak mempunyai biaya untuk membayar biaya kesehatan. Pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gilingan yang sosial yang ekonominya rendah cenderung tidak mematuhi anjuran dokter dan jarang mengontrol tekanan darah terutama masyarakat perkotaan yang sibuk mencari uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Penduduk yang berpendapatan lebih dalam penyediaan makanan buat keluarga banyak yang memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan karena mendukungnya faktor pendapatan dalam memperoleh makanan yang bergizi buat keluarga mereka. Berbeda dengan penduduk yang berpendapatan rendah maka sulit bagi mereka untuk memperoleh makanan yang bergizi karena terkendala dana (Supariarsa, 2002).

5 Bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta kualitas gizi yang tidak seimbang dan pendapatan yang kurang menjadi faktor pencetus gangguan kesehatan berupa hipertensi. Tingkat kekambuhan penyakit hipertensi yang relatif tinggi serta rendahnya pendapatan serta kurangnya perhatian terhadap gizi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta yang beraneka ragam membuat peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara status gizi dan pendapatan dengan tingkat kekambuhan penyakit hipertensi di Puskesmas Gilingan Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian pada latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalahnya sebagai berikut : Adakah hubungan status gizi dan pendapatan dengan tingkat kekambuhan penyakit Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan pendapatan dengan tingkat kekambuhan penyakit Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui status gizi penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

6 b. Untuk mengetahui pendapatan masyarakat penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Gilingan surakarta. c. Untuk mengetahui tingkat kekambuhan penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Keilmuan atau teori : Untuk menambah ilmu terutama dalam kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan penyakit hipertensi dan memperkuat atau memperbarui teori yang ada tentang penyakit hipertensi. 2. Bagi Institusi pendidikan Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dalam hal pemahaman perkembangan dan upaya pencegahan yang berhubungan dengan hipertensi. 3. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat khususnya masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta bisa lebih banyak mendapatkan informasi tentang penyakit hipertensi sehingga lebih mengenal penyakit tersebut lebih awal dan bisa mewujudkan kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

7 4. Bagi Peneliti Untuk memperoleh pengalaman dalam hal mengadakan riset sehingga akan terpacu untuk meningkatkan potensi diri sehubungan dengan penanganan tekanan darah tinggi. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini belum pernah dilakukan namun penelitian yang mirip dengan penelitian ini antara lain : 1. Miswar (2004) dengan judul Faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian hipertensi. Penelitian yang dilakukan Miswar (2004) mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor resiko terjadinya hipertensi essensial dikabupaten Klaten dengan jenis penelitian analitik dengan rancangan cause control study dengan subjek penelitian penderita hipertensi penderita hipertensi essensial baru yang didiagnosa oleh dokter spesialis penyakit dalam RSUP dr Suradji Tirtonegoro dan RSU Islam Klaten berumur 20 60 tahun dan bertempat tinggal dikabupaten klaten. Hasil analisis univariant dari variabel-variabel penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut : Tabel 1.1. Hasil Analisis Univariant Variabel Penelitian Variabel penelitian MOR 95% P Riwayat keluarga 9,5 4-306-20,959 P>0,0001 Obesitas 8,1 3,736-17,564 P>0,001 Kebiasan merokok 2,04 0,20-21,07 0,4750203 Stress 8,61 3,973-18,654 P, 0,0001 Konsumsi alcohol 4,13 0,28-118,01 0,2175577 Konsumsi Garam 9,8 4,328-22,259 P>0,0001

8 Hasil dari penelitian ini adalah (1) Riwayat keluarga berperan terhadap kejadian hipertensi (2) Obesitas berperan terhadap kejadian hipertensi (3) Stress berperan terhadap kejadian hipertensi (4) Konsumsi Garam berperan terhadap kejadian hipertensi. Satu variabel (kebiasaan merokok secara statistik tidak bermakna sebagai faktor resiko dari terjadinya hipertensi essensial dengan P = 0,4750203 sedangkan satu variabel lagi (konsumsi alkohol) dapat dilanjutkan lagi ke analisis multivariat karena nilai P>0,25. Perbedaan penelitian ini adalah pada penelitian Miswar (2004) variabel yang diteliti adalah (1) Riwayat Keluarga (2) Obesitas (3) Kebiasaan Merokok (4) Stress (5) Konsumsi Alkohol (6) Konsumsi Garam. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel yang diteliti adalah (1) Status Gizi (2) Pendapatan (3) Kekambuhan hipertensi. 2. Kozani (2006). Penelitian yang diteliti adalah berjudul Faktor yang berperan terhadap kejadian hipertensi di wilayah Puskesmas Penumping Surakarta. Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan uji validitas dengan menyebarkan kuisioner sebanyak 116 responden dengan pengolahan data kwalitatif dengan uji analisa data uji chi kuadrat dengan menguji populasi atas dua atau lebih kelas. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Merokok tidak berperan terhadap kejadian hipertensi diwilayah Puskesmas Penumping Surakarta (2) Stress berperan terhadap kejadian hipertensi diwilayah Puskesmas Penumping surakarta (3) Konsumsi alkohol berperan terhadap kejadian hipertensi diwilayah Puskesmas

9 penumping surakarta (4) Konsumsi garam berperan terhadap kejadian hipertensi di wilayah Puskesmas Penumping Surakarta. Perbedaan penelitian ini adalah: a. Penelitian dilakukan di Puskesmas Gilingan Surakarta pada bulan Oktober sampai November 2009. b. Variabel penelitiannya yaitu Hubungan status gizi dan pendapatan dengan tingkat kekambuhan hipertensi di Puskesmas Gilingan Surakarta. c. Responden Penelitian yaitu pasien yang berobat di Puskesmas Gilingan Surakarta.