BAB I PENDAHULUAN. ada perantaraan pendidikan agar perkembangannya sempurna sesuai dengan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pada lembaga-lembaga pendidikan tersebut mata pelajaran agama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Kesempurnaan, kemuliaan, serta kebahagiaan tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. sektor pendidikan sebagai andalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat untuk sesama, untuk lingkungan disekitarnya dan juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang fundamental dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. itulah menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, sampai kapan dan dimanapun ia berada. sebagaimana sabda

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, seperti halnya dengan diadakan sekolah-sekolah gratis. Karena

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, maupun bangsa dan Negara. Maju-mundurnya suatu bangsa banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan. berkualitas dan mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN pasal 31 yang menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Islam baik MI, MTs, MA, maupun PTAI sering

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 1992), hlm Sriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Jakarta: Rineka

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur a>n telah dijelaskan bahwa Allah SWT akan. mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu, orang yang berilmu

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul

BAB I PENDAHULUAN. formal dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana,

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang yang penting

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Pengesahan Judul. ini didasari oleh pandangan al-qur an dalam surah Al-Mujadalah, ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari tugas manusia untuk menumbuh dan. khususnya dalam pendidikan Islam. Usaha-usaha tersebut dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Melalui pendidikan pula suatu bangsa dapat menjamin. kelangsungan generasi yang berperadaban dan beradab.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap insan yang lahir ke dunia telah membawa potensi dasar berupa unsur jasmani, rohani, dan akal. Dan potensi tersebut dapat berkembang manakala ada perantaraan pendidikan agar perkembangannya sempurna sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kegiatan suatu negara pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. 1 Masalah pendidikan merupakan kepentingan dan hak bagi seluruh warga negara tanpa pengecualian. Sehingga tidak asing lagi jika pemerintah mengeluarkan dana yang banyak demi terlaksananya pendidikan secara merata di seluruh pelosok tanah air. Islam sendiri menganjurkan akan pentingnya mencari ilmu bagi semua insan muslim dan hal itu sudah merupakan konsep Islam, seperti yang tersebut dalam surah Al-Mujaadalah ayat 11 sebagai berikut. الل ه ال ذ ين آم ن وا م ن ك م و ال ذ ين أ وت وا ال ع ل م د ر ج ات...)١١( 2002), h. 15 1 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1

2 Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, bahkan semua itu merupakan hak semua warga negara. Berkenaan dengan ini, di dalam UUD 45 pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Dengan demikian, berarti bahwa hak setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan sudah dijamin oleh hukum yang pasti dan bersifat mengikat. Artinya, pihak manapun tidak dapat merintangi atau menghalangi maksud seseorang untuk belajar dan mendapatkan pengajaran. 2 Masalah pendidikan dalam hal ini pendidikan secara keseluruhan termasuk di dalamnya pendidikan agam islam, dimana setiap insan muslim diwajibkan untuk mempelajari sekaligus mengamalkannya. Dalam himpunan peraturan perundang-undangan tentang pendidikan nasional (Perguruan Agama Islam), telah diatur mengenai pendidikan luar biasa dan pendidikan luar sekolah. Hak tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa, dimana pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan berlanjutan. 3 Di dalam sistem pendidikan juga dijelaskan mengenai pendidikan bagi anak keterbelakangan mental yang tergolong dalam pendidikan khusus yaitu dalam pasal 32 ayat 1 yang menjelaskan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 4 2 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h.145 3 Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan tentang Pendidikan Nasional (Perguruan Agama Islam), (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1999/2000), h. 411 4 Himpunan perundang-undangan Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional ( SISDIKNAS ), (Yogyakarta: Nuansa Aulia, 2005), h. 31

3 Dari sini terlihat jelas bahwa dunia pendidikan tidak mengenal diskriminasi. Setiap warga negara berhak mendapat pengajaran yang sama, baik itu pelajaran umum maupun pelajaran agama, karena keduanya sangat penting sebagai pedoman setiap manusia. Anak berkelainan adalah anak yang mengalami kelainan fungsi dari organorgan tubuhnya. Baik bersifat jasmani maupun rohani. Ada 6 macam istilah yang dipergunakan untuk menyebut anak berkelainan yaitu Anak Luar Biasa, Anak Cacat, Anak Berkekurangan, Anak Khusus dan Anak Berkelainan. Istilah Anak Luar Biasa dipakai dalam hubungannya dengan Sekolah Luar Biasa. 5 Dengan kemampuan intelegensi anak tuna grahita yang di bawah rata-rata. Mereka membutuhkan lembaga pendidikan khusus yang mampu memahami kemampuan yang ada pada dirinya. Materi yang di ajarkan disesuaikan dengan kemampuan. Pendidikan Luar Biasa atau sering disebut PLB bukan merupakan pendidikan yang secara keseluruhan berbeda dari pendidikan pada umumnya. Jika kadang-kadang diperlukan pelayanan yang terpaksa memisahkan anak luar biasa dari anak lain pada umumnya hendaknya dipandang sebagai hanya untuk keperluan pembelajaran dan bukan untuk keperluan pendidikan. Ini berarti bahwa pemisahan anak luar biasa hendaknya hanya dipandang untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan belajar yang terprogram, terkontrol dan terukur. Menjadikan anak saling menghargai, menjalin kerjasama, menghargai perasaan dan pikiran orang lain, tenggang rasa adalah beberapa contoh dari tujuan pendidikan yang tidak selamanya terprogram, terkontrol dan terukur. 5 Sapariadi, dkk., Mengapa Anak Berkelainan Perlu Mendapat Pendidikan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), h. 13

4 Untuk mencapai tujuan yang seperti itu diperlukan metode pembelajaran yang tepat. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. 6 Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efesien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan. 7 Salah satu metode yang digunakan bagi anak tuna grahita yaitu metode pembiasaan. Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. 8 yakni agar setiap ilmu yang dipelajari oleh para siswa dapat diterapkan dan dijabarkan dalam kehidupan mereka sehari-hari dan bahkan dapat berubah fungsi menjadi akhlak dan tingkah laku para siswa. 9 Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Metode Pembiasaan pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tuna Grahita di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas B. Penegasan Istilah Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut beberapa persoalan yang hendak dikaji dalam penelitian ini, penting kiranya penulis klarifikasi terlebih 6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), h. 9 7 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis & Praktis Berdasarkan Pendidikan Interdisipliner, (Bumi Aksara: Jakarta, 2000), h. 197 8 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h.184 9 Kamal Muhamad Isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahati Aneska, 1994), h. 133

5 dahulu pengertian istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini. Beberapa istilah yang dimaksudkan itu antara lain : 1. Penerapan Penerapan berasal dari kata terap. Dalam kamus bahasa Indonesia penerapan diartikan sebagai pengenaan perihal yang dipraktekan. 10 Dan yang dimaksud penerapan dalam penelitian ini yaitu menerapkan atau mempraktekan metode pembiasaan dalam proses pembelajaran PAI. 2. Metode Pembiasaan Kalimat tersebut terdiri dari dua kata yaitu metode dan pembiasaan. Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya. 11 Metode juga dapat diartikan sebagai rencana menyeluruh tentang penyajian materi secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan. 12 Sedangkan pembiasaan adalah proses penanaman kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasaan (habit) ialah cara-cara bertindak yang persistent, uniform, dan hampir-hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari pelakunya). 13 Jadi yang dimaksud metode pembiasaan adalah cara mendidik anak dengan pengulangan-pengulangan serta menanamkan sebuah kebiasaan. 3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam kalimat ini terdapat dua kata yaitu pembelajaran dan Pendidikan Agama Islam. Pembelajaran berarti proses interaksi antara peserta didik dan 10 Tri Rama K., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung, t.th), h. 528 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1992), h. 649 12 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2006), h. 133 13 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos,1999), h.184

6 lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. 14 Sedangkan Pendidikan Agama Islam yaitu usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pendangan hidup (way of life). 15 Dan yang di maksud pendidikan agama islam pada penelitian ini yaitu pendidikan agama islam sebagai mata pelajaran yang di ajarkan pada sekolah luar biasa. 4. Anak Tuna Grahita Anak tuna grahita adalah seseorang yang memiliki kecerdasan mental di bawah normal. 16 Tuna grahita atau cacat grahita sebagai sebutan bagi mereka yang memiliki kemampuan intelektual atau IQ dan ketrampilan penyesuaian di bawah rata-rata teman seusianya. 17 5. SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas adalah sekolah luar biasa yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas yang mengasuh dan mendidik anak-anak yang mengalami kelainan. Adapun yang nantinya akan peneliti kaji adalah SDLB/C yaitu anak tuna grahita tingkat ringan. Berdasarkan beberapa pengertian istilah di atas, maka Penerapan Metode Pembiasaan pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tuna Grahita 14 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.100 15 Zakiah Drajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 86 16 Mohamad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h, 88 17 Nur aeni, Intervensi Dini bagi Anak Bermasalah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 105

7 di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas yang dimaksudkan dalam judul ini adalah bagaimana penerapan metode pembiasaan pada pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak tuna grahita di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas. C. Alasan Pemilihan Judul Dalam pemilihan judul di atas penulis mempunyai alasan-alasan sebagai berikut: 1. Dengan dilaksanakannya pendidikan nasional bagi seluruh warga negara tanpa pengecualian, maka penulis sangat tertarik untuk mengkaji dan mendalami masalah pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam bagi anak Tuna Grahita (anak keterbelakangan mental). 2. Pendidikan bagi anak Tuna Grahita memerlukan penanganan khusus dan serius. Banyak hambatan yang dihadapi terutama dalam hal komunikasi antara pendidik dengan anak didik. 3. Metode pengajaran merupakan salah satu penunjang proses belajar mengajar. Hasil pelaksanaan belajar mengajar akan optimal jika metode yang digunakan tepat. Apalagi jika diterapkan pada siswa SLB yang memerlukan penanganan khusus yang memerlukan metode yang tepat agar siswa lebih dengan mudah memahami materi. Berpijak dari sini penulis ingin mengetahui bagaimana penerapan metode pembiasaan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan penerapan metode pembiasaan apakah anak tuna grahita bisa menangkap ilmu yang diberikan sekaligus mampu menerapkan sesuai kemampuannya.

8 D. Fokus Masalah Pemasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini difokuskan pada masalah penerapan metode pembiasaan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna grahita di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas. Adapun Fokus masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan metode pembiasaan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna grahita di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode pembiasaan di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada pokok permasalahan yang akan dikaji oleh penulis, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan metode pembiasaan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak Tuna Grahita di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas. 2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode pembiasaan di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas.

9 F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam rangka meningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam. 2. Sebagai informasi bagi guru dan calon guru agama Islam dalam rangka mensukseskan tujuan pendidikan nasional khususnya pendidikan agama Islam. 3. untuk menambah wawasan bagi penulis, sekaligus sebagai masukan bagi lembaga pendidikan luar biasa dalam meningkatkan pembelajaran khususnya bidang studi PAI. G. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh penulis menyusun sistematika penulisan skiripsi ini dalam lima bab sebagai berikut. Bab I Pendahuluan diuraikan tentang Latar Belakang, Penegasan Istilah, Alasan Memilih Judul, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II Landasan Teori diuraikan tentang Anak Penyandang Tuna Grahita yang mencakup tentang Pengertian Anak Tuna Grahita, Klasifikasi Anak Tuna Grahita, Faktor Penyebab Terjadinya Tuna Grahita, dan Upaya Pendidikan bagi Anak Tuna Grahita, kemudian PAI bagi Anak Penyandang Tuna Grahita Yang Mencakup Tentang Pengertian PAI, Dasar dan Tujuan PAI, Fungsi PAI, Ruang Lingkup PAI, dan Evaluasi PAI, selanjutnya Pengertian Metode Pembiasaan, Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan, Langkah-Langkah Metode Pembiasaan

10 dan Faktor-Faktor Metode Pembiasaan Serta Metode Pembiasaan Pada Pembelajaran PAI bagi Anak Tuna Grahita. Bab III Metode Penelitian diuraikan tentang Lokasi Penelitian, Jenis Penelitian, Fokus dan Ruang lingkup Penelitian, Objek dan Subjek Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data. Bab IV diuraikan tentang Laporan Hasil Penelitian yang mencakup tentang gambaran umum SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas, Pembelajaran PAI bagi Anak Tuna Grahita di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas, Penerapan Metode Pembiasaan pada Pembelajaran PAI bagi Anak Tuna Grahita di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas, Faktor Penghambat dan Pendukung Penerapan Metode Pembiasaan pada Pembelajara PAI di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas, Analisis Penerapan Metode Pembiasaan pada Pembelajaran PAI bagi Anak Tuna Grahita di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas, Analisis Efektifitas Penerapan Metode Pembiasaan pada Pembelajaran PAI bagi Anak Tuna Grahita di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas, Analisis Evaluasi Penerapan Metode Pembiasaan pada Pembelajaran PAI bagi Anak Tuna Grahita di SDLB/C Negeri Selat Kuala Kapuas dan Analisis Terhadap Hambatan dalam Pelaksanaan Penerapan Metode Pembiasaan Bab V Penutup, yang berisikan Simpulan hasil penulisan skiripsi dan saran-saran.