BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. individu tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Amyadin (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem tingkat resiko penyakit jantung koroner.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak


BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit yang paling

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. the purpose in life. Bila hal ini berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. emerging adulthood. Pada tahap remaja, mahasiswa mengalami perkembangan fisik dan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pengidap penyakit jantung di Indonesia terus meningkat, menurut dr M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu kejadian yang ditunggu-tunggu oleh pasangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang baik maka tidak tersedia modal untuk melangkah ke depan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), sampai dengan tahun 2008, PJK masih

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. degenerative. Diabetes Melitus (yang selanjutnya disingkat DM) merupakan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB V HASIL PENELITIAN

bersalah, dan kematian. Penderitaan bisa berupa kesulitan-kesulitan. Hal yang paling mendasar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin perilaku modern. Akibatnya banyak terjadi pergeseran pola hidup dalam masyarakat, terutama bagi yang tinggal di daerah perkotaan. Perubahan pola hidup tersebut dapat terlihat dari kebiasaan masyarakat yang lebih sering mengkonsumsi makanan siap saji (fast food), memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, bekerja dengan berlebihan, kurang berolah raga, serta rentan mengalami stres (Wijayakusuma, 2005). Adanya perubahan pola hidup yang terjadi pada masyarakat Indonesia diiringi pula dengan perubahan pola penyakit yang diderita. Bermula dari penyakit infeksi dan rawan gizi, kini mulai banyak masyarakat yang menderita penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) (Susiana, 2006). Perubahan pola hidup yang berubah tersebut menimbulkan dampak yang cukup besar dalam masyarakat. Wijayakusuma (2005) mengungkapkan bahwa penyakit jantung sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Yaitu biasa diderita oleh orang tua terutama yang berusia 60 tahun keatas, karena usia merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung. 1

2 Namun dengan adanya perubahan pola hidup yang terjadi terutama pada orang muda yang tinggal di perkotaan, pada saat ini ada kecenderungan penyakit jantung koroner dapat diderita oleh pasien dibawah usia 40 tahun. Hal ini tentu dapat menimbulkan peningkatan jumlah penderita jantung di Indonesia. Hasil survei kesehatan nasional pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 26,3 persen penyebab kematian adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti dengan penyakit infeksi, pernafasan, pencernaan serta kecelakaan lalu lintas (Susiana, 2006). Sementara WHO menyebutkan bahwa penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomer satu di Indonesia. Hampir satu dari lima kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tersebut. Pada tahun 2011, penyakit jantung koroner telah menyebabkan kematian 243.048 orang Indonesia. Dari setiap 100 ribu orang Indonesia yang masih hidup, rata-rata 150 orang akan meninggal karena penyakit jantung koroner per-tahunnya (Siantoro, 2014). Kasus penyakit jantung koroner di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Hal tersebut seperti yang terjadi di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara, dimana penderita penyakit tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2014. Tabel 1 Jumlah penderita penyakit jantung koroner di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara No. Tahun Jumlah 1. 2013 149 2. 2014 (November) 186 Sumber: Rekam Medis RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara

3 Siantoro (2014) mengungkapkan bahwa penyakit jantung koroner terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah akibat atheroma atau tumpukan kolesterol. Penumpukan tersebut dimulai dari masa kanak-kanak dan terus terakumulasi. Kecepatan proses penumpukan tersebut dapat berbeda pada setiap orang, tergantung dari perilaku dan gaya hidup. Faktor lain yang dapat menentukan kecepatan penumpukan atheroma adalah cardiovascular reactivityi (CVR) atau seberapa sering, besar dan lamanya kenaikan tekanan darah dan denyut jantung seseorang. Denyut jantung dan tekanan darah yang sering meningkat secara drastis dan sulit turun menyebabkan jaringan pembuluh darah cepat rusak. Jaringan yang rusak tersebut akan menumpuk dan kemudian menyumbat pembuluh darah sehingga dapat memicu serta memperparah penyakit jantung koroner. Pada saat individu mengalami penyakit kronis seperti jantung koroner, individu dan keluarganya akan mengalami goncangan dan ketakutan, hal ini karena sesuatu yang dialami tidak pernah diduga sebelumnya. Bagi penderita penyakit jantung kehidupan selanjutnya merupakan sebuah fase baru dalam kehidupan yang penuh dengan tantangan dan perubahan. Mengingat bahwa penyakit jantung tergolong ke dalam penyakit kronis yang berlangsung lama dan sulit disembuhkan. Penderita jantung koroner harus melakukan perubahan pada pola hidupnya, dari pola hidup yang kurang sehat menuju pola hidup yang lebih sehat. Semua perubahan yang harus dijalani tersebut dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi penderita (Pratiwi, 2009).

4 Pratiwi (2009) mengungkapkan gejala psikologis yang dialami penderita jantung koroner ditunjukkan semenjak pertama kali individu divonis mengalami penyakit jantung koroner. Yaitu subjek akan merasa terkejut (shock), selanjutnya akan timbul rasa kecemasan (anxiety) karena ancaman kekambuhan atau bahkan kematian yang dapat terjadi sewaktuwaktu. Individu juga akan merasa tidak berdaya karena tidak dapat melakukan apapun dan merasa sesuatu yang buruk akan menimpa, serta merasa kegiatannya dibatasi dari akibat penyakit jantung. Pada individu yang lain akan merasa bosan, kesepian, bahkan merasa diasingkan oleh lingkungan. Kondisi mental negatif seperti kecemasan, perasaan tidak berdaya, hilangnya minat, kurangnya inisiatif, mempunyai perasaan hampa, merasa tidak memiliki tujuan hidup, merasa tidak berarti, serba bosan dan selalu memikirkan tentang kematian menjadikan kebermaknaan hidup menjadi masalah berikutnya yang muncul. Kondisi tersebut merupakan bentuk dari hilang atau berkurangnya kebermaknaan hidup pada seseorang (Frankl dalam Koeswara, 1992). Bastaman (2007) mengungkapkan makna hidup ada dalam kehidupan itu sendiri dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan. Ungkapan seperti makna dalam derita (meaning in suffering) atau hikmah dalam musibah (blessing in disguise) menunjukkan bahwa dalam penderitaan sekalipun makna hidup dapat ditemukan. Bila hasrat ini dapat

5 dipenuhi maka kehidupan yang berguna, berharga dan berarti (meaningfull) akan dirasakan. Sebaliknya bila hasrat ini tak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan yang dirasakan menjadi tidak bermakna (meaningless). Penderita penyakit jantung koroner yang mengalami berbagai keterbatasan harus tetap mampu memiliki makna hidup di dalam penderitaan, serta mampu mengambil hikmah dan pelajaran hidup dari musibah yang sedang terjadi. Sehingga individu dapat merasakan hidup yang bermakna. Menurut Bastaman (2005), kebermaknaan hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (happiness). Orang yang menghayati hidup bermakna ketika berada dalam situasi yang tidak menyenangkan atau mengalami penderitaan maka akan menghadapi dengan sikap tabah serta sadar bahwa senantiasa ada hikmah yang tersembunyi di balik penderitaan. Proses pencarian makna hidup dapat dicapai melalui karya bermanfaat dan kebajikan kepada orang lain, meyakini dan menghayati keindahan, kearifan dan cinta kasih serta hubungan akrab dengan orang lain (dengan anggota keluarga, teman, rekan sekerja). Serta merasa diperlukan dan memerlukan orang lain, dicintai dan mencintai orang lain tanpa mementingkan diri sendiri merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam penemuan makna hidup seseorang. (Agustina, 2006).

6 Fitzgerald (1998) mengungkapkan bahwa perasaan cinta dan kasih sayang terhadap orang lain, keinginan untuk membantu dan berbagi, serta kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa apresiasi dan kehendak baik, meliputi intensi menolong dan membalas kebaikan orang lain, merupakan komponen dalam kebersyukuran.menurut Emmons dkk, (2007), dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan tidak hanya menunjukkan keadaan mental yang lebih positif (misalnya antusias, tekun, dan penuh perhatian), tetapi juga lebih murah hati, peduli, dan membantu orang lain. Sehingga kebersyukuran dapat dilihat sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan makna di dalam kehidupan. Gumelar (2008) menjelaskan dalam penelitiannya mengenai kebersyukuran pada Mahasiswa Universitas Islam Indonesia, mengungkapkan bahwa individu yang bersyukur tidak akan merasa tersesat dalam hidup dan dinyatakan mempunyai perasaan meluap-luap. Hal ini sudah memenuhi konsep hidup bermakna yaitu hidup bersemangat, penuh gairah dan tidak mudah bosan serta tidak merasa hampa. Individu yang bersyukur juga mempunyai kecendrungan untuk menghargai kebahagiaan kecil sekalipun sehingga jika mengalami penderitaan atau musibah, tetap bersikap tabah serta sadar bahwa selalu ada hikmah dibalik musibah itu yang juga merupakan salah satu indikator hidup yang bermakna. Lyubomirskry (2007) mengungkapkan ketika seseorang mampu menerima dan bersikap tabah pada saat menghadapi penyakit kronis seperti jantung koroner, dapat membantu untuk menyesuaikan diri dan melanjutkan

7 kehidupan, serta membuat hidup menjadi lebih bahagia. Hal tersebut dapat menunjang rasa penghargaan diri (self esteem) dan kebergunaan diri (self worth). Praktek bersyukur juga bertentangan dengan emosi negatif dan bahkan mengurangi atau menghalangi munculnya perasaan marah akibat penyakit yang dideritanya. Frankl (dalam Bastaman, 2007) mengungkapkan bahwa sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah dari hal-hal tragis yang tidak mungkin dielakkan lagi merupakan sumber dari hidup yang bermakna. Peneliti melakukan studi pendahuluan kepada subjek N (56 tahun) pada tanggal 14 November 2014 di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. Subjek mengatakan bahwa telah divonis menderita jantung koroner pada tahun 2012. Subjek mengaku pola hidupnya kurang sehat, dimana subjek adalah perokok berat, jarang berolahraga, dan senang mengkonsumsi makanan berlemak. Subjek masih rutin menjalani pengobatan medis, dan telah melakukan operasi pemasangan ring. Namun walaupun subjek telah melakukan operasi, hingga saat ini subjek mengatakan bahwa terkadang subjek masih merasakan kekambuhan. Gejala yang timbul adalah rasa sesak dan sakit yang teramat sangat didalam dadanya. Menurut subjek, perasaan tersebut seperti sudah mau mati. Subjek juga mengatakan bahwa subjek sering merasa cemas dan belum siap jika sewaktu-waktu akan diambil nyawanya oleh Tuhan. Mengingat subjek memiliki anak yang masih bersekolah, dan ada perasaan iba jika suatu saat nanti anak-anaknya sudah tidak mempunyai ayah lagi.

8 Subjek mengaku jika sekarang subjek tidak bisa lagi melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat seperti dulu. Subjek juga mengatakan, bahwa rasa sakit tersebut akan muncul jika subjek sedang stress dan banyak pikiran. Menurut subjek, kini subjek merasa tidak berdaya karena tidak dapat membantu istrinya bekerja. Subjek juga merasa bersalah karena subjek menjadi ketergantungan terhadap orang lain, khususnya istri dan anakanaknya. Namun subjek mengaku jika sedang tidak kambuh, subjek selalu membantu pekerjaan istrinya dan masih mencari nafkah untuk keluarganya. Karena menurut subjek, sebagai kapala keluarga subjek harus tetap bertanggungjawab terhadap istri dan anak-anaknya. Subjek mengaku bahwa subjek yakin akan sembuh, mengingat segala usaha pengobatan yang telah subjek lakukan. Dan kondisinya lebih baik bila dibandingkan ketika subjek sebelum melakukan operasi. Wawancara kedua dilakukan pada subjek R (66 tahun) pada tanggal 14 November 2014. Subjek mengaku sudah empat tahun menderita penyakit jantung koroner. Awalnya subjek sering merasakan nyeri di dada dan sulit bernafas, lalu subjek memeriksakan diri ke dokter. Awal mula di diagnosis menderita jantung koroner, subjek mengaku sangat kaget. Bahkan subjek sempat tidak percaya diagnosis dari dokter. Subjek sering merasa bahwa umurnya tidak akan lama lagi, mengingat usianya yang sudah lansia. Subjek mengaku bahwa subjek menjadi lebih tertutup, dan lebih banyak berdiam diri dirumah dari pada bertemu dengan teman-temannya. Namun setelah rutin menjalani pengobatan dan banyak bertemu dengan sesama pasien jantung,

9 subjek menyadari bahwa bukan hanya subjek saja yang menderita penyakit jantung. Subjek mulai menyadari bahwa sakit jantung yang dialaminya adalah karena akibat dari pola hidupnya yang tidak sehat. Dimana sebelum menderita penyakit jantung, subjek mengaku sangat jarang berolah raga dan senang mengkonsumsi makanan berlemak, walaupun subjek bukanlah seorang perokok. Subjek mengaku bahwa subjek sering merasa cemas setelah tahu bahwa dirinya menderita penyakit jantung koroner. Subjek sering merasa takut jika berada di rumah sendirian, karena khawatir penyakit jantungnya akan kambuh. Subjek mengatakan jika terkadang subjek merasa sangat tersiksa dengan keadannya saat ini yang tidak bisa lagi melakukan aktivitas berat. Subjek juga merasa terkekang karena keluarga selalu mengatur pola hidup subjek. Namun subjek mengaku bahwa subjek bersyukur masih diberikan umur panjang oleh Allah, walaupun subjek mengalami sakit jantung. Subjek mengaku jika subjek merasa lebih beruntung dari pada orang lain yang mengalami sakit jantung di usia yang lebih muda dari subjek. Hal tersebut membuat subjek lebih mendekatkan diri kepada Allah. Menurut subjek, subjek mulai menerima keadaannya dan selalu memperbanyak ibadah untuk bekal jika sewaktu-waktu subjek dipanggil oleh sang Pencipta. Wawancara ketiga dilakukan pada subjek B (50 tahun) pada tanggal 21 Februari 2015 di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. Subjek mengatakan jika subjek divonis menderita penyakit jantung koroner sejak satu tahun yang lalu. Menurut subjek, subjek masih tidak percaya kenapa

10 subjek bisa mengalami penyakit jantung. Subjek merasa bahwa pola hidupnya sudah cukup sehat, dan subjek tidak pernah membayangkan sebelumnya jika subjek akan menderita penyakit jantung. Subjek mengatakan bahwa banyak yang berubah sejak subjek divonis menderita jantung koroner, antara lain sikap keluarga subjek yang overprotective terhadap subjek. Dimana subjek sangat diatur dalam hal pola makan dan pola tidur. Menurut subjek, sekarang dia tidak sebebas saat sebelum divonis jantung. Subjek yang bekerja di sebuah bank swasta mengatakan bahwa subjek terbiasa tidur larut malam untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun sekarang subjek tidak bisa lagi melakukan hal tersebut, sehingga mengakibatkan subjek kurang produktif dalam bekerja. Sehingga mulai muncul permasalahan baru dalam pekerjaannya. Dengan kondisi tersebut, subjek mengaku justru merasa sangat tertekan. Subjek merasa bahwa subjek sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi karena akibat dari penyakit yang dideritanya. Subjek menjadi lebih banyak konflik dengan orang-orang di sekitarnya, karena subjek merasa diremehkan karena sering jatuh sakit. Subjek mengatakan bahwa subjek berencana akan berhenti dari pekerjaannya, karena subjek sudah tidak bisa bekerja produktif seperti dulu. Subjek juga mengatakan bahwa dia sudah tidak bisa bersaing dengan sesama rekan kerjanya lagi, akibatnya hal tersebut sering membuat subjek marah pada keadaan dirinya. Hal ini menjadikan subjek lebih sering menghabiskan waktu sendiri, dari pada harus bertemu

11 orang banyak. Subjek mengatakan bahwa subjek tidak suka bertemu orang banyak karena akan ada yang menanyakan tentang kondisi kesehatannya. Menurut subjek, seharusnya subjek tidak menderita penyakit jantung koroner. Subjek mengatakan jika kadang timbul rasa ingin protes terhadap Tuhan atas apa yang terjadi pada dirinya. Mengingat subjek merasa bahwa pola hidup yang subjek jalani sudah cukup sehat, sementara itu subjek merasa bahwa usianya masih cukup muda untuk bisa mengalami jantung koroner. Subjek mengatakan bahwa pengobatan yang sedang subjek jalani adalah karena adanya dorongan dari anak dan istrinya. Menurut subjek, subjek yakin jika usianya sudah ada yang menentukan. Sehingga walaupun menjalani pengobatan atau tidak, jika sudah datang waktunya maka subjek akan meninggal juga. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap ketiga orang subjek, diketahui bahwa gambaran kebermaknaan hidup ketiga subjek tidak jauh berbeda. Ketiga subjek seringkali merasakan emosi negatif seperti munculnya perasaan takut dan cemas, merasa tidak berdaya karena penyakit yang dideritanya, merasa tidak berarti karena bergantung kepada keluarga, sering merasa bosan dan selalu memikirkan tentang kematian. Kondisi tersebut merupakan bentuk dari hilang atau berkurangnya kebermaknaan hidup pada seseorang (Frankl dalam Koeswara, 1992). Namun pada subjek N dan R masih bisa menerima keadaan dirinya, sementara subjek B belum bisa menerima jika subjek menderita penyakit jantung koroner.

12 Dari uraian di atas, maka peneliti merasa perlu mengkaji permasalahan yang terjadi pada penderita jantung koroner dengan judul hubungan kebersyukuran dan kebermaknaan hidup pada penderita jantung koroner di RSUD hj. Anna Lasmanah Banjarnegara B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan kebersyukuran dan kebermaknaan hidup pada pasien jantung koroner di rumah sakit hj. Anna Lasmanah Banjarnegara? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebersyukuran dan kebermaknaan hidup pada pasien jantung koroner di Poliklinik Dalam RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan keilmuan di bidang psikologi, khususnya bidang psikologi klinis. 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau saran bagi pihak rumah sakit (perawat dan dokter) yang terkait agar lebih dapat memahami kondisi penderita jantung koroner. Sehingga dapat

13 diberikan pelatihan kebersyukuran untuk dapat meningkatkan makna hidup pasien jantung koroner. b. Bagi penderita jantung koroner dapat dijadikan masukan untuk lebih dapat bersyukur, sehingga mampu mencapai kebermaknaan dalam menjalani hidup. c. Bagi keluarga penderita jantung koroner diharapkan dapat lebih memahami dan tetap mendukung penderita jantung koroner dalam menjalani kehidupan.